BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan permasalahan yang serius karena tingkat kejadiannya semakin meningkat dari tahun ke tahun. WHO melaporkan kematian akibat kanker diseluruh dunia diperkirakan akan terus meningkat pada tahun 2030 dan diperkirakan lebih dari 13,1 juta orang meninggal karena penyakit ini (WHO, 2013). Sekitar 70% dari semua kasus kematian akibat kanker terjadi di negara yang berpenghasilan rendah sampai menengah termasuk Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007, penyakit kanker menjadi penyebab kematian ketujuh di Indonesia (Depkes, 2010). Kanker payudara termasuk dalam kelompok enam kanker penyebab kematian terbanyak, selain kanker paru-paru, lambung, liver dan leher rahim. Kanker payudara menyebabkan 458.000 kematian pertahun (WHO, 2013). Di Indonesia prevalensi kanker payudara adalah 26 wanita per 100.000 penduduk dan merupakan urutan kedua penyebab kematian akibat kanker setelah kanker rahim (Indriasari dan Anna, 2011). Masih tingginya angka kejadian dan kematian akibat kanker ini, mendorong dilakukannya upaya penemuan agen terapi kanker yang lebih efektif namun tetap aman.
Usaha penyembuhan kanker dapat dilakukan dengan pembedahan, kemoterapi, terapi hormon dan terapi radiasi. Tindakan operasi untuk mengangkat jaringan kanker belum sepenuhnya menjamin kesembuhan dan ada kecenderungan untuk terjadinya remultiplikasi jaringan tersebut. Penggunaan radioterapi jelas menimbulkan resiko terjadinya kerusakan lain disekitar jaringan yang terkena kanker. Pemberian agen kemoterapi belum memberikan hasil yang memuaskan, bahkan dapat menimbulkan efek samping pada pasien dan dilaporkan adanya resistensi beberapa jenis kanker (King, 2000). G. procumbens secara tradisional banyak digunakan untuk pengobatan demam, penyakit ginjal, migrain, konstipasi, hipertensi, diabetes melitus, dan kanker (Perry, 1980). Penelitian terhadap tanaman obat daun sambung nyawa (Gynura procumbens) yang digunakan secara luas di masyarakat dapat memberi landasan ilmiah yang kuat bagi masyarakat pengguna obat tradisional dan bahan baku obat kanker di masa datang. Ekstrak etanolik daun sambung nyawa diketahui dapat menghambat karsinogenesis (Sugiyanto et al., 1993) hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Sugiyanto et al., 2003 yang melaporkan bahwa ekstrak etanolik daun sambung nyawa yang mengandung flavonoid terbukti mampu menghambat pertumbuhan tumor pada mencit yang diinduksi dengan benzo(α)piren. Demikian pula, hasil penelitian yang telah dilakukan Meiyanto (1996) melaporkan bahwa ekstrak etanol daun G. procumbens mempunyai efek antimutagenik terhadap tumor paru mencit yang diakibatkan oleh benzo(α)piren. Ekstrak etanolik daun G. procumbens juga telah terbukti memberikan efek kemopreventif pada karsinogenesis kanker payudara
tikus (Meiyanto et al., 2007a dan Meiyanto et al., 2007b). Kandungan senyawa fenolik daun G. procumbens terbukti dapat menghambat proliferasi dan memacu apoptosis sel HeLa (Meiyanto dan Septisetyani, 2005). G. procumbens juga memiliki potensi sebagai antiangiogenik pada membran korio alantois (CAM) embrio ayam (Jenie et al., 2006). Penelitian kandungan senyawa aktif ekstrak etanolik daun G. procumbens yang memiliki aktivitas antikarsinogenik menunjukkan adanya flavonoid yang mengarah ke golongan flavon/flavonol (Sugiyanto, et al., 2003). Ada 3 (tiga) flavonoid yang kemudian berhasil diidentifikasi lebih lanjut antara lain, flavonoid pertama yaitu derivat flavon dengan gugus OH pada posisi 7, 3', dan 4', serta mempunyai substitusi alkoksi pada posisi 6 dan 8. Flavonoid kedua yaitu derivat flavonol yang mempunyai tiga OH bebas, dua diantaranya pada posisi 3 dan 5, atau glikosida dengan gula yang terikat pada C 3, sedang flavonoid ketiga mirip flavonoid kedua dengan 7-OR, 3', 4' di-oh dan 3,5 di-oh (Sugiyanto, et al., 2003). Selain itu G. procumbens mengandung antara lain steroid (β-sitosterol and stigmasterol), nonadecane, phytyl valerat, adenosin, asetat, quersetin dalam bentuk glikosida, kaemferol-3 glukosida (Anonim, 2004), kaempferol-3-o- Rutinoside, astragalin (Rosidah et al., 2008). Di duga flavonoid yang diisolasi dari fraksi etil asetat ekstrak etanolik (dideteksi menggunakan pereaksi semprot sitroborat) daun G. procumbens memiliki aktivitas sitotoksik sebesar 98 µg/ml terhadap sel T47D dan menjadi regulator positif ekspresi p53 dan Bax (Maryati et al., 2005). Penelitian kokemoterapi fraksi etil asetat G. procumbens bersama
dengan doxorubicin menunjukkan adanya efek sinergis kombinasi keduanya pada sel MCF-7 dan T47D (Jenie dan Meiyanto, 2007). Berdasarkan atas informasi dari penelitian-penelitian tersebut maka untuk menunjang serta melengkapi informasi yang bermanfaat mengenai daun G. procumbens ini maka dilakukan penelitian isolasi dan identifikasi senyawa sitotoksik fraksi etil asetat daun Gynura procumbens (Lour.) Merr. Untuk memperoleh senyawa aktif maka perlu dilakukan metoda isolasi dengan bioassayguided isolation. B. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang ada maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah senyawa apakah dari fraksi etil asetat daun G. procumbens yang mempunyai aktifitas sitotoksik terhadap sel kanker payudara MCF-7 dan T47D. C. Keaslian penelitian Data ilmiah tentang aktivitas antikanker daun G. procumbens telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian in vivo membuktikan bahwa ekstrak etanolik daun G. procumbens mampu menghambat pertumbuhan tumor paru mencit yang diakibatkan oleh benzo(α)piren. Ekstrak tersebut mengandung flavonoid golongan flavon dan atau flavonol yang aktif terhadap sel meiloma dan vero yaitu derivat flavon dengan gugus OH pada posisi 7, 3', dan 4', serta mempunyai substitusi alkoksi pada posisi 6 dan 8 dan derivat flavonol yang mempunyai tiga OH bebas, dua diantaranya pada posisi 3 dan 5, atau glikosida dengan gula yang terikat pada C 3 (Sugiyanto et al., 2003).
Ekstrak etanolik daun G. procumbens dilaporkan mempunyai efek antimutagenik terhadap tumor paru mencit yang diakibatkan oleh benzo(α)piren (Meiyanto, 1996). Ekstrak etanolik daun G. procumbens juga telah terbukti memberikan efek kemopreventif pada karsinogenesis kanker payudara tikus (Meiyanto et al., 2007a dan Meiyanto et al., 2007b). Kandungan senyawa fenolik daun G. procumbens terbukti dapat menghambat proliferasi dan memacu apoptosis sel HeLa (Meiyanto dan Septisetyani, 2005). Senyawa yang diduga flavonoid yang dideteksi menggunakan pereaksi sitroborat dan diisolasi dari fraksi etil asetat ekstrak etanolik G. procumbens memiliki aktivitas sitotoksik sebesar 98 µg/ml terhadap sel T47D dan menjadi regulator positif ekspresi p53 dan Bax (Maryati et al., 2005). Daun G. procumbens juga telah diteliti memiliki potensi sebagai antiangiogenik (Jenie et al., 2006). Sepanjang penelusuran pustaka, penelitian isolasi dan identifikasi senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas sitotoksik dari daun G. procumbens yang penulis lakukan belum pernah dipublikasikan. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi ilmiah tentang pemanfaatan daun G. procumbens (Lour), Merr yang mempunyai aktivitas sitotoksik pada sel kanker.
E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi senyawa aktif yang terkandung dalam fraksi etil asetat daun G. procumbens dan untuk mengetahui struktur molekul senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas sitotoksiknya.