BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengalaman dan latihan terjadi melalui interaksi antara individual dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses penyampaian pelajaran dibutuhkan pendekatan-pendekatan

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. dasar untuk pengembangan materi lebih lanjut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Penerbit AR-RUZZ MEDIA, Yogyakarta, hal ) Esa Nur Wahyuni, Baharuddin, 2008, Teori Belajar dan Pembelajaran,Cetakan III,Mei 2008,

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan proses belajar mengajar disekolah tidak terlepas dari peran serta guru

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pengertian Belajar Menurut Nasution (1982 : 2) belajar adalah perubahan tingkah laku akibat pengalaman

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pembelajaran di SMP Negeri 3 Jati Agung tahun ajaran untuk siswa

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Prestasi Belajar. Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diamati. Kegiatan fisik yang dapat diamati diantaranya dalam bentuk

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

Suherman Guru Fisika SMA Negeri 1 Stabat dan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Pascasarjana Unimed

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berfikir, latihan atau praktek dan sebagainya.?atan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini, yang mana praktik-praktik pembelajaran di lapangan cenderung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Rasa Tanggung Jawab

BAB I PENDAHULUAN. jenjang dan satuan pendidikan khususnya pendidikan dasar. Keterampilan sosial menjadi salah satu faktor yang dikembangkan sebagai

G. Lian Y. Nababan. NIM ABSTRAK. antara hasil belajar siswa menggunakan model konvensional dengan model

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hamalik,1995:57) dalam ( memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

I. PENDAHULUAN. (Langeveld, dalam Hasbullah, 2009: 2). Menurut Undang-Undang Republik. Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu proses pembelajaran. Menurut Sobry Sutikno (Dwitagama dan

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari siswa sejak

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Fokus kegiatan pembelajaran di sekolah adalah interaksi pendidik dan siswa

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif

I. PENDAHULUAN. manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika adalah ilmu yang sangat penting dalam kehidupan kita karena dengan Matematika kita bisa

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB II. Pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning) adalah pendekatan. pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang. (Slameto, 2003) berminat. Ini kemudian mendatangkan kepuasan.

BAB I PENDAHULUAN. disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

BAB V PEMBAHASAN. A. Terdapat Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe. STAD (Student Team Achievement Divisions) Terhadap Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, dalam bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari kelas 1 samapai kelas 6. Adapun ruang lingkup materinya sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika

BAB 1 PENDAHULUAN. SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN METODE STAD PADA MATERI AJAR PENGGUNAAN ATURAN SINUS, COSINUS, DAN RUMUS LUAS SEGITIGA. Tino Santigiarti

BAB II KAJIAN TEORETIS

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

Penelitian Tindakan Kelas Rumpun Bidang Fisika, Biologi, Kimia dan IPA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Tentang Upaya Meningkatkan Pemahaman. 1. Pengertian Upaya Meningkatkan Pemahaman

BAB II KAJIAN TEORI. berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing tentang hasil

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

I. PENDAHULUAN. Pada saat ini pendidikan mengalami perkembangan yang pesat. Pendidikan

Transkripsi:

5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Prestasi Belajar a. Pengertian Belajar Belajar suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010: 2). Arthur. T. Jersild dalam Syaiful, S. (2010:1) belajar adalah modification of behavior through experience and training yaitu perubahan atau membawa akibat perubahan tingkah laku dalam pendidikan karena pengalaman dan latihan atau mengalami latihan. Hamalik, O (2009:27) belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil oleh tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubah kelakuan. b. Pengertian Prestasi Arifin, Z (2009:12) Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupan manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masingmasing. Prestasi belajar mempunyai fungsi utama yaitu sebagai indikator dan kuantitas pengetahuan, sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu, sebagai

6 bahan informasi dalam inovasi pendidikan, sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan, dan sebagai indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Poerwadarminto (2007:910) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai. Dalam kegiatan pembelajaran selalu dilakukan evalusai untuk mengetahui hasil prestasi yang telah dicapai oleh siswa. Prestasi tidak dapat begitu saja tanpa adanya suatu tindakan atau usaha untuk meraihnya. Winkel,W.S (1986:102) Prestasi belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dihasilkan karena usaha belajar. Kemampuan yang telah didapat ini sehingga bukti keberhasilan yang telah dicapai seseorang dari hasil usahanya untuk mencapai tujuan yang diharapkan. c. Faktor-Faktor Prestasi Belajar Abu Ahmadi (2004:138) Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu: 1) Faktor Internal Faktor Internal terdiri dari: a) Faktor Jasmaniah (Fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, yang termasuk faktor ini misalnya: Penglihatan, Pendengaran, Struktur tubuh. b) Faktor Psikologis baik yang bersifat bawaan atau yang diperoleh terdiri atas Faktor Intelektif dan Faktor Nonintelektif. Faktor Intelekstif meliputi Faktor Potensial yaitu kecerdasan dan bakat. Sedangkan Faktor Nonintelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan adaptasi.

7 c) Faktor Kematangan Fisik / Psikis 2) Eksternal Faktor Eksternal terdiri dari: a) Faktor Sosial yang meliputi Lingkungan Keluarga, Sekolah, Masyarakat dan Lingkungan Kelompok. b) Faktor Budaya seperti Adat Istiadat, Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kesenian. c) Faktor Lingkungan Fisik seperti Fasilitas Rumah, Fasilitas Belajar dan Iklim. d) Faktor Lingkungan Spiritual dan Keamanan. Faktor-faktor Sekolah dalam Eksternal yang mempengaruhi belajar, menurut Slameto (2010:64-69) yaitu: (1) Kurikulum Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagaian besar adalah menyajikan bahan pelajaran itu. Jelaslah bahan pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar. (2) Relasi Guru dengan Siswa Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut juga terbalik sebaliknya, jika siswa membenci gurunya. Ia segan mempelajari mata pelajaran yang diberikannya, akibatnya pelajarannya tidak maju. Guru yang kurang berinteraksi

8 dengan siswa secara akrab, menyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar, juga siswa merasa jauh dari guru, maka segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar. (3) Relasi Siswa dengan Siswa Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Jika siswa tidak terbina, bahkan hubungan masing-masing siswa tidak tampak. Menciptakan relasi yang baik antarsiswa adalah perlu, agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa. (4) Disiplin Sekolah Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisplinan pegawai / keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman dan lain-lain, kedisiplinan Kepala Sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya, dan kedisiplinan tim BP dalam pelayanannya kepada siswa. Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan di perpustakaan. Agar siswa disiplin haruslah guru beserta staf yang lain disiplin pula. (5) Alat Pelajaran Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat

9 akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa sudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi giat dan lebih maju. Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap adalah perlu agar guru dapat mengajar dengan baik sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan baik serta dapat belajar dengan giat pula. (6) Waktu Sekolah Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi hari, siang, sore/malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Jika terjadi siswa terpaksa masuk sekolah di sore hari, seharusnya kurang dapat dipertanggungjawabkan. Dimana siswa harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah, hingga mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya. Sebaiknya siswa belajar di pagi hari, pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik. Jika siswa bersekolah pada kondisi sudah lelah/lemah, misalnya pada siang hari, akan mengalami kesulitan didalam menerima pelajaran. kesulitan itu disebabkan karena siswa kurang berkonsentrasi dan berfikir pada kondisi badan yang lemah tadi. Jadi memilih waktu sekolah yang tepat akan memberi pengaruh yang positif terhadap belajar. (7) Standar Pelajaran di Atas Ukuran Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran di atas ukuran standar. Akibatnya siswa merasa kurang mampu dan takut kepada guru. Bila banyak siswa yang tidak berhasil dalam mempelajari mata pelajarannya, guru semacam itu merasa senang. Tetapi berdasarkan teori belajar,

10 yang mengingat perkembangan psikis dan kepribadian siswa yang berbeda-beda. Hal tersebut tidak boleh terjadi. Guru dalam penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. Yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai. (8) Keadaan Gedung Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka masingmasing menuntut keadaan gedung dewasa ini harus memadai di dalam kelas. (9) Metode Belajar Banyak siswa melakukan cara belajar yang salah. Dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa itu. Juga dalam pembagian waktu untuk belajar. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau terus menerus, karena besok mau tes. Dengan belajar demikian siswa akan kurang beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit. Maka perlu belajar secara teratur setiap hari, dengan pembelajaran yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup beristirahat akan meningkatkan hasil belajar. (10) Tugas Rumah Waktu belajar terutama adalah di sekolah, di samping untuk belajar waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain.

11 (11) Metode Mengajar Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Mengajar itu sendiri menurut Ign. S. Ulih Bukti Karo dalam Slameto adalah menyajikan bahan pelajaran oleh orang kepada orang lain agar orang lain menerima, menguasai dan mengembangkannya. Di dalam lembaga pendidikan, orang lain yang disebut di atas sebagai murid/siswa dan mahasiswa, yang dalam proses belajar agar dapat menerima, menguasai dan lebih-lebih mengembangkan bahan pelajaran itu, maka cara-cara mengajar serta cara belajar haruslah setepattepatnya dan seefisien serta seefektif mungkin. Slavin (2008:143) pembelajaran Tipe STAD merupakan salah satu dari tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, sehingga tipe ini dapat digunakan oleh guru-guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif Tipe STAD siswa perlu ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan 4 0rang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerja, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja kelompok mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai materi tersebut. 2. Teori Pembelajaran a. Teori Pembelajaran Jean Piaget Pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Selain itu, ia juga berkeyakinan bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi, berdiskusi,

12 membantu memperjelas pemikiran, yang pada akhirnya, membuat pemikiran itu menjadi lebih logis (Nur, dalam Trianto. 2010:72-73). b. Teori Perkembangan konstruktivis Pendekatan konstruktivis dalam pengajaran menerapkan pembelajaran kooperatif secara intensif, atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah itu dengan temannya (Slavin, dalam Trianto. 2010: 74-75). c. Teori Vygotsky Zone of proximal development adalah perkembangan seseorang saat ini. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan atau kerjasama antar individu, sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut. Dalam pembelajaran kooperatif siswa dapat berinteraksi disekitar tugas-tugas yang sulit dan saling memecahkan masalah dalam belajar, sehingga siswa semakin lama semakin bertanggung jawab terhadap pembelajarannya sendiri (Slavin, dalam Trianto.2010: 76-77). 3. Pembelajaran Kooperatif Learning Tipe STAD a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Solihatin, Etin (2009:4) Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih di mana keberhasilan bekerja

13 sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. cooperative learning juga dapat diartikan sebagai struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok. Sugianto (2010:37) pada dasarnya pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Slavin (2008:143) pembelajaran Tipe STAD merupakan salah satu dari tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, sehingga tipe ini dapat digunakan oleh guru-guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif Tipe STAD siswa perlu ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan 4 orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerja, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja kelompok mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai materi tersebut. b. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Slavin (2008:147-160), Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Tipe STAD adalah sebagai berikut: 1) Materi STAD dapat digunakan bersama materi-materi kurikulum yang dirancang khusus untuk pembelajaran tim siswa yang disebarluaskan oleh john Hopkins Team Learning Project atau dapat juga digunakan bersama materi-materi

14 yang diadaptasi dari buku teks atau terbitan lainnya atau dengan materi yang dibuat oleh guru. 2) Membagi para siswa kedalam tim Tim-tim STAD memilih seluruh bagian tim di dalam kelas. Di dalam kelas yang terdiri dari separuh anak laki-laki dan separuh anak perempuan, tiga perempat berkulit putih, dan seperempat minoritas boleh saja membentuk tim yang terdiri dari empat orang. Tim STAD tersebut juga harus terdiri dari seorang siswa yang berprestasi tinggi, seorang siswa yang berprestasi sedang dan dua siswa yang berprestasi sedang. 3) Menentukan skor awal bagi tim Skor awal mewakili skor rata-rata siswa pada kuis-kuis sebelumnya. Apabila anda memberikan tiga kali atau lebih kuis, gunakan rata-rata skor kuis siswa sebagai akor awal. atau gunakan hasil nilai terakhir tahun lalu. 4) Belajar tim Selama belajar tim, tugas para anggota tim adalah menguasai materi yang anda sampaikan di dalam kelas dan membantu teman-teman sekedar untuk menguasai materi tersebut. Para siswa mempunyai lembar kegiatan dan lembar jawaban yang dapat mereka gunakan untuk melatih kemampuan selama proses pembelajaran dan untuk menilai diri sendiri dan teman sekelasnya. 5) Kuis Membagikan kuis dan memberikan waktu yang sesuai kepada para siswa untuk menyelesaikannya jangan biarkan siswa bekerja sama mengerjakan

15 kuis tersebut. Pada kuis ini siswa memperlihatkan apa yang mereka telah pelajari secara individual. 6) Rekognisi tim Penghargaan tim dilakukan dalam dua tahap perhitungan, yaitu: a) Menghitung skor individual dan tim Setelah melakukan kuis, hitung skor kemajuan individual dan skor tim, dan memberikan penghargaan lainnya kepada tim yang mencapai skor tertinggi. Poin kemajuan para siswa mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat dimana skor kuis mereka (persentase yang benar) melampaui skor awal mereka. Tabel 2.1. Perhitungan skor kemajuan individu No. Skor kuis Poin kemajuan 1. Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 5 2. 10-1 poin dibawah skor awal 10 3. Skor awal sampai 10 poin diatas skor awal 20 4. Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30 5. Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal) 30 Sumber: Slavin (2008:159) b) Merekognisi Prestasi Tim Tiga macam tingkat penghargaan kelompok didasarkan pada rata-rata skor tim, sebagai berikut: Tabel 2.2 Penghargaan Prestasi Kelompok No. Kriteria rata-rata tim Penghargaan 1. 25-30 Super Team 2. 15-24 Great Team 3. 5-14 Good Team Sumber: Slavin (2008:160)

16 Slavin (2008:151), siklus pembelajaran kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Divisions) adalah sebagai berikut: 1. Mengajar Menyampaikan pelajaran. 2. Belajar dalam tim Para siswa bekerja dengan lembar - kegiatan dalam tim mereka untuk menguasai materi. 3. Tes Para siswa mengerjakan kuis individual. 4. Rekognisi tim Skor tim dihitung berdasarkan skor kemajuan yang dibuat tiap anggota tim. c. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Jarolimek & Parker dalam Isjoni (2011:24-25) mengatakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran Cooperatif Laerning sebagai berikut: 1) Keunggulan pembelajaran Cooperatif learning adalah: a) Saling ketergantungan yang positif b) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu c) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas d) Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan e) Tergantung hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru f) Memiliki banyak kesempatan untuk meng-ekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.

17 2) Kelemahan pembelajaran Cooperatif Learning a) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu b) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai c) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan d) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa lain menjadi pasif. 4. Materi Kondisi Geografi dan Penduduk Indonesia Mendeskripsikan kondisi geografi dan penduduk Indonesia terdapat dalam silabus kelas VII Semester 2 dengan indikator, yaitu: 1) mendeskripsikan kondisi geografi suatu wilayah, 2) mendeskripsikan kondisi geografi dengan penduduk secara umum. Dalam kompetensi dasar tentang Mendeskripsikan kondisi geografi dan penduduk terdapat materi pembelajaran yang terdiri dari: a. Kondisi geografis, merupakan materi pembelajaran yang menjelaskan tentang kondisi geografi atau kondisi fisik geografi suatu wilayah khususnya kondisi geografis Indonesia. Dalam materi pembelajaran kondisi geografi terdapat beberapa cabang ilmu yaitu Geomorfologi, Geologi, Biogeografi, Hidrologi, Meteorologi dan Klimatologi.

18 b. Adaptasi terhadap kondisi geografi merupakan materi pembelajaran yang memberikan penjelasan kepada siswa tentang pengertian adaptasi, macammacam adaptasi makhluk hidup terhadap kondisi geografi. c. Topologi wilayah merupakan materi pembelajaran yang mencangkup wilayah sebagai bentuk permukaan bumi yang berkaitan erat dengan letak, luas, dan batas. d. Kondisi penduduk merupakan materi pembelajaran yang memberikan informasi kepada siswa tentang kondisi penduduk meliputi: ekonomi, kebudayaan penduduk dalam kehidupan sehari-hari, pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk, dalam geografi manusia terdapat cabang ilmu yaitu: Demografi, Geografi, Ekonomi. B. Penelitian Relevan Supriyanto (2010) melakukan penelitian dengan judul: Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Melalui Model Snowball Throwing di SMP Negeri 3 Kalibagor Banyumas Tahun 2009/2010. Siklus I diperoleh peningkatan belajar siswa dengan rata-rata 77,2 dan pada Siklus II ratarata 81,5 sedangkan untuk ketuntasan siswa meningkat menjadi 86,1% pada siklus I dan 94,4% pada siklus II. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran Tipe STAD (Student Team Achievement Divisions).

19 Nuningsih (2007) melakukan penelitian berjudul: Peningkatan Aktivitas Siswa dan Prestasi Belajar Matematika melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division) di kelas VIII A SMP Gunungjati 1 Purwokerto Tahun Ajaran 2006/2007. Penelitian yang ditujukan untuk mengetahui apakah pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas siswa dan prestasi belajar matematika. Metode yang digunakan adalah observasi, tes dan wawancara. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa aktivitas siswa dan prestasi belajar matematika dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran Tipe STAD (Student Team Achievement Divisions). C. Kerangka Berfikir Pemahaman materi yang diberikan guru kepada siswa merupakan syarat untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam menyusun materi yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Berdasarkan permasalahan yang ada bahwa siswa kelas VII A pada mata pelajaran IPS Geografi siswa kurang berhasil dalam menguasai keterampilan proses maupun prestasi belajar, disebabkan oleh ketidaktepatan penggunaan pembelajaran pada materi tersebut. Peningkatan kualitas pembelajaran IPS Geografi dapat berlangsung dengan baik, apabila guru pandai memilih metode dan sarana belajar yang tepat. Berkaitan dengan itu guru dituntut untuk memilih kemampuan melibatkan siswa secara aktif selama kegiatan pembelajaran dan menumbuhkan motivasi belajar siswa yang menunjang tercapainya prestasi belajar yang memberikan kesempatan kepada siswa lebih mudah menemukan

20 konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling bekerjasama mendiskusikan dengan temannya. Dalam perkembangan seseorang saat ini, dengan pembelajaran kooperatif bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan atau kerjasama antar individu untuk memunculkan masalah yang mendorong siswa melakukan kegiatan pembelajaran. siswa. Salah satu upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa adalah melalui pembelajaran Cooperative Tipe STAD (Student Team Achievement Divisions) maka akan mampu memacu keaktifan siswa pada saat mengikuti proses belajar mengajar, sehingga dapat dicapai prestasi belajar yang sesuai dengan tujuan. Oleh karena itu, peneliti berasumsi dengan penggunaan model pembelajaran Cooperatif Learning Tipe STAD (Student Team Achievement Divisions) dalam pembelajaran IPS Geografi akan berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa, dengan pendekatan Cooperatif Learning diharapkan prestasi belajar siswa dapat meningkat secara optimal. D. Hipotesis Tindakan Model pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD (Student Team Achievement Divisions) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII A di SMP Negeri 1 Banyumas dengan KKM 70, dengan indikator tercapai dan terjadi peningkatan skor penghargaan kelompok tiap Siklus. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Kondisi Geografis dan Penduduk.