I. PENDAHULUAN. sehingga menghasilkan komunitas yang khas (Pritchard, 1967).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan

I. PENDAHULUAN. kejayaan pada tahun 1930an. Tidak heran bila Sawahlunto, yang hari jadinya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove

I. PENDAHULUAN. Sungai merupakan suatu badan perairan tawar yang memiliki karakter air mengalir yang

PENDAHULUAN. stabil terhadap morfologi (fenotip) organisme. Dan faktor luar (faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

PENDAHULUAN. seperti analisis fisika dan kimia air serta biologi. Analisis fisika dan kimia air

TINJAUAN PUSTAKA. Air permukaan yang ada seperti sungai dan situ banyak dimanfaatkan

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Aliran sungai dari sumber Kuluhan banyak dimanfaatkan oleh sebagian besar warga

BAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan

TINJAUAN PUSTAKA. Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif,

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan hidup yang didalamnya terdapat hubungan fungsional yang sistematik

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

2.2. Struktur Komunitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN. terluas di dunia sekitar ha (Ditjen INTAG, 1993). Luas hutan mangrove

TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup yang panjang. Oleh karena itu peran bentos dalam

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir

Keanekaragaman, densitas dan distribusi bentos di perairan sungai Pepe Surakarta. Oleh. Arief Setyadi Raharjo M O BAB I PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. hubungan bebas dengan laut terbuka dan menerima masukan air tawar dari

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sungai merupakan salah satu sumber air utama bagi masyarakat luas baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pantai Nanganiki merupakan salah satu pantai yang terletak di Desa

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di danau dan lautan, air sungai yang bermuara di lautan akan mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery

BAB I PENDAHULUAN. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan

bentos (Anwar, dkk., 1980).

BAB 1 PENDAHULUAN. sekitar 21% persediaan air Asia Pasifik (Walhi, 2005). Perairan air tawar, salah

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

I. PENDAHULUAN. Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perairan sangat penting bagi semua makhluk hidup, sebab air merupakan media bagi

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

BAB I PENDAHULUAN. sampai sub tropis. Menurut Spalding et al. (1997) luas ekosistem mangrove di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

TINJAUAN PUSTAKA. diantara zona laut yang lainnya. Zona intertidal dimulai dari pasang tertinggi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Modul 1 : Ruang Lingkup dan Perkembangan Ekologi Laut Modul 2 : Lautan sebagai Habitat Organisme Laut Modul 3 : Faktor Fisika dan Kimia Lautan

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB 1 PENDAHULUAN. kita dapat membedakan air tawar, air laut dan air payau seperti yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEPER EKOSISTEM ESTUARI

I PENDAHULUAN Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat (2)

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. tempat dengan tempat lainnya. Sebagian warga setempat. kesejahteraan masyarakat sekitar saja tetapi juga meningkatkan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam

TINJAUAN PUSTAKA. ekologi, biologi, sosial ekonomi dan budaya, sehingga timbul masalah yang

I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

BAB I PENDAHULUAN UMUM

PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

BAB 1 PENDAHULUAN. buang tanpa adanya pengolahan limbah yang efesien dan terbuang mengikuti arus

IDENTIFIKASI POPULASI MAKROZOOBENTOS DI KAWASAN EKOSISTEM MANGROVE DESA LADONG ACEH BESAR. Lili Kasmini 11 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Sidoarjo dan 6 kota yaitu Batu, Malang, Blitar, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sungai Asahan secara geografis terletak pada ,2 LU dan ,4

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dibentuk oleh berbagai komponen biotik dan abiotik, komponen-komponen ini saling

POSTER KERAGAMAN JENIS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN SUNGAI OGAN, SUMATERA SELATAN 1 Marson 2

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh

ASAS- ASAS DAN KONSEP KONSEP TENTANG ORGANISASI PADA TARAF KOMUNITAS

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan makhluk hidup lainnya. Data dari BPS tahun 2007 menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis, ekologis, maupun biologis. Fungsi fisiknya yaitu sistem perakaran

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah merupakan salah satu masalah serius yang sering ditemui di lapangan.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Mangrove

I. PENDAHULUAN. limbah dari pertanian dan industri, serta deforestasi ilegal logging (Nordhaus et al.,

Kondisi Lingkungan (Faktor Fisika-Kimia) Sungai Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

KOMUNITAS DAN PREFERENSI HABITAT GASTROPODA PADA KEDALAMAN BERBEDA DI ZONA LITORAL DANAU SINGKARAK SUMATERA BARAT TESIS OLEH: YULI WENDRI

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastropoda atau dikenal sebagai siput merupakan salah satu kelas dari filum

I. PENDAHULUAN pulau dengan luas laut sekitar 3,1 juta km 2. Wilayah pesisir dan. lautan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan dan

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

BAB I PENDAHULUAN. milik daerah yang berfungsi untuk mendistribusikan air bersih bagi masyarakat

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. muka bumi ini oleh karena itu di dalam Al-Qur an menyebutkan bukan hanya

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Estuari adalah perairan semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut yang bersalinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar yang bersalinitas rendah. Interaksi antara air laut dan air tawar ini akan berpengaruh pada perairan mengakibatkan terjadinya perubahan kondisi lingkungan terutama suhu dan salinitas yang bervariasi sehingga menghasilkan komunitas yang khas (Pritchard, 1967). Estuari mempunyai peran ekologis yang penting antara lain sebagai sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang surut (tidal circulation), penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan yang tergantung pada estuari sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makanan (feeding ground), dan sebagai tempat untuk bereproduksi (spawning ground). Serta sebagai daerah asuhan (nursery ground) terutama bagi sejumlah spesies ikan dan udang. Lingkungan estuari secara umum dimanfaatkan manusia untuk tempat pemukiman, tempat penangkapan dan budidaya sumber daya ikan, jalur transportasi, kawasan industri, penambangan pasir, dan penampungan aliran limbah seperti limbah pemukiman, limbah industri, limbah pertanian dan limbah rumah tangga (Nordstrom, 1992). Aktivitas yang ada dalam rangka memanfaatkan potensi yang terkandung diwilayah estuari seringkali tumpang tidih sehingga tidak jarang pemanfaatannya tersebut justru menurunkan potensi yang ada di estuaria. Hal ini diakibatkan karena aktivitas tersebut baik langsung maupun tidak langsung memengaruhi kehidupan organisme yang ada di estuari seperti makrozoobentos.

Makrozoobentos merupakan hewan invertebrata berukuran besar yang hidup disubstrat dasar suatu perairan, baik yang bersifat sesil (melekat) maupun vagil (bergerak bebas) (Barus, 2001). Menurut Rosenberg and Resh (1993), yang tergolong makrozoobentos adalah hewan invertebrata yang tersaring dengan saringan > 200 µm. Makrozoobentos dapat hidup di tipe berbagai perairan seperti sungai, danau, laut dan estuari. Makrozoobentos dapat dibedakan menjadi epifauna, yaitu hewan bentos yang hidupnya diatas substrat dasar perairan dan infauna yaitu hewan bentos yang hidupnya terbenam didalam substrat dasar perairan. Makrozoobentos merupakan sumber makanan bagi berbagai jenis ikan dan menempati urutan kedua dan ketiga dalam rantai makanan di ekosistem perairan (Barus, 2001). Makrozoobentos mempunyai peranan penting dalam ekosistem perairan. Makrozoobentos merupakan komponen penting dalam rantai makanan yakni sebagai konsumen pertama dan kedua dan selanjutnya dapat mentransfer energi ke level trofik yang lebih tinggi, atau sebagai sumber makanan ikan. Selain itu makrozoobentos dapat membantu proses awal dekomposisi material organik di dasar perairan (Izmiarti, 2010). Di estuari faktor salinitas bervariasi secara horizontal mulai dari muara ke arah hulu sampai batas estuari dengan air tawar dan secara vertikal mulai dari lapisan permukaan sampai lapisan dasar sehingga organisme yang dapat bertahan dengan kondisi ini adalah organisme yang toleran terhadap perubahan salinitas. Menurut Barus (2001), setiap takson dari bentos mempunyai toleransi yang berbeda terhadap perubahan lingkungan. Ada jenis bentos tertentu yang toleran terhadap perubahan faktor lingkungan abiotik yang besar, sementara jenis lainnya sangat sensitif. Artinya bahwa bagi yang toleran, maka perubahan salinitas yang besar dan drastis tidak akan menyebabkan punah atau hilangnya jenis tersebut (Suryati dan Prianto, 2012). Beberapa

jenis cacing laut dengan sifatnya yang toleran ataupun yang sensitif seringkali berguna sebagai indikator dari suatu kondisi lingkungan (Holmer et al., 1997). Misalnya populasi cacing Nereis succinea telah mampu beradaptasi terhadap kenaikan salinitas, tetapi tidak tahan jika salinitas melebihi batas osmoregulasinya (Detwiler et al., 2002). Di Pesisir Selatan ditemukan beberapa perairan estuari salah satunya diperairan Estuari Sungai Barung-barung Balantai yang terletak di Kecamatan Koto XI Tarusan. Daerah ini merupakan objek wisata yang sering dikunjungi masyarakat. Berdasarkan hasil survei pendahuluan diketahui estuari ini memiliki lebar sekitar ±150 m yang disekitarnya ditumbuhi pohon nipah. Sebagaimana daerah estuari sungai lainnya daerah ini merupakan tempat terakumulasinya berbagai limbah yang berasal dari pemukiman warga, sawah, pasar serta adanya aktivitas pengambilan pasir serta aktivitas masyarakat lainnya dan pengunjung dapat mempengaruhi kondisi fisik dan kualitas perairan di estuari ini. Berbagai aktivitas manusia didaerah estuari ini dan adanya variasi salinitas secara horizontal maupun vertikal serta fisika dan kimia air yang cepat berubah menentukan komposisi dan struktur komunitas makrozoobentos di estuari tersebut. Penelitian tentang makrozoobentos di daerah estuari ini sudah banyak dilakukan seperti di estuaria Kuala Sugihan Provinsi Sumatera Selatan (Irmawan dkk., 2010), di estuari sungai Banyuasin Sumatra Selatan (Suryati, 2012) dan di Perairan Estuaria Rawa Gambut Tripa Provinsi Aceh (Rizka dkk., 2016). Dari penelitian tersebut diatas ditemukan komposisi dan struktur komunitas makrozoobentos yang berbeda-berbeda pada ketiga estuari tersebut. Penelitian serupa yang dilakukan didaerah estuari di Sumatera Barat informasinya masih kurang, Rafdinal (1996) melaporkan bahwa

komunitas Makrozoobentos di Estuari Batang Masang Tiku Kabupaten Agam terdiri dari 18 jenis yang tergolong dalam 13 famili dan 6 kelas yaitu Gastropoda, Lamellibranchiata, Insecta, Crustacee, Oligochaeta, dan Polychaeta. Kepadatan tertinggi ditunjukkan oleh Gastropoda. Hasil penelitian Saputra (2009) tentang Makrozoobentos di Estuari Sungai Batang Kuranji Padang dimana didapatkan hasil bahwa jenis yang paling banyak ditemukan adalah Gastropoda disusul dengan Polychaeta, Crustaceae, Oligochaeta, Pelecypoda. Penelitian mengenai Komunitas Makrozoobentos di Perairan Estuari Sungai Barung-barung Balantai Kec. IV Jurai Kab.Pesisir Selatan ini belum pernah dilakukan. Berdasarkan uraian diatas maka akan dilakukan penelitian tentang Komunitas Makrozoobentos di Perairan Estuari Sungai Barung-barung Balantai Kec. IV Jurai Kab. Pesisir Selatan. 1.2 Perumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang ingin dikemukakan pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana Komposisi Makrozoobentos di Perairan Estuari Sungai Barungbarung Balantai Kec. IV Jurai Kab. Pesisir Selatan 2. Bagaimana StrukturKomunitas Makrozoobentos di Perairan Estuari Sungai Barung-barung Balantai Kec. IV Jurai Kab. Pesisir Selatan 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui KomposisiMakrozoobentos di Perairan Estuari Sungai Barung-barung Balantai Kec. IV Jurai Kab. Pesisir Selatan.

2. Untuk mengetahui StrukturKomunitas Makrozoobentos di Perairan Estuari Sungai Barung-barung Balantai Kec. IV Jurai Kab. Pesisir Selatan. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ekologi perairan tentang struktur dan komunitas makrozoobentos di Perairan Estuari Sungai Barung-barung Balantai Kec. IV Jurai Kab. Pesisir Selatan. 2. Memberikan data dasar yang dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut dan pemantauan pencemaran lingkungan perairan di Perairan Estuari Sungai Barungbarung Balantai Kec. IV Jurai Kab. Pesisir Selatan.