ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN BMT KUBE KARANGANYAR TERHADAP KEPUASAN NASABAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. of founds) dengan pihak yang mengalami kekurangan dana. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. bank syariah dan Unit Usaha Syariah belum banyak seperti sekarang.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 250 miliar dollar AS, tumbuh rata-rata lebih dari 15 persen per

I. PENDAHULUAN. di dunia, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berperan penting dalam. memengaruhi pembangunan nasional demi kemajuan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. oleh negara-negara sedang berkembang tetapi juga di negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Lembaga keuangan tersebut diharapkan bisa menyokong seluruh bagian

BAB I PENDAHULUAN. konstan sejak tahun 2007 dan selalu diiringi dengan pertumbuhan pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. pada penciptaan kesejahteraan bagi masyarakat. Dimana fungsi dan peranan

PENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL PADA KOPERASI MELALUI PUK (PEREMPUAN USAHA KECIL) DI MASARAN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

ANALISIS KINERJA KEUANGAN KSPS-BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) DINAR BAROKAH JUMAPOLO KARANGANYAR TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Sedangkan bank adalah sebuah lembaga atau perusahaan yang aktifitasnya

BAB I PENDAHULUAN. krisis moneter merambah ke krisis ekonomi. Dari krisis ini berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Dasar 1945, bahwa cita-cita bangsa Indonesia adalah untuk melindungi. segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia Bandung, Bandung, 2013, hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. yang hanya mengejar target pendapatan masing-masing, sehingga tujuan yang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia terdapat sekitar 57,9 juta pelaku UMKM dan diperkirakan akan semakin

BAB I PENDAHULUAN. misal; asuransi syari ah, pegadaian syariah, reksadana syari ah, pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. belakangan ini memang berlangsung sangat cepat. Semua negara di dunia ini

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah permasalahan semua bangsa. Berkaitan dengan. masalah kemiskinan bangsa Indonesia merasa perlu mencantumkan dalam

sebagai anggota dengan bekerjasama secara kekeluargaan. Koperasi di Indonesia berlandaskan pancasila dan undang-undang dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Lembaga keuangan Mikro Syariah BMT mempunyai dua sisi. membawa misi sosial pada masyarakat, keberadaan BMT ditengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. turunnya daya beli masyarakat tetapi juga karena tingginya inflasi.

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan pelarian nasabah oleh masyarakat telah jauh berkurang jika

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) telah mendapat perhatian yang relative cukup besar dari pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank Islam merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

PERANAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AHMAD DAHLAN CAWAS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KECAMATAN CAWAS

BAB I PENDAHULUAN. ekonominya. Untuk meningkatkan perekonomian, fokus pemerintah. Indonesia salah satunya pada sektor keuangan dan sektor riil.

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini juga terjadi di Indonesia. Pesatnya kemajuan didunia perbankan membuat

terdiri dari dua istilah, yaitu:baitul maal dan baitul tamwil. Baitul mal lebih

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA BMT UMS DENGAN METODE CAMEL TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan UMKM di Indonesia dilihat dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. perbankan yang ada dalam negara tersebut.semakin berkembang industri perbankan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah, Baitul Maal wat Tamwil sangat dibutuhkan oleh para

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah adalah Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Dimana baitul

BAB I PENDAHULUAN. pula kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan pendanaan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyentuh kalangan bawah (grass rooth). Semula harapan ini hanya

Dr. Mulyaningrum Bakrie School of Management Jakarta, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah (KJKS) atau yang biasa juga disebut

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediary) yang

CATUR WIJAYANTO B

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan lembaga keuangan sangat berperan dalam ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dimana sektor ekonomi menjadi tolok ukur kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. dengan struktur dan sistem ekonomi di Indonesia mengingat jenis kegiatan

EVALUASI PENERAPAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH BERDASARKAN PSAK NO. 59 (Survai Pada BMI dan BMT) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. diri sendiri dan keluarganya. Wijono(2004). Sedangkan menurut Bank. mempunyai hasil penjualan paling banyak Rp.100 juta per tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Namun demikian, upaya tersebut kiranya perlu dibarengi pula dengan upaya

CAMEL SEBAGAI DASAR PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK (Studi Pada BMT Khasanah)

PERANAN BAITUL MAL WAT TAMWIL (BMT) BUANA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL DI DESA MULUR KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Sistem ekonomi Islam menghendaki terjadinya transaksi-transaksi yang

BAB I PENDAHULUAN Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII. Press, 2005, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Syariah (KSPPS), koperasi tersebut kegiatan usahanya bergerak di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. mendominasi kegiatan perekonomian Indonesia. Kegiatan sektor perbankan

BAB I PENDAHULUAN. yang berisi liberalisasi industri perbankan. Para ulama waktu itu telah berusaha untuk

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kehidupan perbankan di Indonesia sudah dimulai sejak masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Baitul Maal wa Tamwil (BMT) merupakan lembaga keuangan syariah

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. mamutar dana masyarakat sehingga perekonomian terus berkembang. Dana. jenis-jenis lembaga keuangan bukan bank yaitu koperasi.

BMT merupakan pelaku ekonomi baru dalam kegiatan perekonomian nasional yang beroperasi dengan menggunakan prinsip syariah. BMT melakukan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maka perusahaan dapat mempertahankan posisi pasarnya di tengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. melalui peranan bank sebagai perantara keuangan (financial intermediary). meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

ANALISIS ANGGARAN PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO) PG. MOJO SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. memutuskan hubungan bisnis dengan perusahaan karena merasa tidak puas

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta (DIY) 2013 yakni garis kemiskinan pada maret 2013 adalah

ANALISIS PENGARUH COST OF FUND (COF) TERHADAP BASE LENDING RATE (BLR) PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO), Tbk PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks negara berembang, sistim perekonomian negara sering kali

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor keuangan di Indonesia masih didominasi oleh industri perbankan

RACHMAT TRIMULYA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{

BAB I PENDAHULUAN. eksistensinya dalam membantu tumbuh kembangnya perekonomian masyarakat

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PADA PERUSAHAAN ROKOK JAMBU BOL KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. pesat, batasan-batasan dan halangan-halangan yang dahulu sangat terasa

ADIKA SETIOKO B

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis dan persaingan antar perusahaan pada masa

BAB I PENDAHULUAN. 80-an dan 90-an kesan dunia perbankan menjadi terbalik, karena di era ini

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN ATAS KUALITAS JASA PADA PERUSAHAAN DIGITAL PRINTING SMART TO PRINT DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. besar mengalami kebangkrutan dan memberikan beban berat bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan

Transkripsi:

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN BMT KUBE KARANGANYAR TERHADAP KEPUASAN NASABAH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh : MUHAMMAD RIVA I FATULLAH B 200050214 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan dalam dunia bisnis di masa sekarang semakin ketat baik di pasar dalam negeri atau domestik maupun dipasar luar negeri. Apalagi negara Indonesia yang telah menjadi anggota Asean Free Trade Area (AFTA) pada tahun 2002. Hal ini berarti pelaku bisnis yang ada di dalam negeri selain mereka harus bersaing dengan pelaku bisnis lokal mereka juga bersaing dengan para pelaku bisnis dari luar negeri, karena mereka telah dibebaskan bea masuk produk yang mereka tawarkan dipasar dalam negeri. Untuk memenangkan persaingan, perusahaan harus mampu memberikan kepuasan kepada para pelanggannya, misalnya dengan memberikan produk yang mutunya lebih baik, harganya murah dan pelayanan yang lebih baik dari pada para pesaingnya. Kepuasan maupun ketidakpuasan pelanggan atau nasabah menjadi topik yang hangat dibicarakan baik pada level industri ataupun perusahaan jasa pada tingkat nasional maupun internasional. Kepuasan pelanggan ditentukan oleh kualitas barang atau jasa yang dikehendaki pelanggan, sehingga jaminan kualitas menjadi proritas utama bagi setiap perusahaan, yang pada saat ini khususnya dijadikan sebagai tolak ukur keunggulan daya saing perusahaan. Di Indonesia sendiri telah diadakan sebuah award atau pemberian penghargaan

kepada perusahaan yang memproduksi produknya berupa barang yang disukai dan paling banyak oleh konsumen. Pemberian penghargaan disebut ICSA (Indonesian Customer Satiafaction Award) yang diadakan oleh lembaga riset, yaitu FRONTIER untuk menstimulasi para pengusaha untuk bersaing dengan pengusaha lainnya dalam hal kualitas produksi. Dalam Sistem keuangan yang berbasiskan Islam atau sering disebut sistem keuangan syariah lebih berpihak kepada ekonomi mikro sangatlah penting dikarenakan lebih membawa dampak yang positif terhadap masyarakat. Berdirinya bank syariah maupun BMT (baitul maal wal tanwil) di tengah-tengah masyarakat yang terus mengalami perkembangan pesat membawa andil yang sangat baik dalam tatanan sistem keuangan Indonesia. Peran ini tentu saja sebagai upaya untuk mewujudkan sistem keuangan yang adil. Oleh karenanya keberadaanya perlu mendapat dukungan dari segenap lapisan masyarakat muslim. Bagaimanapun, lembaga keuangan bank, memiliki sistem dan prosedur yang baku sehingga tidak mampu menjangkau masyarakat lapis bawah dan kelompok mikro. Dengan prosedur yang panjang dan terkesan rumit, pengusaha mikro dan sektor informal tidak dapat mengakses sumber pendanaan dari bank. Sehingga potensi besar yang dimiliki oleh sektor mikro tidak berkembang. Banyak sektor mikro yang berpikir sangat pragmatis dalam pemenuhan kebutuhan permodalan. Karena kebutuhan yang sangat mendesak terkadang jalan pintas akan dilakukan, yaitu dengan cara mengakses kredit dari rentenir dan lintah darat dengan suku bunga yang

sangat tinggi, bahkan terkadang diatas margin usaha yang dibiayai. Keadaan ini tidak dapat disalahkan, memang karena mereka tidak mampu menjangkau prosedur perbankan dan tidak ada lembaga yang mendampingi sehingga mereka layak bank (bankable). Pinjaman dari model rentenir ini, memang dalam jangka pendek memenuhi kebutuhan keuangan, namun dalam jangka panjang tidak mampu menciptakan kapitalisasi usaha mikro bahkan sangat mungkin terjadi sebaliknya yaitu dikapitalisasi, yaitu kondisi pailit karena harus menanggung beban bunga yang sangat tinggi. Sistem kredit yang ideal memiliki karakter yang berbeda antara sektor mikro dengan sektor menengah atas. Kelompok mikro, dengan usaha yang belum stabil dan jumlah mayoritas, memiliki pola yang cepat, mudah dan sederhana. Tentu saja pola ini tidak harus menghilangkan prinsip kehatihatian manajemen lembaga keuangan dalam merealisasikan permohonan pembiayaan. Problem yang dihadapi oleh pengusaha mikro tidak sematamata pada sektor permodalan, tetapi masih banyak aspek lain yang memerlukan perbaikan dan pendampingan. Manajemen yang melakukan pekerjaanya tidak sempurna serta standar mutu produk yang labil dan pemasaran yang belum terencana serta aspek-aspek lain yang lazim biasa dihadapi oleh sektor mikro. PINBUK (pusat inkubasi usaha kecil) yang keberadaanya telah menyebar di semua propinsi di Indonesia, merasa prihatin terhadap kondisi usaha mikro. Melalui berbagai pengkajian yang panjang dan mendalam, maka dirumuskanlah sistem keuangan yang lebih

sesuai dengan kondisi usaha mikro dan sesuai syariah. Alternatif tersebut adalah BMT (baitul maal wal tanwil). Baitul maal merupakan bidang sosial, yang bergerak dalam penggalangan dana zakat, infak, sedekah dan dana-dana sosial lain serta mentasarufkanya untuk kepentingan sosial secara terpola dan berkeseinambungan. Sedangakan Baitul tanwil merupakan bidang bisnis yang menjadi operasional BMT. Bidang tanwil ini bergerak dalam penggalangan dana masyarakat dalam bentuk pembiayaan usaha mikro dengan sistem : jual beli, bagi hasil maupun jasa. Pengembangan sosial BMT, dimaksudkan untuk mampu menjangkau lapisan masyarakat yang paling bawah dan tidak mampu disentuh dengan dana-dana komersil. Dengan zakat, BMT akan mampu memberdayakan kelompok fakir miskin. Kelompok ini perlu didampingi dan diberi modal sebagai rangsangan usahanya. Visi bidang sosial BMT adalah mengantarkan mustahiq (penerima zakat) menjadi muzakki (pembayar zakat). Pengembangan bidang sosial, dimaksudkan untuk lebih menciptakan distribusi kekayaan kepada segenap lapisan masyarakat. Penggalangan dana masyarakat dalam bentuk simpanan tersebut, sesungguhnya diharapkan dapat menampung dana masyarakat serta menyalurkanya kepada lingkungan terdekat. Sehingga hubungan antar anggota masyarakat dapat tercipta sampai pada masalah ekonomi. Dana yang selama ini hanya disimpan dibawah bantal, atau diparkir di bank, yang sulit diharapkan untuk dipinjamkan kepada kelompok mikro, sedikit demi sedikit diharapkan dapat

terdistribusi kepada BMT, sehingga BMT lebih cepat berkembang dan usaha mikro yang dibiayai semakin banyak. Pinbuk, sebagai lembaga swadaya masyarakat memiliki komitmen yang tinggi dalam menumbuh kembangkan dan mendampingi berdirinya BMT. Pendampingan ini menyangkut berbagai aspek. Aspek pengembangan SDM dan penguatan sistem manajemen ditangani oleh PT. PMK (Pinbuk Manajemen Konsulindo) sedangkan sistem teknologinya ditangani oleh PT. Ussi Prima. Kedua lembaga ini berpusat di Jakarta dan memiliki jaringan sampai propinsi yang ada BMTnya. Sehingga akan terjadi keseimbangan antara sistem yang dengan teknologi yang akan digunakan. Dengan terbentuknya kombinasi sistem dengan teknologi maka akan berdampak dengan sistem kualitas pelayan dalam BMT. Dalam pelayanannya BMT dituntut harus mengedepankan kualitas dan kuantitas serta kepuasan para nasabahnya, Sehingga akan terjadi kemajuan dalam kualitas pelayanan terhadap nasabah dan akan memberikan dampak yang positif terhadap kelangsungan BMT. Karena dengan terciptanya kualitas yang bagus serta ditunjang dengan kuantitas yang baik maka BMT akan dapat diperhitungkan di level nasional sebagai lembaga keuangan yang mandiri dan dapat mengangkat perekonomian masyarakat. merupakan sebagai salah satu faktor yang membuat kemajuan lembaga keuangan ini atau BMT dapat bersaing ditengah kompetisi dari lembaga keuangan lain.

B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka timbul permasalahan: 1. Apakah pelayanan yang diberikan BMT KUBE Karanganyar mempengaruhi kepuasan nasabah? 2. Apakah unsur pelayanan yang paling berpengaruh terhadap kepuasan nasabah? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui dan menganalisa apakah pelayanan yang diberikan BMT KUBE Karanganyar dapat mempengaruhi kepuasan nasabah. 2. Untuk mengetahui apakah unsur pelayanan yang paling berpengaruh terhadap kepuasan nasabah. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain: 1. Secara teoritik diharapkan dapat mengetahui sejauh mana teori-teori yang ada dapat diterapkan di lapangan atau dunia sesungguhnya. 2. Secara praktis penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi BMT KUBE yang berguna untuk perbaikan dan peningkatan kinerja terhadap pelayanan yang akan dilakukan di masa datang.

E. SISTEMATIKA PENULISAN Untuk mempermudah dan memberikan gambaran yang jelas mengenai kerangka skripsi ini, maka akan penulis mengemukakan sistematika penulisan yang tersusun dalam bab-bab yang masing-masing berisi sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Dalam Bab I ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian yang mencakup tentang kualitas pelayanan dalam BMT sehingga akan dapat diketahui gambaran tentang permasalahan yang akan dibahas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam Bab II ini memuat teori-teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, tinjauan terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang terkait, perumusan hipotesis, model penelitian dan merupakan penjabaran dari kerangka teoritik yang terdapat pada usulan penelitian dan memuat materi-matei yang dikumpulkan dan dipilih dari berbagai sumber tertulis yang dipakai sebagai bahan acuan dalam pembahasan atas sebuah toik permasalahan yang dikumpulkan. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam Bab III ini memuat jenis penelitian, populasi dan sampel, jenis dan tehnik pengambilan data, definisi operasional variabel, dan alat analisis yang digunakan sehingga dapat diketahui metode apa yang digunakan dalam penulisan ini.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam Bab IV ini berisi tentang gambaran umum subyek penelitian, hasil analisis data dan pembahasannya, pembuktian hipotesis, serta jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang lebih disebutkan dalam peumusan masalah. BAB V PENUTUP Bab ini berisi simpulan dari serangkaian pembahasan skripsi, keterbatasan dan kendala-kendala dalam penelitian, serta saran-saran yang perlu untuk disampaikan baik untuk obyek penelitian maupun untuk penelitian berikutnya.