BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang tidak dapat diperkirakan waktu terjadinya. Sehingga kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

Dying & Bereavement. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi

1. PENDAHULUAN. (Wawancara dengan Bapak BR, 3 Maret 2008)

Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena orangtua tunggal beberapa dekade terakhir ini marak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelompok yang disebut keluarga (Turner & Helmes dalam Sarwono & Weinarno,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perceraian adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap keluarga memiliki cara tersendiri untuk menghadapi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari

BAB I PENDAHULUAN. Allah berfirman dalam Q.S Ali Imran, ayat 185 yang berbunyi: Tiap-tiap yang

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

Selamat Membaca dan Memahami Materi Rentang Perkembangan Manusia II

BAB III TEMUAN PENELITIAN. kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian kedua orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai gangguan postpartum depression. Depresi postpartum keadaan emosi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan pria dan wanita. Menurut data statistik yang didapat dari BKKBN,

STRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang Masalah. Remaja biasanya mengalami perubahan dan pertumbuhan yang pesat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan menjadi tempat yang penting dalam perkembangan hidup seorang manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pengertian kejahatan dan kekerasan memiliki banyak definisi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. serta pembagian peran suami dan istri. Seiring dengan berjalannya waktu ada

Selamat Membaca dan Memahami Materi Rentang Perkembangan Manusia II

2016 HUBUNGAN ANTARA FAMILY RESILIENCE DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA PNS WANITA DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai keinginan yang diharapkan dapat diwujudkan bersama-sama,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi

BAB I PENDAHULUAN. individu. Keluarga merupakan pondasi terbentuknya pribadi yang sehat baik secara

BAB I PENDAHULUAN. individu bisa mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya, agar. dalam kehidupan suami istri. Putusnya hubungan perkawinan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga,

Pengaruh Perceraian Pada Anak SERI BACAAN ORANG TUA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kelahiran anak dalam kondisi sehat dan normal adalah harapan setiap ibu (UNICEF,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dianggap sebagai masa topan badai dan stres, karena remaja telah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu

BAB I PENDAHULUAN. upaya penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lebih kuat dan berkembang setelah melewati masa krisis. 2005) melalui model yang dibangunnya yang bernama the resilience

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi

5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hidup semua orang pasti akan mengalami kematian, terutama kematian

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu yang hidup di dunia ini pasti selalu berharap akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. umum dan pola hidup. Penelitian Agoestina, (1982) di Bandung (dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

PENDAHULUAN. seperti ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEPRESI PASCA MELAHIRKAN PADA KELAHIRAN ANAK PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi orang tua dari anak-anak mereka. Orang tua merupakan individu yang

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. Dalam bab ini saya akan membahas dan menganalisa temuan-temuan yang

NASKAH PUBLIKASI DAMPAK KEMATIAN IBU TERHADAP KONDISI PSIKOLOGIS REMAJA PUTRI

COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

tingkat emosional. Tekanan psikologis setelah melahirkan merupakan gejala

BAB I PENDAHULUAN. untuk kebahagiaan dirinya dan memikirkan wali untuk anaknya jika kelak

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan merupakan suatu kejadian yang ditunggu-tunggu oleh pasangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

Dampak. terhadap anak-anak Reaksi anak-anak terhadap situasi darurat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

Bab I Pendahuluan. adalah memiliki keturunan. Namun tidak semua pasangan suami istri dengan mudah

BAB II LANDASAN TEORITIS. reaksi fisik yang disebabkan karena persepsi seseorang terhadap kehilangan (loss).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia saling berinteraksi sosial dalam usaha mengkomunikasikan pikiran dan

KEMANDIRIAN REMAJA AKHIR PUTERI PASCA KEMATIAN AYAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari eksistensi manusia di dunia. Kebahagiaan itu sendiri dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak setiap anak atau remaja beruntung dalam menjalani hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana seseorang akan kehilangan orang yang meninggal dengan penyebab dan peristiwa yang berbeda-beda pada masing-masing manusia. Kematian pada seseorang ditandai dengan berhentinya fungsi biologis tertentu, seperti pernafasan, dan tekanan darah serta kakunya tubuh, hal tersebut telah dianggap menjadi tanda kematian seseorang dan menandakan berhentinya proses kehidupan (Santrock dalam Fitria, 2013). Kematian dapat terjadi karena sakit berkepanjangan, kematian mendadak karena suatu keadaan tertentu, bunuh diri, dibunuh (pembunuhan) dan bencana alam (Ann & Lee dalam Fitria, 2013). Peristiwa kematian dapat terjadi kapanpun, tanpa diduga-duga dan hal tersebut menyebabkan orang yang ditinggalkan merasakan kehilangan yang mendalam. Turner & Helms (dalam Fahransa, 2008), menyatakan bahwa kematian orang terdekat merupakan kehilangan paling menyakitkan yang dapat dialami oleh seseorang. Kematian merupakan peristiwa dimana seseorang akan kehilangan orang lain yang ada di sekitarnya, misalnya kematian orang tua, keluarga, teman dan pasangan (Fitria dkk., 2013). Menurut Walsh & McGoldrick (dalam Murray dkk., 2005) kematian merupakan kejadian paling menyakitkan bagi keluarga untuk kembali beradaptasi atau kembali menyesuaikan dengan kondisi baru.

2 Kematian salah satu anggota keluarga merupakan pengalaman yang menyakitkan karena keakraban dalam keluarga dan adanya saling ketergantungan satu sama lain. Kematian atau kehilangan pada keluarga lebih spesifik dijelaskan oleh Murray dkk. (2005) dikelompokkan menjadi:(1) kematian anak (death of child), (2) kematian saudara (death of sibling),(3) kematian orang tua (death of a parent) dan; 4) kematian pasangan hidup (death of a spouse or life partner). Kertamuda (2009) menyatakan bahwa kematian salah satu anggota keluarga merupakan guncangan yang sangat berat untuk semua orang. Terlebih lagi apabila yang meninggal adalah orang tua. Jika yang meninggal adalah sosok yang menjadi tulang punggung keluarga yakni sosok ayah. Maka kehidupan dalam keluarga tersebut mengalami perubahan yang drastis. Selain kehilangan figur dan kepala rumah tangga, kematian ayah menyebabkan terguncangnya kehidupan ekonomi keluarga dan memengaruhi kelangsungan keluarga tersebut. Sejalan dengan pendapat tersebut, McLanahan dan Teitler (dalam Brooks, 2011) menjelaskan bahwa ketiadaan ayah menyebabkan pengurangan pendapatan sekitar 50 persen dalam keluarga. Dalam peran sosial dan masyarakat, karakteristik ayah tampak berperan dalam keragaman pendidikan, harga diri dan ketiadaan tekanan psikologis serta memberikan dampak positif pada area persahabatan, penghargaan diri dan kepuasan hidup. Kertamuda (2009) menjelaskan, apabila yang meninggal adalah sosok ibu, maka akan berdampak pada perkembangan seorang anak di masa yang

3 akan datang. Dari hasil studi ditemukan, bahwa sosok ibu memiliki peran penting bagi kehidupan anak hingga masa dewasanya. Ibu sebagai sosok yang penting dalam perkembangan seorang anak memberikan kasih sayang yang tiada henti mulai dari kehamilan, proses persalinan dan melahirkan hingga penerapan dalam pengasuhan adalah momentum vital dalam perkembangan anak. Brooks (2011) menyatakan bahwa meski peran ibu dan ayah berbeda, anak melihat mereka memiliki kualitas yang sama. Kedua orang tua digambarkan sebagai sosok yang penuh cinta, bahagia, jujur, bertanggung jawab dan percaya diri. Oleh karena itu, kematian salah satu orang tua dalam keluarga menjadi hal yang menyakitkan. Kematian orang tua dalam sebuah keluarga dapat terjadi saat anak-anak atau ketika dewasa. Walau bagaimanapun, reaksi anak terhadap kematian orang tua berpengaruh terhadap kondisi emosi dan perkembangan kognitif anak. Pengaruh tersebut disebabkan karena kedekatan dengan orang tua yang meninggal dan bagaimana anak merespon atau menjalin interaksi dengan orang tua yang masih hidup setelah kematian salah satu orang tuanya (Murray dkk., 2005). Bagi anak, kematian orang tua merupakan kehilangan terburuk. Anak telah kehilangan sosok tempat ia bergantung untuk mendapatkan keamanan dalam hidup, dan orang tua yang masih hidup kehilangan pendampingnya (Brooks, 2011). Hal serupa dikemukakan oleh Nevid dkk. (2003) yang menjelaskan bahwa peristiwa menyedihkan seperti kehilangan orang yang

4 dicintai seperti pasangan atau orang tua menjadi peristiwa perubahan hidup yang menjadi sumber stres dan membutuhkan penyesuaian diri yang amat sulit. Proses penyesuaian diri setelah meninggalnya salah satu orang tua (ayah atau ibu) pada masing-masing keluarga memiliki reaksi yang berbeda-beda. Hampir di setiap peristiwa kehilangan atau kematian akan diikuti dengan perasaan tertekan dan disorientasi (www.healthday.com). Perasaan tertekan dan disorientasi tersebut ditunjukkan selama masa duka cita (grief). Duka cita (grief) adalah kelumpuhan emosional, tidak percaya, kecemasan akan berpisah, putus asa, sedih dan kesepian yang menyertai di saat seseorang kehilangan orang yang dicintai (Santrock, 2007) dalam hal ini meninggalnya salah satu orang tua. Menurut National Mental Health Association (dalam www.healthday.com) disebutkan bahwa kehilangan orang yang dicintai (orang tua) merupakan salah satu stressor terberat dalam kehidupan seseorang. Penyesuaian pasca-kematian orang tua bagi keluarga yang ditinggalkan diawali dengan duka cita yang mendalam akibat hilangnya figur penting dalam keluarga. John Bowlbly (dalam Brooks, 2011) menjelaskan empat fase dalam proses kedukaan : (1) sebuah periode kekakuan yang berlangsung berjam-jam atau berminggu-minggu dimana seseorang harus menerima fakta kematian, tetapi belum mampu meredakan emosi karena lukanya sangat besar, (2) periode memprotes dan merindukan di mana seseorang menolak menerima fakta kematian dan mencari-cari orang yang meninggal, (3) periode kesedihan

5 dan putus asa dimana kenyataan kematian telah diterima secara emosional dan hidup tanpa orang tersebut terlihat tidak tertahankan, dan (4) periode pengaturan hidup kembali untuk meneruskan hidup tanpa orang tersebut. Beberapa orang mungkin tidak dapat mengatasi perasaan kehilangan dan berdampak pada kondisi fisik dan emosional negatif yang terus-menerus dirasakan. Jika kecemasan dan depresi mulai mengakar, kesehatan dapat turun drastis atau bahkan mengalami gangguan yang fatal (www.healthday.com). Feldman, dkk. (2007) menjelaskan bahwa duka karena kehilangan kehilangan seseorang yang dirasakan dekat dan proses menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut secara praktik dapat memengaruhi semua aspek kehidupan mereka yang ditinggalkan. Kehilangan sering kali membawa perubahan dalam status dan peran (misalnya, dari seorang isteri menjadi janda atau dari seorang anak menjadi seorang piatu). Selain kedukaan, kondisi tersebut juga dapat memiliki konsekuensi sosial dan ekonomi. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada keluarga T dan K diperoleh data sebagai berikut : Tabel 1. Hasil Studi Pendahuluan Keluarga T Keluarga T (19 bulan) Ibu (41 tahun) Anak (7 tahun/l) Kesulitan yang dihadapi Shock, tidak menduga dan menangis, merasa Tuhan tidak adil, tidak bisa tidur memikirkan masa depan anaknya Berkeinginan untuk menitipkan anaknya ke saudaranya, melampiaskan kemarahan pada anaknya, mencari pencerahan kepada tokoh agama Terus menerus menanyakan ayahnya, menangis minta bertemu ayahnya untuk dibelikan mainan Memahami ayahnya telah meninggal karena sebulan sekali mengunjungi makam dan mendengarkan penjelasan dari ibunya 1. Sedang mengandung anak saat ayah meninggal, dan merasa tidak berdaya 2. berkurang secara drastis penghasilan ekonomi dalam keluarga, 3. kesulitan menyesuaikan menjadi orang tua

6 Memutuskan mencari pekerjaan menjadi asisten rumah tangga, mencari penghasilan tambahan, melakukan aktivitas shalat malam rutin 4 hari seminggu Seringkali mengatakan kayane nek ana bapake ora sengsara kaya kie ya Ma? setiap kali melihat foto ayahnya, dan mengeluh hal yang sama saat keinginannya tidak bisa terpenuhi Sumber : Wawancara Keluarga T, 16 Mei 2016 tunggal 4. dan kurangnya dukungan sosial dari keluarga besar suami Tabel 2. Hasil Studi Pendahuluan Keluarga K Keluarga K (25 bulan) Ibu (55 tahun) Anak I (26 tahun/l) Anak II (21 tahun/p) Mengalami gangguan tidur, penurunan berat badan, gangguan makan, setiap hari mengunjungi makam ayahnya Mudah marah, menjadi lebih jauh dengan anakanaknya, sering menyendiri, Harus ditemani tidur oleh anaknya Meningkatnya intensitas beribadah Susah tidur, perasaan sedih dan mengingat kenangan bersama ayah, menangis Menjadi pendiam Mengambil alih tanggungjawab menemani ibu dalam kegiatan sehari-hari Sering melamun, respon lambat saat diajak bicara dan merasa nge-blank, sering mbolos kuliah Menjadi lebih sering diam karena respon ibunya tidak sesuai dengan harapan subjek Sering mengingatkan pada ibunya untuk jaga kesehatan, bertanggungjawab atas rumah koskosan yang menjadi sumber penghasilan Kesulitan yang dihadapi 1. Kehilangan rutinitas/kebia saan keluarga berkumpul bersama setiap sabtu malam 2. Kesulitan ekonomi; menjual barangbarang berharga untuk keperluan sehari-hari 3. Menyesuaika n dengan perubahan emosi anggota keluarga Sumber : Wawancara Keluarga K, 24 Maret 2016 Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa kematian orang tua memunculkan dinamika resiliensi keluarga yang khas dan perubahan keluarga saat menyesuaikan diri setelah kematian. Kehilangan yang mendalam seperti tekanan emosional pasca-kematian orang tua, penyesuaian kembali peran

7 dalam keluarga, terganggunya fungsi keluarga akibat salah satu anggota keluarga telah meninggal berdasarkan hasil studi pendahuluan diatas sangat tergambarkan pada kurun waktu sekitar 2 tahun pertama pasca-kematian. Tidak ada waktu spesifik mengenai berapa lama seseorang berduka. Dibutuhkan 2 tahun atau lebih sebelum orang-orang mengatur kembali hidupnya dan mencapai keseimbangan emosional yang stabil. Namun, akan tetap ada pengingat dan kemunculan tiba-tiba kedukaan yang mendalam (Brooks, 2011) Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Harakaj (2005) menemukan bahwa faktor terpenting yang mampu membangkitkan keluarga dari situasi krisis selama fase duka seperti yang dikemukakan diatas adalah komunikasi yang terbuka antar anggota keluarga. Selain komunikasi, pentingnya sistem keyakinan dan dukungan sosial dari orang-orang terdekat mendorong keluarga yang berduka mampu menghadapi dan bangkit dari situasi krisis. Oleh karena itu, keluarga harus memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan situasi sulit secara positif, agar dapat kembali bangkit dari masa krisis yang dialami. Kemampuan tersebut menurut McCubbin dan McCubbin (1988), disebut dengan resiliensi keluarga. Resiliensi keluarga merupakan pola perilaku positif dan kemampuan fungsional yang dimiliki oleh individu dan keluarga yang ditampilkan dalam situasi sulit atau menekan. Pola perilaku positif dan kemampuan fungsional ini menentukan kemampuan keluarga untuk pulih dengan tetap mempertahankan integritasnya sebagai sebuah kesatuan dengan

8 tetap mempertahankan dan memperbaiki kesejahteraan anggota keluarga dan unit keluarga secara keseluruhan. Werner (dalam Walsh, 2003; Wandasari, 2012) mengemukakan bahwa keluarga merupakan faktor yang sangat memengaruhi resiliensi. Krisis dan tantangan memiliki dampak terhadap seluruh anggota keluarga dan proses di dalam keluargalah yang dapat membantu memulihkan krisis dan hubungan di dalam keluarga. Untuk mengurangi dampak negatif dari kejadian sulit yang dialami seperti kematian salah satu orang tua, maka Walsh (2006) menyebutkan bahwa proses kunci dari resilensi keluarga yang berperan sebagai faktor pelindung. Sebagai faktor pelindung, ketiga proses kunci tersebut mampu memulihkan krisis dalam masa sulit yang dialami, mendorong keluarga untuk melakukan penyesuaian kembali dan bangkit dari masa duka yang berkepanjangan. Keluarga yang resilien akan kembali menyesuaikan dengan baik dengan kondisi keluarga yang baru untuk mencapai keluarga yang harmonis dan tetap bisa merasakan kesejahteraan. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai resiliensi keluarga pada keluarga yang kehilangan salah satu orang tuanya. Resiliensi keluarga dalam hal ini perlu diteliti untuk melihat bagaimana keluarga mampu menghadapi fase duka sebagai masa krisis atau masa sulit dalam kehidupan keluarga, sehingga dapat kembali menyesuaikan dengan kondisi baru dengan cara-cara yang positif. Selain itu,

9 penulis tertarik meneliti dinamika resiliensi keluarga pasca-kematian salah satu orang tua, karena masih kurangnya penelitian dalam kasus tersebut. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai dinamika resilensi keluarga menghadapi fase duka pasca kematian salah satu orang tua, sebagai salah satu masa sulit yang dialami oleh sebuah keluarga. B. Perumusan Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan, penulis merumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana dinamika resiliensi keluarga dalam menghadapi fase duka pasca-kematian salah satu orang tua? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dinamika resiliensi keluarga dalam menghadapi fase duka pada keluarga yang salah satu orang tuanya telah meninggal. Sedangkan manfaat yang dapat dirasakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yang dapat diambil dari penelitian ini yakni adanya pengembangan ilmu psikologi khususnya dalam payung penelitian Ketahanan Keluarga dalam bidang Psikologi Sosial. 2. Manfaat Praktis Menggambarkan hasil penelitian bagi pihak yang berkepentingan terhadap permasalahan kesehatan mental dan ketahanan keluarga seperti : psikolog klinis, psikolog perkawinan/keluarga dan khususnya bagi keluarga yang memiliki permasalahan serupa.