284 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang pengaturan dan pelaksanaan wakaf tunai di Tabung Wakaf Indonesia Dompet Dhuafa Jakarta diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengaturan wakaf tunai di Indonesia banyak menemui kendala dan persoalan,karena pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang memahami tentang pengertian wakaf selalu dikaitkan dengan wakaf tanah,dan juga banyak tanah wakaf yang terbangkalai karena tidak adanya dana untuk mengelola tanah wakaf tersebut serta adanya ketidak percayaan masyarakat terhadap Nadzir, sehingga untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap Nadzir, dan untuk meningkatkan kuantitas wakif, pemerintah dipandang perlu untuk membuat peraturan tentang wakaf tunai. Mengakomodir kebutuhan ini dibuatlah peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang wakaf tunai yang berlaku di Indonesia, yaitu Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. Lahirnya Undang- Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf ini dibuat untuk: a) memberikan pijakan hukum yang pasti, b) kepercayaan publik serta perlindungan terhadap aset wakaf, c) langkah strategis untuk meningkatkan kesejahteraan umum, 284
285 d) meningkatkan peran wakaf, tidak hanya sebagai pranata keagamaan saja, tetapi juga memiliki kekuatan ekonomi yang potensial untuk memajukan kesejahteraan umum. 2. Pelaksanaan wakaf tunai oleh TWI, antara lain TWI melakukan penghimpunan dana wakaf tunai dengan beberapa cara dan mengelolanya secara produktif dan non produktif. Dalam pengumpulan wakaf tunai, TWI melakukan strategi manajemen pengumpulan dana baik dengan kampanye melalui media elektronik, media masa, dan dakwah secara langsung kepada masyarakat. Manajemen investasi wakaf uang yang dilakukan di TWI nampaknya lebih cenderung dalam bentuk direct investment (investasi langsung) seperti menginvestasikan wakaf uangnya secara langsung untuk pembelian rumah sakit gratis, sekolah gratis, dan sarana sosial lainnya.hal ini sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 11 Undang- Undang Nomer 41 Tahun 2004. Sedangkan investasi ke sektor riil, walaupun sedikit, masih mendapat perhatian seperti sektor produktif yang pada dasarnya sudah mengacu kepada manajemen investasi wakaf uang yang digariskan dalam ekonomi Islam melalui pendekatan produktif memakai akad ijârah untuk pengadaan sarana niaga, muzara ah untuk wakaf perkebunan, mudhârabah dan musyârakah untuk sektor perdagangan. Pengelolaan wakaf uang melalui TWI telah memberi maslahah kepada masyarakat,seperti yang tertuang dalam Pasal 28 sampai dengan Pasal 31 Undang- Undang Nomer 41 Tahun 2004 yang mengatur tentang wakaf tunai.
286 Pengelolaan wakaf tunai yang dilakukan oleh TWI ada kepastian hukum yaitu di bawah peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia yaitu Undang-Undang Nomor 41 tahun 2004 Tentang Wakaf, dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 tahun 2004 Tentang Wakaf, sebagai dasar atau landasan hukum yuridis formal tentang wakaf tunai yang berlaku secara sah di wilayah hukum Indonesia. Pelaksanaan wakaf tunai oleh TWI juga sudah cukup memberi perlindungan hukum kepada wakif karena dilakukan sertifikasi wakaf tunai, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 62 Undang- Undang Nomer 41 Tahun 2004. Namun, belum ditemukan legalitas hukum bagi penerima wakaf tunai perorangan atau badan hukum yang tertuang dalam peraturan pemerintah. 3. Potensi wakaf di Indonesia sangat besar dan dananya dapat digunakan untuk kegiatan ekonomi produktif di samping kegiatan sosial dalam rangka membantu kaum dhuafa dan kepentingan umat. Begitu pula semakin banyak bank syari ah dan lembaga pengelola wakaf meluncurkan produk dan fasilitas yang menghimpun dana wakaf dari masyarakat. Seperti Baitul Mal Muamalat,meluncurkan wakaf tunai muamalat,dompet Dhuafa Replubika meluncurkan Tabung Wakaf Indonesia (TWI), dan Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) telah meluncurkan wakaf uang, sehingga dapat disimpulkan bahwa prospek yuridis pelaksanaan wakaf tunai di Indonesia dapat dikatakan baik, karena pemerintah telah memberi payung hukum atas kegiatan wakaf ini berupa Undang-Undang Nomor 41 tahun 2004 Tentang
287 Wakaf dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 tahun 2004 Tentang Wakaf. Pensahan undang-undang ini merupakan langkah strategis untuk meningkatkan kesejahteraan umum, meningkatkan peran wakaf, tidak hanya sebagai pranata keagamaan saja, tetapi juga memiliki kekuatan ekonomi yang potensial untuk memajukan kesejahteraan umum B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas diberikan beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai rekomendasi bagi pihak pihak terkait, antara lain: 1. Pemerintah hendaknya terlibat dalam monitoring dan evaluasi terhadap implementasi Undang-Undang Nomor 41 tahun 2004 Tentang Wakaf dan penerapan sanksi yang tegas bagi pelanggarnya. Sehingga Undang-Undang Nomor 41 tahun 2004 Tentang Wakaf memiliki kewibawaan hukum dan benar-benar diimplementasikan sepenuhnya oleh lembaga Nadzir. 2. Pihak TWI hendaknya melakukan perubahan paradigma wakaf dengan lebih meningkatkan pemanfaatan wakaf tunai untuk kegiatan yang produktif. Selama ini TWI belum banyak melakukan kegiatan wakaf tunai untuk kegiatan produktif karena masih didominasi oleh wakaf sosial yang bersifat konsumtif. Hal ini dilakukan agar sifat wakaf yang kekal dapat terwujud dan berkesinambungan. 3. Pemerintah dan pihak terkait perlu membuat peraturan atau undang-undang yang lebih terperinci untuk mengatur harta wakaf, agar jangan sampai harta wakaf disalahgunakan atau terlaksana di luar ketentuan syariah yang
288 akhirnya merugikan kepentingan orang banyak. Oleh karena itu diharapkan para pemimpin Indonesia mempunyai visi yang sama dalam mengembangkan perekonomian yang berbasis kerakyatan seperti pengelolaan wakaf tunai untuk mensejahterakan masyarakat, sehingga kegiatan tersebut memiliki prospek yuridis yang lebih baik di masa-masa mendatang.