BAB 1 PENDAHULUAN. dalam tubuh protein menempati 1/6 dari berat tubuh manusia. Zat ini memegang

dokumen-dokumen yang mirip
laporan praktikum penentuan kadar protein metode biuret

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

BAB I PENDAHULUAN. fosfor, besi atau mineral lain. Protein disusun dari 23 atau lebih unit yang

Prosiding Farmasi ISSN:

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan

PENENTUAN KADAR PROTEIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... vii

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT

Analisa Protein. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2008, beberapa produk susu dan olahannya yang berasal dari Cina

abc A abc a = koefisien ekstingsi (absorpsivitas molar) yakni tetap b = lebar kuvet (jarak tempuh optik)

CARA PEMINDANGAN DAN KADAR PROTEIN IKAN TONGKOL (Auxis thazard) DI KABUPATEN REMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. dengan atau tanpa bahan tambahan makanan yang diizinkan (BSN,

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kesumba mempunyai biji yang biasa digunakan anak-anak untuk

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi DIAH AYU FITRIANI

ANALISIS KANDUNGAN PROTEIN PADA KACANG-KACANGAN YANG DIKALENGKAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK

Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb.

DAFTAR ISI.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN..

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. di alam yang berguna sebagai sumber pakan yang penting dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

GIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLatihan Soal 16.1

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN IV PENETAPAN KADAR PROTEIN DENGAN UJI BIURET

Subhan Aristiadi R

PAPER BIOKIMIA PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan susu segar sebagai bahan dasarnya, karena total padatan

I. PENDAHULUAN. protein yang lebih baik bagi tubuh dibandingkan sumber protein nabati karena mengandung

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

merupakan komponen terbesar dari semua sel hidup. Protein dalam tubuh pembangun, dan zat pengatur dalam tubuh (Diana, 2009). Protein sangat penting

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

BAB I PENDAHULUAN. Zat gizi dalam makanan yang telah dikenal adalah karbohidrat, lemak,

ENERGI IPA UNTUK KELAS 7 SMP.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben

PENETAPAN KADAR PROTEIN DENGAN METODE KJELDAHL

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan

4 Hasil dan Pembahasan

Pengawetan pangan dengan pengeringan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

VALIDASI PENETAPAN KADAR ASAM ASETIL SALISILAT (ASETOSAL) DALAM SEDIAAN TABLET BERBAGAI MEREK MENGGUNAKAN METODE KOLORIMETRI SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. seluruh penduduk Indonesia. Pemenuhan kebutuhan pangan harus dilakukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai salah satu sumber protein hewani disamping sumber protein nabati. Ikan

BAB I PENDAHULUAN. kecukupan gizi. Unsur gizi yang dibutuhkan manusia antara lain: protein, lemak,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang mengandung satu atau lebih bahan yang mudah dan cepat diserap oleh tubuh

BAB I PENDAHULUAN. panjang cm dan garis tengah cm. Buah nangka terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN. yang berasal dari bagian biji pada kebanyakan tanaman lebih banyak. diantaranya adalah daun singkong (Manihot utilisima).

BAB I PENDAHULUAN. bahan makanan sayuran, 4. bahan makanan buah-buahan, 5. susu dan telur

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, makanan yang dikonsumsi merupakan makanan yang sehat, dengan vegetarian. Makanan vegetarian saat ini mulai digemari oleh

STUDI KASUS KADAR FORMALIN PADA TAHU DAN KADAR PROTEIN TERLARUT TAHU DI SENTRA INDUSTRI TAHU DUKUH PURWOGONDO KECAMATAN KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini

Vitamin. Dibawah ini merupakan penjelasan jenis jenis vitamin, dan sumber makanan yang mengandung vitamin

BAB I PENDAHULUAN. Pola konsumsi pangan di Indonesia saat ini belum sesuai dengan. Harapan (PPH) merupakan rumusan komposisi pangan yang ideal yan g

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

BAB 3 PERCOBAAN. Pada bab ini dibahas mengenai percobaan yang dilakukan meliputi bahan dan alat serta prosedur yang dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. pangan adalah mencegah atau mengendalikan pembusukan, dimana. tidak semua masyarakat melakukan proses pengawetan dengan baik dan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Purata Kadar Protein Tempe ( mg / ml ± SE) pada Perlakuan Variasi Penambahan Inokulum Tempe dan Tepung Belut

I. PENDAHULUAN. sinar matahari berlebih, asap kendaraan bermotor, obat-obat tertentu, racun

2. ANALISIS PROTEIN. 1. Pendahuluan

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari

UJI SERAT, PROTEIN SERTA ORGANOLEPTIK TEMPE BIJI TURI (Sesbania grandiflora) DENGAN PENAMBAHAN JAGUNG (Zea mays) DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Minuman energi adalah minuman ringan non-alkohol yang dirancang

Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan di dalam kehidupannya (Effendi, 2012). Berdasakan definisi dari WHO

: Mengidentifikasi bahan makanan yang mengandung karbohidrat (amilum dan gula ), protein, lemak dan vitamin C secara kuantitatif.

Kehidupan. Senyawa kimia dalam jasad hidup Sintesis dan degradasi. 7 karakteristik kehidupan. Aspek kimia dalam tubuh - 2

PERAN TAWAS TERHADAP PERURAIAN PROTEIN IKAN TONGKOL. Nurrahman* dan Joko Teguh Isworo* ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai

BAB I PENDAHULUAN. macam belimbing yaitu belimbing manis (Averrhoa carambola) dan

BAB I PENDAHULUAN. Kacang tolo adalah salah satu jenis kacang-kacangan yang sudah

Pebandingan Metode Analisa Kadar Besi antara Serimetri dan Spektrofotometer UV-Vis dengan Pengompleks 1,10- Fenantrolin

DAYA TERIMA DAN KUALITAS PROTEIN IN VITRO TEMPE KEDELAI HITAM (Glycine soja) YANG DIOLAH PADA SUHU TINGGI. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bukan hidup untuk makan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjaga

PENDAHULUAN. amino esensial yang lengkap dan dalam perbandingan jumlah yang baik. Daging broiler

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan lokal, termasuk ubi jalar (Erliana, dkk, 2011). Produksi ubi

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan adalah produk fermentasi berbasis susu. Menurut Bahar (2008 :

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein adalah zat makanan yang sangat penting bagi tubuh manusia. Di dalam tubuh protein menempati 1/6 dari berat tubuh manusia. Zat ini memegang peranan penting sebagai zat pembangun untuk membentuk jaringan-jaringan dalam tubuh manusia, perkembangan dan regenerasi sel, menjaga kekebalan tubuh (Anonim, 2012). Protein merupakan makromolekul penting yang tersusun oleh asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur utama C, H, O dan N. Molekul protein juga mengandung unsur belerang, fosfor, besi dan tembaga, asam-asam amino tersebut dihubungkan oleh ikatan peptida (Legowo, dkk., 2005; Stayanarayana dan Chakrapati, 2007). Protein berdasarkan sumbernya dibagi menjadi protein nabati dan protein hewani. Protein dari sumber nabati lebih baik bagi tubuh dibanding protein hewani (Susianto, dkk., 2008). Sumber makanan berprotein tinggi yang baik dan mudah dicerna dapat diperoleh antara lain dari ikan, daging, kacang-kacangan, susu, yoghurt, telur, dan produk olahannya. Kacang-kacangan telah lama dikenal sebagai sumber protein, selain mudah diperoleh dan harganya terjangkau, kacangkacangan juga banyak mengandung asam amino yang dapat saling melengkapi dengan asam amino pada beras, jagung dan gandum (Koswara, 2012).

Semakin berkembangnya zaman, kebutuhan yang besar akan bahan pangan berkualitas semakin tinggi, akan tetapi bahan pangan mudah mengalami kerusakan sehingga dikembangkan berbagai metode pengawetan pangan dan pengalengan merupakan salah satu proses pengawetan makanan yang digemari saat ini, selain bahan makanan dapat bertahan lebih lama, kemasannya juga lebih praktis (Desrosier, 2008). Selain itu, pengawetan dengan pengalengan dapat melindungi bahan dari kerusakan oksidasi, menjaga tekstur bahan sehingga tidak jauh berbeda dari bahan segar, menjaga agar kadar air tidak berubah secara drastis, menjaga tekanan udara bahan baik di dalam maupun dari luar kaleng dan melindungi bahan pangan terhadap pencemaran partikel asing dan kerusakan mekanik (Winarno, 1995). Kandungan protein dalam makanan umumnya ditetapkan berdasarkan total nitrogen yang terkandung di dalamnya yang disebut sebagai protein kasar. Penetapan protein kasar bertujuan untuk menentukan jumlah protein total di dalam bahan pangan. Metode penetapan kadar protein yang paling lazim digunakan adalah metode Kjeldahl (Legowo, dkk., 2005). Ada dua kelemahan utama dalam metode Kjeldahl, yaitu waktu yang diperlukan untuk analisis sangat lama dan perlu untuk melakukan dua analisis untuk menetapkan perbedaan Non-Protein Nitrogen (NPN) dan Total Protein Nitrogen (TPN). Meskipun demikian, metode Kjeldahl ini masih secara luas digunakan dalam ilmu dan teknologi pangan dan telah diaplikasikan secara mendunia untuk menentukan kadar nitrogen dalam berbagai jenis makanan dan merupakan metode standard yang lazim dilakukan untuk penetapan kadar protein (Isaac, 1990).

Ilmu pengetahuan dalam bidang analisis telah banyak berkembang. Para ilmuwan terus mengembangkan berbagai instrumen analisis untuk mempermudah analisis dalam bidang kimia maupun biokimia. Salah satunya adalah spektrofotometer yang secara luas telah digunakan karena pengoperasian alatnya yang cukup sederhana dan memberikan hasil yang cepat (Christian, 2004). Beberapa metode spektrofotometri untuk analisis protein yaitu metode spektrofotometri sinar tampak dengan menggunakan pereaksi Biuret, Lowry, Bradford, dan metode pengikatan warna (Legowo, dkk., 2005). Selain itu dapat pula dilakukan dengan metode spektrofotometri ultraviolet pada panjang gelombang 280 nm dan 205 nm, serta metode emisi fluoresensi (Sumonian, 2005). Penetapan kadar protein dengan menggunakan metode spektrofotometri merupakan metode yang umum digunakan dalam beberapa area seperti analisis biokimia, fisiologi, penelitian di bidang kesehatan dan berbagai area lainnya (Isaac, 1990). Semua protein tersusun dari asam-asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Ikatan peptida ini terbentuk dari reaksi kondensasi antara gugus amin dan gugus karboksilat dari asam-asam amino. Peptida-peptida yang mengandung lebih dari tiga asam-asam amino akan membentuk kompleks kelat yang berwarna dengan ion tembaga pada suasana alkali yang dikenal dengan reaksi Biuet. Berdasarkan intensitas warna yang terbentuk konsentrasi total protein dapat diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang sinar tampak (Krohn, 2005). Ketika suatu metode baru, metode yang belum dikenal luas, atau metode yang baru dipublikasikan dalam literatur ilmiah akan diaplikasikan, validasi harus

dilakukan untuk memastikan bahwa metode tersebut sesuai untuk digunakan (Wood, dkk., 1998) antara lain: uji akurasi, presisi, sensitifitas dengan parameter batas deteksi dan batas kuantitasi, rentang linear, ketangguhan dan kekuatan metode. Sementara verifikasi merupakan pengujian spesifikasi validasi yang dilakukan oleh produsen ataupun peneliti lain untuk mengkonfirmasi keterterimaan dan keterulangan suatu metode. Dalam verifikasi uji yang paling ditonjolkan adalah uji akurasi dan uji presisi, namun tidak jarang juga dilakukan uji sensitifitas (McClure, 2012). Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui kadar protein yang terkandung dalam kacang-kacangan yang dikalengkan secara spektrofotometri sinar tampak dengan pereaksi Biuret. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah berapakah kadar protein yang terkandung dalam kacang-kacangan yang dikalengkan yang ditetapkan secara spektrofotometri sinar tampak dengan pereaksi Biuret dan apakah ada perbedaannya dengan yang ditetapkan secara Kjeldahl? 1.3 Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian ini adalah ada perbedaan antara kadar protein yang ditetapkan secara spektrofotometri sinar tampak dengan pereaksi Biuret dan Kjeldahl, dimana kadar protein secara spektrofotometri sinar tampak adalah lebih rendah dibandingkan dengan secara Kjeldahl.

1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar protein dalam kacang-kacangan yang dikalengkan secara spektrofotometri sinar tampak dengan pereaksi Biuret dan untuk mengetahui perbedaannya dengan yang ditetapkan secara Kjeldahl. 1.5 Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang kadar protein dalam kacang-kacangan yang dikalengkan secara spektrofotometri sinar tampak dengan pereaksi Biuret dan Kjeldahl.