JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN METHANIL YELLOW PERORAL DOSIS BERTINGKAT SELAMA 30 HARI TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR MENCIT BALB/C

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Warna merupakan salah satu sifat yang penting dari makanan, di samping juga

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN JUS MANGGA (Mangifera indica L.) TERHADAP KERUSAKAN SEL GINJAL MENCIT (Mus musculus) YANG DIPAPAR PARASETAMOL SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan selera makan manusia sebagai konsumen. 2. Secara garis besar, terdapat 3 macam pewarna makanan yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kunyit untuk warna kuning. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN DOSIS BERTINGKAT MADU TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS HEPAR PADA MENCIT STRAIN Balb/c JANTAN YANG DIBERI PAPARAN ASAP ROKOK

GAMBARAN MIKROSKOPIS GINJAL TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI ETANOL DAN SOFT DRINK

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Histologi, Patologi Anatomi dan

BAB 4 METODE PENELITIAN

ABSTRACT THE EFFECT OF CALCIUM AND VITAMIN D TOWARDS HISTOPATHOLOGICAL CHANGES OF WISTAR MALE RAT S KIDNEY WITH THE INDUCED OF HIGH LIPID DIET

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MENIRAN ( Phyllanthus sp. ) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIK GINJAL TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA

LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK DAUN SALAM (SYZYGIUM POLYANTHUM) PADA SEL GINJAL MENCIT YANG DIINDUKSI DENGAN PARASETAMOL SKRIPSI

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Histologi, Patologi

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Histologi, Mikrobiologi, dan Farmakologi.

BAB I PENDAHULUAN. memilih bahan makanan maka kita perlu memperhatikan kebersihan dan mutunya

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS Wistar JANTAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Zat pewarna makanan alami sejak dulu telah dikenal dalam. industri makanan untuk meningkatkan daya tarik produk makanan

PENGARUH PEMBERIAN RHODAMINE B PERORAL DOSIS BERTINGKAT SELAMA 12 MINGGU TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TUBULUS PROKSIMAL GINJAL TIKUS WISTAR

GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS PUTIH (Rattus novergicus) YANG DIBERI DEKSAMETASON DAN VITAMIN E SKRIPSI

BAB IV METODE PENELITIAN

Kata kunci: perlemakan hati, rosela, bengkak keruh, steatosis, inflamasi lobular, degenerasi balon, fibrosis

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu dan lokasi penelitian ini adalah sebagai berikut : dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Dr.

KARYA TULIS ILMIAH POTENSI EKSTRAK ETANOL DAGING BUAH

PENGARUH PARASETAMOL DOSIS ANALGESIK TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIS HATI TIKUS WISTAR JANTAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH EKSTRAK DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) TERHADAP. KERUSAKAN STRUKTUR HISTOLOGIS HEPAR MENCIT (Mus musculus) YANG DIINDUKSI PARASETAMOL

ABSTRAK PENGARUH AIR SEDUHAN BEKATUL TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA SERUM TIKUS WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Patologi Anatomi, Histologi, dan Farmakologi. Laboratorium Patologi Anatomi RSUP dr. Kariadi Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

ABSTRAK EFEK PEMBERIAN EKSTRAK FLAXSEED

EFEK HEPATOPROTEKTIF EKSTRAK ETHANOL BUAH STRAWBERRY

BAB 3 METODE PENELITIAN. Semarang, Laboratorium Sentral Fakultas Kedokteran Universitas

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN TIKUS WISTAR JANTAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan

LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Kata kunci: Hepar, Parasetamol, Propolis

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti seminar hasil Karya Tulis Ilmiah mahasiswa program strata-1 kedokteran umum

PENGARUH PAPARAN PER ORAL FLUORIDA DALAM PASTA GIGI DENGAN DOSIS BERTINGKAT TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS HEPAR MENCIT BALB/C USIA 3-4 MINGGU

PENGARUH PEMBERIAN BORAKS DOSIS BERTINGKAT TERHADAP PERUBAHAN GAMBARAN MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS HEPAR SELAMA 28 HARI (Studi pada tikus wistar)

EFEK PROTEKSI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL BIJI KEDELAI

EFEK HEPATOPROTEKTOR EKSTRAK TEMPE KEDELAI PADA. MENCIT (Mus musculus) YANG DIINDUKSI PARASETAMOL SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahan pewarna saat ini memang sudah tidak bisa dipisahkan dari

LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 pendidikan dokter

ABSTRAK. Ronald S.Budhy, 2009 Pembimbing : 1. Endang Evacuasiany, Dra, Apt, M.S.AFK 2. Hartini Tiono, dr.

PENGARUH EKSTRAK BUAH MERAH

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran DELIA INTAN ISWARI G

ABSTRAK EFEK EKSTRAK KULIT MANGGIS TERHADAP MOTILITAS DAN JUMLAH SPERMATOZOA MENCIT SWISS WEBSTER YANG DIINDUKSI LATIHAN FISIK BERAT

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH EKSTRAK ETANOL RIMPANG KENCUR (Kaempferia YANG DIINDUKSI ASAM ASETAT ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL ISOLAT PROPOLIS GUNUNG LAWU TERHADAP HITUNG SPERMATOZOA MENCIT MODEL INFERTILITAS PRIA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang farmakologi.

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa Bilimbi L.) TERHADAP STRUKTUR HISTOLOGIS GINJAL MENCIT AKIBAT PAPARAN MINYAK JELANTAH

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan. uji dengan posttest only control group design

BAB 1 PENDAHULUAN. produsen makanan sering menambahkan pewarna dalam produknya. penambahan

PENGARUH EKSTRAK BUAH MERAH

SKRIPSI. EFEK EKSTRAK BAWANG MERAH ( Allium ascalonicum L.) TERHADAP PERUBAHAN SUHU TUBUH PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG MENGALAMI DEMAM

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL LDL PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR

BAB III METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi, Ilmu Farmakologi. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH EKSTRAK DAUN Apium graviolens TERHADAP PERUBAHAN SGOT/SGPT TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIPAPAR KARBON TETRAKLORIDA

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teh mempunyai nama latin Camellia sinensis. Teh merupakan salah satu

ABSTRAK. GAMBARAN HISTOLOGIS HATI MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN YANG DIBERIKAN MINYAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.)

Maria Caroline Wojtyla P., Pembimbing : 1. Endang Evacuasiany, Dra., MS., AFK., Apt 2. Hartini Tiono, dr.

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya ilmu Biokimia dan Farmakologi.

LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

EFEK NEFROPROTEKTIF EKSTRAK TAUGE (Vigna radiata (L.)) TERHADAP PENINGKATAN KADAR UREA SERUM TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI PARASETAMOL DOSIS TOKSIK

BAB IV METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi dan Farmakologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kedokteran forensik dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. : Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

PENGARUH PEMBERIAN BORAKS DOSIS BERTINGKAT TERHADAP PERUBAHAN MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS GASTER TIKUS WISTAR SELAMA 4 MINGGU

EFEK PEMBERIAN REBUSAN DAUN AFRIKA(

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK APEL (Malus sylvestris Mill) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA MENCIT (Mus musculus) MODEL HIPERLIPIDEMIA SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN METANIL YELLOW PERORAL DOSIS BERTINGKAT SELAMA 30 HARI TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL MENCIT BALB/C

TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN DAN DIARE PADA MENCIT MODEL KOLITIS YANG DIINDUKSI DSS

ABSTRAK. Yuvina Ria Octriane, 2014, Pembimbing I : Dr. Meilinah Hidayat, dr., M.Kes. Pembimbing II : Sylvia Soeng, dr., M.Kes.,PA(K).

PENYEMBUHAN LUKA INSISI SECARA MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS-WEBSTER

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAHAYA KERACUNAN METANIL YELLOW PADA PANGAN

ABSTRAK PENGARUH KOPI ROBUSTA DAN KOPI ARABICA TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DARAH PADA TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI PAKAN TINGGI PURIN

PERBANDINGAN EFEK FRAKSI

ABSTRAK. EFEKTIVITAS FRAKSI ETIL ASETAT KULIT MANGGIS TERHADAP PARASITEMIA PADA MENCIT YANG DINOKULASI Plasmodium berghei

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Obstetri Ginekologi, Patologi Anatomi,

Transkripsi:

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MENIRAN (PHYLLANTHUS NIRURI L.) DOSIS BERTINGKAT TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS GINJAL STUDI PADA MENCIT BABL/C YANG DIINDUKSI METANIL YELLOW Fadila Amalina Ariputri 1, Bambang Witjahyo 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S1 Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro 2 Staf Pengajar Ilmu Fisiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro JL. Prof. H. Soedarto, SH., TembalangSemarang 50275, Telp. 02476928010 ABSTRAK Latar Belakang : Metanil yellow merupakan salah satu bahan pewarna tekstil yang mulai disalahgunakan sebagai pewarna makanan, padahal metanil yellow mempunyai sifat iritan dan karsinogenik pada tubuh,termasuk menyebabkan kerusakan ginjal. Untuk mengurangi efek negatif zat toksik dalam tubuh, diperlukan antioksidan yang dapat berasal dari dari alam, salah satunya adalah tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L. Tujuan : Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak meniran (Phyllanthus niruri L.) dosis bertingkat terhadap gambaran mikroskopis ginjal mencit Balb/C yang diinduksi metanil yellow. Metode : Penelitian true experimental dengan posttest only with control group design. Sampel sebanyak 25 ekor mencit Balb/c diadaptasi selama 7 hari, setelah itu dibagi secara simple random sampling menjadi 5 kelompok. Kelompok kontrol (K) hanya diberi pakan dan minum standar. P1 diberi metanil yellow peroral 63 mg dalam 0,3 ml air/hari; P2 diberi metanil yellow peroral 63 mg dalam 0,3 ml air/hari dan ekstrak meniran 1,4 mg dalam 0,3 ml air/hari; P3 diberi metanil yellow peroral 63 mg dalam 0,3 ml air/hari dan ekstrak meniran 2,8 mg dalam 0,3 ml air/hari; dan P4 diberi metanil yellow peroral 63 mg dalam 0,3 ml air/hari dan ekstrak meniran 5,6 mg dalam 0,3 ml air/hari. Setelah 30 hari, mencit dimatikan kemudian dilakukan pemeriksaan mikroskopis ginjal berupa degenerasi dan nekrosis. Data dideskripsikan dalam bentuk tabel, gambar, dan analisa statistik. Hasil : Rerata degenerasi tertinggi sel epitel tubulus proksimal ginjal terdapat pada kelompok P1, sedangkan rerata nekrosis tertinggi pada kelompok P2. Pada degenerasi, terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada KP1, KP2, KP3, P1P3, P1P4, P2P3, P2P4, sedangkan KP4, P1P2, P3P4 tidak didapatkan perbedaan yang bermakna. Pada nekrosis, didapatkan perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada KP1, KP2, P1P3, P1P4, P2P3, dan P2P4, sedangkan KP3, KP4, P1P2, dan P3P4 tidak didapatkan perbedaan yang bermakna. Simpulan : Pemberian ekstrak meniran (Phyllanthus niruri L.) dosis bertingkat menyebabkan terjadinya perubahan gambaran mikroskopis ginjal mencit Balb/C yang diinduksi metanil yellow. Kata Kunci : metanil yellow, ekstrak meniran (Phyllanthus niruri L.), ginjal, degenerasi, nekrosis 505

dan Gianyar (Bali) pada tahun 2011. 2,3 506 JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO ABSTRACT EFFECT OF MENIRAN EXTRACT (PHYLLANTHUS NIRURI L.) WITH GRADED DOSES ON KIDNEY HISTOLOGY STUDY ON BALB/C MICE WHICH HAS BEEN INDUCED BY METHANYL YELLOW Background: Methanyl yellow is one of the textile dyes which are abused as a food coloring agent, although methanyl yellow has irritant and carcinogenic effect to the body, specially causing kidney damage. To treat the negative effects of toxic substances in the body, human needs antioxidants that can be derived from nature, one of which is meniran plant (Phyllanthus niruri L.) Objective: To determine the effect of meniran extract (Phyllanthus niruri L.) with graded doses on kidney histology of Balb/C mice which has been induced by methanyl yellow. Methods: This experimental research study used posttest only with control group design. 25 Balb/c mice were adapted for 7 days and then been divided into 5 groups. The control group (K) was only given standards food and drink. P1 were given 63 mg of methanyl yellow in 0.3 ml of water /day; P2 were given 63 mg of methanyl yellow in 0.3 ml of water/day and 1.4 mg of meniran extract in 0.3 ml of water/day; P3 were given 63 mg of methanyl yellow in 0.3 ml of water /day and 2.8 mg of meniran extract in 0.3 ml of water/day; and P4 were given 63 mg of methanyl yellow in 0.3 ml of water /day and 5.6 mg of meniran extract in 0.3 ml of water/day. After 30 days, the mice were terminated then seen by microscope to assess the degree of degeneration and necosis. The data were described in the form of tables, images, and statistical analysis. Results: The highest mean of renal proximal tubular epithelial cells degeneration are those in P1, while the highest mean of necrosis are those in P2. In degeneration, there is a significant difference (p <0.05) in KP1, P2K, KP3, P1P3, P1P4, P2P3, P2P4, while KP4, P1 P2, P3P4 is not found significant differences. In necrosis, found significant differences (p <0.05) in KP1, KP2, P1P3, P1P4, P2P3 and P2P4, while KP3, KP4, P1 P2, and P3P4 is not found significant differences. Conclusion: Meniran extract (Phyllanthus niruri L.) with graded doses causing the changes of renal microscopic image of Balb/C mice which has been induced by methanyl yellow. Keywords: Methanyl yellow, meniran extract (Phyllanthus niruri L.), kidney, degeneration, necrosis PENDAHULUAN Metanil yellow merupakan salah satu bahan pewarna sintetik yang berbentuk serbuk,berwarna kuning kecoklatan, serta dapat larut dalam airdan alkohol. Pada umumnya, pewarna ini digunakan sebagai pewarna tekstil, plastik, kulit, cat, dan sebagai indikator asambasa di laboratorium. 1 Namun kenyataannya, di Indonesia masih ditemui berbagai makanan dengan campuran metanil yellow seperti halnya temuan tentang banyaknya jelly dengan campuran metanil yellow di Pasar Jebres Surakarta pada tahun 2008 serta kerupuk warnawarni yang dipercantik dengan pewarna tersebut di Pasar Tradisional Sragen (Jawa Tengah)

Banyaknya penyalahgunaan bahan pewarna industri pada makanan oleh para produsen tidak bertanggung jawab dilatarbelakangi oleh alasan harga yang lebih terjangkau dan hasil yang lebih menarik, sehingga para penjual mendapatkan keuntungan lebih besar daripada menggunakan bahan pewarna makanan yang diizinkan oleh pemerintah. 1 Mirisnya, anggapan tersebut tidak diimbangi dengan pengetahuan tentang keamanan penggunaan metanil yellow untuk campuran makanan terhadap kesehatan manusia, padahal telah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa metanil yellow mempunyai sifat iritan dan karsinogenik pada tubuh. Kandungankandungan berbahaya tersebut dapat menyebabkan mual, muntah, sakit perut, diare, demam, lemah, hipotensi dan kerusakan struktur histologis jaringan tubuh, di mana salah satunya adalah ginjal. 4 Hal ini dibuktikan oleh penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa pemberian metanil yellow peroral dosis bertingkat selama 30 hari dapat merusak struktur mikroskopis ginjal mencit Balb/c. Selain berpengaruh pada ginjal mencit, substansi ini juga berpengaruh pada ginjal manusia sehingga dapat menyebabkan pula perubahan struktur mikroskopis ginjal pada manusia. Hal ini perlu menjadi perhatian mengingat pentingnya ginjal sebagai salah satu organ penting yang menjalankan fungsi ekskresi. 5 Secara fisiologis, tubuh manusia menghasilkan antioksidan (antioksidan endogen) yang berfungsi untuk melawan radikalradikal bebas dan molekul berbahaya lainnya termasuk yang terkandung dalam zat pewarna metanil yellow. 6 Namun, jika radikal bebas yang menyerang tubuh berlebihan, tentunya diperlukan pula antioksidan dari luar (antioksidan eksogen) untuk melawannya. Antioksidan eksogen tersebut dapat berasal dari berbagai sumber termasuk dari alam, salah satunya adalah tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.). 7 Meniran (Phyllanthus niruri L.) merupakan tumbuhan liar suku Euphorbiaceae yang mempunyai banyak khasiat dan telah digunakan sebagai obat tradisional. Khasiat tumbuhan tersebut diduga berasal dari berbagai senyawa kimia yang terkandung di dalamnya, diantaranya alkaloid (sekurinin), flavonoid (kuersetin, kuersitrin, isokuersitrin, astragalin, nirurin, niruside, rutin, leukodelfinidin, dan galokatekin), dan lignan (filantin dan hipofilantin) yang dipercaya berkhasiat sebagai antioksidan, antiinflamasi, antipiretik, diuretik, serta penambah nafsu makan. 8 Aktivitas sebagai antioksidan yang dimiliki oleh sebagian besar flavonoid terutama dalam meniran ini disebabkan oleh mekanisme kerja antioksidan sebagai pemberi atom hidrogen pada radikal lipid sehingga radikal lipid tersebut akan berubah menjadi bentuk lebih stabil dan tidak mengakibatkan kerusakan jaringan lebih lanjut. 9 507

Melihat korelasi antara kerusakan jaringan ginjal yang mungkin disebabkan karena efek toksik dari metanil yellow dan efek antioksidan dari tumbuhan meniran, penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak meniran (Phyllanthus niruri L.) dosis bertingkat terhadap gambaran mikroskopis ginjal mencit Balb/C yang diinduksi metanil yellow menjadi relevan untuk dilakukan, terlebih lagi berdasarkan observasi kepustakaan belum ada yang menjelaskan tentang penelitian yang sama. METODE Penelitian ini menggunakan jenis penelitian true eksperimental laboratorik dengan rancangan Post Test Only with Control Group Design. Penelitian ini dilaksanakan selama 30 hari di Laboratorium Hewan Coba FK Undip. Hewan coba yang digunakan adalah mencit strain Balb/C yang diperoleh dari Laboratorium Hewan Universitas Airlangga, Surabaya, dengan jenis kelamin jantan, umur 23 bulan, berat badan 2025 gram, serta mencit dalam keadaan sehat dan aktif. Besar sampel penelitian adalah 5 ekor mencit tiap kelompok sesuai ketentuan WHO. Sampel sebanyak 25 ekor mencit Balb/c diadaptasi selama 7 hari dengan diberi pakan dan minum standar secara ad libitum, setelah itu dibagi secara simple random sampling menjadi 5 kelompok. Kelompok kontrol (K) hanya diberi pakan dan minum standar. P1 diberi metanil yellow peroral 63 mg dalam 0,3 ml air/hari; P2 diberi metanil yellow peroral 63 mg dalam 0,3 ml air/hari dan ekstrak meniran 1,4 mg dalam 0,3 ml air/hari; P3 diberi metanil yellow peroral 63 mg dalam 0,3 ml air/hari dan ekstrak meniran 2,8 mg dalam 0,3 ml air/hari; dan P4 diberi metanil yellow peroral 63 mg dalam 0,3 ml air/hari dan ekstrak meniran 5,6 mg dalam 0,3 ml air/hari. Setelah 30 hari, mencit diterminasi kemudian dilakukan pemeriksaan mikroskopis ginjal. Pemeriksaan gambaran mikroskopik dilakukan pada lima lapangan pandang pada setiap preparat dengan perbesaran 400 kali. Penilaian skoring gambaran mikroskopik satu lapangan pandang adalah dihitung jumlah sel epitel tubulus proksimal yang mengalami degenerasi dan nekrosis. Setelah data terkumpul, dilakukan pengoahan dan analisis data. 508

HASIL PENELITIAN Penelitian berlangsung selama 30 hari dengan sampel 25 ekor mencit Babl/C yang memenuhi kriteria yang ditentukan. Pada hari ke31, dilakukan terminasi pada semua mencit dan diambil organ ginjalnya untuk dibuat sediaan mikroskopis. Setelah itu, dilakukan pengamatan dengan mikroskop untuk menilai gambaran mikroskopis sel epritel tubulus proksimal ginjal mencit berupa degenerasi dan nekrosis. Data yang didapatkan kemudia diolah menggunakan SPSS dan diuji hipotesisnya secara parametric dengan uji One Way Anova dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc. Analisa Deskriptif Tabel 1. Analisis Deskriptif Sel Epitel Tubulus Proksimal Ginjal Mencit Balb/C Kelompok Rerata SD Minimum Maksimum D N D N D N D N Kontrol Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3 Perlakuan 4 1,04 3,12 2,92 1,92 1,44 0,36 1,28 1,44 0,68 0,56 0,17 0,50 0,48 0,23 0,54 0,17 0,30 0,17 0,23 0,17 0,80 2,40 2,40 1,60 1,00 0,20 1,00 1,20 0,40 0,40 1,20 3,80 3,60 2,20 2,20 0,60 1,60 1,60 1,00 0,80 Berdasarkan tabel di atas, didapatkan peningkatan rerata degenerasi pada selsel epitel tubulus proksimal ginjal mulai dari kelompok P4 (pelakuan 4) yang diberi metanil yellow 63 mg dalam 0,3 ml air/hari dan ekstrak meniran 5,6 mg dalam 0,3 ml air/hari, kelompok P3 (pelakuan 3) yang diberi metanil yellow 63 mg dalam 0,3 ml air/hari dan ekstrak meniran 2,8 mg dalam 0,3 ml air/hari, hingga kelompok P2 yang diberi metanil yellow 63 mg dalam 0,3 ml air/hari dan ekstrak meniran 1,4 mg dalam 0,3 ml air/hari. Sama halnya dengan nekrosis selsel epitel tubulus proksimal ginjal mencit Balb/C yang diberikan metanil yellow dan ekstrak meniran yang menunjukkan peningkatan rerata nekrosis mulai dari kelompok P4, kelompok P3, hingga kelompok P2. Analisa Analitik Degenerasi Data hasil skoring perubahan mikroskopis ginjal mencit Balb/C berupa degenerasi diuji normalitasnya menggunakan SaphiroWilk dan didapatkan distribusi data pada setiap kelompok perlakuan normal (p>0,05). Selanjutnya dilakukan uji varians dan didapatkan hasil 509

p=0,066 (p>0,05) sehingga disimpulkan varians data homogen. Karena syarat uji parametrik terpenuhi, dilakukan uji One Way Anova. Tabel 2. Tabel Uji One Way Anova Degenerasi Sel Epitel Tubulus Proksimal Ginjal Mencit Balb/C Kelompok Mean ± SD P K P1 P2 1,04 ± 0,17 3,12 ± 0,50 2,92 ± 0,48 P3 P4 1,92 ± 0,23 1,44 ± 0,54 Keterangan : * Signifikan p < 0,05 Hasil Uji One Way Anova didapatkan p<0,05, maka paling tidak ada perbedaan gambaran mikroskopis ginjal berupa degenerasi secara bermakna pada dua kelompok. Untuk mengetahui antara kelompok mana terdapat perbedaan yang bermakna maka dilanjutkan dengan uji analisis Post Hoc. Tabel 3. Tabel Uji Post Hoc Degenerasi Sel Epitel Tubulus Proksimal Ginjal Mencit Balb/C Kelompok P1 P2 P3 P4 K P1 P2 P3 0,030* 0,002* 0,010* 0,809 Keterangan : * Signifikan p < 0,05 Hasil uji beda antar kelompok didapatkan bahwa skor nilai derajat degenerasi pada ginjal antar kelompok kontrol dengan kelompok P1, P2, dan P3, terdapat perbedaan yang bermakna di mana p<0,05. Perbedaan yang bermakna juga terdapat antara kelompok P1 dengan P3 dan P4, serta kelompok P2 dengan P3 dan P4. Sedangkan pada kelompok kontrol dengan P4, P1 dengan P2, dan P3 dengan P4 tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Nekrosis Data hasil skoring perubahan mikroskopis ginjal mencit Balb/C berupa nekrosis diuji normalitasnya menggunakan SaphiroWilk lalu didapatkan distribusi data dan homogenitas varians normal (p>0,05), sehingga syarat uji parametrik terpenuhi dan dapat dilakukan uji One Way Anova. 510

Tabel 4. Tabel Uji One Way Anova Nekrosis Sel Epitel Tubulus Proksimal Ginjal Mencit Balb/C Kelompok Mean ± SD p K P1 P2 0,36 ± 0,17 1,28 ± 0,30 1,44 ± 0,17 P3 P4 0,68 ± 0,23 0,56 ± 0,17 Keterangan : * Signifikan p < 0,05 Hasil Uji One Way Anova didapatkan p<0,05, maka paling tidak ada perbedaan gambaran mikroskopis ginjal berupa nekrosis secara bermakna pada dua kelompok. Untuk mengetahui antara kelompok mana terdapat perbedaan yang bermakna maka dilanjutkan dengan uji analisis Post Hoc. Tabel 5. Tabel Uji Post Hoc Nekrosis Sel Epitel Tubulus Proksimal Ginjal Mencit Balb/C Kelompok P1 P2 P3 P4 K P1 P2 P3 0,280 0,003* Keterangan : * Signifikan p < 0,05 Dari tabel Post Hoc di atas, didapatkan bahwa skor nilai derajat nekrosis pada ginjal antara kelompok kontrol dengan kelompok P1 dan P2 menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna di mana p<0,05. Perbedaan yang bermakna juga terdapat antara kelompok P1 dengan P3 dan P4 serta P2 dengan P3 dan P4, sedangkan pada kelompok kontrol dengan P3 dan P4, P1 dengan P2, serta P3 dengan P4 tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Berdasarkan hasil penelitian ini, ditemukan adanya pengaruh pemberian ekstrak meniran (Phyllanthus niruri L.) dosis bertingkat terhadap gambaran mikroskopis degenerasi sel epitel tubulus proksimal ginjal mencit Balb/C yang diinduksi metanil yellow dimana terjadi penurunan tingkat degenerasi dan nekrosis pada gambaran mikroskopis tubulus proksimal ginjal mencit seiring dengan peningkatan dosis ekstrak meniran yang diberikan. Hal tersebut dapat terjadi karena aktivitas sebagai antioksidan yang dimiliki oleh sebagian besar flavonoid disebabkan oleh adanya gugus hidroksi fenolik dalam struktur molekulnya juga melalui daya tangkap terhadap radikal bebas serta aktivitasnya sebagai penarik logam 511

Sesuai mekanisme kerjanya antioksidan memiliki dua fungsi, yaitu sebagai pemberi atom hidrogen dan memperlambat laju autooksidasi yang menghambat terbentuknya radikal lipid. Dengan memberikan atom hidrogen pada radikal lipid maka radikal lipid tersebut akan berubah menjadi bentuk lebih stabil dan tidak mengakibatkan kerusakan lebih lanjut. 9 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian ekstrak meniran (Phyllanthus niruri L.) dosis bertingkat terhadap gambaran mikroskopis ginjal mencit Balb/C yang diinduksi metanil yellow. Saran Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, penelitian selanjutnya diharapkan memanfaatkan meniran (Phyllanthus niruri L.) dalam sediaan, dosis, dan lama pemberian yang lebih bervariasi serta menggunakan senyawa induksi lain selain metanil yellow. Selain itu dapat pula digunakan sistem skoring yang lebih spesifik. DAFTAR PUSTAKA 1. Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. Bahaya Keracunan Metanil Yellow Pada Pangan. Diunduh dari http://ik.pom.go.id/v2014/artikel/bahayametanilyellowpadapangan3.pdf pada 5 Desember 2015. 2. Astomo AE. Analisis Rhodamin B dan Metanil Yellow dalam Jelly di Pasar Kecamatan Jebres Kotamadya Surakarta dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2008. 3. Supraptini RN, dkk. Kualitas Bahan Makanan dan Makanan Jajanan yang Dijual di Pasar Tradisional di Beberapa Kota di Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia; 2011. 4. Nath PP, Sarkar K. Practice of Using Metanil Yellow as Food Colour to Process Food in Unorganized Sector of West Bengal. International Food Research Journal 22(4): 1424 1428 (2015). 5. Susilo A, Akhmad I. Pengaruh Pemberian Metanil Yellow Peroral Dosis Bertingkat Selama 30 Hari Terhadap Gambaran Histopatologi Ginjal Mencit Balb/C. Semarang: Universitas Diponegoro; 2014. 512

6. Bouayed J, Torsten B. Exogenous Antioxidants DoubleEdged Swords In Cellular Redox State. Oxid Med Cell Longev. 2010 JulAug; 3(4): 228 237. 7. Harish R, Shivanandappa T. Antioxidant Activity and Hepatoprotective Potential of Phyllanthus niruri. Food Chem [Internet]. 2006;95(2):1805. Diakses dari: Sciencedirect. 8. Nakweti K. Phytochemical Analysis of Phyllanthus niruri L. (Phyllanthaceae) Extracts Collected in Four Geographical Areas in the Democratic Republic of the Congo. African J Plant Sci [Internet]. 2013;7(1):9 20. Diakses dari: Academicjournals. 9. Ardhini R. Pengaruh Pemberian Ekstrak Meniran (Phyllanthus Sp.) terhadap Gambaran Mikroskopik Ginjal Tikus Wistar yang Diinduksi Karbon Tetraklorida. Semarang: Universitas Diponegoro; 2006. 513