BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. buku,dan dokumen lain yang mendeskripsikan teori serta informasi baik masa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP dan LANDASAN TEORI

ALTAR SEMBAHYANG UNTUK DEWI KWAN IM PADA RUMAH MASYARAKAT TIONGHOA BUDDHA DI MEDAN: KAJIAN TERHADAP ARTEFAK, KEGIATAN, DAN GAGASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. menjadi pusat perhatian (Singarimbun, 1989: 33).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. rancangan, ide atau pengertian yang diabstrakkan dalam istilah kongkret,

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prasetya dalam bukunya yang berjudulilmu

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

kebudayaan Cina Peranakan bagi peneliti maupun pemba BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Singarimbun, 1989: 33). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku bangsa (etnik) yang tersebar di seluruh

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka merupakan daftar referensi dari semua karya tulis seperti

I. PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan dipandang sebagai sarana bagi manusia dalam beradaptasi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. diteliti, karena memiliki keunikan, kesakralan, dan nilai-nilai moral yang terkandung di

Bab 1. Pendahuluan. menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Koentjaranigrat (2009:144) mendefenisikan

gambaran mental dari objek atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI, 1990 : 456).

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai

BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, dkk 2003: 588).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perdagangan. Ramainya perdagangan di daerah pesisir Tenggara

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. secara abstrak kejadian, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kejadian. Konsep juga dapat diartikan sebagai suatu abstraksi dari ciri-ciri

Bab 5. Ringkasan. Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. pemberontakan, dan masih banyak lagi yang lainnya.

BAB IV PENUTUP. dengan masuknya etnik Tionghoa di Indonesia. Medio tahun 1930-an dimulai. dan hanya mengandalkan warisan leluhurnya.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. mereka sebut sebagai kepercayaan Tri Dharma. Perpindahan masyarakat Tiongkok

- alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama) - organisasi kekuatan (politik)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

Bab 1. Pendahuluan. Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB III. Pengertian Thian Kong (Tian Gong) 天公

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan pada abad ke-16. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. bukan sekedar jumlah penduduk saja, melainkan sebagai suatu system yang

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

MANUSIA DAN BUDAYA. A. MANUSIA 1. Pengertian Manusia. Ringkasan Tugas Ilmu Budaya Dasar:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kematian merupakan suatu hal yang pasti dialami oleh semua orang, tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu. buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan aturan yang harus di patuhi untuk setiap suami, istri, anak, menantu, cucu,

menghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Tinjauan pustaka adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat, sesudah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Tionghoa terdiri dari 56 suku bangsa. Suku Hokkian yang berasal dari provinsi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. formal dalam bentuk sebuah negara. Sub-sub etnik mempunyai persamaanpersamaan

BAB II KAJIAN TEORI. Kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

I. 1. LATAR BELAKANG I. 1. A. LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II. umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruf. dan bermakna, suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

Indonesia merupakan masyarakat majemuk dengan beragam etnis, Bahasa dan budaya Suku 300 Etnik Bahasa pulau

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB IV PENUTUP. yang direpresentasikan dalam film PK ditunjukan dengan scene-scene yang. tersebut dan hubungan kelompok dengan penganut agama lain.

BAB I PENDAHULUAN. telah dikembangkan sejak tahun lalu. Feng Shui ditulis pada periode kekaisaran Huang

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka adalah ringkasan tertulis mengenai artikel dari jurnal, buku,dan dokumen lain yang mendeskripsikan teori serta informasi baik masa lalu maupun saat ini, mengorganisasikan pustaka ke dalam topik dan dokumen yang dibutuhkan untuk proposal penelitian. Kajian pustaka merupakan hasil dari meninjau, pandangan, pendapat sesudah mempelajari (KBBI, 1990:951). Rahma Safitri. 2013. Dalam skripsi: Fungsi dan Makna Ornamen Pada Tiga Bangunan Vihara di Kota Binjai. Skripsi ini menguraikan tentang bagaimana fungsi dari tiga bangunan yang ada pada vihara di Binjai dan menganalisis setiap ornamen atau simbol-simbol yang ada pada tiga bangunan vihara tersebut. Skripsi ini membantu penulis mengetahui tentang masyarakat Tionghoa dan penggunaan teori semiotik. Fitria Anggina Siregar. 2016. Dalam skripsi yang berjudul: Wisata Vihara Avalokitesvara (Studi Etnografi Mengenai Wisata Religi di Kota Pematang siantar), menguraikan tentang sejarah berdirinya objek wisata Vihara Avalokitesvara, alasan atau motivasi mengunjungi Vihara Avalokitesvara, aktivitas yang dilakukan, serta pandangan terhadap

penambahan fungsi Vihara Avalokitesvara. Skripsi ini membantu penulis untuk mengetahui apa saja aktivitas yang dilakukan pada Vihara Avalokitesvara. Achmad Muzaki. 2013. Dalam skripsi: Konsep Trikaya Dalam Agama Buddha Mahayana. Skripsi ini menguraikan tentang wujud ketuhanan dalam Buddha Mahayana dalam konsep Trika serta apa makna konsep Trikaya sebagai pedoman untuk memahami Tuhan dalam agama Buddha. Skripsi ini membantu penulis untuk mengetahui konsep Trikaya dalam agama Buddha Mahayana. Elmida Sriwijayanti. 2009. Dalam skripsi: Upacara Dewi Kwan Im Po Sat (Studi Pelaksanaan Upacara dan Motivasi Umat Tridharma di Klenteng Tien Kok Sie Pasar Kota Gede Solo). Skripsi ini menguraikan tentang bagaimana pelaksanaan upacara dewi Kwan Im Po Sat dan motivasi umat Tridharma dalam melaksanakan upacara dewi Kwan Im Po Sat. Skripsi ini membantu penulis untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan untuk Dewi Kwan Im. 2.2 Konsep Konsep merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu objek. Melalui konsep, diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikiran dengan menggunakan satu istilah. Bila seseorang dapat menghadapi benda atau peristiwa sebagai suatu kelompok, golongan, kelas atau kategori, maka seseorang telah belajar konsep. Hamidi (2010).

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:588) menjelaskan, Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata. Konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang digunakan secara mendasar dan penyamaan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan penelitian. 2.2.1 Kebudayaan Ada beberapa pengertian budaya menurut beberapa ahli salah satu diantaranya adalah tokoh terkenal Indonesia yaitu Koentjaraningrat. Menurut Koentjaraningrat (2000: 181) kebudayaan dengan kata dasar budaya berasal dari bahasa sansakerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Jadi Koentjaraningrat mendefinisikan budayasebagai daya budi yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa itu. Koentjaraningrat menerangkan bahwa pada dasarnya banyak yang membedakan antara budaya dan kebudayaan, dimana budaya merupakan perkembangan majemuk budi daya, yang berarti daya dari budi. Pada kajian antropologi, budaya dianggap merupakan singkatan dari kebudayaan yang tidak ada perbedaan dari definsi. Jadi kebudayaan atau disingkat budaya, menurut Koentjaraningrat(1999) merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Koentjaraningrat membedakan adanya tiga wujud dari kebudayaan yaitu sebagai berikut.

2.2.1.1 Artefak Artefak (benda). Aktivitas manusia yang saling berinteraksi tidak lepas dari berbagai penggunaan peralatan sebagai hasil karya manusia untuk mencapai tujuannya. Aktivitas karya manusia tersebut menghasilkan benda untuk berbagai keperluan hidupnya. Kebudayaan dalam bentuk fisik yang kongkret biasa juga disebut kebudayaan fisik, mulai dari benda yang diam sampai pada benda yang bergerak. Seperti halnya Pada meja altar meja Kwan Im umumnya ditempatkan rupang (patung), bunga, air suci, dupa, lampu, lilin, musik, gelas-gelas kecil berwarna merah, tumbuhan. Lalu pada bagian bawah altar sembahyang meja Dewi Kwan im biasanya ditempatkan rupang Dewa Tanah, berserta ornamen kodok, buah-buahan, gelas-gelas kecil berwarna merah, dupa, ornamen Dewa Tanah. 2.2.1.2 Kegiatan Kompleks kegiatan: berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi, bersifat kongkret, dapat diamati atau diobservasi. Wujud ini sering disebut sistem sosial. Sistem sosial ini tidak dapat melepaskan diri dari sistem budaya. Apa pun bentuknya, pola-pola aktivitas tersebut ditentukan atau ditata oleh gagasan-gagasan, dan pikiran-pikiran yang ada di dalam kepala manusia. Karena saling berinteraksi antara manusia, maka pola aktivitas dapat pula menimbulkan gagasam, konsep, dan pikiran baru serta tidak mustahil dapat

diterima dan mendapat tempat dalam sistem budaya dari manusia yang berinteraksi tersebut. Seperti aktivitas sembahyang dan pembersihan rupang (patung) Buddha yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa. 2.2.1.3 Gagasan Kompleks gagasan, konsep, pikiran manusia: wujud ini disebut sistem budaya, sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat, dan bersifat pada kepala-kepala manusia yang menganutnya. Gagasan dan pikiran tersebut tidak merupakan kepingan-kepingan yang terlepas, melainkan saling berkaitan berdasarkan asasasas yang erat hubungannya, sehingga menjadi sistem gagasan dan pikiran yang relative mantap dan kontinyu. Seperti pada masyarakat Tionghoa yang percaya pada rupang (patung) Buddha terdapat roh di dalamnya dan menghormat kepada archa Buddha sebagai usaha untuk mencapai kesejahteraan, kemakmuran dan kebahagiaan hidup yang dicapai dengan hidup secara harmonis dengan alam dan merenungkan semua kebajikan yang telah dilakukan Sang Buddha selama hidupnya. Umat kemudian bertekad untuk meniru beberapa kualitas kebajikan itu. Umat dapat bertekad untuk meniru dalam perilaku sehari-harinya sifat kesabaran, welas asih ataupun semangat yang telah Sang Buddha tunjukkan selama hidupnya. 2.2.2 Altar Altar adalah bangunan apapun di mana (hewan) kurban atau persembahan lainnya dipersembahkan untuk tujuan religius, atau tempat sakral

di mana upacara keagamaan berlangsung. Altar biasanya ditemukan di dalam tempat pemujaan, biara, dan tempat-tempat suci lainnya. Altar ada di berbagai kebudayaan, terutama di dalam agama Katolik Roma, agama Kristen, agama Buddha, Hindu, Shinto, Tao dan Neopaganisme. Bangunan ini juga ditemukan di agama-agama kuno lainnya. Altar dibutuhkan untuk sarana tempat ibadah sembahyang pribadi, keluarga, maupun tempat belajar Dhamma. Untuk itu setiap umat Buddha Mahayana sudah seyogyanya memiliki altar di rumah. Altar boleh diletakkan dimana saja, tapi lebih baik menghadapke luar dan pantang menghadap toilet maupun dapur. Ukuran tinggi dan lebar altar yang paling baik adalah 68 cm, 88 cm, 108 cm, 128 cm, 133 cm, 153 cm, atau 176 cm dan harus disesuaikan dengan tinggi rendah pemilik altar serta keperluan dan kondisi ruangan. Di rumah-rumah pribadi, umumnya ada dua jenis utama dari altar. Satu dapat dianggap sebagai altar "wali". Pintu utama dan patung-patung di atasnya melindungi pintu masuk ke rumah. Mereka menyambut pengunjung serta menjadi malaikat penjaga pribadi, dan energi positif mereka melawan setiap energi berbahaya halus yang mungkin masuk, seperti pikiran negatif atau niat tidak ramah. Jenis lain dari altar adalah altar "keluarga", yang biasanya ditempatkan di ruang yang lebih tertutup. Idealnya, adalah di ruang yang terpisah di mana orang dapat menghabiskan waktu dalam meditasi atau doa.

Gambar 1. Altar Sembahyang Dewi Kwan Im Sumber: Jln. Selam 8 No.80, Medan Gambar 2. Altar Sembahyang Dewi Kwan Im Sumber: Jln. Terong No. 48C, Medan

Gambar 3. Altar Sembahyang Dewi Kwan Im Sumber: Jln. Belitung No.36, Medan 2.2.3 Sembahyang Istilah sembahyang berasal dari kata sembah dan hyang artinya menyembah atau memuja hyang. Meskipun kini digunakan sebagai ibadah beberapa agama di Indonesia, istilah ini memiliki akar pada pemujaan arwah leluhur dan roh-roh penjaga alam yang disebut hyang yang kemudian dikaitkan dengan dewa-dewa dalam kepercayaan Hindu. Sembahyang adalah suatu bentuk kegiatan keagamaan yang menghendaki terjalinnya hubungan dengan Tuhan,dewa, roh atau kekuatan gaib yang dipuja, dengan melakukan kegiatan yang disengaja. Sembahyang dapat dilakukan secara bersama-sama atau perseorangan. Dalam beberapa tradisi agama, sembahyang dapat melibatkan nyanyian berupa himne, tarian, pembacaan naskah agama dengan dinyanyikan atau disenandungkan,

pernyataan formal kredo(kepercayaan), atau ucapan spontan dari orang yang berdoa. Bersembahyang diartikan sebagai bentuk komunikasi antara manusia dengan para leluhur, shen ming (roh suci) dan Tian (Tuhan Yang Maha Esa).Arti sembahyang tersebut didalam mahayana adalah sebagai berikut: 1. Mendekatkan diri pada yang Esa/Suci/Buddha dan Bodhisattva, 2. Membina jiwa menuju jalan ke surga, 3.Mengembangkan daya kemampuan diri/ belajar menjadi kuat, 4.Memahami ajaran agama kita, 5.Laksanakan dalam bentuk perbuatan nyata/ kehidupan sehari-hari. 2.2.4 Dewi Kwan Im Sanskrit, padma-pani, atau lahir dari bunga teratai. Namanya menandakan dia yang selalu mengamati atau memperhatikan suara, yaitu dia yang mendengar doa-doa. Dewi China yang rahmat, kadang-kadang direpresentasikan dalam pakaian putih dengan anak dalam pelukannya, dan disembah oleh orang-orang yang menginginkan keturunan, sesuai dengan Avalokites vara Buddhisme. Kwan Im pertama diperkenalkan ke Cina pada abad pertama sebelum Masehi, bersamaan dengan masuknya agama Buddha. Pada abad ke-7, Kwan Im mulai dikenal di Korea dan Jepang karena pengaruh Dinasti Tang. Pada masa yang sama, Tibet juga mulai mengenal Kwan Im dan menyebutnya dengan nama Chenrezig. Dalai Lama sering dianggap sebagai reinkarnasi dari Kwan Im di dunia.

Jauh sebelum masuknya agama Buddha, menjelang akhir Dinasti Han, Kwan Im Pho Sat telah dikenal di Tiongkok purba dengan sebutan Pek Ie Tai Su yaitu Dewi Welas Asih Berbaju Putih. Kwan Im sendiri adalah dialek Hokkian yang dipergunakan mayoritas komunitas Cina di Indonesia. Nama lengkap dari Kwan Im adalah Kwan She Im Phosat atau Guan Shi Yin Pu Sa yang merupakan terjemahan dari nama aslinya dalam bahasa Sanskrit,Avalokitesvara. Tokoh Kwan Im merupakan tokoh Mahayana dan dipercayai telah menitis beberapa kali dalam alam manusia untuk memimpin umat manusia ke jalan kebenaran. Dia diberikan sifat-sifat keibuan seperti penyayang dan lemah lembut.kwan Im adalah Dewi kesuburan yang memberi dampak terbesar di dunia manusia, dan banyak kuil dibangun untuk menghormatinya. Kwan Im biasanya digambarkan sebagai dewi yang cantik, beribawa, dan pengasih. 2.2.5 Masyarakat Tionghoa Koenjaraningrat(2002:146) Mengatakan bahwa masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontiniu yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Masyarakat Tionghoa merupakan salah satu kelompok masyarakat yang ada di Indonesia. Tionghoa adalah sebutan untuk orang-orang dari suku-suku atau ras Tiongkok. Masyarakat Tionghoa sudah ada di Sumatera Utara sejak tahun 1860-an, tetapibelum ramai. Namun, semakin ramai ketika banyak

buruh-buruh darichina di datangkan sebagai buruhkuli kontrak sejak abad ke19.sejak itu lah Medan ramai ditempati Masyarakat Tionghoa. Masyarakat Tionghoa yang berada di Indonesia terdiri dari beberapa sukubangsa yang berasal dari dua propinsi yaitu provinsi Fukien bagian selatan dan provinsi Guandong. Setiap imigran ke Indonesia membawa kebudayaan sukubangsanya sendiri-sendiri bersama dengan perbedaan kesukuan mereka. Di Medan ada terdapat beberapa suku Tionghoa ialah Hokkien, Teo- Chiu, Hakka, Kwong Fu, dan Ai Lo Hong, yang memiliki perbedaan bahasa yang besar. Masyarakat Tionghoa di kota Medan terdiri dari berbagai kelompok suku bangsa dan satu hal yang dapat membedakan kesukuan mereka adalah bahasa pergaulan yang mereka gunakan.awal kedatangan masyarakat Tionghoa ke Sumatera Utara adalah menjadi kuli kontrak, dan buruh kebun bagi orang belanda melalui penyalur yang berasal dari Cina dan disalurkan ke Indonesia, khususnya Kota Medan. Hingga akhir bangsa Belanda mengakui kekalahannya dan meninggalkan Indonesia Kedatangan Masyarakat Tionghoa ke Indonesia juga dipengaruhi oleh berbagai kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi yaitu perdagangan. Sebagaimana yang di ketahui, masyarakat Tionghoa merupakan masyarakat yang cukup pintar dalam berdagang. Hal ini sudah turun temurun diwariskan oleh nenek moyang orang Tionghoa itu sendiri. Kemudian masyarakat Tionghoa itu menyebar dan persebarannya meliputi pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Masyarakat Tionghoa di Indonesia adalah masyarakat patrilineal yang terdiri atas marga atau suku yang tidak

terkait secara geometris dan teritorial yang selanjutnya telah menjadi satu dengan suku-suku lainnya di Indonesia. Masyarakat Tionghoa merupakan masyarakat yang cukup terkenal dengan kebudayaan yang beragam. Seperti seni tulis atau kaligrafi, seni menggunting kertas, pengobatan, seni bela diri,seni opera atau teater, seni musik tradisional, hingga tradisi pemujaan leluhur maupun dewa-dewi yang sampai saat ini masih dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Tionghoa. 2.2.6 Agama Buddha Agama Buddha pada awal berdirinya dimulai dari pembawanya, yaitu Siddharta Gautama. Bahwa beliau telah memperoleh kesadaran sebagai seorang Buddha. Beliau dilahirkan dari seorang keturunan kerajaan Kapilavastu. Ayahnya bernama Sudhodana dan Ibunya Dewi Mahamaya. Agama Buddha kini menjadi sebutan sebuah agama besar yang berkembang di dunia dan besar pengaruhnya. Agama Buddha merupakan agama Ardhi (dunia), yang berkembang pesat pada saat pemerintahan raja Asoka di India kala itu. Sebenarnya tidak diketahui secara pasti kapan agama Buddha masuk ke Tiongkok dari India, namun pada abad pertama, yaitu bagian pertama dari dinasti Han akhir (25-220), bisa dipastikan bahwa agama Buddha sudah hadir dan penyebarannya di Tiongkok dimulai pada abad keempat. Masuknya agama Buddha di Indonesia terjadi sekitar awal abad pertama atau saat dimulainya perdagangan melalui jalur laut. Kerajaan Srivijaya (Sriwijaya) merupakan asal mula peranan kehidupan Agama Buddha

di Indonesia, dimulai pada zaman Srivijaya di Suvarnadvipa (Sumatera) pada abad ke-7. Hal ini terlihat pada catatan seorang sarjana dari China bernama I- Tsing yang melakukan perjalanan ke India dan Nusantara serta mencatat perkembangan agama Buddha di sana. Biarawan Buddha lainnya yang mengunjungi Indonesia adalah Atisa, Dharmapala, seorang Profesor dari Nalanda, dan Vajrabodhi, seorang penganut agama Buddha yang berasal dari India Selatan (id.wikipedia.org/wiki/agama_buddha). Secara umum, ajaran Buddha terbagi dalam tiga aliran, yakni Theravada/Hinayana (pencapaian tertinggiarahat), Mahayana (pencapaian tertingginya menjadi Bodhisatva), dan Tantrayana/vajrayana (pencapaian tertingginya menjadi Buddha). Dikalangan penganut agama klasik Tiongkok (shen-isme), Buddha Amitabha dan Guan Yin adalah dewa-dewa (dari agama Buddha mazhab Jinglu) yang sangat terkenal dan dipuja. Guan Yin merupakan salah satu dewi pada aliran Mahyana. Guan Yin adalah pembantu utama Buddha Amitabha dan perwujudan Boddhisatva Avalokiteshvara, yang sekarang lebih dikenal dalam bentuk perempuan dan bukan pria seperti asal Boddhisatva(Radis Bastian. 2014). 2.3 Landasan Teori Teori adalah landasan dasar keilmuan untuk mengkaji maupun menganalisis berbagai fenomena dan juga sebagai rujukan utama dalam memecahkan masalah penelitian di dalam ilmu pengetahuan. Sejalan dengan hal tersebut maka di dalam sebuah penelitian membutuhkan landasan teori yang mendasarinya, karena landasan teori merupakan kerangka dasar sebuah

penelitian. Landasan teori yang berhubungan dengan permasalahan penelitian yang penulis gunakan adalah teori semeotik dan teori 3 wujud budaya. 2.3.1 Teori Semiotik Semiotik berasal dari bahasa Yunani yaitu semeion yang berarti tanda. Kajian keilmuan yang meneliti mengenai simbol atau tanda dan konstruksi makna yang terkandung dalam tanda tersebut dinamakan dengan Semiotik. Little John(2009:53) mengatakan bahwa semiotik terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda merepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi, perasaan dan kondisi di luar tanda-tanda itu sendiri. Semiotik bertujuan untuk mengetahui makna-makna yang terkandung dalam sebuah tanda atau menafsirkan makna tersebut sehingga diketahui bagaimana komunikator mengkonstruksi pesan. Konsep pemaknaan ini tidak terlepas dari perspektif atau nilai-nilai ideologis tertentu serta konsep kultural yang menjadi ranah pemikiran masyarakat di mana simbol tersebut diciptakan. Kode kultural yang menjadi salah satu faktor konstruksi makna dalam sebuah simbol menjadi aspek yang penting untuk mengetahui konstruksi pesan dalam tanda tersebut. Konstruksi makna yang terbentuk inilah yang kemudian menjadi dasar terbentuknya ideologi dalam sebuah tanda. Sebagai salah satu kajian pemikiran dalam cultural studies, semiotik tentunya melihat bagaimana budaya menjadi landasan pemikiran dari pembentukan makna dalam suatu tanda. Kriyantono (2007:261) mengatakan bahwa semiotik mempelajari sistem-sistem, aturanaturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.

Mengenai sebuah kajian ilmu atau sebuah teori, maka tidak bisa terlepas dari tokoh-tokoh yang mencetuskan kajian tersebut. Salah satunya ialah Roland Barthes,Roland Barthes (1915-1980) mengemukakan, dalam teorinya tersebut Barthes mengembangkan semiotika menjadi dua tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti (Yusita Kusumarini, 2006). Penulis menggunakan teori semiotik yang dikemukakan oleh Roland Barthes untuk menganalisis artefak pada altar sembahyang Dewi Kwan Im. Dalam hal ini pemaknaan artefak dikaji melalui dua aspek iyama yang makna denotatif dan makna konotatif. 2.3.2 Teori Tiga Wujud Budaya Tindakan dan aktivitas manusia terangkai dalam suatu perbuatan yang berpola. Sebagai suatu sistem ide dan konsep dari serangkaian kerangka tindakan dan aktivitas manusia apabila dirumuskan akan tampak sebagai berikut. (Talcot Parsons dan A.L Krober: 1958), demikian juga dikemukakan oleh J.J Honigmann (1959). 1. Ideas Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma, dan peraturan. Sifat ini sesuai dengan wujud dasarnya masih

merupakan sesuatu yang abstrak dan tidak dapat digambarkan secara nyata. Sebagaian masih berupa kerangka pemikiran dalam otaknya. Sebagianlain dari padanya berupa kerangka perilaku yang ideal yang memberikan corak dan jiwa serta tatanan kehidupan yang serasi, seimbang dan selaras. Sistem demikian ini tidak lain berupa tatanan norma ideal, pada beberapa masyarakat disebut sebagai adat atau adat-istiadat, bersifat umum, dan turun-menurun. Apabila dilanggar, akan menimbulkan suatu rasa yang tidak enak dalam benaknya. 2. Activities Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Termasuk dalam kategori ini adalah tatanan manusia dalam hidup bersosialisasi dan berkomunikasi, serta bergaul di antara sesamanya. Berbeda dengan sistem budaya, wujud kebudayaan berpola ini sangatgampang dilihat bahkan dapat didokumentasikan karena ia tampak nyata dalam perilaku. 3. Artefacts Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud kebudayaan ini lebih konkret lagi dan cenderung tidak memerlukan penjelasan apa pun. Benda hasil kerajinan misalnya, dapat dirasa, disentuh dan difoto. Penulis menggunakan teori tiga wujud budaya yang dikemukakan oleh J.J. Honigmann untuk menganalisis artefak, kegiatan, dan gagasan pada altar sembahyangdewi Kwan Im. Dimulai dari artefak, kemudian aktivitas, dan terakhir adalah gagasan apa yang menyebabkan aktivitas dan munculnya artefak pada altar tersebut.