BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Wonosari Kabupaten. Gunungkidul DIY pada bulan September-Oktober 2016.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR DEMOGRAFI DENGAN DEPRESI PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL DIY INTISARI

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi non-eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan penelitian cross sectional untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya terus meningkat. World Health Organization (WHO) di Kabupaten Gunungkidul DIY tercatat 1262 orang terhitung dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB 4 HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR DEMOGRAFI DENGAN DEPRESI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL DIY

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengumpulan data dilakukan di Poliklinik RSSN Bukittinggi pada tanggal

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kedokteran Jiwa.

Lampiran 1. PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Koping Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

HUBUNGAN LAMANYA MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN POLI PENYAKIT DALAM RSD Dr.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rendahnya statistik data penduduk, yaitu: fertilitas, mortalitas dan migrasi

Lampiran 1. KUESIONER PENILAIAN STRES KERJA PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) RANTAUPRAPAT

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi depresi di dunia diperkirakan 5-10% per tahun dan life time prevalence

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta berlokasi di jalan

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data dasar yang diperoleh dari subyek meliputi jenis gigi tiruan, jenis. Tabel 1. Karakteristik Subyek Penelitian

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America

METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah observasional (non

LAMPIRAN Lampiran 1. Informed Consent LEMBAR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT) Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN JUMLAH LIMFOSIT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

Metode Transformasi Skor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut badan organisasi dunia World Health Organization (WHO)

L A M P I R A N. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO)

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Permohonan Menjadi Responden. akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan Bapak/Ibu.

BAB III METODE PENELITIAN. menilai pengaruh doa dan dzikir al-ma tsurat terhadap skor depresi pasien

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan jiwa.

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Data Demografi Responden Dalam penelitian ini yang datanya diambil pada bulan Agustus

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

STUDI STATUS DEPRESI PADA LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan terhadap wanita usia produktif. AKI merupakan jumlah kematian


BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejalagejala

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mahasiswa fakultas psikologi dan kesehatan yang sedang mengambil program

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR DEMOGRAFI DENGAN DEPRESI PADA PENDERITA RIWAYAT STROKE DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL DIY. Dimas Adhi Pradita 1, Ida Rochmawati 2

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional pendekatan retrospektif. Studi cross sectional merupakan

KISI-KISI PERTANYAAN UNTUK RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN SETELAH MENDAPATKAN PENJELASAN (INFORMED CONCENT)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis seorang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mahasiswa kedokteran semester VI angkatan 2012/2013 sebanyak 100 orang

Siswanto dan Florentinus Budi Setiawan. Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Abstraksi

PERCOBAAN BUNUH DIRI PADA PASIEN PSIKIATRI DI TURKI

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) [2], usia lanjut dibagi

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

melukiskan perasaan-perasaan yang Anda rasakan saat ini - Beri tanda (X) pilihan Anda pada kolom yang tertera di samping

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengumpulan data penelitian dilaksanakan di Kelurahan Parupuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

Lampiran 1 LEMBAR INFORMASI PASIEN Kepada Yth. Calon Responden Penelitian Pasien di Unit Hemodialisis RS PKU Muhammadiyah Gamping Dengan hormat, Saya

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN. : Hubungan Pelayanan Spiritual Yang Diberikan Perawat Dengan Kepuasan Pasien Diabetes melitus

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta. Semua responden penelitian berdomisili di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Provinsi Gorontalo. Puskesmas Tapa didirikan pada tahun 1963 dengan luas

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perilaku yang berbeda. Informasi yang disajikan memberi peluang bagi produsen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

Transkripsi:

36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Wonosari Kabupaten Gunungkidul DIY pada bulan September-Oktober 2016. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuisioner dengan jumlah responden 36 orang. Didapatkan hasil sebagai berikut: 2. Depresi Pada Subjek Pada penelitian ini didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 3. Sebaran Depresi Secara Umum Pada Penderita Diabetes Melitus di Kabupaten Gunungkidul DIY Bulan September-Oktober 2016. Tingkat Depresi Jumlah Prosentase Normal atau Minimal 26 72,2% Depresi Ringan 6 16,7% Depresi Sedang 3 8,3% Depresi Berat 1 2,8% Total 36 100% TINGKAT DEPRESI Grafik 1. Sebaran Depresi Secara Umum Pada Penderita Diabetes Melitus di Kabupaten Gunungkidul DIY Bulan September-Oktober 2016.

37 Tabel dan grafik di atas dapat diketahui bahwa pasien diabetes melitus yang mengalami depresi sebesar 27,8%, yang terdiri dari tingkat depresi ringan, sedang dan berat. 3. Faktor Demografi Dengan Depresi Ditinjau dari jenis kelamin, penderita diabetes melitus yang mengalami depresi di Kabupaten Gunungkidul DIY pada bulan September-Oktober 2016 sebagai berikut: Tabel 4. Hasil Hubungan Jenis Kelamin dengan Depresi Pada Penderita Diabetes Melitus di Kabupaten Gunungkidul DIY Bulan September-Oktober 2016. Karakteristik Responden Jenis Kelamin Status Depresi Normal Depresi Depresi Depresi Ringan Sedang Berat Laki-laki 7 (63,6%) 3 (27,3%) 0 (0%) 1 (9,1%) Perempuan 19 (76,0%) 3 (12,0%) 3 (12,0%) 0 (0%) Tabel di atas menunjukkan bahwa penderita diabetes melitus di Kabupaten Gunungkidul DIY bulan September-Oktober 2016 yang mengalami depresi lebih banyak pada perempuan dibanding pada laki-laki. Berdasarkan uji analisis menggunakan chi-square-test menunjukkan nilai signifikasi 0,185 (p>0,05) artinya hubungan antara jenis kelamin dengan depresi pada penderita diabetes melitus adalah tidak signifikan. Penderita diabetes melitus yang mengalami depresi di Kabupaten Gunungkidul tidak hanya monopoli lanjut usia. Rentang pelaku dari dewasa awal (36-45 tahun) sampai manula (>65 tahun). Selengkapnya, distribusi penderita depresi pada diabetes melitus berdasarkan kelompok umur adalah sebagai berikut: p 0,185

38 Tabel 5. Hasil Hubungan Kelompok Umur dengan Depresi Pada Penderita Diabetes Melitus di Kabupaten Gunungkidul DIY Bulan September-Oktober 2016. Karakteristik Responden Kelompok Umur Status Depresi Normal Depresi Depresi Depresi Ringan Sedang Berat 36-45 Th 5 (71,4%) 1 (14,3%) 1 (14,3%) 0 (0%) 46-55 Th 10 (83,3%) 0 (0%) 1 (8,3%) 1 (8,3%) 56-65 Th 9 (69,2%) 3 (23,1%) 1 (7,7%) 0 (0%) >65 Th 2 (50,0%) 2 (50,0%) 0 (0%) 0 (0%) Tabel di atas menunjukkan bahwa penderita diabetes melitus yang mengalami depresi prosentase paling banyak pada kelompok usia 56-65 tahun, kemudian disusul oleh kelompok umur lain yang jumlahnya sama rata. Berdasarkan uji analisis menggunakan chi-square-test menunjukkan nilai signifikasi 0,520 (p>0,05) artinya hubungan antara kelompok umur dengan depresi pada penderita diabetes melitus adalah tidak signifikan. Jika ditinjau dari tingkat pendidikan, penderita diabetes melitus di Kabupaten Gunungkidul DIY pada bulan September-Oktober 2016 yang mengalami depresi sebagai berikut: Tabel 6. Hasil Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Depresi Pada Penderita Diabetes Melitus di Kabupaten Gunungkidul DIY Bulan September-Oktober 2016. Karakteristik Responden Tingkat Pendidikan Status Depresi Normal Depresi Depresi Depresi Ringan Sedang Berat SD 21 (77,8%) 2 (7,4%) 3 (11,1%) 1 (3,7%) SMP 5 (83,3%) 1 (16,7%) 0 (0%) 0 (0%) SMA 0 (0%) 2 (100%) 0 (0%) 0 (0%) D3 0 (0%) 1 (100%) 0 (0%) 0 (0%) Tabel yang tertera di atas menunjukkan bahwa penderita diabetes melitus yang mengalami depresi paling banyak pada tingkat pendidikan SD. Berdasarkan uji analisis menggunakan chi-square-test menunjukkan nilai p 0,520 p 0,040

39 signifikasi 0,040 (p<0,05) artinya hubungan antara tingkat pendidikan dengan depresi pada penderita diabetes melitus adalah signifikan. Ditinjau dari sisi pekerjaan, penderita diabetes melitus yang mengalami depresi di Kabupaten Gunungkidul DIY pada bulan September-Oktober 2016 sebagai berikut: Tabel 7. Hasil Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Depresi Pada Penderita Diabetes Melitus di Kabupaten Gunungkidul DIY Bulan September-Oktober 2016. Karakteristik Responden Jenis Pekerjaan Status Depresi Normal Depresi Depresi Depresi Ringan Sedang Berat 8 (88,9%) 0 (0%) 1 (11,1%) 0 (0%) Ibu Rumah Tangga Petani 16 (80,0%) 1 (5,0%) 2 (10,0%) 1 (5,0%) PNS 0 (0%) 1 (100%) 0 (0%) 0 (0%) Buruh 1 (50%) 1 (50%) 0 (0%) 0 (0%) Pensiunan 0 (0%) 2 (100%) 0 (0%) 0 (0%) Wiraswasta 0 (0%) 1 (100%) 0 (0%) 0 (0%) Pegawai Swasta 1 (100%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) Tabel di atas menunjukkan bahwa penderita diabetes melitus yang mengalami depresi di Kabupaten Gunungkidul DIY pada bulan September- Oktober 2016 lebih banyak dialami oleh petani. Berdasarkan uji analisis menggunakan chi-square-test menunjukkan nilai signifikasi 0,089 (p>0,05) artinya hubungan antara jenis pekerjaan dengan depresi pada penderita diabetes melitus adalah tidak signifikan. Mengenai status pernikahan, penderita diabetes melitus di Kabupaten Gunungkidul DIY pada bulan September-Oktober 2016 yang mengalami depresi sebagai berikut: P 0,089

40 Tabel 8. Hasil Hubungan Status Pernikahan dengan Depresi Pada Penderita Diabetes Melitus di Kabupaten Gunungkidul DIY Bulan September-Oktober 2016. Karakteristik Responden Status Pernikahan Status Depresi Normal Depresi Depresi Depresi Ringan Sedang Berat Menikah 23 (71,9%) 5 (15,6%) 3 (9,4%) 1 (3,1%) Tidak Menikah 3 (75,0%) 1 (25,0%) 0 (0%) 0 (0%) Dapat dilihat dari tabel dan grafik di atas, ditinjau dari status pernikahan, penderita diabetes melitus yang mengalami depresi di Kabupaten Gunungkidul DIY pada bulan September-Oktober 2016 terlihat lebih banyak pada orang yang telah menikah. Berdasarkan uji analisis menggunakan chisquare-test menunjukkan nilai signifikasi 0,875 (p>0,05) artinya hubungan antara status pernikahan dengan depresi pada penderita diabetes melitus adalah tidak signifikan. Dapat disimpulkan pada penelitian ini, bahwa hipotesis ditolak karena p>0,05 yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara faktor demografi dengan depresi pada penderita diabetes melitus di Kabupaten Gunungkidul DIY, kecuali pada tingkat pendidikan. B. Pembahasan Hasil penelitian ini terdapat 27,8% penderita diabetes melitus yang mengalami depresi. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Igwe, dkk. (2013) bahwa terdapat 27,8% penderita diabetes melitus yang mengalami depresi, diperkuat oleh penelitian Silverstone (1996), diabetes melitus memiliki risiko dapat menyebabkan depresi sebesar 9-27%, lalu menurut penelitian Cavanaugh (1998), risiko depresi yang disebabkan oleh diabetes melitus sebesar 8,5-27,3%. Dijelaskan pula dalam penelitian Harista dan P 0,875

41 Lisiswanti (2015) bahwa risiko depresi pada penderita diabetes melitus disebabkan oleh stresor psikososial kronik karena mengidap penyakit kronik. Sebaliknya, depresi dapat menjadi faktor risiko diabetes melitus. Secara teori, hal ini diakibatkan dari proses peningkatan sekresi dan aksi hormon kontraregulasi, perubahan fungsi transpor glukosa dan peningkatan aktivasi inflamasi. Pernyataan tersebut juga didukung oleh Mudjaddid (2001) yang menyatakan bahwa depresi dan diabetes melitus saling berkomorbid (tumpang tindih). Penelitian ini ditemukan bahwa pasien diabetes melitus yang mengalami depresi lebih banyak pada perempuan dibanding laki-laki. Didukung dengan hasil penelitian Harista dan Lisiswanti (2015) yang menyatakan bahwa responden perempuan yang menderita diabetes melitus memiliki tingkat kejadian depresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki, Harista dan Lisiswanti (2015) juga menyebutkan beberapa faktor yang berkaitan dengan rentannya perempuan mengalami depresi, diantaranya adalah faktor genetik, kerentanan fluktuasi hormonal, serta sistem saraf pusat yang peka terhadap perubahan hormonal. Selain itu, faktor psikososial, seperti peran perempuan dalam masyarakat, kebiasaan memendam perasaan dan status sosial yang kurang menguntungkan juga dapat berperan dalam kerentanan perempuan terhadap depresi. Perempuan juga lebih rentan daripada laki-laki untuk mengalami depresi yang dipicu oleh stres karena perempuan cenderung menggunakan perasaan atau lebih emosional, sehingga jarang menggunakan logika atau rasio yang membuat perempuan lebih sulit menghadapi stres.

42 Sadock dan Sadock (2010) juga menegaskan bahwa kejadian cemas dan depresi pada perempuan lebih banyak dibandingkan pada pasien diabetes melitus laki-laki, dari hasil analisis penelitian ini tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan depresi, sejalan dengan penelitian Wulandari (2011) bahwa antara jenis kelamin dengan depresi tidak ada hubungan yang signifikan jika dilihat dari sudut pandang statistik, hal ini dikarenakan antara laki-laki dan perempuan memiliki porsi yang sama untuk mengalami depresi, dimungkinkan adanya faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap depresi yaitu ketersediaan dukungan sosial, dalam penelitian Wulandari (2011) juga didapatkan data yang sama dengan penelitian ini bahwa depresi lebih banyak pada perempuan. Penelitian ini menunjukkan bahwa pasien diabetes melitus yang mengalami depresi lebih banyak pada kelompok umur 56-65 tahun. Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Safitri (2013) yang menemukan bahwa penderita diabetes melitus dengan depresi lebih banyak pada usia 45-60 tahun, karena pada usia >45 tahun tubuh mengalami banyak perubahan terutama pada organ pankreas yang memproduksi insulin dalam darah dan berperan dalam kontrol penyakit diabetes melitus, dari hasil analisis penelitian ini didapatkan bahwa usia tidak berhubungan dengan depresi, sejalan dengan penelitian Wulandari (2011) bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan tingkat depresi, dalam penelitian tersebut juga dijelaskan yang mungkin menjadi faktor penyebab tidak signifikannya hasil

43 tersebut karena pemilihan jenis metode penelitian, yang mana seharusnya secara prospektif, sehingga dapat memperkecil bias. Penelitian ini menemukan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan akhir sebagai siswa-siswi SD, yang mana tingkat pendidikan tersebut termasuk dalam kategori rendah dan dapat diasumsikan bahwa tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap tingkat pengetahuan. Dimana seseorang dengan pengetahuan yang baik akan menentukan sikap dan perilaku yang baik pula sehubungan dengan kesehatannya, sebaliknya jika tingkat pendidikan seseorang rendah maka dimungkinkan tidak dapat menerima informasi dengan baik yang berkaitan dengan kesehatannya. Dari hasil analisis secara statistik dalam penelitian ini didapatkan hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan depresi. Hasil ini berbeda dengan penelitian Wulandari (2011) bahwa antara tingkat pendidikan dan depresi tidak memiliki hubungan yang bermakna, perbedaan ini dimungkinkan karena perbedaan desain penelitian yang digunakan dan jumlah responden yang diteliti. Apabila dilihat dari jenis pekerjaan, dalam penelitian ini penderita diabetes melitus yang mengalami depresi paling banyak adalah petani, dapat diasumsikan bahwa petani tidak memiliki penghasilan yang tetap dan secara ekonomi relatif menengah ke bawah. Namun, secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis pekerjaan dengan depresi. Hal ini bertentangan dengan penelitian Safitri (2013) bahwa depresi cenderung ditemukan pada responden yang berpenghasilan rendah, penghasilan rendah

44 akan menyebabkan seseorang dihadapkan dengan berbagai permasalahan dalam hidupnya, kebutuhan pokok yang tidak dapat tercukupi sehingga akan mempengaruhi kondisi psikis responden dan dapat terjadi depresi. Penelitian ini didapatkan data bahwa pada responden yang menikah lebih banyak mengalami depresi daripada yang tidak menikah (janda atau duda). Namun jika dianalisis secara statistik, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status pernikahan dengan depresi. Hal ini bertentangan dengan Sadock dan Sadock (2010) yang menyebutkan bahwa gangguan depresi paling sering terjadi pada seseorang yang tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat, bercerai, atau berpisah. Hasil penelitian terhadap 36 responden di Puskesmas Wonosari, gejala depresi yang paling sering ditemukan yaitu responden merasakan kesedihan sepanjang hari, penurunan nafsu makan, merasa bersalah, sulit membuat keputusan, pernah tercetus ide atau gagasan untuk melakukan tindakan bunuh diri dan ditemukan perubahan pada kebiasaan sehari-hari, seperti menjauhkan diri dari lingkungan sosial. Menurut ICD-10, gejala depresi dikelompokkan menjadi gejala utama dan gejala tambahan. Yang termasuk gejala utama adalah mood depresi, hilangnya minat atau hilang semangat, mudah lelah atau hilang tenaga dan gejala tambahan, yaitu ide bunuh diri atau menyakiti diri sendiri, pola tidur berubah, nafsu makan menurun, konsentrasi menurun, harga diri berkurang, perasaan bersalah dan pesimis melihat masa depan.

45 Uraian pembahasan di atas dapat diketahui bahwa faktor demografi tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan depresi pada penderita diabetes melitus di Kabupaten Gunungkidul DIY.