1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yaitu 10-19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas. Periode peralihan dan masa anak ke masa dewasa disebut masa remaja. (Widyastuti, 2009). Pacaran merupakan terjadi proses adaptasi dan saling pengertian serta kesepahaman antara keduanya, namun dalam perjalanannya pacaran sering ternodai oleh perilaku-perilaku yaitu anggapan bahwa cinta adalah seks. Sehingga anggapan ini banyak menyesatkan dan menjerumuskan pelaku pacaran pada perbuatan yang tidak semestinya. (Harris, 2007). Hal ini sama dengan apa yang telah diteliti oleh Nursal Dien dan Roni yaitu bahwa pergaulan siswa SMA telah sampai melakukan hubungan seksual, dan juga termasuk mereka remaja yang berada di pondok pesantren pun sama melakukan hubungan seksual menurut Ana dan Fika. Dari hasil penelitian Pengaruh Pacaran Terhadap Perilaku seks pranikah menyatakan bahwa hasil penelitian dari katagori perilaku seksual dari tingkatan saling memadang (17,26 persen), tingkatan saling berpegangan tangan hingga memeluk (22,36 persen), tingkatan berciuman bibir dengan pasangan (22,84 persen), tingkatan berciuman disertai dengan 1
2 menyentuh alat kelamin melalui pakaian (21,83 persen) dan tingkatan bersanggama dengan pasangan (15,74 persen). (Roni, 2008). Dari hasil penelitian Faktor- faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual SMU di Padang Menyatakan bahwa 15 orang (4,3) murid SMU Padang telah melakukan hubungan seksual, perilaku yang dilakukan pada waktu pacaran yaitu 41,4 %, mencium pipi 37,4 %. pernah bersenggama 49,8%, melakukan dengan pacar 37,5%. (Nursal, 2007). Dari hasil penelitian Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja Santri Pondok Pesantren Kota Semarang Menyatakan bahwa yang berperilaku seksual ringan 57 (6,2%), perilaku seksual sedang 23 (25%), perilaku seksual beresiko 12 (13%). (Ana, 2008) Dari hasil penelitian Gambaran pengetahuan remaja putri tentang pendidikan seks di Pondok Pesantren qomaruddin Bunga Gresik Menyatakan bahwa remaja dalam pengetahuan baik 41,8% (28), pengetahuan kurang 35,8% (24), pengetahuan cukup 22,4% (15). (Fika, 2011). Salah satu dampak dari hubungan seksual pranikah yaitu kehamilan tidak dikehendaki (KTD). Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia yaitu meningkatnya perilaku pergaulan bebas pada kalangan remaja, salah satu faktor meningkatnya yaitu angka kelahiran pada remaja. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), 2012. Mencatat setidaknya setengah dari remaja Indonesia beresiko pernah melakukan hubungan intim. Angka kehamilan di luar nikah pada remaja
3 usia 15-19 mengalami peningkatan. untuk tahun 2007 yaitu 35 per 1000 remaja putri hamil di luar nikah dan meningkat pada tahun 2012 menjadi 48 per 1000 remaja putri yang hamil di luar nikah. Data dari BKKBN 2010 yaitu dari 3.600 remaja putri di Jakarta mengalami kehamilan diluar nikah mencapai 20,9 persen. Mereka adalah para remaja yang usianya antara 17-24 tahun. Dan dari BKKBN jateng 2012, mencatat 37 % dari 100 remaja putri terdapat 51 remaja putri yang pernah melakukan hubungan seksual pranikah. Data pusat informasi dan layanan remaja (PILAR) dan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai kesehatan Reproduksi yaitu remaja yang melakukan hubungan seksual dan hamil pranikah masih tinggi. Menurut catatan PKBI, pada tahun 2010 sebanyak 379 (58%) remaja dari jumlah seluruh remaja yang berkonsultasi tentang kesehatan reproduksi di PILAR PKBI, yang melakukan hubungan seksual pranikah mencapai 98 (26%), hamil pranikah mencapai 85 (21%), Dan pada tahun 2011 sebanyak 821 (28%) remaja dari jumlah seluruh remaja yang berkonsultasi tentang kesehatan reproduksi di PILAR PKBI, yang melakukan hubungan seksual pranikah mencapai 193 (20%), hamil pranikah mencapai 79 (9%) dan sebanyak 52% remaja yang melakukan hubungan seksual pranikah berkisar usia 15-19 tahun. (PILAR PKBI Jateng, 2012).
4 Dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 27 april 2013 dipondok pesantren putri K.H Sahlan Rosjidi dengan melakukan wawancara pada 10 remaja dipondok pesantren mengatakan bahwa dari semua 10 responden sudah pernah berpacaran, dan 6 remaja diantaranya perilaku pacarannya seperti berciuman. Dan rata-rata semua remaja yang ada di pondok pesantren putri K. H sahlan Rosjidi sudah mempunyai pacar. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa pergaulan berpacaran baik yang di pondok pesantren maupun pada masyarakat umum hampir sama dalam hal pacaran yang sudah melebihi batas atau sudah tidak sehat. Di Pondok pesantren putri K.H Sahlan Rosjidi yang mayoritas mahasiswa mereka juga butuh berpacaran, tetapi di lain sisi mereka di pondokan yang ada hubungan atau unsur agama yang kental. Apakah pesantren-pesantren yang tinggal di pondok pesantren putri K.H Sahlan Rosjidi dalam hal berpacaran sudah melebihi batas seperti itu. Dari Hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih dalam mengenai GAMBARAN PERILAKU PACARAN REMAJA DI PONDOK PESANTREN PUTRI K.H SAHLAN ROSJIDI.
5 B. Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana Gambaran perilaku pacaran Remaja di pondok pesantren putri K.H Sahlan Rosjidi. C. Tujuan 1. Tujuan Umum Menggambarkan perilaku pacaran remaja di Pondok pesantren putri K.H Sahlan Rosjidi. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan perilaku pacaran sehat secara fisik yaitu tidak ada kekerasan dalam pacaran. b. Mendeskripsikan perilaku pacaran sehat secara psikis yaitu Hubungan kita dengan orang lain akan terjalin baik apabila ada rasa nyaman. Jangan sampai ada rasa keterpaksaan dalam membangun hubungan. Misalnya perasaan sedih, takut. c. Mendeskripsikan perilaku pacaran sehat secara sosial yaitu Dalam berpacaran tidak mengganggu lingkungan masyarakat, sehingga menimbulkan ketidak nyamanan lingkungan. Misalnya kita berpacaran tidak tau waktu atau berbuat tidak senonoh di muka umum. d. Mendeskripsikan perilaku pacaran tidak sehat secara Kissing yaitu berciuman bibir. e. Mendeskripsikan perilaku pacaran tidak sehat secara Necking yaitu mencium wajah dan leher.
6 f. Mendeskripsikan perilaku pacaran tidaksehat secara Petting yaitu merasakan dan mengusap-ngusap tubuh pasangan. g. Mendeskripsikan perilaku pacaran tidak sehat secara intercourse yaitu melakukan hubungan seksual. D. Manfaat 1. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menjadi sarana bagi penulis untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh dan sebagai data untuk penelitian selanjutnya. b. Bagi Responden Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang perilaku pacaran pada remaja. c. Bagi Institusi Hasil penelitian ini, dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut dan dapat menambah referensi tentang ilmu kebidanan. 2. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang perilaku pacaran.
7 E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitia No Nama dan Judul penelitian 1. Roni (2008), Pengaruh pacaran terhadap perilaku seks pranikah.bekasi Sasaran penelitian Variasi yang diteliti Siswa siswi kelas II Pengaruh dan III pada SMA pacaran N 2 Bekasi dan terhadap SMA YPI 45 perilaku seks Bekasi. pranikah di bekasi. Metode Jenis sampling yang digunakan adalah jenis Quota Sampling yang terdiri dari 160 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan/ dokumentasi dan studi lapangan (wawancara dan angket). Hasil memadang (17,26 persen), kategori rendah yaitu dari tingkatan saling berpegangan dan memeluk (22,36 persen), kategori sedang yaitu dari tingkatan mencium (22,84 persen), kategori tinggi yaitu dari tingkatan berciuman disertai menyentuh alat kelamin (21,83 persen) dan kategori tinggi sekali yaitu dari tingkatan mencumbu bersanggama dengan pasangan (15,74 persen). 2. Krisyati (2008).Makna hubungan seksual dalam pacaran bagi remaja di kecamatan baureno kabupaten bojo negoro. Remaja dalam berpacaran di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro Tingkat hubungan seksual dalam pacaran remaja di kecamatan baureno kabupaten bojo negoro Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan interaksionisme simbolik. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa makna pacaran dikalangan remaja yaitu sebagai gaya hidup atau trends yang harus di ikuti, sebagai naluri kebutuhan seks dan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi yang mengarah pada keadaan saling memberi dan saling menerima.
8 No Nama dan Judul penelitian 3. Muthia Nurrakhmi (2008). Hubungan antara kepribadian ekstrovert dengan kecenderungan melakukan kekerasan dalam pacaran. Sasaran penelitian Variasi yang diteliti mahasiswa fakultas Tingkat ekonomi kepribadian Universitas Islam ekstrovert Indonesia, berusia dengan 18-24 tahun kecenderungan melakukan kekerasan dalam pacaran Metode metode accidental non random sampling. Skala yang digunakan adalah alat ukur yang yang dibuat sendiri oleh peneliti yaitu skala kecenderungan kekerasan dalam pacaran, mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh Reputrawati (Herawati, 2004) dan skala kepribadian feeling ekstrovert, Hasil Spearman Correlation menunjukkan nilai r = 0,101 dengan p = 0,406 (p > 0,05) yang artinya tidak ada hubungan antara kepribadian feeling ekstrovert dengan kecenderungan melakukan kekerasan dalam pacaran. Jadi hipotesis penelitian ditolak. 4. Dien Nursal (2007). Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual SMU di padang 5. Ana Setiyowati (2008) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja Santri Pondok Pesantren di Kelurahan Meteseh, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang 6. Fika afriyani (2011). Gambaran pengetahuan remaja putri tentang pendidikan seks di pondok pesantren qomaruddin Bungah Gresik Semua murid SMU Negeri di Kota Padang Remaja Santri Pondok Pesantren di Kelurahan Meteseh, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang Seluruh Remaja yang tinggal di pondok pesantren di Bungah Gresik Tingkat perilaku seksual SMU di padang Tingkat Perilaku Seksual Remaja Santri Tingkat pengetahuan seksual remaja di pondok Jenis penelitian deskriptif analitik dengan rancangan potong lintang (cross sectional)dimana variabel dependen dan independen diamati pada waktu yang bersamaan. Penelitian dilakukan di SMU Negeri Kota Padang Penelitian ini merupakan jenis explanatory research dengan pendekatan cross sectional, Sampel diambil secara acak dari populasi dan data dikumpulkan dengan kuesioner penelitian ini adalah deskriptif. Tehnik sampling yang digunakan adalah probability sampling, dengan menggunakan tehnik simple random sampling Hasil penelitian ini bahwa 15 orang (4,3) murid SMU padang telah melakukan hubungan seksual, perilaku yang dilakukan pada waktu pacaran yaitu 41,4 %, mencium pipi 37,4 %. pernah bersenggama 49,8%, melakukan dengan pacar 37,5%. Hasil penelitiannya yaitu santri berperilaku seksual ringan 57 (6,2%), perilaku seksual sedang 23 (25%), perilaku seksual beresiko 12 (13%). Hasil penelitiannya yaitu bahwa remaja dalam pengetahuan baik 41,8% (28), pengetahuan kurang 35,8% (24), pengetahuan cukup 22,4% (15).
9