III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software, membuat jaringan agar komputer satu dengan yang lainnya terhubung, dan akhirnya menghubungkan koneksi internet ke jaringan tersebut, maka jadilah warnet. Cara mengelolanya juga tidak diperlukan orang-orang yang mempunyai skill tinggi. Semua orang bisa melakukannya asalkan dia mengerti komputer. Selain dari kemudahan-kemudahan tersebut, trend teknologi yang semakin berkembang juga mempunyai andil besar dalam pembentukan pasar dari usaha warnet. Komunikasi dan informasi tiada batas itulah yang ditawarkan internet. Dua hal yang dibutuhkan suatu peradaban untuk maju, jika tidak mau tertinggal dari peradaban lain. Inilah yang menyebabkan semakin banyak masyarakat yang menjadi pengguna internet. Artinya, semakin banyak pula yang membutuhkan warnet. Semakin banyaknya usaha warnet membuat persaingan semakin ketat. Untuk itu, para pengusaha warnet dituntut lebih kreatif dan memberikan pelayanan yang lebih agar pelanggan tetap merasa puas. Dengan begitu tidak perlu untuk menurunkan harga, namun dituntut untuk menambah nilai tersendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usaha yang telah dijalankan Warnet Yo Net yang berada di Cibinong, Kabupaten Bogor. Analisis kelayakan yang akan dilakukan dengan menganalisa aspekaspek kelayakan usaha seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek finansial, aspek manajemen dan aspek sosial. Dari aspek finansial dilakukan analisis mengenai NPV, Net B/C, IRR, PP, dan analisis switching value dari usaha warnet ini. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pedoman bagi Warnet Yo Net untuk melakukan usahanya. Apabila hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengusahaan ini layak dilakukan maka akan dilanjutkan. Sedangkan apabila dari hasil analisis kelayakan fiansial tidak
12 layak maka tidak akan dilakukan dan akan menjadi bahan evaluasi bagi Warnet Yo Net. Berdasarkan uraian di atas maka maka gambaran kerangka pemikiran usaha Warnet Yo Net dapat dilihat pada Gambar 1. Usaha Warnet Yo Net Bagaimana analisis kelayakan usaha Warnet Yo Net Adanya persaingan dengan usaha sejenis Analisis Kelayakan Usaha Aspek Non finansial Aspek pasar Aspek teknis Aspek manajemen Aspek sosial NPV Net B/C IRR Payback Period Analisis Sensitivitas Analisis Rugi-laba Layak Tidak Layak Rekomendasi Gambar 1. Diagram alur kerangka penelitian
13 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilakukan di Warnet Yo Net yang beralamatkan di Jalan Mayor Oking No 122, Cibinong, Kabupaten Bogor. Penelitian ini berlangsung dari bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Maret 2010. 3.3. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam membuat penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer dan sekunder yang digunakan adalah data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data primer merupakan data yang diambil atau diperoleh secara langsung melalui hasil dari pengamatan di lapang, dan wawancara. dengan pihak Warnet Yo Net. Data sekunder merupakan dokumen-dokumen tertulis yang diperoleh dari Warnet Yo Net, lembaga-lembaga yang terkait dan studi pustaka. 3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis secara kualitatif adalah menganalisis kelayakan usaha Warnet Yo Net dilihat dari aspek manajemen usaha. Metode analisis secara kuantitatif dilakukan dengan cara menghitung kelayakan usaha ini dari aspek pemasaran, aspek teknik dan aspek finansialnya, dengan menghitung Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit/Cost, Break even Point (BEP), Payback Periode (PBP) dan analisis sensitivitas. Alat bantu yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah Microsoft Excel. 1 Aspek Pemasaran Pada aspek pemasaran, pengkajian dengan menganalisis permintaan, penawaran, harga, peluang pasar, program pemasaran dan juga kebijakan bauran pemasaran, serta pesaing dan prediksi penjualan yang akan dilakukan. 2 Aspek Keuangan Analisis aliran kas atau cash flow mencakup kriteria kelayakan usaha yang terdiri dari analisis NPV (Net Present Value), analisis manfaat biaya bersih atau Net B/C (Net Benefit-Cost),
14 analisis IRR (Internal Rate of Return), dan analisis PP (Payback Period). a. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) adalah manfaat bersih yang diterima perusahaan selama umur proyek. NPV dapat diartikan sebagai nilai selisih present value antara nilai investasi dengan penerimaan arus kas bersih pada masa yang akan datang (Kadariah, 2001). Rumus yang digunakan untuk menghitung NPV adalah : NPV n Bt t t t0 (1 i) t0 (1 i) n Ct... (1) Keterangan : Bt = Penerimaan (benefit) bruto pada tahun ke-t (Rp); Ct = Biaya (cost) bruto (Rp); t = Tahun; n = Umur ekonomis proyek (tahun); i= Tingkat suku bunga atau discount rate yang berlaku (%). Penilaian kelayakan investasi berdasarkan nilai NPV adalah sebagai berikut : 1. NPV > 0, maka usaha tersebut layak atau menguntungkan untuk dilaksanakan. 2. NPV = 0, maka usaha tersebut tidak memperoleh keuntungan dan tidak juga mengalami kerugian (titik impas). 3. NPV < 0, maka usaha tersebut tidak layak atau tidak menguntungkan untuk dilaksanakan. b. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas diharapkan dimasa datang, atau arus penerimaan kas dengan mengeluarkan investasi awal (Umar, 2003). Menurut Gittinger (1986), IRR dapat pula dianggap sebagai tingkat keuntungan atau investasi bersih dari suatu usaha maksimal yang dapat dibayarkan
15 oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan. IRR biasanya dinyatakan dalam persen. Rumus yang digunakan untuk menghitung IRR adalah : NPV1 IRR i1 x( i2 i1 )... (2) NPV1 NPV2 Keterangan : i 1 = Tingkat discount rate yang menghasilkan NPV positif; i 2 = Tingkat discount rate yang menghasilkan NPV negatif; NPV 1 = NPV yang bernilai positif; NPV 2 = NPV yang bernilai negatif. Kriteria kelayakan investasi berdasarkan metode IRR adalah sebagai berikut : 1. Jika IRR > i, maka usaha tersebut layak atau menguntungkan untuk dilaksanakan. 2. Jika IRR = i, maka usaha tersebut tidak memperoleh keuntungan dan tidak juga mengalami kerugian (titik impas). 3. Jika IRR < i, maka usaha tersebut tidak layak atau tidak menguntungkan untuk dilaksanakan. c. Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C) Net benefit cash ratio menunjukkan tingkat besarnya tambahan manfaat pada tambahan biaya sebesar satu satuan. Angka ini merupakan perbandingan antara jumlah NPV positif dengan NPV negatif (Kadariah, 2001). Rumus yang digunakan untuk menghitung Net B/C adalah : NetBC / n t0 n t0 BtCt 1i t 1i BtCt t... (3)
16 Keterangan : Bt = Penerimaan (benefit) sosial bruto pada tahun ke-t (Rp); Ct = Biaya (cost) bruto (Rp); t = Tahun; n = Umur ekonomis proyek (tahun); i = Tingkat suku bunga atau discount rate yang berlaku (%). Kriteria kelayakan investasi berdasarkan nilai Net B/C adalah sebagai berikut : a. Net B/C Ratio > 1, maka usaha tersebut layak atau menguntungkan untuk dilaksanakan karena tiap satu satuan modal akan menghasilkan manfaat bersih yang lebih besar. b. Net B/C Ratio = 1, maka usaha tersebut tidak memperoleh keuntungan dan tidak juga mengalami kerugian (titik impas) karena tiap satuan modal akan menghasilkan manfaat bersih yang sama besar. c. Net B/C Ratio < 1, maka usaha tersebut tidak layak atau tidak menguntungkan untuk dilaksanakan karena tiap satu satuan modal akan menghasilkan manfaat bersih yang lebih kecil. d. Payback Period (PP) Payback Period (PP) merupakan jangka waktu yang diperlukan bagi pelunasan biaya investasi dari manfaat bersih (Kadariah, 2001). PP digunakan untuk menghitung manfaat sekarang dari suatu nilai yang akan datang pada akhir periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas (Gittinger, 1986). Rumus yang digunakan untuk menghitung Payback Period adalah : Keterangan : PP I V /( 1 i)... (4) PP = Waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi; n
17 V = Jumlah modal investasi; I = Manfaat hasil bersih rata-rata per tahun periode. Nilai PP berbanding terbalik dengan nilai NPV. Jika nilai NPV semakin besar, maka menunjukkan waktu pengembalian semakin cepat. Suatu proyek dikatakan layak jika PP lebih kecil dari umur proyek (PP < n). e. BEP BEP atau titik impas adalah suatu keadaan dimana tingkat produksi atau besarnya pendapatan sama dengan besarnya pengeluaran pada suatu proyek, sehingga pada keadaan tersebut usaha tidak mendapatkan keuntungan dan tidak mengalami kerugian. f. PBP PBP digunakan untuk memperkirakan lama waktu yang dibutuhkan usaha untuk mengembalikan investasi dan modal kerja yang ditanam. Nilai PBP yang lebih pendek dari jangka waktu usaha menyatakan layak usaha, sedangkan apabila nilai PBP lebih tinggi dari jangka waktu yang ditetapkan maka usaha yang dijalankan tidak layak. g. Analisis sensitivitas Analisis sensitivitas dimaksudkan untuk menguji seberapa jauh proyek yang dilaksanakan sensitif terhadap perubahan dari hargaharga input dan output, kesalahan estimasi dalam pembangunan fisik dan keperluan sarana operasional atau kelemahan estimasi hasil produksi. 3 Aspek Teknis Aspek teknis dinilai dengan cara menganalisis segi pembangunan dan segi implementasinya, yaitu dengan dengan mengetahui rancangan penaksiran biaya investasi awal dari usaha ini. Hal-hal yang dianalisis adalah :
18 a Lokasi berdirinya usaha b Peralatan dan fasilitas produksi c. Proses produksi 4 Aspek Manajemen Aspek ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembangunan dan implementasi usaha dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan. Hal yang dianalisis pada aspek manajemen adalah manajemen dalam operasi seperti bentuk organisasi, kebutuhan sumber daya manusia atau tenaga kerja, sistem penggajian, rekruitmen, sanksi-sanksi sampai dengan pemecatan tenaga kerja. 5 Aspek Dampak Usaha Menganalisis dampak dari usaha terhadap lingkungan sekitar, jika banyak manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dan lingkungan, maka pendirian usaha tersebut memiliki dampak yang baik, sehingga dapat dinyatakan layak apabila didirikan. Namun, bila yang terjadi sebaliknya, manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dan lingkungan sedikit atau tidak ada, maka usaha tersebut dinyatakan tidak layak.