BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi di segala bidang maka perindustrian di

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS HASIL INVESTIGASI KECELAKAAN KERJA PADA INALUM SMELTING PLANT (ISP) PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM KUALA TANJUNG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem perdagangan dunia di samping isu lingkungan, produk bersih, HAM, pekerja anak, dan pengupahan (Ramli, 2010).

Analisis Penyebab Kecelakaan Kerja Dengan Metode Human Factor Analysis and Classification System di perusahaan Fabrikator Pipa

BAB I PENDAHULUAN. industri. Persaingan industri yang semangkin ketat menuntut perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

BAB I PENDAHULUAN. tempo kerja pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga dan pikiran


BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu dari sekian banyak bidang usaha yang tergolong sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan kerja juga tinggi (Ramli, 2013). terjadi kecelakaan kasus kecelakaan kerja, 9 pekerja meninggal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Ramli, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan

BAB I PENDAHULUAN. bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Karyawan merupakan aset terpenting bagi organisasi, terlebih saat ini setiap organisasi mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. kerja, kondisi serta lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan di bidang manufaktur dan jasa sangat ketat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya sebuah kecelakaan. Istilah risiko (risk) memiliki banyak definisi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja

BAB III METODOLOGI. 3.1 Pendahuluan Penelitian Tugas Akhir ini dilakukan dengan alur metodologi sebagai berikut pada Gambar 3.1: Identifikasi Bahaya

Mengkaji Kelengkapan Human Factors Analysis And Classification System (HFACS) dari Sisi Budaya berdasarkan Dimensi Budaya dari Trompenaars

BAB 1 : PENDAHULUAN. berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya

1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada daya kerja. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 27, Ayat (2) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dan keahlian serta lingkungan. Tindakan tidak aman dari manusia (unsafe act)

BAB I PENDAHULUAN. standar kualitas pasar internasional. Hal tersebut semakin mendorong banyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi disegala bidang maka perindustrian di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan dalam bahasa Inggris disebut health, kesehatan menurut UU No.36 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas merupakan salah satu faktor yang mendominasi suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. lain, misalnya industri pabrikan (manufacture), maka bidang konstruksi

dimilikinya. Dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan skill yang handal serta produktif untuk membantu menunjang bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun

EVALUASI TINGKAT KESELAMATAN PERKERETAAPIAN DI INDONESIA RAILWAY SAFETY LEVEL EVALUTION IN INDONESIA

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menuntut produktivitas kerja yang tinggi. Produktivitas dan efisiensi kerja yang baik

BAB 1 PENDAHULUAN. selamat sehingga tidak terjadi kecelakaan. Untuk itu harus diketahui risiko-risiko

Iftikar Z Sutalaksana 1, Tahera Kania 2 1,2,)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan judul

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Melihat perkembangan dunia modern saat ini, kegiatan industri telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman yang serba modern ini, hampir semua pekerjaan manusia telah

Kajian Kecelakaan Kapal di Pelabuhan Banten Menggunakan Human Factors Analysis and Classification System (HFACS)

PENERAPAN PROGRAM BEHAVIOR BASED SAFETY (BBS) DAN KECELAKAAN KERJA DI PT INALUM KUALA TANJUNG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi yang begitu pesat pada era globalisasi saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya

KAJIAN TAKSONOMI KECELAKAAN KERETA API DI INDONESIA MENGGUNAKAN HUMAN FACTORS ANALYSIS AND CLASSIFICATION SYSTEM (HFACS)

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan industri besar dan sedang di Jawa Tengah pada tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan pekerja merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam UU RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja dituliskan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dunia perindustrian di era globalisasi mengalami perkembangan yang semakin pesat. Hal

DATA INVESTIGASI KECELAKAAN PERKERETAAPIAN TAHUN Sumber: Database KNKT Desember 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

BAB I PENDAHULUAN. maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa arus globalisasi tersebut membawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat dalam bab pendahuluan ini meliputi latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

Auditorium KNKT, Kementerian Perhubungan 28 Desember Interviewing Techniques in Accident Investigation NTSC In-House Training

3. Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Yang Berhubungan Perilaku Yang Dapat Diterima Dan Tidak Dapat Diterima 6

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keselamatan kerja telah dikenal sejak berabad yang lalu sejalan dengan

ABSTRAK. Kata Kunci: Human Factor Analysis and Classification System, 5whys, Kecelakaan Kerja ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. Hal ini tercermin dalam pokok-pokok pikiran danpertimbangan dalam undang-undang no. 1

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan (Sastrohadiwiryo, 2003,hal.17). Menurut Sumakmur (1996,hal.23), disisi lain kegiatan industri dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan bagi para pekerja dan orang lain di sekitar tempat kerja untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA TINDAKAN TIDAK AMAN DAN HUMAN RELIABILITY ANALYSIS (STUDI KASUS : OPERATOR FORKLIFT

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan adanya globalisasi di segala bidang maka perindustrian di Indonesia juga mengalami perubahan yang besar. Perubahan ini ditandai dengan bertambah majunya teknologi yang digunakan dalam menjalankan sebuah proses sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Pada era globalisasi ini setiap perusahaan yang bersaing di dunia internasional harus memperhatikan segala aspek termasuk masalah ketenagakerjaan yang salah satunya mensyaratkan adanya perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja bagi para tenaga kerja. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi periode 2009-2014, Muhaimin Iskandar mengatakan azas penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan syarat utama yang berpengaruh besar terhadap nilai investasi, kualitas dan kuantitas produk, kelangsungan usaha perusahaan serta daya saing sebuah negara (Infopublik, 2012). Undang-Undang (UU) No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja menyatakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu upaya perlindungan terhadap tenaga kerja dan orang lain yang berada di lingkungan kerja agar selalu terjamin keselamatan dan kesehatannya sehingga dapat diwujudkan peningkatan produksi dan produktivitas serta perlindungan terhadap bahan dan peralatan produksi agar dapat dipakai dan digunakan secara efisien dan aman. Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di suatu perusahaan atau industri adalah suatu hal yang penting sebab merupakan salah satu pemenuhan aspek hukum terkait. 1

2 Selain sebagai syarat bersaing di pasar internasional, dengan adanya penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dalam aktivitas kerja, diharapkan dapat menekan terjadinya kasus-kasus kecelakaan kerja yang selama ini banyak terjadi. Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1970 menjelaskan bahwa kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dalam suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda. Menurut Winarsunu (2008) kecelakaan adalah suatu kejadian yang merugikan. Kecelakaan menyebabkan orang mengalami hambatan dan ketidakmampuan bahkan kematian serta memerlukan biaya yang sangat mahal. Oleh karena itu, disadari atau tidak disadari semua orang menyakini bahwa keselamatan adalah hal yang sangat penting. Di dalam siklus pencegahan kecelakaan maka salah satu yang penting adalah bagaimana melakukan investigasi kecelakaan untuk mencari faktor faktor penyebab terjadinya kecelakaan tersebut. Pencarian faktor penyebab ini penting untuk dilakukannya analisa sehingga dapat merancang program pencegahan kecelakaan kerja agar nantinya kecelakaan yang sama tidak terulang kembali (Hidayat, 2009). Kecelakaan kerja yang sudah terjadi mungkin akan terulang dan mengakibatkan dampak yang lebih parah apabila tidak dilakukan upaya pengendalian. Penyelidikan kecelakaan atau investigasi kecelakaan kerja bertujuan untuk mencari akar penyebab kecelakaan. Investigasi kecelakaan juga dilakukan

3 untuk mengumpulkan bukti dan fakta agar dapat merumuskan solusi dari kecelakaan yang terjadi dan juga dapat membantu menilai kerugian yang timbul. Human Factors Analysis and Classification System (HFACS) merupakan salah satu metode analisis kecelakaan kerja dengan pendekatan sistematik untuk mengetahui penyebab utama dari terjadinya berbagai kecelakaan. Metode ini pertama sekali dikembangkan oleh Shappell & Wiegmann, dengan berdasarkan pada model swiss cheese yang diperkenalkan oleh James Reason pada tahun 1990. Menurut model swiss cheese, sebuah kecelakaan terjadi tidak hanya disebabkan karena kesalahan operator (unsafe acts) saja, tetapi juga mengkaji bahwa dibaliknya terdapat serangkaian faktor-faktor lain, yang dibagi menjadi preconditions for unsafe acts, unsafe supervision, dan organizational influences. Pada awalnya, HFACS banyak dimanfaatkan pada lingkungan penerbangan. Namun karena sifatnya yang umum, metode ini kemudian dapat dikembangkan dan dimodifikasi untuk membantu dalam menginvestigasi kecelakaan di lingkungan kerja lainnya. Selain itu, Metode Human Factors Analysis and Classification System (HFACS) adalah metode yang dapat digunakan sebagai sebagai alat primer (investigasi kecelakaan pertama kali/tepat setelah kecelakaan terjadi) atau sekunder (laporan investigasi/ analisis data sekunder) untuk menyelidiki kegagalan aktif dan laten (DoD HFACS: A mishap investigation and data analysis tool). Metode Human Factors Analysis and Classification System (HFACS) merupakan metode analisis kecelakaan kerja Human Factor yang tidak hanya membahas mengenai faktor manusia namun juga dapat mengidentifikasi kerusakan

4 dalam seluruh sistem yang memungkinkan kecelakaan terjadi. HFACS juga dapat digunakan secara proaktif dengan menganalisa peristiwa sejarah (retrospektif) untuk mengidentifikasi kecenderungan terjadi kembalinya kekurangan atau kelemahan sistem dan kinerja pekerja (Wiegmann dan Shappell, 2002). Setiap tahun terjadi kecelakaan kerja. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh International Labour Organization (ILO) tiap tahun terjadi 270 juta kecelakaan kerja, 160 juta kasus penyakit akibat kerja, 2,3 juta pekerja meninggal karena kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta kerugian dunia senilai 1,25 triliun USD pertahun (Ramli, 2010). Tingkat kecelakaan kerja di Indonesia masih terhitung tinggi. Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) M Hanif Dhakiri mengungkapkan bahwa dalam setahun, 103 ribu angka kecelakaan terjadi di Indonesia. 2.400 orang meninggal per tahun, delapan orang meninggal dunia karena kecelakaan kerja setiap harinya (Republika, 2015). Data yang diperoleh dari Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan Badan Penelitian Pengembangan dan Informasi Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia menyatakan bahwa jumlah kecelakaan kerja di Indonesia yang terjadi pada triwulan IV (Oktober Desember) tahun 2014 adalah 14.519 kasus dengan jumlah korban 14.257 orang. Sumatera Utara menempati posisi ke enam dengan jumlah kecelakaan terbanyak yaitu 354 kasus dengan korban sebanyak 296 orang dari 34 provinsi.

5 Berdasarkan data Annual Summary Report on Molten Metal Incidents terdapat 81 laporan kecelakaan kerja yang terjadi di seluruh dunia pada tahun 2013. Angka kecelakaan kerja ini meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 58 kasus kecelakaan kerja di sektor industri aluminium. Menurut Kepala Seksi K3 Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Samarinda M.Anwar dalam Tribun Kaltim (2015), sektor industri pertambangan merupakan salah satu industri yang menyumbangkan angka kecelakaan kerja tertinggi. Sementara untuk sektor industri baja dan aluminium belum ada data penelitian secara pasti di Indonesia mengenai angka kecelakaan kerja yang terjadi di sektor industri ini. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Katia (2009) kecelakaan kerja diakibatkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor-faktor tersebut adalah faktor personal yang menyebabkan tindakan gagal yaitu kurangnya pengetahuan pekerja dan motivasi pekerja yang tidak sesuai. Banyak hal yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Seperti yang dimaksud oleh Cahyo Hindarto (2012) dalam penelitian yang dilakukan olehnya. Faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja tersebut adalah pekerja, pengawasan dan organisasi atau perusahaan. Human error merupakan hasil dari sebuah tindakan yang tidak diinginkan dari standar atau ketentuan yang diharapkan, dimana lokasi, peralatan, dan sistem memiliki potensial resiko. Dari pengelompokkan human errorpada kecelakaan kapal di pelabuhan Banten human error dalam bentuk unsafe act merupakan penyebab utama kecelakaan yaitu sebesar 40%. Bentuk kesalahan yang dilakukan operator

6 adalah kesalahan dalam pengambilan keputusan, gagal mengendalikan kapal, salah menilai kondisi sekitar, dan pelanggaran. Ketiga bentuk kesalahan yang pertama didasarkan pada kurang ahlinya pekerja dalam mengendalikan kapal dan karena kurangnya informasi dari lingkungan. Hal ini disebabkan oleh latar belakang pendidikan operator yang tidak sesuai dan kurang pengalaman (Lady, 2014). PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau yang biasa dikenal PT Inalum merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan satu-satunya di Indonesia yang bergerak di bidang peleburan aluminium dengan produk akhir berupa aluminium batangan (ingot) yang kemudian dipasarkan di dalam dan ke luar negeri. Inalum Smelting Plant (ISP) atau Pabrik Peleburan Aluminium merupakan bagian utama dari PT Inalum yang terletak di Kuala Tanjung. Di pabrik inilah alumina diproses menjadi logam aluminium batangan dengan menggunakan alumina dan karbon sebagai bahan baku utamanya, dan meleburnya dengan memakai tenaga listrik. Pada pabrik peleburan ini terdapat tiga bagian utama untuk proses produksi, yaitu bagian karbon (pabrik karbon), bagian tungku reduksi (pabrik reduksi) dan bagian penuangan (pabrik penuangan). PT Inalumsudah mendapatkan penghargaan zero accident sejak tahun 2008, namun bukan berarti tidak ditemukan sama sekali kasus kecelakan kerja. Berdasarkan Accident DataPT Inalum yang diperoleh pada saat survei awal terdapat enam (6) injury atau kasus kecelakaan kerja, near miss sebanyak 39 kali dan kerusakan properti sebanyak 25 kali yang terjadi di Inalum Smelting Plant (ISP) pada tahun 2014.

7 Dari data accident juga ditemukan perilaku tidak aman (unsafe action) sebanyak 94 kali dan kondisi tidak aman (unsafe condition) sebanyak 28 kali di PT Inalum. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku tidak aman memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap terjadinya kecelakaan kerja (Accident Data PT Inalum, 2014). Dengan melakukan analisis terhadap investigasi kecelakaan kerja pada Inalum Smelting Plant (ISP) PT Inalumakan diketahui kegagalan aktif dan kegagalan laten dari setiap kecelakaan yang terjadi sehingga akan diketahui pula pola kecelakaan kerja yang terjadi pada tahun 2014. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai analisis investigasi kecelakaan kerja pada InalumSmelting Plant (ISP) PT Inalum Kuala Tanjung. 1.2 Rumusan Masalah Atas dasar latar belakang permasalahan yang diuraikan di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana gambaran investigasi kecelakaan kerja Inalum Smelting Plant (ISP) PT Indonesia Aluminium Asahan Persero (Inalum) tahun 2014.

8 1.3 Tujuan Peneliian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis investigasi kecelakaan kerja Inalum Smelting Plant (ISP) PT INALUM pada tahun 2014 berdasarkan metode Human Factor Analysis and Classification System (HFACS). 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui penyebab kecelakaan kerja yang terjadi di Inalum Smelting Plant (ISP) PT Inalum berdasarkan tindakan tidak aman (unsafe act). 2. Untuk mengetahui penyebab kecelakaan kerja yang terjadi di Inalum Smelting Plant (ISP) PT Inalum berdasarkan pra kondisi yang menyebabkan terjadinya tindakan tidak aman (precondition for unsafe acts). 3. Untuk mengetahui penyebab kecelakaan kerja yang terjadi di Inalum Smelting Plant (ISP) PT Inalum berdasarkan kurangnya tingkat pengawasan (unsafe supervision). 4. Untuk mengetahui penyebab kecelakaan kerja yang terjadi diinalum Smelting Plant (ISP) PT Inalum berdasarkan pengaruh organisasi (Organizational influences). 1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai masukan bagi PT Inalum (Persero) Kuala Tanjung tentang penyebab kecelakaan kerja yang terjadi sehingga dapat menentukan langkah perbaikan

9 dalam penerapan elemen-elemen SMK3 maka kecelakaan yang sama tidak terulang kembali. 2. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam rangka memperdalam dan mengembangkan ilmu pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja khususnya dalam menganalisis hasil investigasi kecelakaan kerja. 3. Sebagai bahan pendukung dan informasi untuk penelitian selanjutnya.