UJI KLINIS EKSTRAK HERBA SAMBILOTO TUNGGAL DIBANDING KOMBINASI DENGAN KLOROKUIN PADA PENGOBATAN MALARIA FALCIPARUM TANPA KOMPLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium

ABSTRAK. Pembimbing I : Susy Tjahjani, dr., M.Kes. Pembimbing II : Ronald Jonathan, dr., M.Sc., DTM&H

Elly Herwana Departemen Farmakologi dan Terapi FK Universitas Trisakti

GAMBARAN KLINIS PASIEN GASTROENTERITIS DEWASA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN PERIODE JUNI DESEMBER 2013 OLEH :

TATALAKSANA MALARIA. No. Dokumen. : No. Revisi : Tanggal Terbit. Halaman :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis,

DAFTAR ISI. BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Penelitian...26

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI MALARIA DI LABORATORIUM RUMAH SAKIT UMUM PANGLIMA SEBAYA TANAH GROGOT KALIMANTAN TIMUR PERIODE

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA. Ar11l ELVIEN LAHARSYAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di beberapa Negara tropis dan subtropis saat

Medan Diduga Daerah Endemik Malaria. Umar Zein, Heri Hendri, Yosia Ginting, T.Bachtiar Pandjaitan

DEFINISI KASUS MALARIA

ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI RSUD TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang

BAB II 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia dan tubuh nyamuk.

BAB I PENDAHULUAN. Malaria ditemukan hampir di seluruh bagian dunia, terutama di negaranegara

Gambaran Penggunaan Uji Serologis Ig M dan Ig G Serta Antigen NS1 Untuk Diagnosis Pasien Demam Berdarah Dengue di RSUP Haji Adam Malik Tahun 2012

ABSTRAK. PENGARUH SARI BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP PARASITEMIA PADA MENCIT JANTAN STRAIN BALB/c YANG DIINOKULASI Plasmodium berghei

ABSTRAK. Helendra Taribuka, Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang

GAMBARAN FAKTOR RISIKO PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK. Oleh : YULI MARLINA

KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT JANTUNG REMATIK PADA ANAK DI RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

Gambaran Infeksi Malaria di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012

Plasmodium falciparum is the cause of

BAB I PENDAHULUAN. Separuh penduduk dunia berisiko tertular malaria karena hidup lebih dari 100

PERNYATAAN. Jember, 4 Juni 2010 Yang menyatakan, Siti Agus Mulyanti NIM

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serta meningkatkan daya tahan tubuh. Tingginya permintaan obat herbal

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

TATALAKSANA MALARIA. Dhani Redhono

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PASIEN ANAK DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN DARI JANUARI HINGGA DESEMBER 2009 KARYA TULIS ILMIAH.

Pemanfaatan Tumbuhan Obat Dalam Upaya Pemeliharaan Kesehatan

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI RSUP. HAJI ADAM MALIK, MEDAN PERIODE JANUARI 2009-DESEMBER 2009

SKRIPSI. Oleh Thimotius Tarra Behy NIM

PROFIL PENDERITA DIARE PADA ANAK BALITA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN Oleh : AHMAD SYAFIQ AKMAL BIN ISHAK

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah

Gejala dan Tanda Klinis Malaria di Daerah Endemis

SKRINING MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUASIN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO PROPINSI JAWA TENGAH

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ABSTRAK. PENGARUH FRAKSI AIR KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana) DAN ARTEMISININ TERHADAP PARASITEMIA PADA MENCIT YANG DIINOKULASI Plasmodium berghei

PENGALAMAN IBU HAMIL DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM

ANALISIS BIAYA DAN TATALAKSANA PENGOBATAN MALARIA PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD ULIN BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN PERIODE TAHUN

1 Universitas Kristen Maranatha

KOMBINASI KININ-DOKSISIKLIN DIBANDINGKAN DENGAN KININ-KLINDAMISIN SEBAGAI PENGOBATAN MALARIA FALCIPARUM PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Tahun 2006, World Health Organization melaporkan lebih dari seperempat

AZIMA AMINA BINTI AYOB

HUBUNGAN OBESITAS DAN KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN. Oleh : AYU YUSRIANI NASUTION

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN PUTRI MALU (Mimosa pudica) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysentriae

Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

POPPY SISKA ISABELLA

Uji sensitivitas in vivo Plasmodium falciparum terhadap klorokuin: Studi di Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo

GAMBARAN NILAI MANTOUX TEST PADA ANAK DENGAN RIWAYAT KONTAK DENGAN ORANG DEWASA SATU HUNIAN YANG MENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PADANG BULAN, MEDAN

CHACHA MARISSA ISFANDIARI

GAMBARAN GEJALA KLINIK, HEMOGLOBIN, LEUKOSIT, TROMBOSIT DAN WIDAL PADA PENDERITA DEMAM TIFOID DENGAN


POLA PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) PADA PASIEN ANAK TB PARU RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT HAJI MEDAN PERIODE JANUARI - JUNI 2012

HUBUNGAN ANTARA SUBJECTIVE GLOBAL ASSESSMENT DENGAN KUALITAS HIDUP DAN PHASE ANGLE PADA BIOELECTRICAL IMPEDANCE ANALYSIS PASIEN LIMFOMA NON HODGKIN

SEBAGAI PEROKOK. Oleh: ARSWINI PERIYASAMY

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

PERAN SULFAS FERROSUS SEBAGAI PENGIKAT FOSFAT (PHOSPHATE BINDER) PADA PASIEN PGK DENGAN HEMODIALISIS REGULER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROPORSI DAN KARAKTERISTIK PENYEBAB PERDARAHAN SALURAN CERNA BAHAGIAN ATAS BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN ENDOSKOPI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang

GAMBARAN PERUBAHAN BERAT BADAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS SELAMA PENGOBATAN DOTS DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU MEDAN TAHUN 2009

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium.

HASIL KOLONOSKOPI PADA PASIEN DENGAN PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2012

STATUS PENDENGARAN PADA TIGA ORANG PENDERITA TUBERKULOSIS YANG MENDAPATKAN PENGOBATAN STREPTOMISIN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada

ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI PUSKESMAS SUNGAI AYAK III KALIMANTAN BARAT TAHUN 2010

ABSTRAK. EFEKTIVITAS FRAKSI ETIL ASETAT KULIT MANGGIS TERHADAP PARASITEMIA PADA MENCIT YANG DINOKULASI Plasmodium berghei

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh ENDAH FITRI NOVITASARI PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

KORELASI KADAR STATUS BESI DENGAN DERAJAT KELAS FUNGSIONAL PASIEN GAGAL JANTUNG KRONIS YANG DIRAWAT INAP DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN TESIS

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bagian Ilmu Penyakit Dalam, sub

PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA TERHADAP KANKER LEHER RAHIM (CERVICAL CANCER) DI KELURAHAN BAGAN DELI KECAMATAN MEDAN BELAWAN KOTA MEDAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI PARASIT. dr. Agung Biworo, M.Kes

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

PENGARUH TERAPI HEMODIALISIS REGULER TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI PULMONAL TESIS. Theresia Susilo NIM

Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

ABSTRAK. EFEK ANALGETIK EKSTRAK ETANOL SAMBILOTO (Andrographis paniculata, (Burm f) Nees) PADA MENCIT BETINA GALUR Swiss-Webster

HUBUNGAN ANTARA MEROKOK DENGAN TERJADINYA KANKER PARU DI DEPARTEMEN PULMONOLOGI FK USU/RSUP H.ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik.

HUBUNGAN PAPARAN ASAP ROKOK ORANG TUA DAN LINGKUNGAN RUMAH TERHADAP KEJADIAN LEUKEMIA PADA ANAK DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN KARYA TULIS ILMIAH.

PROPORSI TRICHOMONAS VAGINALIS PADA WANITA RISIKO TINGGI DI DESA TIGA BINANGA, DESA KUTA BANGUN DAN DESA SEMPAJAYA KABUPATEN KARO TESIS RIYADH IKHSAN

PREVALENSI DIABETES MELLITUS DAN HIPERTENSI PADA GAGAL GINJAL KRONIK STAGE 5 YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI KLINIK RASYIDA MEDAN TAHUN 2011.

TERAPI TOPIKAL AZELAIC ACID DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE+ZINC PADA AKNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

ABSTRAK. EFEK TERAPI AJUVAN EKSTRAK DAUN SELEDRI (Apium graveolens L.) TERHADAP PENDERITA HIPERTENSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan kohort prospektif.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Prevalensi dan Gambaran Faktor-Faktor Resiko Terjadinya Skabies di Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Medan Tahun 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR RISIKO PERDARAHAN DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2012 SKRIPSI

Transkripsi:

UJI KLINIS EKSTRAK HERBA SAMBILOTO TUNGGAL DIBANDING KOMBINASI DENGAN KLOROKUIN PADA PENGOBATAN MALARIA FALCIPARUM TANPA KOMPLIKASI PENELITIAN DI KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA FEBRUARI JULI 2006 TESIS OLEH RUDI MAHRUZAR DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN TAHUN

KATA PENGANTAR Sebelumnya penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan berkat rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis mampu menyelesaikan pendidikan dan tesis ini dengan judul UJI KLINIS EKSTRAK HERBA SAMBILOTO TUNGGAL DIBANDING KOMBINASI DENGAN KLOROKUIN PADA PENGOBATAN MALARIA FALCIPARUM TANPA KOMPLIKASI DI KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pandidikan keahlian Ilmu Penyakit Dalam pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan. Dengan selesainya Tesis ini, penulis menyampaikan terima kasih dan rasa hormat serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : 1. Dr. Salli Rossefi Nasution SpPD-KGH, selaku Kepala Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK-USU yang telah memberi kemudahan, perhatian yang besar terhadap pendidikan penulis. 2. Dr. Zulhelmi Bustami. SpPD-KGH dan Dr. Dharma Lindarto. SpPD- KEMD sebagai Ketua dan Sekretaris Program Pendidikan Dokter Spesialis Penyakit Dalam FK-USU yang telah membantu serta memberikan bimbingan dan arahan selama mengikuti pendidikan.

3. Seluruh staf Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK-USU/RSUD. Dr. Pirngadi/RSUP. H. Adam Malik Medan : Prof. Dr. H. Harun Rasyid Lubis. SpPD-KGH, Prof. Dr. H.T. Renardi Haroen. SpPD.MPH.KKV, Prof. Dr. H. Bachtiar Fanani Lubis. SpPD-KHOM, Prof. Dr. Hj. Habibah Hanum Nasution. SpPD-Kpsi, Prof. Dr. Sutomo Kasiman. SpPD. SpJP. KKV, Prof. Dr. Azhar Tanjung. SpPD. SpMK. KAI. KP, Prof. Dr. Kariman Soedin. SpPD-KPTI (Alm). Prof. Dr. Pangarapen Tarigan.SpPd-KGEH, Prof. Dr. O.K. Moehadsyah. SpPD-KR, Prof. Dr. H.M. Yusuf Nasution. SpPD-KGH, Prof. Dr. Azmi S Kar. SpPD-KHOM, Prof. Dr. Lukman Hakim Zein. SpPD-KGEH, Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar. SPPD-KGEH, Dr. Rusli Pelly. SpPD-KP (Alm), Dr. Nur Aisyah. SpPD-KEMD, Dr. A. Adin St. Bagindo. SpPD-KKV, Dr. Lufti Latief. SpPD-KKV, Dr. Rustam Effendi YS. SpPD, Dr. T. Bachtiar Pandjaitan. SpPD-KPTI, Dr. Syafii Piliang. SpPD-KEMD, Dr. O.K. Alfien Syukran. SpPD-KEMD (Alm), Dr. Betthin Marpaung. SPPD-KGEH, Dr. Sri Maryani Soetadi. SPPD-KGEH, Dr. Abiran Nababan. SpPD-KGEH, Dr. Harun Al Rasyid SpPD, Dr. Mabel Sihombing. SPPD-KGEH, Prof. Dr. Harris Hasan. SpPD. SpJP, Dr.Alwinsyah Abidin. SpPD-KP, Dr. Abdurrahim Rasyid Lubis. SpPD-KGH, Dr. Chairul Bahri. SpPD-KEMD (Alm), Dr. Pirma Siburian. SpPD-KGER, Dr. Refli Hasan. SpPD. SpJP,

Dr. Juwita Sembiring. SPPD-KGEH, Dr. Armon Rahimi. SpPD-KPTI, Dr. Leonardo Dairy. SPPD-KGEH, Dr. Tunggul Ch. SpPD-KGH (Alm), Dr. E.N. Keliat. SpPD-KP, Dr. Nasrun Makmur. SpPD, Dr. Heryanto Yoesoef. SpPD, Dr. Tambar Kembaren. SpPD, Dr. Zuhrial. SpPD, Dr. Mardianto. SpPD, Dr. Blondina Marpaung. SpPD-KR, Dr. Daud Ginting. SpPD, Dr. Saut Marpaung. SpPD, Dr. Rahmad Isnanta. SpPD, Dr. Zainal Safri. SpPD, Dr. Ilham. SpPD, Dr. Santi Syafril, SpPD yang telah memberi bimbingan/petunjuk kepada saya selama mengikuti pendidikan. 4. Direktur RSUP. H. Adam Malik/Direktur RSUD. Dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan bantuan dan kemudahan serta keizinan dalam menggunakan fasilitas dan sarana rumah sakit dalam menunjang pendidikan keahlian ini. 5. Dra. Rosmulyati Ilyas. Apt, Kepala Pusat Riset Obat dan Makanan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, yang mendukung penelitian ini sehingga terlaksana. 6. Prof. DR. Sumadio Hadisahputro. Apt. dan Drs. H. Awaluddin Saragih. MSi. Apt, Fakultas Farmasi USU, yang telah memberikan bantuan dalam pengadaan sediaan kapsul Ekstrak Sambiloto. 7. Para sejawat peserta PPDS-I, perawat serta paramedis lainnya dan seluruh karyawan/karyawati dilingkungan Departemen/SMF/UPF

Penyakit Dalam RSUP. H. Adam Malik/RSUD. Dr. Pirngadi Medan, karena tanpa mereka tidak mungkin penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini. 8. Para penderita rawat inap dan rawat jalan di SMF/UPF Penyakit Dalam RSUP. H. Adam Malik/RSUD. Dr. Pirngadi Medan, karena tanpa adanya mereka tidak mungkin penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini. 9. Direktur RSUD. Langsa Pemerintah Kota Madya Langsa Provinsi Nangro Aceh Darussalam Dr. Razif, SpA yang telah memberi kesempatan dan bimbingan kepada penulis selama ditugaskan sebagai Konsultan Penyakit Dalam di RSUD Langsa, dalam rangka pendidikan ini. 10. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang memberikan izin dan menerima saya sehingga dapat mengikuti pendidikan keahlian ini. 11. Guru-guru saya sejak mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Perguruan Tinggi yang membimbing, mengajarkan Ilmu pengetahuan kepada saya sehingga bisa seperti sekarang ini. 12. DR. Dr. H Umar Zein. SpPD. DTM & H. MHA. KPTI. sebagai pembimbing yang telah banyak memberikan arahan baik selama

melaksanakan penelitian maupun pada penyusunan Tesis ini, dan Dr. Yosia Ginting. SpPD-KPTI. yang telah begitu banyak memberikan bantuan dalam pelaksanaan penelitian ini, dr. Machmoud Fauzi SpPD dan Laboratorium Prodia yang telah membantu saya dalam perawatan subjek, seluruh staf RSUD Panyabungan khususnya ibu Helena Sitorus, yang telah banyak membantu pelaksanaan penelitian ini. 13. Bupati Kabupaten Mandailing Natal, Bapak Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal, Bapak Direktur RSUD. Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal yang telah memberi fasilitas maupun petunjuk sehingga penelitian ini terlaksana dengan baik. Kemudian buat kedua orang tua saya ayahanda H. Mahlil Lubis dan ibunda Hj. Albinar Syamsiar Nasution yang saya cintai dan hormati, yang telah melahirkan, mengasuh, membesarkan, mendidik serta mendukung dan mendo akan serta sebagai sumber motivasi saya dalam menjalani pendidikan, serta mertua saya Alm. H. Ahmad Muda Siregar dan Hj. Rohimah Harahap, yang telah memberi semangat, saya ucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya. Kepada istriku tercinta Zuraida Siregar, SKM yang selalu mendampingi dalam suka dan duka. Sulit rasanya memilih kata yang tepat untuk menyampaikan rasa terima kasih atas kesabaran, dan pengertian serta

pengorbanan, dan dorongan yang telah engkau berikan selama ini, sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan ini, semoga kita pandai mensyukuri nikmat dari Allah SWT sehingga mendapat perlindungan dan memberi petunjuk jalan yang benar kepada kita semua serta meridhoi jalan yang kita tempuh. Akhirnya kepada berbagai pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu pada kesempatan ini, yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung berupa materi, tenaga, buah fikiran, motivasi dan lain-lain sehingga terlaksananya penelitian dan penyusunan tesis ini, saya menyampaikan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya, semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka dengan berlipat ganda, Amiin ya Robbal Alamin. Medan, April Penulis (Rudi Mahruzar)

Abstrak UJI KLINIS EKSTRAK HERBA SAMBILOTO TUNGGAL DIBANDING KOMBINASI DENGAN KLOROKUIN PADA PENGOBATAN MALARIA FALCIPARUM TANPA KOMPLIKASI DI KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA Rudi Mahruzar, Umar Zein Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Departemen Penyakit Dalam FK-USU/RSUP. H. Adam Malik Medan Latar belakang : Di banyak negara terutama dibagian belahan Afrika dan Asia tenggara termasuk Indonesia penyakit malaria terutama malaria falciparum masih merupakan masalah besar yang merupakan salah satu penyebab tingginya angka kematian. Obat malaria yang ada saat ini banyak yang telah resisten. Klorokuin salah satu obat antimalaria yang banyak dilaporkan telah resisten. Untuk mengatasi resistensi obat anti malaria, berbagai penelitian terus dilakukan dalam rangka mencari obat antimalaria baru baik itu secara invitro maupun invivo, diantaranya obat-obat tradisional yang dipakai masyarakat termasuk Sambiloto (Andrographis paniculata Nees). Tujuan : Untuk menilai efektifitas Ekstrak Herba Sambiloto tunggal 250 mg sebagai antimalaria pada malaria falciparum tanpa komplikasi. Metode : Penelitian dilakukan pada 50 pasien yang memenuhi kriteria inklusi yang kemudian secara random diberi obat bernomor, yang kemudian akan diketahui terbagi dalam dua kelompok yaitu : Kelompok I : Diberikan Sambiloto kapsul 250 mg (setiap kapsul mengandung Ekstrak Sambiloto 250 mg (ES250)) dan Sambiloto kapsul plasebo tiga kali sehari selama lima hari Per Oral. Disamping itu diberikan juga empat kapsul Klorokuin plasebo pada hari I dan II serta dua kapsul Klorokuin plasebo pada hari III Per Oral. Kelompok II : Diberikan Sambiloto kapsul 250 mg (setiap kapsul mengandung Ekstrak Sambiloto 250 mg) dan Sambiloto kapsul plasebo tiga kali sehari selama lima hari Per Oral. Disamping itu diberikan juga empat kapsul Klorokuin basa 150 mg pada hari I dan II serta dua kapsul Klorokuin

basa 150 mg pada hari III Per Oral. Kepadatan parasit diperiksa pada hari ke 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, kemudian hari ke 14, 21, dan 28. Hasil : Dari 50 subjek, 21 orang pada kelompok ES250 yang mengikuti sampai akhir periode sedangkan pada Kelompok ES250+K sebanyak 20 orang, sedangkan keluhan pasien yang terbanyak adalah mialgia/pegal (88%) dan yang terendah adalah mencret (8%), Parasite Clearance Time kelompok ES250 dan ES250+K mulai pada hari ke 7 dan tidak berbeda bermakna pada kedua kelompok. Efikasi obat uji pada kedua kelompok didapatkan lebih dari 90% dan tidak berbeda bermakna, Efek samping kedua kelompok yang paling banyak adalah mual (16%) dan yang paling sedikit adalah Menggigil (2%). Kesimpulan : Kapsul Ekstrak Herba Sambiloto 250 mg efektif sebagai antimalaria. Kata kunci : Malaria Falciparum Tanpa Komplikasi, Resistensi obat antimalaria, Ekstrak Herba Sambiloto

Abstract CLINICAL TRIAL OF SINGLE HERBA SAMBILOTO EXTRACT COMPARED WITH COMBINATED CHOLOROQUINE IN THE TREATMENT OF UNCOMPLICATED MALARIAE FALCIPARUM IN MANDAILING NATAL REGENCY OF NORTH SUMATERA PROVINCE Rudi Mahruzar, Umar Zein Trofical and Infection Division Departement of Internal Medicine Medical Faculty University of North Sumatera/Haji Adam Malik Hospital Medan Backsground : In many countries especially in Africa and Southeast Asia including Indonesia. Malaria disease especially malaria falciparum is still a great problem causing high mortality rate. A lot of antimalarial drugs available now a days are resistant. To solve the antimalarial drug resistancy, several studies, invitro and invivo are kept on attempted in order to find novel antimalarial drugs, some of them are Herbal medicine used in community included sambiloto (Andrograpees paniculata Nees) Aim : To evaluate the effectively of single Herba Sambiloto Extract 250 mg as an antimalarial drug in uncomplicated malaria falciparum. Methods : This study was being conducted in 50 patients fulfilled inclusion criteria, and then randomly given numberized drugs, divided in two groups, group I was given Sambiloto capsules 250 mg (each capsule contains Sambiloto Extract 250 mg (ES250)) and placebo Sambiloto capsule three times a day per oral for five days. Besides that, they were also given four capsules placebo Choloroquine on the first and second day, and two capsules of placebo Choloroquine on the third day, per oral. Group II, was given Sambiloto capsule placebo three times a day for five days per oral. Besides that, they were also taken four capsules of Choloroquine base 150 mg on the first day and the second day, and two capsules of Choloroquine base 150 on the third day per oral. Parasite density was evaluated on days 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 and then on days 14, 21, and 28.

Results : Of 50 subjects, there are 21 subjects on ES250 groups who were still being followed until the end of the priod, while there are 20 subjects in ES 250 group. The most common patients complaint was myalgia (88%), and the least was diarrhea (8%). Parasite Clearance Time in ES250 group and ES250+K groups were started from day 7 and did not differ significantly between the two groups. Efficacy of the tested drugs in both groups was more than 90% and did not differ significantly. The most common side effect in both groups was nausea (16%), and the least was shivering (2%). Conclusion : Herba Sambiloto Extract capsule 250 mg is effective as an antimalarial drug. Keywords : Uncomplcated Malaria Falciparum, The antimalaria drug Resistancy, Herba Sambiloto Extract.

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...vii DAFTAR GAMBAR DAN TABEL...x ABSTRAK...xi BAB-I. PENDAHULUAN...1 BAB-II. TINJAUAN PUSTAKA...5 2.1. Malaria falciparum tanpa komplikasi...5 2.2. Siklus hidup plasmodium...5 2.3. Diagnosis malaria falciparum...6 2.3.1. Tanda dan Gejala klinis...6 2.3.2. Pemeriksaan Laboratorium...7 2.4. Penilaian kriteria monitoring respon obat malaria (WHO2001)...8 2.5. Obat antimalaria di Indonesia...9 2.6. Obat antimalaria baru...9 2.7. Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Nees)...10 2.7.1. Uraian tumbuhan...10 2.7.2. Morfologi tumbuhan...10

2.7.3. Kandungan kimia dan efek farmakologi...11 2.8. Penelitian Herba Sambiloto(Andrographis paniculata Nees)...13 BAB-III. PENELITIAN SENDIRI...15 3.1. Latar belakang... 15 3.2. Perumusan masalah......18 3.3. Hipotesis.........18 3.4. Tujuan penelitian...18 3.5. Manfaat penelitian...18 3.6. Bahan dan cara...19 3.6.1. Disaín penelitian...19 3.6.2. Waktu dan tempat penelitian...19 3.6.3. Subjek penelitian...19 3.6.4. Kriteria inklusi......20 3.6.5.Kriteria eksklusi......20 3.6.6. Populasi dan sampel.....21 3.6.7. Persetujuan Komite Etik Penelitian Bidang Kesehatan..22 3.6.8. Cara kerja.....22 3.6.9. Analisis data....30 3.7. Hasil Penelitian...31 3.7.1. Karakteristik Subjek Penelitian...31

3.7.2. Keluhan Pasien...33 3.7.3. Parasite Clearance Time (PCT)...34 3.7.4. Efikasi obat uji...36 3.7.5. Efek samping obat uji...37 BAB-IV. PEMBAHASAN...38 BAB-V. KESIMPULAN DAN SARAN...40 5.1. Kesimpulan...40 5.2. Saran...41 DAFTAR PUSTAKA...42 LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN Di banyak negara terutama dibagian belahan Afrika dan Asia tenggara termasuk Indonesia penyakit malaria terutama malaria falciparum masih merupakan masalah besar yang merupakan salah satu penyebab tingginya angka kematian, diperkirakan 100 juta kasus terjadi pertahun dengan satu persen diantaranya meninggal. Sedangkan di Indonesia diperkirakan 15 juta penduduk menderita malaria 30 ribu diantaranya meninggal dunia. 1 Di Indonesia salah satu daerah endemis malaria yang mempunyai angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi terutama malaria falciparum adalah Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera utara. Sementara itu obat-obat anti malaria konvensional yang selama ini beredar seperti Klorokuin (K) dan Pyrimetamin Sulfadoxin (PS) yang masih banyak digunakan masyarakat telah mulai menunjukkan resisten terhadap Plasmodium. Sedangkan penemuan obat-obat baru antimalaria di Indonesia saat ini masih belum ada. 2 Ginting dan kawan-kawan melaporkan bahwa resisten terhadap Klorokuin sebesar 47,5% dan terhadap Pyrimetamin Sulfadoxin sebesar 50%

secara in vivo pada penelitiannya di Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2001. 3 Berbagai penelitian terus dilakukan dalam rangka mencari alternatif untuk mengatasi resistensi obat anti malaria baik itu secara in vitro maupun in vivo. Salah satu usaha yang dilakukan dengan memberikan obat-obat tradisional yang selama ini diberikan di masyarakat termasuk diantaranya ialah Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) secara tunggal maupun kombinasi dengan obat konvensional yang selama ini beredar di masyarakat. 4 Andrographis paniculata Nees tumbuh di India, semenanjung Malaya dan hampir diseluruh Indonesia ditempat terbuka, dikebun, ditepi sungai, pada tanah yang gembur, sering tumbuh berkelompok. Tumbuh pada ketinggian 1 meter sampai 700 meter diatas permukaan laut. Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) di Indonesia mempunyai berbagai nama daerah. Didaerah Sumatera dikenal dengan nama Pepaitan (Melayu), di Jawa disebut Sambilata, Takila, Bidara, Sadilata (Jawa), Ki oray, Ki peurat, Takilo (Sunda), Indonesia Sambiloto. Dalam bahasa Cina 5, 6, 7 disebut Chuan xin lian. Andrographis paniculata (AP) yang juga dikenal sebagai King of Bitters adalah sejenis tumbuhan famili Acanthaceae telah digunakan secara

tradisional selama beberapa abad di Asia untuk mengobati penyakit gangguan saluran cerna dan pernapasan, demam, herpes, radang tenggorokan, dan beberapa penyakit kronik dan infeksi lainnya, termasuk malaria. Secara farmakologi disebutkan AP mempunyai sifat antara lain sebagai analgesik, antiinflamasi, antibakteri, antipriodik (seperti pada malaria), antiviral, dan memperbaiki imunitas. 8 Widyawaruyanti dan kawan-kawan tahun 1995, menemukan bahwa Ekstrak Herba Sambiloto pada konsentrasi 10.000 μg/ml dapat menghambat pertumbuhan Plasmodium falciparum secara in vitro dan mempunyai efektifitas yang sama dengan Klorokuin difosfat. 9 Nik Najib dan kawan-kawan tahun 1999 di Kuala Lumpur, mendapatkan efek antimalaria dari Andrographis paniculata lebih kuat dibanding daun sirih (Piper sarmentosum) dan brotowali (Tinospora crispa) secara in vivo. 10 Izwar dan kawan-kawan tahun 2003, melaporkan angka kesembuhan kombinasi Ekstrak Herba Sambiloto dan Klorokuin sebesar 82% dibandingkan dengan angka kesembuhan Klorokuin tunggal sebesar 52% di Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara. 11 Fauzi M dan kawan-kawan tahun 2004, melaporkan angka kesembuhan kombinasi Ekstrak Herba Sambiloto dan Pirimetamin

Sulfadoksin sebesar 100% dibandingkan dengan angka kesembuhan Pirimetamin Sulfadoksin tunggal sebesar 55% di Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara. 12 Berdasarkan uraian diatas penulis berkeinginan untuk meneliti efek antimalaria dari Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) tunggal dibanding kombinasi dengan Klorokuin pada pengobatan malaria falciparum tanpa komplikasi di kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Malaria falciparum tanpa komplikasi Malaria falciparum tanpa komplikasi termasuk dalam golongan malaria ringan, adalah penyakit malaria yang disebabkan Plasmodium falciparum dengan tanda klinis ringan yaitu demam, menggigil, dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal tanpa disertai kelainan fungsi organ. 13 2.2. Siklus hidup Plasmodium. Siklus hidup semua spesies plasmodium parasit malaria adalah sama, yaitu terjadi siklus dari satu stadium ke stadium lainnya pada nyamuk Anopheles dan manusia dengan cara setelah melalui satu siklus di vektor nyamuk Anopheles kemudian pindah ke manusia untuk menjalani satu siklus lagi dan selanjutnya berpindah lagi ke nyamuk Anopheles begitu seterusnya. Siklus yang terjadi pada nyamuk Anopheles disebut siklus seksual (sporogoni) sedangkan siklus yang terjadi pada manusia disebut siklus

aseksual yang terdiri dari fase eritrosit (erythrocytic schizogony) dan fase diluar eritrosit yang berlangsung diparenkim sel hepar (exo- erythrocytic 14, 15, 16, 17, 18, 19 schizogony). 2.3. Diagnosis malaria falciparum Diagnosis malaria falciparum sebagaimana penyakit infeksi pada umumnya didasarkan pada tanda dan gejala klinis, serta pemeriksaan laboratorium melalui pemeriksaan mikroskopis dijumpai adanya parasit (Plasmodium falciparum) yang terdapat didarah penderita. 20 2.3.1. Tanda dan gejala klinis Tanda dan gejala klinis malaria terdiri dari : 20 1. Riwayat, - tanda utama : menggigil, demam, berkeringat (trias) - Disertai sakit kepala, mual dan atau muntah, kadang-kadang diare dan nyeri otot. - Perjalanan kewilayah endemik malaria 1-4 minggu sebelumnya. - Pernah menderita penyakit malaria - Riwayat transfusi darah

- Gejala didaerah endemik biasanya ringan dan tidak klasik karena sudah ada antibodi, didaerah bukan endemik gejala lebih klasik dan cenderung lebih berat. 2. Pemeriksaan fisik. - Demam - Biasanya konjunctiva palpebra inferior pucat - Splenomegali, didaerah endemik biasanya lebih sering dan berat terutama pada anak-anak. - Hepatomegali. 2.3.2. Pemeriksaan Laboratorium. Pemeriksaan laboratorium merupakan diagnosa pasti penyakit malaria falciparum dengan melakukan Pemeriksaan darah tepi (darah tebal dan darah tipis) dengan menemukan Plasmodium falciparum. 20

2.4. Penilaian kriteria monitoring respon obat malaria (WHO 2001) - Kegagalan Pengobatan Dini (KPD) (Early Treatment Failure), bila 21, 22 terjadi salah satu kriteria dibawah ini : 1. Ditemukan tanda-tanda bahaya atau malaria berat dengan komplikasi pada H 1, H 2, H 3 2. Kepadatan parasit (parasitemia) pada H 2 >H 0. 3. Kepadatan parasit (parasitemia) pada H 3 > 25% H 0. 21, 22 - Kegagalan Pengobatan Kasep (Late Treatment Failure) : 1. Gagal obat kasep secara klinis dan parasitologis (Late Clinical & Parasitological Failure = LCPF) Bila terjadi salah satu kriteria dibawah ini pada hari ke 4 sampai ke 28. a. terjadi gejala malaria berat b. masih terdapat parasit bentuk seksual disertai panas > 37,5 0 C 2. Gagal Obat Kasep Parasitologik (Late Parasitological Failure=LPF) Bila masih terdapat parasit bentuk aseksual pada hari ke 7, 14, 21 dan 28 walaupun tidak disertai demam.

Apabila terjadi kegagalan obat diberikan pengobatan tahap berikutnya, bila termasuk malaria berat diberikan pengobatan malaria berat. 2.5. Obat antimalaria di Indonesia Saat ini obat antimalaria yang tersedia di Indonesia terbatas pada Klorokuin, Pirimetamin Sulfadoksin, Kina dan Primakuin. 23 Antibiotika yang bersifat antimalaria seperti derivat Tetrasiklin, Doksisiklin, Klindamisin, Eritromisin, Kloramfenikol, Sulfametoksazol Trimetorpin dan Quinolon. Obat ini umumnya bersifat skizontosida darah, untuk Plasmodium falciparum kerjanya sangat lambat dan kurang efektif. Oleh sebab itu, obat ini digunakan bersama obat antimalaria lain yang kerjanya cepat dan menghasilkan efek potensiasi yaitu antara lain dengan Kina. 24 2.6. Obat antimalaria baru Obat antimalaria baru sampai saat ini belum ada yang terdaftar dan beredar di Indonesia, beberapa obat baru seperti: Meflokuin, Halofantrin, derivat Artemisinin, dan lain-lain, merupakan obat malaria yang belum

terdaftar dan beredar secara resmi di Indonesia. Oleh karena itu sangat diperlukan penelitian-penelitian uji klinis untuk mempersiapkan obat malaria baru sebagai obat alternatif didaerah-daerah endemis malaria. 24 2.7. Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) 2.7.1. Uraian tumbuhan Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) adalah tumbuhan yang termasuk famili Acanthaceae, banyak tersebar luas diseluruh dunia terutama didaerah tropis seperti di India, semenanjung Malaka, dan hampir di seluruh Indonesia pada tempat seperti : di kebun, ditepi sungai, tanah gembur, dan sering tumbuh berkelompok. Tumbuh didataran rendah sampai ketinggian 700 meter diatas permukaan laut. Didaerah Sumatera dikenal dengan nama Papaitan, di Jawa disebut Sambilata, Takila, Sadilata, Bidara, Ki oray, Ki 25, 26, 27 piurat. 2.7.2. Morfologi tumbuhan. Sambilota (Andrographis paniculata Nees) tumbuh tegak, tingginya 40-90 cm, disertai banyak cabang dengan letak yang berlawanan, cabang

berbentuk segi empat (kwadrangularis) dan tidak berambut. Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan silang, bentuk daun lanset, pangkal daun runcing, ujung daun meruncing, tepi daun rata, permukaan atas hijau tua, bagian bawah hijau muda, panjang daun 2-8 cm, lebar 1-3 cm, panjang tangkai daun 5-25 mm, daun bagian atas bentuknya seperti daun pelindung, perbungaan tegak bercabang-cabang, gagang bunga 3-7 mm, panjang kelopak bunga 3-4 mm, bunga berbibir bentuk tabung, panjang 6 mm, bibir bunga bagian atas berwarna putih dengan warna kuning dibagian atasnya, ukuran 7-8 mm, bibir bunga bawah lebar berbentuk biji, berwarna ungu dan panjang 6 mm. Tangkai sari sempit dan melebar pada bagian pangkal, panjang 6 mm. Bentuk buah jorong, panjang sekitar 1,5 cm lebar 0,5 cm, pangkal dan ujung tajam, bila masak akan pecah membujur terbagi menjadi 4 keping, biji gepeng, kecil-kecil, warnanya coklat muda. Perbanyakan 27, 28 dengan biji atau stek batang. 2.7.3. Kandungan kimiawi dan Efek Farmakologi Daun Sambiloto mengandung Saponin, Flavonoida, dan Tanin. Beberapa kandungan kimia daun dan cabang Sambiloto yaitu Lakton yang terdiri dari Deoxy-andrographolide, Andrographolide (zat pahit), Neoandrographolide, 14 deoxy-11,12 didehydroandrographolide, dan

Homoandrographolide. Flavonoid dari akar mengandung Polymethoxyflavone, Andrographin, Panicolin, Mono-o-methylwithin, Apegenin-7, 4-dimethyl eter, Alkana, Keton, Aldehid, Kalium, Kalsium, Natrium, asam Kersik, dan Damar. Kandungan lain yaitu Andrographolide kurang dari 1%, Kalmegin (zat amorf), Hablur kuning yang memiliki rasa 7, 8, 26, 27 pahit. Secara farmakologi Andrographis paniculata (AP) mempunyai kasiat sebagai analgesik, antibakteri, memperbaiki imunitas, antipiretik, antidiare, 26, 28 antiinflamasi, antimalaria, dan antiviral. Absorbsi dan ekskresinya cepat, delapan puluh persen ekskresinya melalui ginjal (urine) dan gastrointestinal, sembilan puluh persen akan dieliminasi dalam waktu 48 jam. 7, 28 Penggunaan sambiloto dalam dosis tinggi dapat menyebabkan perut tidak enak, muntah-muntah dan kehilangan selera makan. 7, 25 Obat ini tidak dianjurkan pemberiannya pada wanita hamil, diduga pengaruhnya kemungkinan dapat menyebabkan abortus. 29 Rudi Mahruzar : Ekstrak Herba Sambiloto Tunggal Dibanding Kombinasi Dengan Klorokuin Pada Pengobatan Malaria

dikutip dari 8 Gambar 1 : Andrographis paniculata Nees. 2.8. Penelitian Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) Herba sambiloto (Andrographis paniculata Nees) adalah satu dari tanaman obat yang terdapat hampir di seluruh daerah Indonesia. 5 Andrographis paniculata (AP) yang juga dikenal sebagai King of Bitters adalah sejenis tumbuhan famili Acanthaceae telah digunakan selama beberapa abad di Asia untuk mengobati beberapa penyakit termasuk malaria. 8 Widyawaruyanti dan kawan-kawan tahun 1995, yang menemukan bahwa Ekstrak Herba Sambiloto dapat menghambat pertumbuhan Plasmodium falciparum secara in vitro dan fraksi petroleum eter pada konsentrasi 10.000 µg/ml mempunyai efektivitas yang sama dengan

Klorokuin difosfat, sedangkan fraksi kloroform pada konsentrasi 10.000 µg/ml. 9 Nik Najib dan kawan-kawan 1999 di Kuala Lumpur, membandingkan efek antimalaria dari Andrographis paniculata (AP) dengan 2 jenis herbal lainnya daun sirih (Piper sarmentosum) dan brotowali (Tinospora crispa), dan mendapatkan efek antimalaria dari Andrographis paniculata (AP) lebih besar secara in vivo dan bentuk ekstrak kloroform Andrographis paniculata (AP) menghambat parasit malaria dengan dosis yang lebih kecil dibanding bentuk ekstrak metanol secara in vitro. 10 Melchior dan kawan-kawan melakukan uji klinis fase III terhadap pasien infeksi saluran nafas tanpa komplikasi dan mendapatkan perbaikan yang sangat signifikan dari kelompok Andrographis paniculata (AP) dibanding dengan plasebo dalam menghilangkan gejala dan tanda infeksi saluran nafas. 30 Thamlikitkul dan kawan-kawan melakukan uji klinis efek anti inflamasi Andrographis paniculata (AP) pada pasien faringo tonsilitis dewasa dan mendapatkan pada pemberian Andrographis paniculata (AP) dosis tinggi mempunyai efek yang bermakna dalam menghilangkan demam dan nyeri tenggorokan pada hari ke 3 dibandingkan dengan Andrographis paniculata (AP) dosis rendah. 29

BAB III PENELITIAN SENDIRI 3.1. Latar belakang Malaria merupakan penyakit infeksi menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan di beberapa negara di dunia sampai saat ini. Beberapa daerah endemik malaria di Indonesia, seperti di Kabupaten Mandailing Natal (Madina) Provinsi Sumatera Utara, angka morbiditas dan mortalitas Malaria, terutama Malaria falciparum masih cukup

tinggi. Sementara itu obat-obat antimalaria konvensional seperti Klorokuin, Pirimetamin Sulfadoksin, dan Kina yang masih banyak digunakan masyarakat sudah mulai menunjukkan penurunan keefektifannya. Sedangkan penemuan obat-obat baru antimalaria di Indonesia sampai saat ini masih belum ada. 21 Resistensi obat antimalaria merupakan masalah serius dan kendala dalam pemberantasan penyakit malaria di Indonesia. 2 Klorokuin salah satu obat antimalaria yang banyak dilaporkan telah resisten. Kasus resistensi obat anti malaria di Indonesia, terutama klorokuin penyebarannya tidak merata dan terdapat didaerah tertentu saja, namun semua provinsi telah melaporkan kasus resistensi obat malaria tersebut. Salah satu daerah di Indonesia yang dinyatakan sebagai daerah resisten Klorokuin yang bersifat sporadis adalah Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara pada tahun 1994. 31 Untuk mengatasi kasus resistensi obat Klorokuin pemerintah telah menyediakan obat alternatif yang sudah tersedia di Indonesia seperti Pirimetamin Sulfadoksin dan Kina, namun kedua obat tersebut juga telah mengalami resisten terhadap parasit Plasmodium falciparum. 32 Ginting dan kawan-kawan melaporkan resistensi terhadap Klorokuin sebesar 47,5% dan terhadap Pirimetamin Sulfadoksin 50% secara in vivo.

pada penelitiannya di Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal pada tahun 2001. 3 Berbagai penelitian terus dilakukan dalam rangka mengatasi resistensi obat antimalaria. Salah satu usaha yang dilakukan dengan pengobatan kombinasi. 33, 34 Beberapa terapi kombinasi telah banyak dilaporkan dalam mengatasi malaria dengan resistensi obat, tetapi belum ada yang efektif dan aman. 4 Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) adalah satu dari tanaman obat yang terdapat hampir di seluruh daerah Indonesia. 35 Andrographis paniculata (AP) yang juga dikenal sebagai King of Bitters adalah sejenis tumbuhan famili Acanthaceae telah digunakan selama beberapa abad di Asia untuk mengobati beberapa penyakit termasuk malaria. 8 Widyawaruyanti dan kawan-kawan tahun 1995, menemukan bahwa Ekstrak Herba Sambiloto pada konsentrasi 10.000 μg/ml dapat menghambat pertumbuhan Plasmodium falciparum secara in vitro dan mempunyai efektifitas yang sama dengan Klorokuin difosfat. 9 Nik Najib dan kawan-kawan tahun 1999 di Kuala Lumpur, mendapatkan efek anti malaria Andrographis paniculata lebih kuat

dibanding daun sirih (Piper sarmentosum) dan brotowali (Tinospora crispa) secara in vivo. 10 Izwar dan kawan-kawan tahun 2003, melaporkan angka kesembuhan kombinasi Herba Sambiloto dan Klorokuin sebesar 82% dibandingkan dengan angka kesembuhan Klorokuin tunggal sebesar 52% di Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara. 11 Fauzi M dan kawan-kawan tahun 2004, melaporkan angka kesembuhan kombinasi Herba Sambiloto dan Pirimetamin Sulfadoksin sebesar 100% dibandingkan dengan angka kesembuhan Pirimetamin Sulfadoksin tunggal sebesar 55% di Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara. 12 Dari uraian di atas peneliti ingin melakukan penelitian terhadap efek antimalaria dari Ekstrak Herba Sambiloto pada pengobatan malaria falciparum tanpa komplikasi dosis 250 mg dalam sediaan kapsul dibanding kombinasi dengan pengobatan standard menggunakan klorokuin. 3.2. Perumusan masalah Apakah Ekstrak Herba Sambiloto tunggal 250 mg dalam sediaan kapsul mempunyai efek antimalaria pada malaria falciparum tanpa komplikasi secara klinis.

3.3. Hipotesis Ekstrak Herba Sambiloto tunggal 250 mg dalam sediaan kapsul mempunyai efek antimalaria pada malaria falciparum tanpa komplikasi secara klinis. 3.4. Tujuan penelitian Untuk menilai efektifitas Ekstrak Herba Sambiloto tunggal 250 mg sebagai antimalaria pada malaria falciparum tanpa komplikasi. 3.5. Manfaat Penelitian Mendapatkan obat baru sebagai alternatif dalam pengobatan penderita malaria falciparum tanpa komplikasi. 3.6. BAHAN DAN CARA 3.6.1. Disain penelitian. Penelitian dilakukan secara uji klinis dengan metode desain parallel dengan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol bersifat independen.

3.6.2. Waktu dan tempat penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2006 s/d Juli 2006 Tempat penelitian : - Rumah Sakit Umum Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara. - Puskesmas Siabu Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara. 3.6.3. Subjek penelitian Laki-laki dan perempuan dengan gejala klinis malaria falciparum tanpa komplikasi dan dijumpai Plasmodium falciparum pada sediaan darah tepi yang bertempat tinggal di Kabupaten Mandailing Natal selama periode penelitian. 3.6.4. Kriteria inklusi Usia 18 tahun, laki-laki dan perempuan Didiagnosa sebagai pasien malaria falciparum tanpa komplikasi dengan kepadatan parasit 100/ml Tidak mengkonsumsi obat-obat yang bersifat antimalaria dalam 2 minggu terakhir, yang diketahui dari anamnese

Bersedia ikut dalam penelitian dan mengikuti prosedur yang ditetapkan (inform concern) 3.6.5. Kriteria eksklusi Bila dalam darah ditemukan Plasmodium jenis lain selain falciparum (mixed infection) Adanya efek samping terhadap obat yang diberikan pada masingmasing kelompok perlakuan, menyebabkan kondisi subjek memburuk, sehingga pengobatan harus dihentikan sebelum waktunya. Adanya gangguan fungsi hati, ginjal, dan jantung berat, yang diketahui dengan pemeriksaan fisik diagnostik dan laboratorium Tidak kontrol dengan teratur sesuai jadwal penelitian Ibu hamil/menyusui Selama pemantauan, terjadi gejala dan tanda malaria berat atau dari pemeriksaan parasit didapati tanda-tanda Early treatment failure/late treatment failure Mengundurkan diri dari penelitian. 3.6.6. Populasi dan sample. 36

N1 = N2 = (z 2PQ + z P 1 Q 1 + P 2 Q 2 ) 2 /(P 1 P 2 ) 2 P = ½(P 1 +P 2 ) Q = 1-P P 1 = Proporsi kesembuhan malaria falciparum tanpa komplikasi kombinasi sambiloto dengan klorokuin = 80 % P 2 = Proporsi kesembuhan malaria falciparum tanpa komplikasi sambiloto tunggal = 95 % Z = 0,960 Z = 0,5 Dari perhitungan diatas didapatkan besarnya sample pada masingmasing kelompok = 25 orang. 3.6.7. Persetujuan Komite Etik Penelitian Bidang Kesehatan Sebelum melakukan penelitian uji klinis ini dimintakan persetujuan dari Komite Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dengan mengajukan proposal penelitian. (Surat Persetujuan terlampir) 3.6.8. Cara kerja Pada pasien dewasa yang ditemukan di lapangan dengan gejala klinis malaria, mula-mula dilakukan skrining dengan pemeriksaan Rapid Test Malaria falciparum dengan Rapid test malaria Pf Acon Laboratories Inc.San

Diego, CA 9221, USA. Bagi yang memberikan hasil positip, dilanjutkan dengan pemeriksaan darah tepi malaria sediaan darah tebal dan tipis. Sediaan darah tebal berguna untuk menghitung kepadatan parasit. Hal ini dilakukan dengan mengambil darah dari jari tangan penderita, kemudian diletakkan pada dek gelas dan biarkan kering, lalu diwarnai dengan pewarnaan Giemsa 10% dalam larutan buffer ph 7,1 selama 10-15 menit. Setelah selesai lalu dicuci menggunakan aquades dengan hati-hati selama 1-2 menit lalu dibiarkan kering dan siap untuk diperiksa di bawah mikroskop. Pada sediaan darah tipis berguna untuk mengidentifikasi jenis parasit malaria. Cara pengecatan sama dengan pemeriksaan darah tebal namun sebelum dicat sediaan darah difiksasi dulu dengan metanol murni. Cara menghitung kepadatan parasit yaitu : Jumlah parasit aseksual dalam 1 mm 3 X. jumlah lekosit / mm = 200 3 Di mana X= jumlah parasit aseksual per 200 lekosit Semua penderita yang memenuhi kriteria inklusi dilakukan pemeriksaan klinis lengkap yang meliputi anamnese dan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium rutin dan kimia darah. Setiap penderita dirawat inap selama tiga hari di R.S.U.D Panyabungan atau puskesmas Siabu, yang selanjutnya secara random diberikan terapi sesuai dengan urutan nomor obat yang telah dibuat. Obat pertama dimakan di depan peneliti.

Setelah subjek yang direkrut jumlahnya terpenuhi sesuai dengan penghitungan besar sampel penelitian dan ditherapi dengan obat uji klinis yang diberi nomor, maka dari nomor obat akan diketahui subjek terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok I : Diberikan Sambiloto kapsul 250 mg (setiap kapsul mengandung Ekstrak Sambiloto 250 mg (ES250)) dan Sambiloto kapsul plasebo tiga kali sehari selama lima hari Per Oral. Disamping itu diberikan juga empat kapsul Klorokuin plasebo pada hari I dan II serta dua kapsul Klorokuin plasebo pada hari III Per Oral. Kelompok II : Diberikan Sambiloto kapsul 250 mg (setiap kapsul mengandung Ekstrak Sambiloto 250 mg) dan Sambiloto kapsul plasebo tiga kali sehari selama lima hari Per Oral. Disamping itu diberikan juga empat kapsul Klorokuin

basa 150 mg pada hari I dan II serta dua kapsul Klorokuin basa 150 mg pada hari III Per Oral. Kepadatan parasit diperiksa pada hari ke 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, kemudian hari ke 14, 21, dan 28. Semua slide darah tepi pasien yang diteliti, dikonfirmasi di Bagian Parasitologi FK USU terhadap diagnostik spesies plasmodium dan kepadatan parasitnya. Pemeriksaan darah tepi dilakukan setiap hari sampai hari ke 3 pada saat pasien dirawat inap dirumah sakit/puskesmas. Pada hari ke 4, 7, 14, 21, dan 28, pasien diminta datang ke Puskesmas untuk diperiksa darah tepi, atau pasien dikunjungi ke kediamannya. Selama pengobatan penderita di follow up terhadap kepatuhan, efek samping, komplikasi malaria ataupun keadaan klinis lain yang dianggap penting. Apabila dalam follow up penderita terjadi komplikasi malaria atau menunjukkan keadaan malaria berat atau kepadatan parasit pada hari ke-3 tidak menurun atau meningkat, maka kepada penderita ini segera diberikan pengobatan malaria yang lebih intensif dengan Kinine dihidroklorida drip atau Artemeter injeksi, dirawat di Puskesmas atau rumah sakit dan dikeluarkan dari penelitian. Bila ditemukan kasus yang resisten terhadap pengobatan, maka diberi pengobatan lanjutan dengan kombinasi Kina dan Doksisiklin selama 7 hari,

dan pasien tetap di follow up sampai pemeriksaan darah tepi malaria negatip. Definisi operasional Pasien Malaria falciparum tanpa komplikasi adalah pasien dengan gejala klinis malaria dan pada pemeriksaan darah tepi dengan metode standard ditemukan bentuk Plasmodium falciparum aseksual bentuk cincin atau tropozoit, serta tidak ditemukan bentuk skizon dan penderita tidak menunjukkan tanda dan gejala kearah malaria berat sejak awal pemeriksaan sampai selesai pengobatan. Early Treatment Failure (ETF), bila terjadi salah satu kriteria dibawah ini : - Hari pertama (H 1 H 3 ) terjadi malaria berat/pemburukan - Hari ke2 (H 2 ) hitung parasit > H o (hari mula-mula). - Hari ke3 (H 3 ) hitung parasit > 25 % H o Pengamatan Respons Parameter respons :

Waktu hilangnya demam (Fever Clearance Time) merupakan parameter klinis yang diamati dengan cara mengukur suhu tubuh pasien dengan termometer digital pada daerah aksila selama ± 5 menit yang diukur setiap 6 jam setelah pasien diberi obat, sampai temperatur tubuh menunjukkan nilai/angka normal, dan tidak meningkat lagi. Waktu hilangnya parasit (Parasite Clearance Time), yang dilihat dari hilangnya/tidak ditemukannya lagi parasit Plasmodium falciparum bentuk aseksual pada sediaan darah tepi. Juga diamati waktu hilangnya bentuk seksual (gametosit) pada sediaan darah tepi, untuk menilai kemungkinan obat uji mempunyai efek gametosidal. Pengamatan sediaan darah tepi dilakukan sampai hari ke 28, sesuai jadwal. Hilangnya parasit dari darah tepi sampai hari ke 28 pengamatan merupakan respons/keluaran utama. Pengamatan lainnya merupakan respons/keluaran sekunder. Keluaran Utama Asexual parasite clearance rate pada hari ke 28 Keluaran Sekunder % Gagal terapi awal (Early Treatment failures) % Gagal terapi akhir (Late Treatment Failure) Ratio penyembuhan klinis pada hari ke 3,7, 21 dan 28 Waktu hilangnya demam (Fever Clearance Time)

Waktu hilangnya parasit P.falciparum (Parasite Clearance Time) Keamanan dan tolerabilitas dari semua jenis pengobatan penelitian Jadwal Pengamatan Prosedur Penelitian / Hari ke 0 1 2 3 4 5 6 7 14 21 28 Pernyataan persetujuan(informed consent) Riwayat Medis / Anamnese X X Tanda Vital X X X X X X X X Tanda dan gejala Klinis X X X X X X X X Pemeriksaan Fisik Lengkap X X X X X Pemeriksaan sediaan darah X X X X X X X X X X X tebal/tipis

Tes diagnosa malaria cepat Pemeriksaan hematology dan X X X X a X a X a kimia darah Tes Kehamilan X b Mengevaluasi efek samping X X X X X X X X X X X Mengevaluasi penggunaan obat X X X X X X X X X X X penyerta Pemberian terapi X X X X X X Evaluasi peneliti terhadap reaksi X X X X X terapi a b Jika ada indikasi klinis Pada kasus yang dicurigai saja Pemantauan dan penghentian uji klinik Pemantauan Pemantauan dilakukan oleh peneliti. Pemantauan dilakukan setiap hari selama 7 hari terhadap keadaan klinis pasien, mencakup keluhan, efek samping obat, tanda-tanda vital, serta respon klinis dari pengobatan yang diberikan. Setelah itu pemantauan dilakukan pada hari ke 14, 21, dan 28. Penghentian uji klinik Uji klinik perorangan akan dihentikan bila : subjek mengundurkan diri dari penelitian atau tidak datang pada kontrol yang ditetapkan peneliti atau

ditemukan keadaaan seperti yang tercantum pada kriteria eksklusi. Penelitian secara keseluruhan akan dihentikan bila pada evaluasi pendahuluan, didapati efikasi hasil pengobatan pada obat uji kurang dari 70%. Keputusan penghentian uji klinik perorangan maupun keseluruhan ditetapkan peneliti. Data Pencatatan data Data pasien baik demografi, klinis, laboratorium, pemberian obat, keluhan efek samping dan data lainnya dicatat dalam formulir pencatatan pasien (case report form) Pengolahan data dan penyajian hasil. Data diolah dengan perangkat komputer, dan hasilnya disajikan dalam bentuk tabel dan grafik yang sesuai dengan jenis datanya. 36, 37 3.6.9. Analisis data. a.untuk membandingkan sensitivitas pada 2 kelompok pengobatan dilakukan uji chi square membandingkan parasite clearance. dengan nilai signifikan apabila P< 0,05.

b.untuk membandingkan tingkat parasitemia pada 2 kelompok pengobatan dilakukan uji t-test independent. 3.7. HASIL PENELITIAN. Setelah dilaksanakan penelitian uji klinis Ekstrak Herba Sambiloto (ES) Tunggal Dibanding Kombinasi Dengan Klorokuin pada Pengobatan Malaria Falciparum Tanpa Komplikasi di RSUD. Panyabungan dan Puskesmas Siabu Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006, maka didapatkan hasil sebagai berikut : 3.7.1. Karakteristik subjek penelitian.

Dilakukan penyeleksian terhadap pasien di RSUD. Panyabungan dan Puskesmas Siabu Kabupaten Mandailing Natal untuk mencari penderita malaria falciparum tanpa komplikasi. Bagi yang memenuhi kriteria inklusi, secara random diberikan terapi dengan obat yang telah diberi nomor. Setelah jumlah pasien terpenuhi sesuai dengan perhitungan besar sampel penelitian, maka akhirnya dari nomor obat yang diberikan akan diketahui pengelompokkan penderita. Penderita terbagi dalam 2 kelompok uji klinis yaitu kelompok Ekstrak Sambiloto (ES) 250 dan kombinasi Ekstrak Sambiloto (ES) 250 dengan Klorokuin. Pada akhir periode penelitian didapatkan hasil rekrutmen pasien sebagai berikut : 1. Kelompok ES 250 : Diperoleh 25 pasien, 4 pasien dikeluarkan dari penelitian oleh karena ditemukan 1 pasien rekrudense pada hari ke-5 (H 5 ), 2 resisten, dan 1 pasien tidak datang kontrol dengan teratur. Sehingga jumlah pasien yang mengikuti protokol penelitian sampai akhir periode penelitian sebanyak 21 orang. 2. Kelompok ES 250 + K :

Diperoleh 25 pasien, 5 pasien dikeluarkan dari penelitian karena ditemukan 2 pasien dengan resisten, dan 3 pasien tidak mengikuti kontrol dengan teratur. Sehingga jumlah pasien yang mengikuti protokol penelitian sampai akhir periode penelitian sebanyak 20 orang. Tabel 1 Karakteristik subjek uji klinis Ekstrak Herba Sambiloto Kelompok Jumlah (orang) Laki-laki (orang) Perempuan (orang) Mean Umur (tahun) ES250 ES250+K 21 20 7 11 14 9 35,56 38,43 Total 41 18 23 37 Keterangan: ES250 = Ekstrak Herba Sambiloto 250 mg ES250+K = Ekstrak Herba Sambiloto 250 mg + Klorokuin tablet Tabel 1 memperlihatkan bahwa total pasien penderita penyakit malaria falciparum tanpa komplikasi dari kedua kelompok yang memenuhi kriteria inklusi lebih banyak pada perempuan yaitu sebanyak 23 orang dibandingkan laki-laki sebanyak 18 orang. Umur rata-rata adalah 37 tahun dengan umur termuda adalah 18 tahun dan paling tua 64 tahun.

3.7.2. Keluhan Pasien. Tabel 2 Keluhan pasien pada semua kelompok uji klinis Ekstrak Herba Sambiloto No Keluhan Jumlah Pasien (orang) Persentase (%) 1 Demam 6 12 2 Menggigil 8 16 3 Sakit Kepala 40 80 4 Mialgia/pegal 44 88 5 Sakit Pinggang 11 22 6 Mual 20 40 7 Muntah 5 10 8 Mencret 4 8 Dari tabel 2 diperlihatkan bahwa, pada kedua kelompok, jumlah pasien penderita malaria falciparum dengan keluhan mialgia/pegal adalah merupakan yang paling banyak diderita pasien yaitu sebanyak 44 orang (88%), diikuti sakit kepala sebanyak 40 orang (80%). Keluhan yang paling sedikit diderita pasien adalah mencret sebanyak 4 orang (8%) diikuti muntah sebanyak 5 orang (10%). Keluhan demam dan menggigil hanya ditemukan pada 6 orang (12%) dan 8 orang (16%). Pada satu pasien bisa ditemukan lebih dari satu keluhan. 3.7.3. Parasite Clearance Time (PCT) : Tabel 3 Kepadatan parasit rata-rata (mean) pada masing-masing

V V V kelompok uji dari H 0 -H 28 Kepadatan Parasit (mean) Hari (Jumlah Parasit/ml) ES250 ES250 + K H0 229,29 152,75 H1 166,43 116,00 H2 103,33 86,75 H3 79,50 56,00 H4 45,71 27,50 H5 30,48 14,50 H6 7,62 6,00 H7 0,00 0,00 H14 0,00 0,00 H21 0,00 0,00 H28 0,00 0,00 Keterangan : ES250 = Ekstrak Herba Sambiloto 250 mg ES250+K = Ekstrak Herba Sambiloto 250 mg + Klorokuin tablet Data pada tabel 3 memperlihatkan respon parasitologi pengobatan dengan pemantauan kepadatan parasit malaria falciparum menunjukkan bahwa pada hari ke tujuh (H 7 ) pada kedua kelompok uji menunjukkan kepadatan parasit 0. Adanya pasien yang mengalami resisten pada masingmasing kelompok uji sebanyak 2 pasien, tetapi uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan pada kedua kelompok uji (Chi square, p > 0,05). V V X V

V X Keterangan : Garis V : Kelompok ES 250 Garis X : Kelompok ES250 + K Grafik 1 : Grafik waktu Hilangnya Parasit (Parasite Clearance Time/PCT) dari 2 kelompok uji klinis Ekstrak Herba Sambiloto Grafik diatas menunjukkan penurunan kepadatan parasit Plasmodium falciparum pada ke 2 kelompok uji pengobatan. Terlihat bahwa pola pembersihan parasit (Parasite clearance) dari ke 2 kelompok uji hampir sama, tampak pembersihan parasit dari dalam darah mulai pada hari ke 7. 3.7.4. Efikasi obat uji Tabel 4 Efikasi obat masing-masing Kelompok Uji klinis Ekstrak Herba Sambiloto Kelompok Uji Sensitif (orang) Resisten (orang) Jumlah (orang) Efikasi (%) ES250 21 2 23 91,3

ES250 + K 20 2 22 90.9 Keterangan : ES250 = Ekstrak Herba Sambiloto 250 mg ES250+K = Ekstrak Herba Sambiloto 250 mg + Klorokuin tablet Tabel 4 menunjukkan, pada kelompok Ekstrak Herba Sambiloto 250 mg yang diberikan tiga kali sehari selama lima hari pada pasien malaria falciparum tanpa komplikasi efikasinya sebesar 91,3%, hal ini membuktikan bahwa Ekstrak Herba Sambiloto mempunyai efek antimalaria yang sangat baik. Kombinasi dengan Klorokuin 600 mg (H 0 ) dan (H 1 ) serta 300 mg (H 2 ) tidak meningkatkan efektifitasnya, pada penelitian ini yaitu sebesar 90,9%, dan juga tidak menunjukkan keunggulan pada kecepatan pembersihan parasitemia dalam darah pasien malaria falciparum tanpa komplikasi. Uji statistik chi-square pada 2 kelompok uji tidak berbeda bermakna (p > 0,05). 3.7.5 Efek samping obat uji Tabel 5 Efek samping obat pada semua kelompok uji klinis Ekstrak Herba Sambiloto No Keluhan Jumlah Pasien (orang) Persen (%) 1 Menggigil 1 2

2 Sakit Kepala 8 16 3 Nyeri Ulu Hati 4 8 4 Mual 8 16 5 Muntah 2 4 Tabel 5 menunjukkan bahwa, pemantauan efek samping samping hari ke 28 (H 28 ) setelah pemberian obat Ekstrak Herba Sambiloto Tunggal dan Kombinasi dengan Klorokuin, yang paling banyak dialami keseluruhan subjek yang masuk kriteria inklusi adalah sakit kepala dan mual yang masing-masing berjumlah 8 penderita (16%), sedangkan yang paling sedikit adalah keluhan menggigil yaitu sebanyak 1 penderita (2%). Hal ini memperlihatkan tidak ditemukan keluhan yang berarti pada pemberian Ekstrak Herba Sambiloto walaupun pada satu orang pasien bisa ditemukan lebih dari satu efek samping. BAB IV PEMBAHASAN

Pada penelitian ini dari seluruh subjek yang diperiksa tidak satupun yang menunjukkan gejala malaria yang klasik (trias) dan didapatkan gejala klinis yang utama adalah mialgia/pegal (88%), tetapi Keadaan ini biasa dijumpai pada penderita malaria yang tinggal didaerah endemik malaria. Hal ini disebabkan imunitas terhadap parasit malaria yang meningkat, karena telah terjadi infeksi malaria sejak dini dan berulang pada penderita 20, 36, 37 tersebut. Penurunan kepadatan parasit Plasmodium falciparum pada kedua kelompok uji, menunjukkan pola pembersihan parasit (parasite clearance) yang hampir sama, dengan pembersihan parasit terjadi mulai pada hari ke 7. Efikasi yang ditunjukkan baik pada kelompok Ekstrak Sambiloto maupun kombinasi dengan Klorokuin lebih besar 90%. Hal ini membuktikan bahwa Ekstrak Sambiloto mempunyai efek antimalaria yang sangat baik, bila dibandingkan dengan efikasi yang ditunjukkan oleh obat antimalaria yang digunakan saat ini seperti Klorokuin (52,5%) dan Pyrimetamin Sulfadoksin (50%). 3 Kombinasi dengan Klorokuin tidak meningkatkan efektifitasnya, dan tidak menunjukkan keunggulan pada kecepatan pembersihan parasit. Jadi efektifitas yang ditunjukkan oleh kombinasi dengan Klorokuin terutama disebabkan oleh aktivitas antimalaria dari Ekstrak Herba sambiloto, karena

Klorokuin sendiri telah resisten (47,5%) yang dibuktikan oleh penelitian Ginting dan kawan-kawan. 3 Efek samping yang dialami pasien setelah pemberian obat baik Ekstrak Sambiloto tunggal maupun kombinasi dengan Klorokuin antara lain keluhan sakit kepala (16%), mual (16%) dan muntah (4%). Gejala muntah biasanya timbul pada pasien yang sensitif terhadap Ekstrak Sambiloto pada dosis yang tinggi. 11 Namun gejala tersebut hanya ditunjukkan oleh beberapa subjek (4%) yang secara statistik jumlahnya tidak bermakna (p > 0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa Ekstrak Herba Sambiloto 250 mg mempunyai efek antimalaria dengan efikasi lebih dari 90% pada malaria falciparum tanpa komplikasi secara klinis tanpa memberikan efek samping yang berarti. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN