1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik. (Stanbury, 2003 dalam Mardiasmo, 2006 :5). Sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemerintah daerah wajib menyusun laporan keuangan untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan daerahnya. Untuk menghasilkan laporan keuangan tersebut diperlukan suatu sistem yang dapat diandalkan (reliable), yaitu sistem yang mampu mengolah data-data (input) dan menghasilkan informasi (output) yang dapat digunakan oleh manajemen dalam pengambilan keputusan. Dalam perkembangan dunia teknologi yang semakin pesat pemerintah dapat meningkatkan kualitas laporan keuangannya, salah satunya dengan memanfaatkan tektonologi informasi. Seperti kita ketahui bahwa total volume Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/D) dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Dari
2 sisi akuntansi hal tersebut menunjukkan bahwa volume transaksi keuangan pemerintah juga menunjukkan kuantitas yang semakin besar dan kualitas yang semakin rumit dan kompleks. Untuk itu Pemerintah berkewajiban untuk mengembangkan dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk meningkatkan kemampuan mengelola keuangan daerah, dan menyalurkan informasi keuangan daerah kepada pelayanan publik. Kewajiban pemanfaatan teknologi informasi dalam pengelolaan keuangan baik oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 Tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah. Teknologi komputer merupakan salah satu contoh produk teknologi yang telah berkembang pesat yang dapat membantu mempermudah manusia dalam mengolah data serta menyajikan sebuah informasi yang berkualitas. Untuk mencapai tujuannya tiap instansi atau perusahaan memerlukan sistem yang bisa mengatur semua proses bisnis yang terjadi pada instansi atau perusahaan. Dari mulai proses mengumpulkan, mengirimkan, memasukkan, mengolah dan menyimpan data-data tentang kejadian atau peristiwa ekonomi yang disebabkan oleh aktivitas atau operasi organisasi sehari-hari, hal ini dapat dilakukan untuk mempercepat pekerjaan yang ada di dalam instansi atau perusahaan tersebut. Atas dasar tersebut diatas pemerintah daerah dapat mengembangkan sebuah sistem informasi keuangan yang memiliki kekuatan fitur bukan hanya dari sisi kelengkapan fungsionalitasnya saja, namun juga memiliki kekuatan dalam hal proses intergrasi dengan sistem-sistem lainnya yang terkait.
3 Penyelenggaraan pemerintahan di daerah perlu didukung dengan sistem pengelolaan keuangan yang cepat, tepat, dan akurat. Oleh karena itu dalam pengelolaan keuangannya pemerintah melakukan pembaharuan peraturan tentang pengelolaan keuangan daerah ditandai dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dan ditindaklanjuti dengan disahkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Pada akhir tahun 2007 Depdagri juga telah mengeluarkan Permendagri 59 Tahun 2007 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Penerapan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) mengacu pada Peraturan Pemerintah 58 tahun 2005 dan Permendagri 13 tahun 2006 dan Permendagri 59 Tahun 2007. Sistem ini berbasis pada jaringan komputer, yang mampu menghubungkan dan mampu menangani konsolidasi data antara SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) dengan SKPKD (Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah), sehingga data di Pemerintah Daerah dapat terintegrasi dengan baik. Penerapan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) juga mampu menangani proses pengelolaan keuangan daerah, mulai dari perencanaan, penyusunan anggaran, sampai dengan pelaporan keuangan daerah. Kelebihan dari penerapan sistem informasi keuangan daerah berbasis teknologi, selain pemerintah pusat dapat melakukan pengontrolan langsung dalam pengelolaan keuangan daerah, masyarakat pun dapat melihat sejauh mana penyerapan anggaran dan program yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah.
4 Implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yaitu untuk memfasilitasi kegiatan pengelolaan keuangan daerah yang meliputi penyajian informasi anggaran, pelaksanaan anggaran dan penyusunan laporan pengelolaan keuangan serta menyajikan informasi keuangan daerah kepada masyarakat yang akurat, relevan dan dapat dipertanggungjawabkan (PP nomor 65 tahun 2010). Pemanfaatan teknologi informasi (TI) dan penerapan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) pada Pemerintah Kabupaten dan Kota sudah berlangsung sejak tahun 2010 (PP nomor 56 tahun 2005), yaitu 5 (lima) tahun setelah disahkannya peraturan tersebut. Program tersebut merupakan upaya pemerintah dalam mewujudkan good governance government, yang bertujuan untuk penertiban adiministrasi agar tercapainya transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah. Hal tersebut sejalan dengan harapan Pemerintah Kabupaten/ Kota dalam mengimplementasikan Sistem Informasi Daerah (SIKD) adalah untuk membantu proses pengelolaan keuangan daerah dalam minciptakan laporan keuangan yang berkualitas. Akan tetapi, ditengah-tengah tumbuhnya penerapan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) pada Pemerintah Kabupaten dan Kota khususnya di Wilayah IV Provinsi Jawa Barat masih terdapat berbagai kendala untuk mendukung dan mencapai keberhasilan penerapan sistem tersebut. Sebagaimana menurut Koordinator Lapangan (Korlap) SIKD Provinsi Jawa Barat, Rakhmat Bakhtiar mengatakan bahwa kendala dalam implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) pada pemerintah Propinsi Jawa Barat yaitu: Kurang
5 siapnya pegawai pemerintah, penataan SDM yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya, ketidak patuhan terhadap perundang-undangan, serta keidaksesuaian antara pelatihan dengan kondisi dilapangan. Keberhasilan penerapan sistem yang dilakukan pemerintah tidak terlepas dari peran SDM yang merancang dan membangun serta yang mengoperasikan sistem tersebut. Keterlibatan SDM di dalam pengoperasian aplikasi dari sistem tersebut akan ikut menentukan hasil akhir (output) yang dicapai. Penataan SDM yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya lemahnya pengawasan serta ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan menyebabkan pelaksanaan pemerintahan tidak profesional. Sehingga pada akhirnya sangat menentukan output dari sistem itu sendiri, salah satunya yaitu mengalami keterlambatan dalam pelaporan keuangan. Jika sudah terlambat maka akan mengurangi kualitas informasi dari laporan keuangan tersebut, karena tidak bisa menjadikan dasar kebijakan dan pertimbangan pada penyusunan APBD berikutnya. Tabel 1.1 Opini LKPD Kabupaten dan Kota di Wilayah IV Priangan Jawa Barat Tahun 2010 No Entitas Pemerintah Daerah Opini BPK 1 Kabupaten Bandung Wajar Dengan Pengecualian 2 Kabupaten Bandung Barat Tidak Memberikan Pendapat 3 Kabupaten Ciamis Wajar Dengan Pengecualian 4 Kabupaten Garut Wajar Dengan Pengecualian 5 Kabupaten Sumedang Wajar Dengan Pengecualian 6 Kabupaten Tasikmalaya Wajar Dengan Pengecualian 7 Kota Bandung Wajar Dengan Pengecualian 8 Kota Banjar Wajar Dengan Pengecualian 9 Kota Cimahi Wajar Dengan Pengecualian 10 Kota Tasikmalaya Wajar Dengan Pengecualian Sumber: Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I 2011 BPK (data diolah)
6 Berdasarkan laporan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) II BPK tahun 2010 untuk pemerintah kabupaten dan kota di wilayah Priangan Jawa Barat dalam tabel 1.1, terlihat jelas bahwa mayoritas opini yang diperoleh pemerintah kabupaten dan kota adalah opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP), dan masih ada pemerintah daerah yang memperoleh opini Tidak Memberikan Pendapat (TMP), yakni Kabupaten Bandung Barat. Berdasarkan temuan BPK tersebut, menunjukkan bahwa kualitas laporan keuangan pemerintah kota dan kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Barat, khususnya wilayah IV Priangan Jawa Barat masih perlu ditingkatkan lagi. Hal ini disebabkan opini yang diberikan BPK atas laporan keuangan pemerintah tersebut, masih dalam kategori wajar dengan pengecualian dan masih ada pemerintah daerah yang mendapat opini tidak memberikan pendapat. Sebagaimana menurut Asisten Administrasi Pada Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat, H. Iwa Karniwa, SE, Ak, MM, dalam dialog pengelolaan keuangan negara/ daerah menyatakan bahwa, Laporan keuangan yang berkualitas baik yaitu laporan keuangan dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK karena hal itu merupakan indikator baiknya pengelolaan keuangan dan seharusnya diprioritaskan untuk mendapat pendanaan yang lebih memadai dalam penentuan dana perimbangan (DAU/DAK/dll). Sebagai bentuk pertanggungajawaban dalam penyelenggaraan pemerintahan untuk menyusun dan menyajikan laporan keuangan yang berkualitas harus berdasarkan prinsip-prinsip Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Agar informasi keuangan daerah berupa laporan keuangan dapat berguna
7 dalam pengambilan keputusan, menurut Hanapi dan Halim (2005:34) harus memiliki karakteristik kualitatif laporan keuangan yaitu : (1) dapat dipahami (2) relevan (3) reliabilitas/keandalan (4) dapat dibandingkan (5) konsistensi Dari kelima karakteristik kualitatif laporan keuangan yang disebutkan di atas, jelaslah bahwa apabila pemerintah telah menerapkan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD). Maka laporan keuangan yang dihasilkan haruslah memperhatikan karakteristik kualitatif laporan keuangan tersebut, sehingga dapat terus dipertahankan dan ditingkatkan dalam menyajikan laporan yang berkualitas bagi para penggunanya. Untuk itu diperlukan sistem yang dapat memberikan kemudahan, tidak hanya dalam menyusun laporan keuangan secara komputerisasi namun juga dalam penatausahaannya (pengelolaan anggaran) harus ada sistem yang relevan yang dapat mengkonsolidasikan antara entitas akuntansi (SKPD) dan entitas pelaporan (BUD/SKPKD). Dengan adanya sistem tersebut diharapkan laporan keuangan dapat disajikan tepat waktu, karena dengan kompleksitas kode rekening dan berbagai jenis laporan yang harus diselesaikan, untuk penatausahaan dan pelaporan yang akurat tidak mungkin lagi dilakukan secara manual. Sebagai rujukan dari penelitian ini, penulis merujuk pada penelitian Dewi Agustina (2010) dengan judul pengaruh sistem informasi akuntansi dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah penerapan aplikasi sistem informasi akuntansi memiliki pengaruh positif antara sistem informasi akuntansi dengan kualitas laporan keuangan. Sedangkan
8 perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah terletak pada objek dan variabel independen yang digunakan. Objek yang dipakai Agustina adalah pada BUMN. Sedangkan variabel independen yang berbeda adalah penerapan aplikasi sistem informasi akuntansi. Adapun alasan peneliti mengganti variabel independen menjadi penerapan sistem informasi keuangan daerah (SIKD) adalah karena peneliti lebih melihat pada aktivitas pelaksanaan aplikasi sistem informasi keuangan dalam proses pengelolaan keuangan untuk menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Adapun pada penelitian lainnya yang dilakukan oleh Ridwan (2009) dengan judul pengaruh penerapan aplikasi sistem informasi manajemen daerah dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah penerapan aplikasi sistem informasi manajemen daerah memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian rujukan adalah terletak pada variabel independen yang digunakan. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik melakukan penelitian yang berhubungan dengan judul Pengaruh Penerapan Sistem Informasi Keuangan Dearah (SIKD) Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di Wilayah IV Priangan Jawa Barat.
9 1.2 Rumusan Masalah Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) merupakan sistem yang wajib diaplikasikan oleh Pemerintah Daerah. Akan tetapi SIKD masih dianggap suatu sistem menyulitkan sehingga belum sepenuhnya diterima dan diterapkan oleh semua SKPD. Kurang siapnya pegawai pemerintah, penataan SDM yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan, lemahnya pengawasan dan ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan, serta keidaksesuaian antara pelatihan dengan kondisi dilapangan akan menjadi suatu kendala yang signifikan terhadap keberhasilan penggunaan dan penerapan sistem. Berdasarkan masalah dan fenomena pada latar belakang, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah : 1) Bagaimana penerapan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) pada Pemerintah Daerah di Wilayah IV Priangan Jawa Barat. 2) Bagaimana kualitas laporan keuangan pada Pemerintah Daerah di Wilayah IV Priangan Jawa Barat. 3) Bagaimana pengaruh penerapan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) terhadap kualitas laporan keuangan pada Pemerintah Daerah di Wilayah IV Priangan Jawa Barat. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini memperoleh gambaran mengenai keterkaitan objek penelitian dengan melihat relevansi antara praktik yang sebenarnya pada pemerintahan dengan teori mengenai penerapan Sistem Informasi Keuangan
10 Daerah (SIKD) yang berkaitan dengan kualitas laporan keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Mengetahui bagaimana penerapan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) pada Pemerintah Daerah di Wilayah IV Priangan Jawa Barat. 2) Mengetahui bagaimana kualitas laporan keuangan pada Pemerintah Daerah di Wilayah IV Priangan Jawa Barat. 3) Mengetahui pengaruh penerapan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) terhadap kualitas laporan keuangan pada Pemerintah Daerah di Wilayah IV Priangan Jawa Barat. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa kegunaan, antara lain: 1) Kegunaan akademis Kegunaan penelitian pada aspek akademis dari temuan hasil penelitian yaitu memberikan gambaran dan pemahaman bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian lain, menyempurnakan dan mendalami kajian spesifik tentang pengaruh penerapan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas laporan keuangan Pemerintah Daerah. 2) Kegunaan Praktis Pada aspek praktis, penelitian ini berguna untuk memberikan beberapa rekomendasi dan masukan bagi Pemerintah Daerah di Wilayah IV Priangan Jawa
11 Barat dalam mengevaluasi pelaksanaan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas laporan keuangannya.