BAB 1 PENDAHULUAN. Maha Kuasa, langkah menuju kedewasaan, tanda kekalahan atau perbudakan,

dokumen-dokumen yang mirip
Fitrah itu ada lima : khitan, mencukur bulu di sekitar kemaluan, memotong kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak. ( HR.Bukhari dan Muslim)

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. kesuksesan operasi dan penyembuhan luka. Penyembuhan luka operasi sangat

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Pantang Makanan Selama Masa Nifas di Bpm Sri Lumintu

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

untuk mengikuti ajaran Ibrahim dan agar beliau dan umat Islam

umur tahun berjumlah 2.9 juta jiwa (Susenas, 2006).

PERBEDAAN ANGKA RATA-RATA KARIES GIGI ANTARA MASYARAKAT BALI VEGETARIAN DAN NONVEGETARIAN DI DESA BASARANG JAYA KABUPATEN KAPUAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi Caesar adalah operasi besar pada bagian perut/operasi besar

BAB I PENDAHULUAN. panggul atau ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. : Syaifuddin Nasution Tempar / Tanggal Lahir : P.Siantar / 7 Mei 1989

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dalam pelayanan kesehatan. Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran

( ) (RIZKA DARMA PUTRI)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI BIDAN PRAKTEK SWASTA (BPS) KECAMATAN TURI LAMONGAN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN. pendidikan dokter gigi di Universitas Sumatera Utara. Saya ingin memberitahukan

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA TAHUN YANG AKAN MENJALANI KHITAN MASSAL DI PENDAPA AGUNG TAMANSISWA YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Organization/WHO), sekitar 2,2 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Merokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan. menghisap rokok yang diminati oleh banyak kaum laki-laki.

BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis dan sosial (Rudolph, 2014). Batas usia remaja menurut

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengambil peran yang cukup besar daripada ayah terutama pada. perkembangan anak perempuan, karena kesamaan gender dan

HUBUNGAN PERAN IBU DENGAN PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 1 PLERET BANTUL YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. lambat untuk mencapai tujuan target Milenium (millenium development goals. 5, adalah penurunan 75% rasio kematian maternal.

BAB I PENDAHULUAN. Praktek sirkumsisi pada perempuan sudah menjadi tradisi disekelompok

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan anak usia sekolah dimulai dari rentang usia 6-12 tahun. Anak

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, perilaku, kognitif, biologis serta emosi (Efendi &

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara berkembang, dimana saat ini Indonesia mengerahkan segala

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBIASAAN BERPANTANG MAKANAN PADA IBU NIFAS SELAMA MASA PURPUERIUM DINI. Nuris Kushayati

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan dengan berat

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang terdiri dari 5,7% balita yang gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai adat dan kebiasaan pada masing-masing suku, misalnya saja suku Jawa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dikerjakan di seluruh dunia, baik dikerjakan oleh dokter, paramedis, ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Menyusui atau dalam bahasa asing disebut breasting adalah pemberian air

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. nutrisi yang cukup untuk dirinya sendiri maupun bagi janinnya. Maka bagi

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh: MUJI RAHAYU J.

BAB I PENDAHULUAN. kurang dalam perilaku adaptif dan memiliki intelektual di bawah rata-rata. yang muncul dalam masa perkembangan (Depkes, 2010).

BAB 1 : PENDAHULUAN. perilaku hidup bersih dan sehat. Pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Menua adalah proses menghilang kemampuan jaringan secara

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. progresteron berkurang (Siswono, 2004). menyikapi perubahan itu secara negatif karena mereka tidak terima dengan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN PROTAP PERAWATAN LUKA POST OPERASI DI RUANG CENDANA RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP KEPATUHAN PERIKSA KEHAMILAN DI PUSKESMAS 1 TOROH KABUPATEN GROBOGAN

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA BERENCANA PADA KELOMPOK IBU DI WILAYAH PUSKESMAS I SUKOHARJO SKRIPSI

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki jumlah remaja sebesar 43,5 juta jiwa (usia 10-

BAB I PENDAHULUAN. penyakit stroke. Menurut Muttaqin (2008), stroke merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menganggap merokok sebuah perilaku yang bisa membuat. ditentukan tidak boleh merokok/ kawasan tanpa rokok.

BAB I PENDAHULUAN. gerakan gerakan shalat yang meliputi berdiri, ruku, sujud, dan duduk adalah

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

BAB I PENDAHULUAN. termasuk debu, sampah dan bau. Masalah kebersihan di Indonesia selalu

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

BAB 1 PENDAHULUAN. Leptospirosis adalah penyakit infeksi yang terabaikan / Neglected

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang menjadi insan yang berkualitas. sebanyak 20 juta anak balita yang mengalami kegemukan. Masalah gizi

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Nifas

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN REMAJA TENTANG MANDI BESAR PADA SISWI SMA 7 MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. hamil. Anemia pada ibu hamil yang disebut Potensial danger of mother and. intra partum maupun post partum (Manuaba, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan (Anonim, 2008). Sementara masalah gizi di Indonesia mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. mikro disebabkan karena kurangnya asupan vitamin dan mineral essensial

BAB I PENDAHULUAN. pesantren. Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan

BAB 1 PENDAHULUAN. penunjang medik yang merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan. mempunyai peranan penting dalam mempercepat tercapainya tingkat

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi penyakit multisistemik yang disebabkan oleh kuman Salmonella

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan perasaan kesegaran serta mencegah timbulnya penyakit akibat

BAB I PENDAHULUAN. mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI ANAK BATITA MALNUTRISI DI POSYANDU DESA SEMBUNGAN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) Tahun 2005

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa

Laboratorium 7 orang petugas, dan Instalasi Gizi 11 orang petugas. Setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

No responden : Diisi oleh peneliti. checklist (v) untuk jawaban motivasi yang dianggap benar. 1. Umur : tahun. 2. Pedidikan terakhir: ( ) SD ( ) SLTP

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sirkumsisi atau pembuangan kalup penis telah dilakukan sejak zaman prasejarah, dilihat dari gambar-gambar di gua yang berasal dari zaman batu dan makam mesir purba. Alasan tindakan ini masih belum jelas pada masa itu, tetapi teori-teori memperkirakan bahwa tindakan ini merupakan bagian dari ritual pengorbanan atau persembahan, tanda penyerahan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, langkah menuju kedewasaan, tanda kekalahan atau perbudakan, serta upaya untuk mengubah estetika atau seksualitas (BKKBN, 2007). Dalam ajaran agama Islam, sirkumsisi dilakukan karena alasan ibadah sebagai kelanjutan dari millah atau ajaran Nabi Ibrahim a.s. Rasulullah SAW bersabda, Kesucian (fitrah) itu ada lima: khitan, mencukur bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak, memendekkan kumis, dan memotong kuku (HR Bukhari Muslim) (republika.co.id, 2013). Sedangkan agama Yahudi menyebut khitan (sunat) sebagai suatu perjanjian atas perintah Allah SWT. Pandangan umat Buddha tentang khitan mirip dengan pandangan terhadap perkawinan. Bagian tubuh yang menghasilkan keturunan itu disucikan bagi Allah SWT, dimatikan dari hal-hal yang berbagai kekafiran dengan pencurahan darah yang merupakan lambang kematian. Walaupun ada perbedaan sudut pandang antara agama, tetapi tujuan dari sirkumsisi ini sama yaitu untuk mensucikan diri. Sirkumsisi 1

2 dipandang dari sisi medis sangat bermanfaat karena kebersihan penis dapat terjaga. Preputium atau kulit penutup depan penis yang menjadi tempat berkumpulnya sisa-sisa air seni dan kotoran lain yang membentuk zat warna putih disebut smegma, ini sangat potensial sebagai sumber infeksi. Tindakan membuang kulit atau preputium maka resiko terkena infeksi dan penyakit lain menjadi lebih kecil (BKKBN, 2006). Namun, masih banyak juga orang tua yang belum mengetahui apa saja yang harus dilakukan setelah anak mereka menjalani sikumsisi, terutama tentang perawatan untuk penyembuhan luka. Keluarga khususnya di daerah pedesaan belum mengerti pentingnya nutrisi untuk penyembuhan luka. Mereka beranggapan bahwa makan makanan seperti tahu, tempe, telur dan makanan yang mengandung protein akan membuat luka khitan menjadi gatal. Sehingga tarak makan membudaya dikalangan masyarakat. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya tertentu, maka sangat mungkin masyarakat disekitarnya melakukan budaya tersebut (Mubarak, 2007:30). Angka kejadian pasca sirkumsisi yang melakukan tarak (pantang) terhadap makanan di Inggris dan Kanada dari jumlah penduduk 227,65 juta jiwa tahun 2008 dengan luas wilayah 9.970.610 Km persegi ditemukan sebanyak 5-15% (Hapsari, 2010). Negara Indonesia tahun 2006 angka kejadian tarak (pantang) terhadap makanan 35-45% (Suprabowo,2006). Provinsi Jawa Timur tahun 2000 angka kejadian post sirkumsisi 39,6% yang tarak (pantang) terhadap makanan (Depkes RI, 2008). Data ini menunjukkan bahwa pantang makanan masih banyak dilakukan oleh masyarakat.

3 Kepercayaan untuk berpantang makan setelah proses sirkumsisi atau khitan dengan tujuan luka khitan menjadi cepat sembuh masih banyak dianut oleh masyarakat terutama oleh para orang tua (Kopertis, 2012). Tarak (Pantang) terhadap makanan sebenarnya tidak boleh dilakukan oleh anak pasca sirkumsisi karena dapat memperlambat proses penyembuhan luka sirkumsisi, dan dalam proses penyembuhan luka sangat membutuhkan protein, maka setelah disirkumsisi dianjurkan untuk makan dalam pola yang benar sesuai dengan kualitas dan kuantitasnya (Iskandar, 2010). Kejadian ini disebabkan karena kuatnya pengaruh sosial budaya terhadap kebiasaan sehari-hari. Adat dan tradisi tersebut yang mendasari masyarakat pedesaan dalam memilih dan menyajikan makanan (Marin, 2009). Selain tarak, sebagian orang tua di desa menyuruh anaknya yang sudah dikhitan untuk memakai pakaian yang erat, mereka beranggapan agar alat kelamin tidak berubah posisi selama di perban. Kondisi ini bertentangan dengan teori bahwa disebutkan setelah dikhitan hendaknya memakai pakaian yang longgar agar tidak terjadi gesekan dan mempercepat luka kithan kering. Ada juga orang tua yang beranggapan ketika ingin membuka luka perban, anaknya disuruh untuk berendam terlebih dahulu agar perban mudah dilepas. Anggapan tentang perawatan khitan itu masih banyak muncul dikalangan masyarakat desa. Secara teori proses penyembuhan luka justru membutuhkan nutrisi ekstra untuk menumbuhkan jaringan baru. Dalam proses penyembuhan luka memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe, Zn (Ismail, 2005). Begitu juga dengan luka pasca sirkumsisi. Persepsi keluarga dalam arti orang tua sangat berpengaruh pada

4 proses penyembuhan luka sirkumsisi anaknya. Anak biasanya menuruti apa yang di katakan oleh orang tuanya. Hendaknya orang tua mengetahui hal-hal yang harus dilakukan setelah anaknya disirkumsisi, baik perawatan maupun nutrisi yang dibutuhkan untuk penyembuhan luka. 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan fenomena di latar belakang masalah, maka peneliti merumuskan masalah Bagaimana persepsi orang tua tentang perawatan pasca sirkumsisi pada anak laki-laki usia sekolah di Desa Bulak Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan? 1.3 Tujuan Penelitian Mengidentifikasi bagaimana persepsi orang tua tentang perawatan pasca sirkumsisi pada anak laki-laki usia sekolah di Desa Bulak Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1.4.1.1 Bagi Peneliti Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan tentang perawatan anak pasca sirkumsisi. 1.4.1.2 Bagi Ilmu Keperawatan Memberikan sedikit ilmu keperawatan pada mahasiswa dan dapat dijadikan sebagai bahan untuk peneliti selanjutnya 1.4.1.3 Bagi Institusi Pendidikan

5 Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi masukan untuk institusi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo sebagai pengembangan ilmu yang telah ada dan dapat dijadikan bahan untuk peneliti selanjudnya. 1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Bagi Masyarakat Meningkatkan wawasan dan pengetahuan masyarakat khususnya orang tua tentang perawatan sirkumsisi yang nantinya diharapkan orang tua dapat kooperatif dan mengetahui hal apa saja yang harus diperhatikan dalam proses penyembuhan luka pasca sirkumsisi. 1.5 Keaslian Penelitian Berikut merupakan penellitian yang terkait dengan pengetahuan orang tua tentang sirkumsisi. 1. Habibie 2006 Tingkat Pengetahuan Orang tua Murid SD di Perguruan Kristen Immanuel Medan Mengenai Sirkumisisi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan orang tua mengenai sirkumsisi pada anak laki-laki di Yayasan Perguruan Immanuel Medan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan metode cross sectional, serta pengambilan data sekunder diambil dengan cara pemberian kuesioner secara tertulis dengan memilih orang tua yang menyekolahkan anaknya di Yayasan Perguruan Immanuel Medan. Populasi dalam penelitian ini adalah Orang tua murid SD Yayasan Perguruan Immanuel Medan. Jenis sampel yang digunakan adalah probability systematic sampling. Hasil penelitian didapati, total subjek

6 penelitian sebanyak 40 orang dengan deskripsi sebagai berikut: jenis kelamin laki-laki berjumlah 10 orang dan sebanyak 9 orang berpengetahuan baik (22,5%), sementara jenis kelamin perempuan sebanyak 40 orang dan yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 24 orang (60%). Selain itu, orang tua yang berpendidikan S1 memiliki pengetahuan baik terbanyak, yaitu sebanyak 19 orang (47,5%) dan yang berpendidikan SMA seluruhnya berpengetahuan sedang yaitu sebanyak 3 orang (7,5%). Kesimpulannya, yaitu bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin baik tingkat pengetahuannya. Untuk itu perlu ditingkatkan penyuluhan oleh para petugas kesehatan agar pengetahuan para orang tua semakin meningkat. 2. Syaifuddin 2010 Gambaran Pengetahuan Orang Tua Tentang Sirkumsisi Pada Anak Laki-Laki di Kelurahan Perintis Kecamatan Medan Timur. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah orang tua di Kelurahan Perintis Kecamatan. Sampel diambil dengan menggunakan teknik total sampling. Data dikumpulkan dengan memberikan kuesioner, kemudian hasil ditabulasi dan dilakukan pengolahan pada tiap-tiap jawaban. Skor masing-masing kemudian dianalisa, yang hasilnya dihasilkan dalam bentuk presentase, kemudian diinterpretasikan dengan skala kualitatif dengan kriteria baik (>75%), sedang (40-75%), kurang (<40%). Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat pengetahuan orang tua tentang sunat pada anak laki-laki di kelurahan perintis kecamatan medan timur tahun 2010. Pada penelitian didapatkan bahwa tingkat pengetahuan orang tua tentang sunat. orang tua

7 laki-laki baik adalah 8 orang (66,7%) dan yang sedang adalah 20 orang (52,6%) dari 28 orang tua laki-laki dan orang tua perempuan baik 4 orang (33,3%) dan sedang sebanyak 18 orang (47,4%) dari 22 orang tua perempuan. Berdasarkan penelitian tersebut dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan orang tua adalah sedang. Untuk itu kepada petugas kesehatan agar lebih banyak lagi membuat penyuluhan dan lebih memperbanyak informasi untuk orang tua. 3. Zauhani 2010 Pola Pantang Makan Berhubungan dengan Proses Penyembuhan Luka Sirkumsisi. Kepercayaan untuk berpantang makan setelah proses sirkumsisi atau khitan dengan tujuan luka khitan menjadi cepat sembuh masih banyak dianut oleh masyarakat terutama oleh para orang tua. Kepercayaan ini diwariskan secara turun-temurun hingga sekarang. Secara teori proses penyembuhan luka justru membutuhkan nutrisi ekstra untuk menumbuhkan jaringan baru. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya hubungan antara perilaku makan (pantang dan tidak pantang) dengan proses kesembuhan luka anak yang menjalani khitan. Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelasional dengan menggunakan waktu secara longitudinal pada 30 anak yang menjalani khitan massal. Setiap anak diwawancarai untuk mengetahui termasuk berpantang makan atau tidak dan proses penyembuhan luka diamati tiap hari untuk menilai lamanya waktu yang dibutuhkan hingga luka sembuh kemudian dikategorikan luka sembuh cepat atau lambat. Hasil penelitian dianalisa dengan uji korelasi spearman didapatkan nilai signifikasi = 0,023 < α (α = 0,05) yang artinya ada hubungan pola makan dengan proses

8 penyembuhan luka sirkumsisi. Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pola makan anak post sirkumsisi berhubungan dengan lamanya proses penyembuhan, anak yang tidak berpantang makan proses penyembuhan lukanya lebih cepat. 1.6 Persamaan dan Perbedaan 1. Persamaan Persamaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah samasama meneliti tentang sirkumsisi. 2. Perbedaan Perbedaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah tentang perawatan post sirkumsisi. Pada penelitian ini akan dibahas persepsi orang tua tentang perawatan pasca sirkumsisi pada anak laki-laki usia sekolah, sehingga akan diketahui persepsi orang tua tentang perawatan pasca sirkumsisi pada anak laki-laki usia sekolah.