EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN PAKAN RUMPUT GAJAH DAN POLLARD C.M. SRI LESTARI, J.A. PRAWOTO DAN ZACKY GAZALA Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK Edible portion dapat mencerminkan produktivitas ternak domba secara keseluruhan yang bernilai ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian rumput Gajah dan pollard terhadap edible portion domba Lokal jantan. Materi penelitian yang digunakan 12 ekor domba Lokal jantan umur 12 bulan dengan bobot badan awal rata-rata 22,72 + 2,09 kg (CV = 8,92%). Domba tersebut diberi perlakuan pakan dalam rancangan acak lengkap sebagai berikut: T0 = rumput Gajah ad libitum, T1 = Rumput Gajah ad libitum + 25% pollard, dan T2 = Rumput Gajah ad libitum + 50 % pollard. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pollard meningkatkan bobot potong dan bobot karkas, tetapi menurunkan persentase non karkas (P<0,05). Bobot potong dan bobot karkas T0 = 21,50 (7,95) kg, T1 = 29,00 (11,90) kg dan T2 = 29,25 (12,14) kg, sedangkan persentase non karkas T0, T1, T2 berturut-turut = 56,15, 50,14, 48,17%. Pemberian pollard juga meningkatkan bobot dan persentase edible portion karkas, edible portion non karkas dan edible portion total. Bobot dan persentase edible portion karkas masing-masing perlakuan yaitu T0 = 4,66 kg (58,71%), T1 = 7,78 kg (65,15%), T2 = 8,38 kg (69,27%), sedangkan bobot dan persentase edible portion non karkas T0, T1, T2 berturut-turut 3,47 kg, 4,90 kg, 5,53 kg dan 28,88, 33,88, 39,34%. Bobot dan persentase edible portion total dari T0 = 8,13kg (37,87%), T1= 12,68 kg (43,66%) dan T2 = 13,90 kg (47,68%). Kesimpulan penelitian ini adalah pemberian pollard meningkatkan edible portion domba Lokal jantan. Kata kunci: Edible portion, domba, pollard PENDAHULUAN Produktivitas ternak domba dapat diukur dari pertambahan bobot badan yang diperoleh. Dengan pertambahan bobot badan yang besar, domba tersebut akan mempunyai bobot potong yang tinggi sehingga akan menghasilkan karkas dan non karkas yang tinggi pula. Karkas merupakan hasil pemotongan ternak terbesar yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Komponen karkas yang bisa dimakan (edible portion) berupa daging dan lemak. Selain dari karkas, masih ada edible portion non karkas yang juga mempunyai nilai ekonomi. Edible portion non karkas tersebut berasal dari bagian kepala, organ viscera, kulit, ekor dan kaki. Produksi edible portion karkas dan non karkas baik secara teknis maupun ekonomi dapat dijadikan ukuran untuk menilai keberhasilan usaha ternak potong termasuk domba. Keberhasilan usaha penggemukan domba sangat dipengaruhi oleh pakan yang diberikan. Pemberian pakan yang hanya berupa hijauan belum bisa memenuhi kebutuhan nutrisi untuk mencapai produksi yang optimal, oleh karena itu perlu pemberian konsentrat. Salah satu bahan pakan konsentrat yang merupakan hasil samping penggilingan gandum adalah pollard. Pollard mempunyai kandungan protein kasar yang cukup tinggi yaitu 18,71% dan BETN 65,88%. Peningkatan kualitas pakan yang dikonsumsi diharapkan akan memperbaiki penampilan produksi, yang ditunjukkan oleh tingginya pertambahan bobot badan, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan edible portion baik pada karkas maupun non karkas. Menurut SETYANINGRUM dan HARYOKO (2000) produksi karkas seekor domba Lokal di Indonesia berkisar antara 36,00 46,67%, sedangkan menurut SOEPARNO (1998) persentase karkas domba dapat mencapai 55%. Hasil penelitian LESTARI et al. (2001) menunjukkan bahwa domba yang digemukkan dengan pakan rumput Gajah dan konsentrat yang disubstitusi ampas tahu, memperoleh karkas sebesar 38,56 40,47%, dengan ratarata edible portion karkas 76,77%. Pemberian pakan dedak padi pada domba yang diberi pakan basal rumput Gajah menghasilkan persentase karkas sebesar 34 39,04%, dengan 173
edible portion total baik dari karkas maupun non karkas sebasar 38,85 47,45% (LESTARI et al., 2005). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian pollard terhadap produksi edible portion pada domba Lokal jantan. Diharapkan dengan pemberian pollard tersebut produksi edible portion yang diperoleh akan meningkat. MATERI DAN METODA Penelitian dilaksanakan selama 14 minggu di Laboratorium Ilmu ternak Potong dan Kerja Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Kampus Tembalang Semarang. Sebanyak 12 ekor domba Lokal jantan berumur sekitar 12 bulan dengan rata-rata bobot badan awal penelitian 22,72 + 2,09 kg (CV = 8,92%) digunakan pada penelitian ini dalam rancangan acak lengkap (RAL). Domba-domba tersebut dikandangkan pada kandang individual model panggung, dilengkapi tempat pakan dan minum. Pakan yang diberikan berupa rumput Gajah yang telah dicacah + 5cm dan pollard. Pollard diberikan 2 kali sehari yaitu pukul 07.00 dan 14.00, sedangkan rumput Gajah diberikan 2 jam setelah pemberian pollard. Pakan diberikan berdasarkan kebutuhan bahan kering (BK) sebanyak 4% dari bobot badan domba. Air minum diberikan secara ad libitum. Kandungan nutrisi bahan pakan penelitian terdapat pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan nutrisi bahan pakan penelitian Bahan pakan BK Kandungan nutrisi dalam 100% bahan kering Abu LK PK SK BETN % R. Gajah 58,05 17,12 4,97 13,12 31,05 33,73 Pollard 88,67 3,73 6,92 18,71 4,76 65,88 Keterangan: BK = Bahan Kering; LK = Lemak Kasar; PK = Protein Kasar; SK = Serat Kasar dan BETN = Bahan ekstrak tanpa nitrogen Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pisau, cutter dan gergaji besi untuk mengurai karkas serta timbangan. Timbangan yang digunakan adalah timbangan merk Accura kapasitas 6 kg dengan ketelitian 0,002 kg untuk menimbang pakan dan edible portion karkas maupun non karkas. Selain itu digunakan pula timbangan merk Camry berkapasitas 199 kg dengan kepekaan 0,5 kg untuk menimbang karkas dan non karkas. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diterapkan adalah pemberian pakan rumput Gajah dengan pollard, sebagai berikut: T0 = rumput Gajah ad libitum, T1= rumput Gajah ad libitum + 25% pollard dari kebutuhan BK, dan T2= rumput Gajah ad libitum + 50% pollard dari kebutuhan BK. Penelitian dilakukan dalam lima tahap yaitu tahap persiapan, adaptasi, pendahuluan, perlakuan pakan dan pengumpulan data. Tahap persiapan dilaksanakan selama 2 minggu untuk mempersiapkan kandang, bahan pakan penelitian dan materi penelitian. Tahap adaptasi dilakukan selama 2 minggu untuk mengadaptasikan ternak terhadap lingkungan dan pakan penelitian. Pada tahap ini domba diberi obat cacing. Selama tahap adaptasi, domba diberi pakan rumput Gajah, dan pollard diberikan secara bertahap. Tahap pendahuluan dilakukan selama 2 minggu, diawali dengan pengacakan ternak terhadap pakan maupun penempatan dalam kandang. Pakan yang diberikan pada tahap ini sesuai dengan pakan perlakuan dengan tujuan untuk menghilangkan pengaruh pakan sebelumnya. Tahap perlakuan pakan dilaksanakan selama 15 minggu, diawali dengan penimbangan ternak untuk mengetahui bobot badan awal penelitian. Selama tahap ini ternak ditimbang setiap minggu untuk mengetahui pertambahan bobot badan ternak guna menyesuaikan jumlah pemberian pakan. Selama tahap perlakuan, konsumsi pakan dicatat. Setelah tahap perlakuan pakan selesai, domba-domba disembelih untuk memperoleh 174
data tentang karkas dan non karkas. Sebelum disembelih, domba dipuasakan selama12 jam untuk mengurangi bobot non biological material yaitu isi saluran pencernaan, isi kandung kemih dan isi kantong empedu, selanjutnya domba ditimbang untuk memperoleh bobot potong. Domba disembelih pada bagian leher dengan memutus vena jugularis, arteri carotis, kerongkongan dan tenggorokan. Darah yang keluar ditampung dan ditimbang. Kepala dipisahkan pada batas tulang atlas dengan occipitalis dan dilakukan pemotongan kaki pada bagian teracak. Pengulitan dilakukan dengan menggantung kaki belakang pada bagian metacarpus. Pengulitan dimulai dari bagian kaki belakang, dilanjutkan ke bagian perut dan dada. Kemudian dilakukan pengeluaran organ-organ dalam, setelah itu karkas ditimbang dan dilayukan selama 8 jam pada suhu 8 0 C. Karkas dibagi menjadi 2 belahan kiri dan kanan sama besar menggunakan gergaji. Penguraian hanya dilakukan pada karkas belahan kanan saja,sedang belahan karkas kiri dianggap relatif sama. Karkas diurai untuk mendapatkan daging, lemak dan tulang. Edible portion karkas diperoleh dengan menimbang daging dan lemak karkas. Edible portion non karkas dibatasi kepala (otak, lidah, telinga, mata, semua daging dan lemak pada kepala), organ-organ viscera meliputi saluran pencernaan yang telah dibuang isinya (esophagus, rumen, reticulum, omasum, abomasums, usus halus, usus besar, hati, limpa, pancreas dan lemak omental), organ sirkulasi darah (jantung dan lemak jantung), organ pernafasan (trachea dan paru-paru), organ reproduksi (skrotum dan penis), dan ekor (daging dan lemak ekor). Bobot edible portion total diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh bagian edible portion karkas dan bagian-bagian edible portion non karkas. Data hasil pengamatan setelah diperhitungkan sebagai karkas utuh dianalisis dengan sidik ragam (analysis of variance) menurut petunjuk STEEL dan TORRIE (1993). HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi karkas dan non karkas Data produksi karkas dan non karkas yang diperoleh sebagai dasar untuk menghitung bobot maupun persentase edible portion karkas dan non karkas, dapat dilihat pada Tabel 2. Analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian pollard ternyata meningkatkan bobot potong maupun bobot karkas (P<0,05) dibandingkan tanpa pemberian pollard, namun banyaknya pollard yang diberikan menghasilkan bobot potong yang setara (P>0,05). Namun demikian, persentase karkas yang diperoleh tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, meskipun ada kecenderungan peningkatan persentase karkas yang seiring dengan jumlah pemberian pollard. Peningkatan bobot potong maupun bobot karkas dari penelitian ini dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi. Dengan pemberian pollard, maka kualitas ransum yang diberikan meningkat (Tabel 3), yang berakibat pada peningkatan konsumsi pakan (BK, PK dan TDN), sehingga meningkatkan bobot badan yang dicapai, yang berakibat pula pada peningkatan bobot karkas yang diperoleh. Tabel 2. Rataan bobot potong, bobot dan persentase karkas maupun non karkas Bobot potong (kg) 21,50 a 29,00 b 29,25 b Bobot karkas (kg) 7,95 a 11,90 b 12,14 b Persentase karkas (%) 36,88 a 40,93 a 41,54 a Bobot non karkas (kg) 12,06 a 14,51 a 14,10 a Persentase non karkas (%) 56,15 a 50,14 b 48,17 b 175
Tabel 3. Rataan konsumsi BK, PK dan TDN domba lokal jantan Konsumsi T0 T1 T2 gram/hari BK total 730,00 894,75 b 846,50 b BK rumput gajah 730,00 633,05 377,50 BK pollard 0 261,70 469,00 PK 96,00 132,00 b 137,00 b TDN 404,80 583,60 b 567,40 b BK = bahan kering, PK = protein kasar, TDN = total digestible nutrients Bobot badan yang meningkat akibat peningkatan konsumsi pakan ini sesuai dengan pendapat ANGGORODI (1994) yang menyatakan bahwa kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan akan menentukan produksi yang dihasilkan yaitu peningkatan bobot badannya. Pada bobot badan yang meningkat, maka bobot karkas juga meningkat, karena ada hubungan yang erat antara bobot potong dan bobot karkas yang diperoleh (SOEPARNO, 1998). Besarnya persentase karkas domba Lokal jantan (36,88 41,54%) yang diperoleh pada penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian SETYANINGRUM dan HARYOKO (2000) yaitu persentase karkas domba Lokal jantan berkisar antara 36,00 46,67%. Hasil penelitian PURBOWATI et al. (2005) menunjukkan bahwa domba Lokal jantan yang dipotong pada bobot 6,80 31,40 kg, persentase karkasnya berkisar antara 36,60 49,41%. Penelitian yang dilakukan LESTARI et al. (2005) pada domba Lokal jantan dengan pemberian rumput Gajah dan dedak padi sebanyak 200 dan 400 gr, diperoleh persentase karkas sebesar 39,08% dan 39,04%. Penambahan ampas tahu kering sebanyak 20%, 40% dan 60% pada pakan basal rumput Gajah untuk domba Lokal jantan menghasilkan persentase karkas dan non karkas berturut-turut 43,85 dan 56,15%; 47,71 dan 52,29% serta 49,81 dan 50,19% (TOBING, 2004). Edible portion karkas Hasil pengamatan terhadap edible portion karkas yang meliputi daging dan lemak karkas tercantum pada Tabel 4. Analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian pollard sebanyak 25% dan 50% dari kebutuhan BK pada domba Lokal ternyata meningkatkan edible portion karkas, dibandingkan dengan domba yang pakannya tidak diberi pollard (P<0,05). Tabel 4. Rataan bobot dan persentase edible portion karkas domba lokal jantan Bobot karkas (kg) 7,95 a 11,90 b 12,14 b Bobot daging (kg) 4,28 a 7,04 b 7,58 b Bobot lemak (kg) 0,38 a 0,74 b 0,80 b Bobot edible portion karkas (kg) 4,66 a 7,78 b 8,38 b Proporsi edible portion karkas (%) 58,71 a 65,15 ab 69,27 b Peningkatan pemberian pollard dari 25% menjadi 50% tidak mempengaruhi edible portion karkas yang diperoleh. Bobot edible portion karkas yang meningkat dipengaruhi oleh bobot karkas yang meningkat, sehingga menghasilkan daging dan lemak yang meningkat pula. Bobot daging karkas dan lemak yang meningkat pada domba yang diberi pakan pollard ada hubungannya dengan peningkatan konsumsi protein dan TDN yang 176
mengakibatkan protein dan lemak yang dideposisi juga semakin tinggi. SOEPARNO (1988) menyatakan bahwa ksndungsn protein pakan dan tipe ternak dapat mempengaruhi pertumbuhan dan komposisi karkas. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa karkas yang berasal dari ternak yang mengkonsumsi pakan berenergi tinggi, mengandung lemak yang lebih banyak dibandingkan dengan ternak yang mengkonsumsi pakan berenergi rendah. Banyaknya edible portion karkas yang diperoleh dari penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian LESTARI et al. (2001) dan LESTARI et al. (2005) yang memperoleh proporsi edible portion karkas domba Lokal sebesar 74,68 78,96% dan 77,41 80,07%. Perbedaan ini diduga karena perlakuan pakan yang diberikan berbeda. Edible portion non karkas Rataan bobot dan persentase edible portion non karkas domba yang diberi pakan dengan penambahan pollard tercantum pada Tabel 5. Hasil analisis stastistik menunjukkan bahwa pemberian pollard meningkatkan bobot maupun persentase edible portion non karkas. Semakin banyak pemberian pollard, maka edible portion non karkas yang diperoleh semakin tinggi. Tingginya edible portion non karkas yang diperoleh dengan penambahan pollard, seiring dengan bobot badan yang diperoleh. Besarnya edible portion non karkas yang diperoleh dari penelitian ini karena ada kecenderungan peningkatan bobot dari semua bagian tubuh domba akibat pemberian pollard sebagai bahan pakannya. Hal ini sesuai dengan pendapat SOEPARNO (1998) yang menyatakan bahwa pakan dapat mempengaruhi pertambahan bobot komponen non karkas. Domba yang mengkonsumsi pakan dengan energi tinggi mempunyai jantung, paru-paru dan ginjal yang lebih berat daripada domba yang mengkonsumsi pakan dengan energi rendah pada pemeliharaan di kandang individu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingginya komponen non karkas terutama didukung oleh tingginya komponen non karkas dari organ sirkulasi dan pencernaan yang diperoleh (P<0,05). Menurut Robinson dan Black dalam SOEPARNO (1998), konsumsi nutrisi tinggi dapat meningkatkan bobot total alat pencernaan, sedangkan FRANDSON (1996) menyatakan bahwa semakin besar tubuh ternak, maka ukuran jantungnya akan bertambah karena jantung yang mengatur tekanan dan jumlah darah yang harus disebarluaskan ke seluruh jaringan. Ternak dengan bobot badan yang besar memerlukan volume darah yang banyak untuk mensuplai kebutuhan nutrisi ke seluruh jaringan tubuhnya. Tabel 5. Rataan bobot dan persentase edible portion non karkas domba lokal jantan Bobot non karkas (kg) 12,06 a 14,51 a 14,10 a Bobot edible portion kepala (kg) 0,78 a 0,92 a 0,98 a Bobot edible portion ekor (kg) 0,06 a 0,16 a 0,23 a Bobot edible portion organ reproduksi (kg) 0,39 a 0,45 a 0,45 a Bobot edible portion respirasi (kg) 0,25 a 0,32 a 0,48 a Bobot edible portion sirkulasi (kg) 0,11 a 0,16 b 0,19 b Bobot edible portion organ pencernaan (kg) 1,88 a 2,89 b 3,21 b Bobot edible portion non karkas (kg) 3,47 a 4,90 b 5,53 c Persentase edible portion non karkas (%) 28,88a 33,88b 39,34c Edible portion hasil penelitian ini lebih rendah dari hasil penelitian ADIWINARTI et al. (1999) yaitu 43,73%, namun lebih tinggi dari hasil penelitian LESTARI et al. (2005), yang berkisar antara 24,67 29,95%. Hasil penelitian AKHMADI (2003) memperoleh edible portion non karkas sebesar 30,53%. 177
Perbedaan hasil penelitian ini karena pakan yang diberikan juga berbeda. Edible portion total Hasil edible portion total yang diperoleh dari penelitian ini ditampilkan pada Tabel 6. Analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian pollard meningkatkan jumlah edible portion yang diperoleh, tetapi banyaknya pemberian pollard, menghasilkan edible portion total yang setara. Peningkatan bobot dan persentase edible portion total seiring dengan peningkatan edible portion karkas maupun non karkas. Pemberian pollard yang mempunyai kandungan nutrisi tinggi (Tabel 1) meningkatkan bobot badan domba. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa domba dengan bobot badan tinggi, mempunyai edible portion total yang tinggi pula, sebaliknya domba yang mempunyai bobot potong rendah, edible portion yang diperoleh juga rendah. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan SWATLAND (1984), bahwa proporsi edible portion meningkat seiring dengan meningkatnya bobot potong. Tabel 7. Rataan bobot dan persentase edible portion total domba lokal jantan Bobot potong (kg) 21,50 a 29,00 b 29,25 b Bobot edible portion karkas (kg) 4,66 a 7,78 b 8,38 b Bobot edible portion non karkas (kg) 3,47 a 4,90 b 5,52 c Bobot edible portion total (kg) 8,13 a 12,68 b 13,90 b Persentase edible portion total (%) 37,87 a 43,66 b 47,68 b Banyaknya edible portion total yang diperoleh dari penelitian seiring dengan bobot potongnya. Bobot potong yang rendah mempunyai edible portion rendah, sedangkan ternak dengan bobot potong yang tinggi memperoleh edible portion yang tinggi pula. Edible portion hasil penelitian ini relatif sama dengan hasil penelitian LESTARI et al. (2005) dengan penambahan dedak padi untuk domba, yang menghasilkan edible portion total sebesar 38,85 47,45%. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah pemberian pollard pada pakan dasar rumput Gajah, sebesar 25% dan 50% dari kebutuhan bahan kering dapat meningkatkan edible portion domba Lokal jantan. Pemberian 50% pollard meningkatkan edible portion non karkas, namun edible portion karkas dan edible portion total yang dihasilkan setara. Pollard dapat digunakan sebagai pakan konsentrat untuk domba sampai sebanyak 25% dari kebutuhan bahan kering. Pemberian pollard sampai 50% bisa dilakukan dengan mempertimbangkan efisiensi ekonominya, karena edible portion total yang diperoleh setara dengan pemberian pollard sebanyak 25%. DAFTAR PUSTAKA ADIWINARTI, R., C.M. SRI LESTARI, E. PURBOWATI, E. RIANTO dan J.A. PRAWOTO. 1999. Karakteristik Karkas dan Non Karkas Domba yang diberi Pakan Tambahan Limbah Industri Kecap dengan Aras Berbeda. J. Pengembangan Peternakan Tropis, Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. 24(4): 137 145. AKHMADI, D. 2003. Persentase Edible Portion Domba Lokal Jantan yang Diberi Ampas Tahu dengan Aras yang Berbeda. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang (Skripsi Sarjana Peternakan). ANGGORODI, R. 1994. Ilmu Makanan ternak Umum. Cetakan ke 5. P.T. Gramedia, Jakarta. FRANDSON, R.D.1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta (Diterjemahkan oleh B. SRIGANDONO dan K. PRASENO). 178
PURBOWATI, E., C.I. SUTRISNO, E. BALIARTI, S.P.S. BUDHI dan W. LESTARIANA. 2005. Tumbuh Kembang Karkas dan Komponen Karkas Domba Lokal Jantan yang Dipelihara di Pedesaan. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Hlm. 487 494. LESTARI, C.M.S., E. PURBOWATI dan MAWARTI. 2001. Produksi Edible Portion Karkas Domba Lokal Jantan Akibat Penggantian Protein Konsentrat dengan Protein Ampas Tahu. Journal Pengembangan Peternakan Tropis. Special Edition, April 2001, Hlm. 228 235. LESTARI, C.M.S., S. DARTOSUKARNO dan IKA PUSPITA. 2005. Edible Portion Domba Lokal Jantan yang Diberi Pakan Dedak Padi dan Rumput Gajah. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Hlm. 461 466. SETYANINGRUM, A dan I. HARYOKO. 2000. Studi Komparasi Produksi Karkas Domba dan Kambing Lokal. J. Produksi Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman Edisi Khusus (1): 6 11. SOEPARNO 1998. Ilmu dan teknologi Daging. Cetakan ke 3. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. STEEL, R.G.D. dan J.H. TORRIE 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Suatu pendekatan Biometrik. Edisi ke 2. Penerbit P.T. Gramedia, Jakarta. (Diterjemahkan oleh B. SUMANTRI). SWATLAND, H.J. 1984. Structure and Development of Meat Animal. Prentice Hall Inc. Englewood Cliffs. 179