BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pesatnya perkembangan di era globalisasi ini dimana terjadi perkembangan yang pesat dibidang teknologi, transportasi, dan informasi menyebabkan terjadinya perkembangan yang pesat juga di berbagai sektor, baik sektor ekonomi, perdagangan maupun industri. Pemerintah berusaha untuk menigkatkan peran serta yang aktif di masyarakat. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah akan memberi kesempatan untuk membuka perusahaan baru semakin terbuka lebar, akibatnya produk yang dihasilkan dan dipasarkan semakin banyak dan bervariasi. Sehingga hal ini menimbulkan persaingan yang ketat terutama pada perusahaan yang menghasilkan produk sejenis. Oleh karena itu, keadaan seperti ini mengharuskan para pengusaha untuk menghadapi suatu keadaan dimana mereka dituntut untuk mampu bersaing diantara pesaing baru yang mengelola perusahaan yang lebih baik. Artinya mereka harus menetapkan metode pengendalian yang sedemikian rupa sehingga efisiensi dan efektivitas perusahaan bisa dicapai (Jayanti, 2013). Untuk tercapainya efisiensi dan efektivitas disuatu perusahaan maka harus dilakukan komunikasi yang baik antara pimpinan dengan para karyawannya maupun sebaliknya agar informasi yang diberikan tidak salah presepsi dan dapat merugikan perusahaan yang disebabkan karena salah informasi. Semua kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan memerlukan informasi, demikian pula sebaliknya, semua kegiatan menghasilkan informasi, baik yang berguna bagi perusahaan yang melaksanakan kegiatan tersebut maupun bagi stakeholder atau bagi pengguna lain. Pada setiap akhir periode aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan akan dilaporkan oleh pihak manajemen perusahaan dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan dapat digunakan sebagai media untuk menyampaikan keadaan atau kewajiban-kewajiban didalam perusahaan kepada pihak yang berkepentingan. Berhasil tidaknya seorang pimpinan dalam 1
2 mengelola perusahaanya akan terlihat dari angka-angka yang tercermin dalam laporan keuangan. Adapun unsur laporan keuangan terdiri dari Laporan Posisi Keuangan, Laporan Laba-Rugi Komprehensif, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, Catatan Atas Laporan Keuangan, dan Laporan Posisi keuangan (PSAK 1 : Revisi 2009). Ditinjau dari sudut pandang manajemen, laporan keuangan merupakan media bagi manajer untuk mengkomunikasikan performance keuangan perusahaan yang dikelolanya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Sedangkan ditinjau dari sudut pandang pemakai, informasi akuntansi diharapkan dapat digunakan untuk mengambil keputusan yang rasional dalam praktik bisnis yang sehat (Oktorio, 2010). Agar masyarakat mengetahui suatu perusahaan dalam keadaan baik atau sehat, maka langkah yang perlu dilakukan oleh manajemen adalah melakukan pengawasan dengan mengukur tingkat kesehatan perusahaan yang dapat dilihat dari laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan. Di dalam suatu perusahaan dibutuhkan manajemen keuangan yang baik untuk melakukan analisis terhadap laporan keuangan dan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengatasi masalah-masalah keuangan perusahaan. Analisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan dua periode atau lebih. Melalui analisis laporan keuangan, manajemen dapat mengetahui posisi keuangan, kinerja keuangan, dan kekuatan keuangan (Financial Strengh) yang dimiliki perusahaan. Bagi pihak manajemen perusahaan, hasil analisa ini dijadikan sebagai alat ukur dalam menilai kemajuan usaha perusahaan. Selain itu hasil analisis juga dapat menjadi dasar bagi pengambilan keputusan atau penetapan kebijakan internal perusahaan (Rachmalia, 2013). Dalam menganalisa laporan keuangan, perusahaan dapat menggunakan berbagai alat-alat analisa keuangan, tergantung kepada kebutuhan yang menganalisa laporan keuangan tersebut, salah satu alat analisa laporan keuangan adalah dengan menggunakan rasio keuangan. Ada beberapa rasio penting yang umum digunakan dalam berbagai analisis atas laporan keuangan, yaitu Rasio
3 Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas, dan Aktivitas. Analisis rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaan. Analisis rasio solvabilitas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang perusahaan. Analisis rasio rentabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang dihasilkan dari penjualan. Analisis rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektifitas penggunaan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan (Rachmalia, 2013). Ada beberapa penelitian sebelumnya mengenai analisis laporan keuangan. Berdasarkan hasil penelitian Yuniarti, (2007) yang berjudul Tinjauan Atas Analisis Rasio Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, dan Rentabilitas pada Laporan Keuangan PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero). Dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) dalam menyajikan laporan keuangannya sudah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan, yaitu laporan keuangan harus lengkap dalam batasan material dan biaya. Berdasarkan hasil penelitian analisis rasio keuangan dengan perhitungan rasio likuiditas ditemukan bahwa perusahaan mampu membayar seluruh hutang lancarnya karena setiap tahunnya perusahaan memiliki aktiva lancar yang lebih besar dari hutang lancar. Hal tersebut dapat menunjukan bahwa perusahaan bisa dianggap secara umum cukup baik dan berada dalam kondisi likuid. Berdasarkan hasil penelitian analisis rasio keuangan dengan perhitungan rasio solvabilitas ditemukan bahwa perusahaan telah mampu membiayai aktiva perusahaan dengan modal sendiri dengan demikian perusahaan dapat dikatakan solvabel. Dilihat dari hasil penelitian analisis rasio keuangan dengan perhitungan rasio aktivitas ditemukan bahwa perusahaan telah dapat dikatakan memiliki manajemen yang efektif dikarenakan manajemen telah efektif dalam menggunakan sumber dananya. Dan berdasarkan hasil penelitian analisis rasio keuangan dengan perhitungan rentabilitas ditemukan bahwa perusahaan telah mampu menutup biaya operasi dan laba bersihnya dalam hal ini perusahaan bisa dikatakan dalam keadaan likuid.
4 Berdasarkan hasil penelitian Daniel, (2005) yang berjudul Tinjauan Terhadap Analisa Rasio Likuiditas, Solvabilitas dan Rentabilitas pada Pemerintahan Kota Bandung. Dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa Pemerintahan Kota Bandung dalam menyajikan laporan keuangannya telah memadai karena telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan, adapun laporan keuangan tersebut disajikan secara lengkap dan terperinci. Berdasarkan hasil analisis laporan keuangan dengan perhitungan rasio likuiditas ditemukan bahwa Pemerintah Kota Bandung merupakan perusahaan yang sangat likuid dan dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Kota Bandung sangat mampu untuk membayar hutang-hutang pendeknya bila ditagih atau bila hutnag jangka pendeknya tersebut jatuh tempo. Dilihat dari analisa rasio solvabilitas, ditemukan bahwa Pemerintah Kota Bandung merupakan perusahaan yang sangat solvabel, dan dapat disimpulkan bahwa perusahaan mampu untuk membayar hutang-hutangnya. Berdasarkan hasil penelitian Suryana, (2012) yang berjudul Tinjauan Atas Analisis Laporan Keuangan dengan Perhitungan Rasio Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas dan Rentabilitas pada PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa PT. Telekom dalam menyajikan laporan keuangannya telah memadai karena telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan, adapun laporan keuangan tersebut disajikan secara lengkap dan terperinci. Berdasarkan hasil analisis laporan keuangan dengan perhitungan rasio likuiditas ditemukan bahwa penilaian perusahaan menunjukan bahwa perusahaan dianggap tidak likuid karena aktiva lancar belum bisa menutupi hutang lancar setiap tahunnya. Dilihat dari hasil analisis laporan keuangan dengan perhitungan rasio solvabilitas ditemukan bahwa kondisi perusahaan secara keseluruhan masih dibiayai oleh hutang dengan presentase yang besar dengan kata lain PT Telkom dalam keadaan kurang baik. Dari hasil analisis laporan keuangan dengan perhitungan rasio aktivitas PT Telkom ditemukan bahwa perusahaan belum efektif dalam mengejarkan sumber dananya karena mengalami fluktuasi pada receivable turnover dan periode penagihannya pun masih kurang efektif. Dan sedangkan
5 dari hasil analisis laporan keuangan dengan perhitungan rasio rentabilitas ditemukan bahwa PT Telkom belum bisa menghasilkan laba bersih dari investasi aktivitasnya dalam hal ini perusahaan bisa dikatakan dalam keadaan kurang baik. Banyak perusahaan yang sudah menyertakan analisis rasio keuangan di dalam laporan keuangannya salah satu yang menggunakan analisis rasio di perusahaannya yaitu PT TASPEN (Persero). PT TASPEN (Persero) adalah perusahaan BUMN yang ditugaskan pemerintah untuk menyelenggarakan asuransi sosial dan PT TASPEN (Persero) juga merupakan satu-satunya perusahaan pencairan dana pensiun di Indonesia yang dituntut untuk lebih meningkatkan pelayanan terhadap konsumennya sebagai pengguna jasanya. Dalam memenuhi permintaan pelayanan dan juga memelihara kesejahteraan pengguna jasa tersebut perlu didukung oleh kesiapan pengadaan dana usaha. Oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian keuangan yang baik terhadap perusahaan dengan cara melakukan analisis terhadap laporan keuangan (www.taspen.co.id) Akan tetapi terdapat beberapa masalah yang terjadi di PT TASPEN (Persero) salah satunya yaitu terlalu banyak piutang yang diberikan oleh kreditor yang dapat di lihat dari periode ke periode. Tabel 1.1 Jumlah Piutang PT TASPEN (persero) Nama Akun 2014 (Rp) 2015 (Rp) Piutang 29.288.775.180.606 29.501.743.397.726 Sumber : PT TASPEN (Persero) Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa piutang PT TASPEN mengalami kenaikan sebesar Rp.212.968.217.120 sehingga akan mengakibatkan piutang semakin meningkat. Pemberian jangka waktu pembayaran yang telah ditetapkan akan tergantung pada kesepakatan antara kedua belah pihak. Ada kalanya sejumlah piutang memiliki kemungkinan untuk tidak dapat tertagih pada saat jatuh tempo pembayaran, akibatnya perusahaan dengan terpaksa menghapus sejumlah piutang yang dianggap sudah tidak dapat tertagih.
6 PT TASPEN perlu selalu mewaspadai akan adanya resiko tak tertagih atas piutangnya. Jika jumlah piutang semakin besar maka, kemungkinan piutang tak tertagih juga akan semakin besar. Hal ini bisa menjadi masalah serius bagi PT TASPEN ditambah lagi prosedur pemberian dengan jangka waktu yang diberikan terlalu singkat sehingga akan mengakibakan banyak debitor yang tidak mampu mengembalikan sesuai dengan tanggal jatuh temponya. Hal tersebut akan berdampak pada banyaknya kredit macet dan penghapusan piutang, sehingga akan mengakibatkan kinerja perusahaan menurun. Piutang merupakan aktiva lancar yang paling likuid setelah kas dibandingkan aktiva lancar yang lainnya untuk mengubah piutang menjadi kas memerlukan waktu yang lebih pendek. Semakin lambat dalam melakukan penagihan piutang maka dapat mempengaruhi perputaran piutang yang akan dapat memperkecil current ratio dan quick ratio perusahaan serta akan dapat memperkecil likuiditas perusahaan. Dalam meningkatkan pertumbuhan perusahan, perusahaan dituntut untuk mampu menilai kondisi keuangan, resiko dan kesehatan perusahaan dan juga perkembangan perusahaan melalui analisis rasio laporan keuangan agar dapat mempertahankan keberadaan perusahaan dan mampu meningkatkan pertumbuhan perusahaan di tengah pertumbuhan ekonomi dan persaingan usaha yang semakin ketat. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk menyusun tugas akhir dengan judul TINJAUAN ATAS ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN PERHITUNGAN RASIO LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS PADA PT TASPEN (PERSERO). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana perhitungan rasio likuiditas dan solvabilitas pada PT TASPEN (Persero) dari tahun 2014 sampai dengan 2015?
7 2. Bagaimana analisis laporan keuangan dengan perhitungan rasio likuiditas dan solvabilitas pada PT TASPEN (Persero) pada tahun 2014 sampai dengan 2015? 1.3 Tujuan Laporan Tugas Akhir Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, laporan tugas akhir ini mempunyai beberapa maksud dan tujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui perhitungan rasio solvabilitas dan likuiditas pada PT TASPEN (Persero) pada tahun 2014 sampai dengan 2015. 2. Untuk mengetahui analisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio likuiditas dan solvabilitas pada periode 2014 sampai dengan 2015 pada PT TASPEN (Persero). 1.4 Kegunaan Laporan Tugas Akhir Penulisan laporan tugas akhir ini diharapkan akan memberikan beberapa kegunaan bagi berbagai pihak sebagai berikut : 1. Bagi penulis Sebagai alat perbandingan antara teori yang diperoleh selama dalam perkuliahan dengan praktik suatu perusahaan dan juga sebagai alat unutk memperoleh pengetahuan yang mendalam mengenai pengenalan tinjauan atas analisis laporan keuangan dengan menggunakan perhitungan rasio likuiditas dan solvabilitas pada PT TASPEN (Persero). 2. Bagi perushaan Sebagai bahan masukan dan perbaikan bagi perusahaan mengenai laporan keuangan dengan menggunakan perhitungan rasio likuiditas dan solvabilitas pada PT TASPEN (Persero). 3. Bagi pihak lain Dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam penyusunan laporan tugas akhri selanjutnya.
8 1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktik Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan dalam penyusunan laporan Tugas Akhir, penulis melakukan kerja praktik pada PT TASPEN (Persero) yang berlokasi di Jl. P.H.H Mustofa No.78 Bandung 40124, yang dilaksanakan mulai 19 Juli 2016 sampai dengan 19 Agustus 2016.