mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai individu yang berada pada rentang usia tahun (Kemenkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan reproduksi remaja (Kemenkes RI, 2015). reproduksi. Perilaku seks berisiko antara lain seks pranikah yang

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs) sebagai road map atau arah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB I PENDAHULUAN. masih tergolong tinggi, meskipun terjadi penurunan signifikan di beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

BAB I PENDAHULUAN. kematian anak. Derajat kesehatan suatu negara dapat diukur dari berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa dan relatif belum mancapai tahap kematangan mental sosial

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA. By : Basyariah Lubis, SST, MKes

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia merupakan remaja berumur tahun dan sekitar 900

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN. muda). Diantaranya adalah keguguran,persalinan premature, BBLR, kelainan

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah pada seorang wanita

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. Tri Lestari Octavianti,2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA NEGERI 1 KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. instrumental. Orang menghargai kesehatan karena kesehatan ikut mendasari

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. remaja putri berusia <20 tahun. Kehamilan tersebut dapat disebabkan oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. di Nigeria (79%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%) (WHO,

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang

Peningkatan Pengetahuan Remaja dan Pemuda tentang Kesehatan Reproduksi dan Hubungannya dengan Lingkungan Sosial di Palangka Raya ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang

KATA PENGANTAR. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terselesaikan hingga sekarang. Pada tahun 2013 Wolrd Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. (tetapi tidak dengan anak laki-laki) yang masih muda. Usia muda menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Program For Appropriate Technology in Health (PATH, 2000)

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per

MASALAH KEBIDANAN DI KOMUNITAS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Aspek biopsikososial higiene...irmatri Ariyani, FKM UI, 2009

Policy Brief Determinan Kehamilan Remaja di Indonesia (Analisis SDKI 2012) Oleh: Nanda Wahyudhi

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN. and Development (ICPD) di Kairo (1994), adalah tentang seksual dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah remaja, dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada di antara fase anak

BAB I PENDAHULUAN. populasi yang terbesar dari penduduk dunia. Sekitar seperlima penduduk dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berencana Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan Program Making

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tahun untuk pria (BKKBN, 2011). Penyebab terjadinya

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki jumlah remaja sebesar 43,5 juta jiwa (usia 10-

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia. Pada masa remaja tersebut terjadi suatu perubahan organ-organ fisik (organobiologik) secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental emosional). Terjadinya perubahan besar ini umumnya membingungkan remaja yang mengalaminya. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem reproduksi, merupakan suatu bagian penting dalam kehidupan remaja sehingga diperlukan perhatian khusus, karena bila timbul dorongandorongan seksual yang tidak sehat akan menimbulkan perilaku seksual yang tidak bertanggungjawab (Widyastuti, 2009). Menurut Notoatmodjo (2007), adanya perubahan sosial yang dialami remaja akan membawa remaja menjadi lebih dekat dengan teman sebayanya daripada orang tuanya sendiri. Kurangnya pengetahuan yang didapat dari orang tua dan sekolah mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau lingkungan bermainnya yang bisa saja pengetahuan tersebut salah, Sehingga muncullah mitos mitos di seputar seksualitas, sebuah informasi yang belum pasti kebenarannya, namun sudah terlanjur dipercaya oleh remaja, salah satunya adalah

mitos hubungan seks sekali tidak membuat hamil, sehingga dari mitos inilah angka kehamilan yang tidak dikehendaki (KTD) terjadi. KTD merupakan salah satu akibat dari perilaku seksual remaja. KTD membawa remaja pada dua pilihan, melanjutkan kehamilan atau menggugurkannya. Banyak remaja putri yang mengalami KTD terus melanjutkan kehamilannya, sehingga remaja tersebut harus menjalani kehamilannya pada usia yang masih terlalu muda dan belum matang secara fisik dan psikologis. Konsekuensi dari keputusan yang diambil oleh remaja itu adalah melahirkan anak yang dikandung dalam usia relatif muda. Menurut World Health Organization (WHO) (2012), kehamilan usia muda atau kehamilan remaja adalah kehamilan pada wanita berusia 10 19 tahun, namun beberapa statistik yang membandingkan kejadian antar negara sering memberikan patokan pada kehamilan remaja yaitu remaja yang berusia 15-19 tahun. Berdasarkan laporan WHO (2012), pada tahun 2008, ada 16 juta kelahiran dari ibu yang berusia 15-19 tahun, yang mewakili 11% dari seluruh kelahiran yang ada di dunia. Sekitar 95% dari kelahiran terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. The World Bank (2010), juga mencatat laporan dari Millennium Development Goals (MDGs) (2010), dimana tingkat kelahiran remaja usia 15 19 tahun adalah 53 per 1000 kelahiran. Di Indonesia, berdasarkan data The World Bank (2010) yang mencatat laporan dari MDGs (2010), dimana tingkat kelahiran remaja usia 15 19 tahun adalah 43 per 1000 kelahiran. Menurut SDKI (Survei Demografi Kesehatan Indonesia) (2007), menunjukkan 9 persen 1000 kelahiran adalah di usia remaja,dan berdasarkan laporan RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) (2010), juga menunjukkan bahwa perempuan yang pernah hamil pada

umur 10 14 sebanyak 0,5 per 1000 perempuan, dan pada umur 15 19 sebanyak 77,1 per 1000 perempuan. Menurut laporan Organisasi Badan Dunia Bidang Kependudukan (United Nation Population Fund, UNPFA, 2000) 1 dari 6 penduduk dunia adalah remaja yang 85% hidup di negara berkembang yang rata-rata sudah aktif seksual, sebagiannya sudah menikah sehingga menimbulkan tantangan resiko masalah kesehatan reproduksi seperti kehamilan, aborsi yang tidak aman, penyakit menular seksual (PMS) dan HIV/AIDS. Setiap tahun ± 15 juta remaja (15-19 tahun) melahirkan, 4 juta aborsi, hampir 100 juta menderita PMS yang dapat disembuhkan, ± 7.000 remaja terinfeksi HIV/hari, hal ini dipengaruhi oleh tuntutan kawin muda dan hubungan seksual, akses pendidikan dan pekerjaan terbatas, ketidaksetaraan gender, kekerasan seksual, pengaruh media massa dan gaya hidup popular. Angka konsepsi pada masa remaja di bawah usia 20 tahun di seluruh Negara Eropa lebih rendah dibandingkan dengan Negara Inggris Raya yaitu empat kali besar dari pada Negara Perancis dan tujuh kali lipat lebih besar dari Belanda (Andrews G, 2009). Data Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) 2011 menunjukkan bahwa sebanyak 7% populasi remaja di Indonesia mengaku pernah berhubungan seks. Dari 7% remaja yang pernah berhubungan seks tersebut, 85% diantaranya mengaku tidak menggunakan kondom pada hubungan seks terakhir (Kemenkes RI, 2011a). Menurut data Riset Kesehatan Daerah (RISKESDA) tahun 2010 ditemukan sejumlah 63.048 remaja (lakilaki dan perempuan) dengan status belum menikah 86,7%. Dari status yang belum menikah (86,7%) menjawab laki-laki pernah melakukan hubungan seksual 3,0% sedangkan perempuan 1,1%. Usia menikah: umur 10-14 tahun 4,8% dan usia 15-19 tahun 41,9%. Hal ini

berarti prilaku seksual sebelum menikah sudah mulai terjadi pada usia yang sangat muda (Kemenkes RI, 2011b). Kehamilan remaja membawa dan meningkatkan risiko yang merugikan sehingga memberi dampak pada kesehatan ibu dan bayinya. Secara global, remaja berkontribusi 23 persen dari beban penyakit yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan. Kematian remaja berusia 10 14 tahun akibat hamil dan melahirkan lebih besar 5 kali dari kematian wanita dewasa yang hamil dan melahirkan dan kondisi ibu adalah penyebab utama dari kematian wanita usia 15 19 tahun. Risiko angka kematian dan angka kesakitan bayi yang lahir dari kehamilan remaja, 50 100 persen dalam bulan pertama kelahiran, lebih tinggi dibandingkan bayi yang lahir dari ibu dewasa (Kennedy et al, 2011). Menurut data BPS, BKKBN, DEPKES RI, dan Macro Internasional, 2008, yang mencatat SDKI tahun 2007, anak yang lahir dari ibu yang berusia muda meningkatkan risiko kesakitan dan kematian. SDKI mencatat jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) 228/100.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi (AKB) 34/1000 KH dan Angka Kematian Neonatus (AKN) 19/1000 kelahiran hidup, hal ini masih jauh dari target MDGs tahun 2015 dimana AKI dan AKB di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya. Menurut profil kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2011 ditemukan AKI 226/100.000 KH dan proporsi kematian bayi mencapai 43% dari seluruh kematian balita, artinya kematian pada usia 1 bulan sampai 12 bulan (bayi) memberi kontribusi 43% terhadap total kematian balita. Angka ini jauh di bawah angka nasional dan provinsi sehingga angka ini belum dapat dijadikan standar, karena kemungkinan masih banyak kematian yang tidak terlaporkan. Salah satu penyebab terjadinya kematian pada bayi dan balita adalah faktor ibu

yang hamil pada usia di bawah 20 tahun, kekurangmampuan ibu dalam melakukan perawatan bayi dengan baik dan benar, serta banyak yang mengalami masalah psikologis seperti depresi. Kecamatan Karang Baru merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Tamiang dengan jumlah kasus kehamilan remaja paling tinggi dibanding kecamatan lainnya. Berdasarkan data Puskesmas Karang Baru bahwa selama tahun 2012 jumlah ibu hamil yang berusia <20 tahun berjumlah 120 orang (34%) dari 354 orang ibu hamil yang ada di wilayah tersebut. Sebanyak 38 orang (32%) ibu hamil usia <20 tahun diantaranya adalah hamil di luar nikah. Studi pendahuluan yang penulis lakukan dengan mewawancarai 10 orang ibu hamil usia <20 tahun baik yang hamil di luar nikah maupun hamil setelah menikah menyatakan bahwa mereka mempunyai beban psikologis selama masa kehamilan seperti belum siap menerima kehamilan, belum siap menjadi seorang ibu, khawatir melahirkan tidak normal, takut mengalami komplikasi kehamilan, khawatir terjadi perubahan fisiologis, emosi masih labil, khawatir anak lahir prematur atau cacat, khawatir dalam melakukan berhubungan seksual, ketidaktahuan melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan (antenatal care/anc), cemas terhadap pandangan masyarakat terhadap kehamilannya, dan kurangnya dukungan keluarga. Menurut Unicef (2008), faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kehamilan remaja meliputi tradisi yang mengarah pada pernikahan dini (negara berkembang), perilaku seksual remaja yang juga dapat dipengaruhi oleh alkohol dan obat-obatan, kurangnya pendidikan dan informasi mengenai kesehatan seksual reproduksi. terutama dari orang tua, tekanan teman sebaya untuk terlibat dalam aktivitas seksual, kurangnya akses ke alat-alat yang mencegah

kehamilan sehingga dapat menyebabkan penggunaan kontrasepsi yang tidak tepat, pelecehan seksual yang mengarah untuk pada pemerkosaan, kemiskinan, kekerasan dan pelecehan yang terjadi dalam rumah tangga, harga diri rendah, rendahnya kemampuan untuk mewujudkan tidak punya ambisi dan tujuan dalam hal pendidikan. Tingginya angka perkawinan di usia muda < 20 tahun dan banyak hal yang dapat mendorong remaja untuk melakukan hubungan seksual pranikah yang berdampak terhadap terjadinya kehamilan di usia muda, hal tersebut merupakan salah satu penyebab tidak langsung kematian ibu pada masa kehamilan. Selain itu, kehamilan usia muda adalah kehamilan yang pada hakekatnya kurang mempunyai persiapan atau kematangan baik secara biologis, psikologis maupun sosial ekonomi. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik meneliti dengan judul penelitian Analisis Faktor yang Memengaruhi Hamil Usia Dini di Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013. 1.2. Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang di atas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang memengaruhi hamil usia dini di Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2013. 1.3. Tujuan Penelitian Untuk menganalisis faktor yang memengaruhi hamil usia dini di Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2013. 1.4. Hipotesis

Ada pengaruh faktor yang sudah dianalisis terhadap hamil usia dini di Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2013. 1.5. Manfaat Penelitian Dengan diketahuinya faktor yang memengaruhi kehamilan usia dini maka dapat dijadikan sebagai kebijakan dalam mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja yang ada di daerah Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang.