Konferensi Pers Presiden RI tentang RUU Keistimewaan DIY, di Istana Negara, Jakarta, Kamis, 02 Desember 2010

dokumen-dokumen yang mirip
Sambutan Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, 29 Juli 2010 Kamis, 29 Juli 2010

Sambutan Presiden RI pada Pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY, Yogyakarta, 10 Oktober 2012 Rabu, 10 Oktober 2012

Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna Bidang Kesra, 18 Feb 2010 di Kantor Kepresidenan Kamis, 18 Pebruari 2010

Sambutan Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, 12 April 2011 Selasa, 12 April 2011

Sambutan Presiden RI pd Peringatan Hari Otonomi Daerah XVIII, di Jakarta, tgl. 25 April 2014 Jumat, 25 April 2014

keterangan Pers Presiden RI pada Pertemuan dengan Pimpinan Lembaga Negara, Jakarta, 4 Agustus 2011 Kamis, 04 Agustus 2011

Pengantar Presiden RI pada Silaturahim Presiden dg Pimp. Lembaga Negara tgl. 13 Nov 2013, di Jakarta Rabu, 13 November 2013

Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, di Kantor Presiden, tanggal 1 April 2014 Selasa, 01 April 2014

Sambutan Presiden RI pd Pembukaan Kongres XXI PGRI dan Guru Indonesia 2013, 3 Juli 2013, di Jakarta Rabu, 03 Juli 2013

Pengarahan Presiden RI pada Sidang Kabinet Terbatas, Jakarta, 10 Januari 2013 Kamis, 10 Januari 2013

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Hari Konstitusi dan HUT MPR RI Ke-66, Jakarta, 18 Agustus 2011 Kamis, 18 Agustus 2011

Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Rapat Kerja Kejaksaan Agung RI, Jakarta, Senin, 13 Desember 2010

Pengantar Presiden RI pada Rapat Koordinasi Bid. Pertahanan, Jakarta, 9 Agustus 2012 Kamis, 09 Agustus 2012

Sambutan Presiden RI pada Silaturahmi Kel. Besar Persatuan Tuna Netra Indonesia, Jumat, 03 Juli 2009

Sambutan Presiden RI Pd Hari Guru Nasional dan HUT PGRI tgl 26 Nov 2013, di Jakarta Selasa, 26 November 2013

Keterangan Pers Presiden RI tentang Penegakan Hukum dan Pemberantasan Korupsi, Jumat, 26 Juni 2009

Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, di Jakarta, Tgl. 5 Sept 2014 Jumat, 05 September 2014

Keterangan Pers Bersama, Presiden RI dan Ketua DPR RI, Pertemuan Konsul.., Jakarta, 22 Februari 2016 Senin, 22 Pebruari 2016

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Puncak Hari Koperasi Nasional Ke-66, di NTB, 12 Juli 2013 Jumat, 12 Juli 2013

Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, di Jakarta, Tgl. 17 April 2014 Kamis, 17 April 2014

Keterangan Pers Presiden RI Mengenai RUU Ttg Desa, tgl 18 Des 2013, di Kantor Presiden, Jakarta Rabu, 18 Desember 2013

Sambutan Presiden RI Pd Strategi Nasional Literasi Keuangan, tgl 19 Nov. 2013, di JCC Selasa, 19 November 2013

Konferensi Pers Presiden RI Tentang Kasus Hukum Ketua MK, tgl 5 Okt 2013, di Jakarta Sabtu, 05 Oktober 2013

PIDATO KETUA DPR-RI PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI KE-3 MASA SIDANG II TAHUN SIDANG KAMIS, 1 OKTOBER 2009

Sabutan Presiden RI pada Peresmian Program Strategis Pertahanan, 15 Januari 2010 Jumat, 15 Januari 2010

Pengantar Presiden RI pada Rapat Terbatas Bidang Polhukam, di Cipanas, Tgl. 30 Mei 2014 Jumat, 30 Mei 2014

BAB I PENDAHULUAN. pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyikapi RUU. tentang Keistimewaan Yogyakarta. Kurang lebih

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Rusunawa Kabil, Batam, 27 April 2012 Jumat, 27 April 2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 135/PUU-XIII/2015

Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010

Sambutan Pengantar Presiden RI pada Dialog dengan LSM Pegiat Anti Korupsi, Jakarta, 25 Januari 2012 Rabu, 25 Januari 2012

DIY DALAM KONTEKS NKRI, OTDA DAN DEMOKRASI

Sambutan Presiden RI pada Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, Jakarta, 7 November 2012 Rabu, 07 November 2012

Keterangan Pers Presiden RI Mengenai Perpu Ttg MK, tgl 18 Des 2013, di TMII, Jakarta Rabu, 18 Desember 2013

Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Konferensi ke-7 Hakim Mahkamah Konstitusi Asia, 13 Juli 2010 Selasa, 13 Juli 2010

PENGUMUMAN RESHUFFLE KABINET TERBATAS

Pengarahan Presiden RI pada Sidang Kabinet Terbatas, Jakarta, 2 Februari 2012 Kamis, 02 Pebruari 2012

Sambutan Presiden RI pada Silaturahmi dengan Pasukan Paskibraka, Selasa, 18 Agustus 2009

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Sambutan Presiden RI pada Buka Puasa Bersama dengan Pimpinan Lembaga Negara, Jakarta, 3 Agustus 2011 Rabu, 03 Agustus 2011

Sambutan Presiden RI pd Peringatan Puncak Hari Anak Nasional 2014, di Jakarta, tgl.6 Agt 2014 Rabu, 06 Agustus 2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XIV/2016

Keterangan Pers Presiden RI pasca penetapan APBN-P 2012, Jakarta, 31 Maret 2012 Sabtu, 31 Maret 2012

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Qur'an 1433 H, Jakarta, 7 Agustus 2012 Selasa, 07 Agustus 2012

JAKARTA, 11 Juli 2007

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia, Cengkareng, 28 November 2012 Rabu, 28 November 2012

Sambutan Presiden RI pada Acara Peringatan Hari Pers Nasional, Jambi, 9 Februari 2012 Kamis, 09 Pebruari 2012

Pengantar Presiden RI pada Sidkab Menghadapi Puasa dan Idul Fitri, Jakarta, 8 Juli 2013 Senin, 08 Juli 2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 68/PUU-XIV/2016

RINGKASAN PUTUSAN.

Keterangan Pers Presiden RI Mengenai Pengumuman Calon Menkes dan Wamen ESDM, Bogor, 13 Juni 2012 Rabu, 13 Juni 2012

Arahan Presiden RI pd Peninjauan Korban Gunung Sinabung, Tgl 23 Jan 2014, di Sumut Kamis, 23 Januari 2014

Sambutan Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna Bidang Polhukam, 31 Agustus 2010 Selasa, 31 Agustus 2010

Wejangan Presiden RI pada Lomba Cipta Seni Anak-anak Nasional, tgl. 7 Juli 2013, di Istana Cipanas Minggu, 07 Juli 2013

Sambutan Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripruna, Jakarta, 27 Oktober 2011 Kamis, 27 Oktober 2011

Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Terbatas Penyelenggaraan Ibadah Haji, 13 Juli 2010 Selasa, 13 Juli 2010

Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Kongres Kepala Desa dan Perangkat Desa Seluruh Indonesia, Senin, 08 Juni 2009

Sambutan Pengantar Presiden RI pada Acara Sidang Kabinet Paripurna, Jakarta, 18 Januari 2012 Rabu, 18 Januari 2012

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 42/PUU-XIV/2016 Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubenur Daerah Istimewa Yogyakarta

Konpers Presiden RI menanggapi Perbedaan Pandangan Simulator SIM Polri, Jakarta, 8 Oktober 2012 Senin, 08 Oktober 2012

KETERANGAN PERS PRESIDEN RI SETELAH SIDANG KABINET TERBATAS DI KANTOR KEPRESIDENAN, Senin, 12 Januari 2009

Pengantar Presiden RI pada acara Laporan Hasil Pemeriksaan LKPP, Jakarta, 12 Juni 2013 Rabu, 12 Juni 2013

UTSAWA DHARMA GITA TAHUN 2008, DI ISTANA NEGARA, JAKARTA, 8 AGUSTUS 2008

Sambutan Presiden RI pada Sidang Paripurna I Dewan Energi Nasional, Jakarta, 7 Maret 2012 Rabu, 07 Maret 2012

Sambutan Presiden RI pd Peringatan Hari Anak Nasional Tahun 2013, tgl.23 Juli 2013, di Jakarta Selasa, 23 Juli 2013

Sambutan Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, 2 September 2010 Kamis, 02 September 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 51/PUU-XIV/2016 Hak Konstitusional untuk Dipilih Menjadi Kepala Daerah di Provinsi Aceh

Sambutan Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Terbatas, Jakarta, 7 April 2011 Kamis, 07 April 2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 139/PUU-XII/2014

Selasa, 17 November 2009 HUBUNGAN NEGARA HUKUM DAN DEMOKRASI

Sambutan Presiden RI pada Tasyakuran Hari Lahir PMII ke-49 di Jakarta, Kamis, 28 Mei 2009

Disampaikan oleh: Drs. Ali Mochtar Ngabalin, Msi. - Anggota No.A- 12

Keterangan Pers Presiden RI setelah Ratas Ttg Implementasi JKN dan Insentif Dr, Tgl. 6 Jan 2014, Jkt Senin, 06 Januari 2014

PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI BINTANG REFORMASI TERHADAP RANCANGAN UNDANG - UNDANG

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

Sambutan Pengantar Presiden RI pada Rapat Kabinet Terbatas Bidang Polhukam dan Kesra, Selasa, 16 November 2010

PANDANGAN AKHIR FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR-RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PARTAI POLITIK

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Pidato Bung Karno 1 Juni 1945, Jakarta, 1 Juni 1945 Rabu, 01 Juni 2011

Pengarahan Presiden pada Peninjauan PT. Unilever Indonesia Tbk., Surabaya, 1 Mei 2013 Rabu, 01 Mei 2013

BUPATI KULONPROGO SAMBUTAN PADA ACARA MALAM RENUNGAN MENYONGSONG PERINGATAN HARI JADI KE 61 KABUPATEN KULONPROGO Wates, 14 Oktober 2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014

SAMBUTAN PENJABAT GUBERNUR SULAWESI TENGAH PADA UPACARA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KE-47 PROVINSI SULAWESI TENGAH RABU, 13 APRIL 2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-XI/2013

Keterangan Pers Presiden RI Seusai Buka Puasa Bersama 5000 Anak Yatim, 21 Juli 2013, di Jakarta Minggu, 21 Juli 2013

BUPATI KULONPROGO Sambutan Pada Acara PENERIMAAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR RI DI KABUPATEN KULONPROGO. Wates, 11 Maret 2011

Pidato Presiden Tentang Proses Hukum Bibit-Chandra

Sambutan Presiden RI Pd Peresmian BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, Tgl 31 Des 2013, Bogor Selasa, 31 Desember 2013

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT. dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, REPUBLIK INDONESIA

Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Munas IX GM FKPPI tahun 2012, Jakarta, 24 Februari 2012 Jumat, 24 Pebruari 2012

Sambutan Presiden RI pada Gerakan Pemadaman Listrik Bergilir, NTB, 27 Juli 2010 Selasa, 27 Juli 2010

PERTAMA: UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD, DAN DPRD

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 030/SKLN-IV/2006 DAN PERKARA 031/PUU-IV/2006

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI

Sambutan Presiden RI pd Silaturahim dan Buka Bersama, di Jakarta, tgl. 30 Juni 2014 Senin, 30 Juni 2014

Konpers Presiden RI ttg Kebijakan dan Solusi Penanganan Korban Gn Sinambung, Tgl. 24 Jan 2014, Sumut Jumat, 24 Januari 2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-X/2012

Keterangan Pers Presiden RI Terkait Surat Balasan PM. Australia, 26 Nov 2013, di Kantor Presiden Selasa, 26 November 2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 63/PUU-XI/2013

Transkripsi:

Konferensi Pers Presiden RI tentang RUU Keistimewaan DIY, di Istana Negara, Jakarta, 2-12-2010 Kamis, 02 Desember 2010 KONFERENSI PERS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG RUU KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DI ISTANA NEGARA, JAKARTA TANGGAL 2 DESEMBER 2010 Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam sejahtera untuk kita semua,

Saudara-saudara se-bangsa dan se- tanah air yang saya cintai dan saya banggakan, Dengan terlebih dahulu memohon ridho Allah SWT, pada siang hari ini saya akan menyampaikan penjelasan tentang proses dan substansi Rancangan Undang-Undang tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Penjelasan ini sebagai bagian dari komunikasi saya dengan rakyat Indonesia, termasuk saudara-saudara kita yang ada di Yogyakarta. Beberapa hari terakhir ini, saya mendengar berbagai pendapat, komentar, dan masukan dari masyarakat luas tentang isu Rancangan Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta, baik yang langsung saya terima melalui SMS ataupun telepon, maupun yang saya ikuti dari media massa, baik yang datang dari kalangan masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta maupun dari saudara-saudara kita dari berbagai pelosok tanah air. Baik yang masih relevan dan terkait langsung dengan materi dari RUU itu maupun yang saya rasakan sudah memasuki wilayah politik praktis, dan sesungguhnya tidak terkait langsung dengan substansi pokok. Kalau saya teruskan masukan, komentar, dan rekomendasi itu banyak yang disampaikan secara rasional maupun juga ada yang bernada emosional. Dan, baik itu yang, katakanlah dari kalangan yang sedang diramaikan sekarang ini di masyarakat luas, yang pro atau berpandangan sebaiknya posisi Gubernur dan Wakil Gubernur DIY itu ditetapkan saja. Otomatis ditetapkan sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur, maupun saudara-saudara kita yang berpendapat berbeda, sebaiknya itu dilaksanakan pemilihan secraa demokratis. Meskipun sesungguhnya kalau kita berbicara keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, tidak boleh direduksi hanya seputar posisi dan kekuasaan Gubernur dan Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kalau saya ikuti perdebatan atau diskursus yang terjadi, baik di kalangan akademisi, kalangan pengamat, kalangan politisi, dan bahkan juga di masyarakat luas, itu menyusul penjelasan saya dalam Sidang kabinet Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan tanggak 26 November 2010 yang lalu. Sebagaimana biasanya, Saudara tahu, dalam Sidang Kabinet saya selalu memberikan pengantar, dan di akhir Sidang Kabinet, saya memberikan arahan dan mengambil keputusan yang perlu saya ambil. Setelah saya ikuti, apa yang diramaikan di media massa dewasa ini, baik cetak maupun elektronik, ada yang memang sesuai dengan apa yang saya sampaikan pada tanggal 26 November itu. Tetapi, saya rasakan ada pula yang bergeser atau digeser ke sisi yang lain. Bahkan, seolah-olah ada konflik pribadi antara saya dengan Pak Sultan, Sri Sultan Hamengkubuwono X, Gubenur Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk itu, saya pandang perlu untuk kembali menyampaikan atau mengingatkan kepada rakyat Indonesia apa yang sesungguhnya saya sampaikan pada pengantar Sidang Kabinet tanggal 26 November yang lalu itu. Pengantar saya sesungguhnya cukup singkat, karena memang RUU itu sendiri masih dalam tahap penggoodokan dan pematangan sebelum nantinya kita serahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia utnuk dibahas secara bersama. Kata-kata saya waktu itu adalah berkaitan dengan prestasi yang akan disampaikan oleh Mendagri dalam Sidang Kabinet itu, maka khusus yang mengait kepada Rancangan Undang-Undang Keistimewaan DIY adalah sebagai berikut: kita juga akan mendengarkan nanti Rancangan Undang-Undang Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Ini juga penting untuk segera kita proses bersama Dewan Perwakilan Rakyat. Kehadiran satu undang-undang yang tepat sungguh diperlukan. Berkali-kali, saya menyampaikan posisi dasar pemerintah berkaitan dengan undang-undang tentang kesitimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta atau tentang pemerintahan daerah Istimewa Yogyakarta.

Pertama-tama, pilarnya adalah sistem nasional, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dalam Undang-Undang Dasar kita telah diatur dengan gamblang, termasuk dalam pasal 18. Yang kedua, juga harus sungguh dipahami keistimewaan daerah Istimewa Yogyakarta itu sendiri dari bentangan sejarah, dari aspek-aspek lain yang memang harus kita perlakukan secara khusus, sebagaimana pula yang diatur dalam Undang-Undang Dasar kita, yang harus nampak dalam struktur keistimewaan itu. Namun, yang ketiga, negara kita adalah negara hukum dan negara demokrasi. Oleh karena itu, nilai-nilai demokrasi, democratic values, tidak boleh diabaikan, karena tentu tidak mungkin ada sistem monarki yang bertabrakan, baik dengan konstitusi maupun dengan nilai-nilai demokrasi. Saya yakin akan bisa kita temukan satu pranata yang tiga-tiganya bisa dihadirkan: sistem nasional dan keutuhan NKRI, keistimewaan yang harus kita hormati dan kita junjung tinggi di Yogyakarta, dan kemudian implementasi nilai-nilai demokrasi untuk negeri kita, yang itupun sesungguhnya secara implisit juga terkandung dalam Undang-Undang Dasar 1945. Kalau kita simak apa yang saya sampaikan waktu itu, saya belum mengatakan apakah Gubernur DIY mesti dipilih secara demokratis atau otomatis ditetapkan sebagaimana yang diperdebatkan dengan hangat dewasa ini. Sekali lagi, kepada masyarakat luas, saya persilakan memeriksa, membaca, atau mendengarkan kembali kalau yang punya rekaman pernyataan saya pada tanggal 26 November 2010 itu di hadapan Sidang Kabinet.

Ini kesempatan yang baik bagi saya setelah hari-hari terakhir saya mendengarkan banyak hal, termasuk komentar-komentar yang mulai dari hangat sampai yang panas, yang mengait pada sisi politik praktis. Bahkan, masuk ke saya seolah-olah Presiden SBY menghalang-halangi Pak Sultan untuk menjadi Gubernur kembali di Yogyakarta untuk lima tahun berikutnya lagi setelah masa perpanjangan beliau selesai pada bulan Oktober 2011 mendatang. Kalau menyimak statement seperti ini, nampaknya ada pencampuradukkan antara fakta dengan perkiraan, dan antara sisi politik praktis dengan urusan mencari tatanan atau sistem pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta yang memang bersifat istimewa. Kalau dari sisi politik praktis, tolong dicatat tebal-tebal oleh para insan pers, sebagai Kepala Negara dan sebagai Kepala Pemerintahan di Republik ini, saya berpendapat untuk kepemimpinan dan posisi Gubernur DIY lima tahun mendatang yang terbaik dan yang paling tepat tetap Saudara Sri Sultan Hamengkubuwono X. Ini posisi saya sebagai Presiden. Dan dalam kapasitas saya yang lain, saya meminjam tempat pada forum ini sebagai Ketua Dewan Pembina sebuah partai politik, tentu saya akan mengalirkan pandangan dan pendapat ini sebagai garis politik partai yang saya bina. Jadi, tolong betul-betul dipisahkan apa yang sedang dilakukan oleh pemerintah yang saya pimpin sekarang ini dari sisi politik praktis yang sekarang seolah-olah diangkat sebagai ketidakcocokkan antara saya dengan Sultan.

Rakyat Indonesia yang saya cintai, Apa yang sesungguhnya tengah dipersiapkan oleh pemerintah yang saya pimpin dewasa ini tentu tidak mengait sama sekali kepada sisi politik praktis, sebagaimana yang banyak diangkat dewasa ini. Apalagi hanya direduksi menjadi urusan antara Pak Sultan dengan saya. Bukan. Yang tengah kita pikirkan, kita rancang dan nantinya bersama DPR RI agar kita susun dan kita tetapkan dengan undang-undang adalah keistimewaan Yogyakarta dalam arti yang utuh dan menyeluruh, yang dalam undang-undang dan peraturan yang kita miliki dewasa ini belum diatur secara eksplisit. Jadi, bukan hanya soal kedudukan, kekuasaan, masa jabatan, dan cara pengangkatan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY. Meskipun itu penting, apakah nantinya dipilih secara demokratis atau otomatis langsung ditetapkan dalam proses pembahasan antara DPR RI dan pemerintah yang juga akan mendengarkan pandangan dan masukan dari masyarakat luas. Tetapi sekali lagi, lebih dari itu yang kita maksudkan dengan keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, yang tengah kita pikirkan dan kita wadahi nanti dalam undang-undang mendatang. Misalnya, hal-hal yang berkaitan dengan sisi pemerintahan dan sekaligus tentunya posisi Gubernur dan Wakil Gubernur yang pas dan yang khusus bagi Daerah Istimewa Yogyakarta. Tentang penghormatan, perlakuan khusus, dan peran istimewa bagi pewaris Kesultanan dan Pakualaman secara permanen, selamanya, kita atur sekaligus dalam undang-undang. Tentang hak eksklusif pengelolaan tanah di Yogyakarta, baik yang menjadi ototritas Kesultanan maupun Pakualaman, dan tata ruang khusus pula bagi Daerah Istimewa Yogyakarta. Tentang upaya pelestarian budaya dan warisan sejarah yang harus kita junjung tinggi, dan sejumlah elemen keistimewaan yang lain yang perlu kita kukuhkan agar pasti, agar certain dan berlaku selamanya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Itulah sesungguhnya keistimewaan yang dalam cara pandang pemerintah hendak dirumuskan dan nantinya dibahas bersama-sama DPR RI dalam proses politik dan diatur oleh

Undang-Undang Dasar maupun undang-undang. Pemerintah berpendapat bahwa Undang-Undang tentang Keistimewaan DIY, juga mesti mencakup kepemimpinan, baik yang sedang memimpin sekarang ini, Saudara Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Saudara Sri Paduka Paku Alam IX, termasuk suksesinya nanti jika kedua belua itu berhalangan tetap di masa depan. Undang-undang yang akan kita hadirkan tentu tidak hanya mengatur masa kepemimpinan dan pemerintahan kedua beliau, yaitu Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Sri Paduka Paku Alam IX saja. Tetapi juga mengatur suksesi kepemimpinan yang tentu akan terjadi di kelak kemudian hari. Dengan demikian, undang-undang ini justru berlaku ke depan dan tidak situasional sifatnya. Kita juga tidak ingin, karena tidak diatur dalam undang-undang persoalan suksesi lantas menjadi masalah di kemudian hari. Tetapi satu hal, aturan tentang suksesi ini tentu pemerintah akan mendengar pandangan dan pemikiran dari Pak Sultan Sendiri, dari Pak Pakualam sendiri, beserta kerabat Kesultanan dan Pakualaman yang lain. Beliau-beliaulah yang memiliki otoritas, yang lebih tahu, bagaimana proses, mekanisme, dan kearifan dalam suksesi itu. Semua hal inilah yang ingin kita susun dan tuangkan dalam RUU nanti, mana tatanan yang paling baik dan paling tepat. Baik dan tepat bagi Daerah Istimewa Yogyakarta. Baik dan tepat bagi negara Republik Indonesia karena kita menganut konstitusi dan menganut sistem nasional.

Dari aspek kesejarahan, dalam menyusun RUU DIY ini, pemerintah tentu memahami dimensi kesejarahan Daerah Istimewa Yogyakarta dari masa ke masa, antara lain sejarah bergabungnya Kesultanan dan Pakualaman ke dalam NKRI pada era pemerintahan Presiden Soekarno, pada era almarhum Sri Sultan Hamengkubuwono IX, dan almarhum Sri Paduka Paku Alam VIII. Lantas setelah itu, masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono IX bersama Sri Paduka Paku Alam VIII. Berikutnya masa pemerintahan Sri Paduka Paku Alam VIII sampai dengan tahun 1998. Saya pernah bertugas di Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai bagian dari Muspida waktu itu, dimana Gubernurnya adalah Sri Paduka Pakualam VIII pada tahun 1995. Setelah itu bergeser pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono X yang pertama. Lima tahun pertama beliau 1998-2003. Waktu itu tanpa Wakil Gubernur. Ingat saya persoalan suksesi di Pakualaman belum manifest. Setelah itu, bentangan sejarah berikutnya lagi masuk pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Sri Paduka Paku Alam IX. Pemerintahan Pak Sultan yang kedua, 2003-2008. Di sinilah dulu kita masih ingat ada dinamika politik dengan menjelang berakhirnya masa jabatan ke-2 Pak Sultan. Catatan saya pada tahun 2007 muncul sejumlah perdebatan, bagaimana kelanjutan DIY setelah Pak Sultan memimpin dua periode. Seperti biasa, ada yang mengatakan ya otomatis lanjut saja beliau, ada yang mengatakan perlu aturan baru. Sampai saya punya catatan bahwa tahun 2007, satu tahun sebelum berakhirnya masa jabatan Pak Sultan, ingat saya pada ulang tahun yang ke-61 menyampaikan orasi budaya di depan publik, bahwa beliau tidak bersedia lagi menjadi Gubernur DIY setelah masa jabatannya selesai pada tahun 2008. Beberapa saat kemudian, dalam Pisowanan Agung tanggal 18 April 2007, Pak Sultan kembali menegaskan bahwa beliau tidak ingin menjadi Gubernur lagi. Saya mengikuti dengan seksama. Namun, secara eksplisit walaupun disampaikan di hadapan publik ketidaksediaan Pak Sultan untuk menjadi Gubernur DIY lagi, selaku Presiden Republik Indonesia, dengan mempertimbangkan situasi politik dan psikologi masyarakat DIY, saya mengambil inisiatif untuk memperpanjang masa jabatan Gubernur dan wakil Gubernur DIY selama tiga tahun, dari tahun 2008-2011. Berarti tahun depan, alhamdulillah, kedua beliau bersedia untuk saya perpanjang selama tiga tahun itu. Nah,

Dalam masa perpanjangan tiga tahun inilah sesungguhnya kita ingin dengan jernih memikirkan dan merumuskan undang-undang yang tengah kita godok sekarang ini yang tepat, yang bisa menjawab semuanya. Sehingga posisi pemerintah sekarang ini justru tengah memfinalkan, penggodokan akhir, pematangan, dan RUU ini untuk dalam waktu dekat bisa kami ajukan ke DPR RI dan kemudian kita bahas secara bersama. Saya konsisten sebelum tahun 2009 pada masa Pemilihan Umum 2009 ketika juga dibahas masalah RUU ini, sekarang ini bahwa apapun nanti rumusan dari undang-undang itu janganlah meninggalkan tiga pilar yang mesti kita tegakkan. Saya ulangi lagi, sistem nasional dan NKRI yang semuanya ada dalam Undang-Undang Dasar 1945. Yang kedua, keistimewaan Yogyakarta itu sendiri yang harus nyata dan eksplisit diwadahi. Dan, yang ketiga adalah implementasi dari nilai dan sistem demokrasi. Kalau boleh saya mengelaborasi dan saya mengikuti dinamika yang hangat, yang ada di masyarakat luas baik di Yogyakarta, di Jakarta, maupun di tempat-tempat lain di negeri kita, dari semua elemen penting dari keistimewaan Yogyakarta, yang menjadi perhatian publik dan sekaligus menjadi perdebatan, akhirnya mengarah pada opsi pengangkatan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY. Ada yang berpendapat yang tepat adalah pengangkatan secara otomatis tanpa pemilihan. Itulah istimewanya. Ada yang berpendapat yang lain, tetap pemilihan secara demokratis, tetapi tunjukkan juga keistimewaan bagi Yogyakarta. Mungkin ada alternatif yang lain, ada varian lain yang mungkin belum dibahas. Tetapi kalau kita jujur, apa yang ada di dalam liputan media massa, baik cetak maupun elektronik, ya diskursus atau debat dari dua alternatif itu. Saya

ingin menyampaikan sebagai Kepala Negara, bagi yang berpikir atau berpendapat model pemilihan secara demokratis itu yang paling baik, saya minta Saudara bisa membaca Undang-Undang Dasar Negara kita pasal 18b ayat (1), untuk dimana titik temunya. Pasal 18b ayat (1) dalam Undang-Undang Dasar 1945 dikatakan: "Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang". Silakan carikan titik temunya. Bagi yang berpendapat bahwa yang paling baik model penempatan langsung, otomatis saja ditetapka. Saya berharap temukan pula dengan pasal 18 ayat 4 Undang-Undang Dasar 1945, yang berbunyi: "Gubernur, bupati dan walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis". Silakan bagi kedua alternatif itu cocokkan dengan Undang_undang Dasar kita karena kita tentu tidak ingin merancang undang-undang yang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar. Saya berpendapat, apapun model dan opsi yang dipilih, jangan lupa memberikan hak, peran, dan peluang yang besar kepada para pewaris Kesultanan dan Paku Alaman. Sejarah mengatakan demikian. Keistimewaan Yogyakarta juga bisa kita tarik dari sisi itu, dan yang penting pula bagi pemerintah dan harapan saya juga bagi DPR RI, ketika kelak mulai membahas secara formal, hendaknya sungguh memperhatikan pandangan dan masukan dari berbagai pihak di negeri ini, baik dari kalangan saudara kita di Yogyakarta maupun sekali lagi dari kalangan bangsa Indonesia secara keseluruhan. Tentu, pada saatnya pemerintah akan menentukan posisi tentang ini semua, tentang elemen-elemen mendasar dari keistimewaan Yogyakarta ini, yang akan diajukan ke DPR RI untuk dilaksanakan pembahasan bersama. Tetapi, pada akhirnya nanti, apapun yang menjadi kesepakatan bersama antara DPR RI dan pemerintah, pemerintah akan tunduk, pemerintah akan menghormati, dan pemerintah akan menjalankannya. Itulah hakikat dan makna dari demokrasi. Kewajiban saya sebagai Presiden dan pemerintahan yang saya pimpin sekarang ini justru untuk menjalankan tugas konstitusional dalam penyiapan RUU ini, dengan cara pemerintah menyiapkan RUU ini dengan niat yang baik serta dengan pikiran yang jernih dan rasional. Dan apapun nanti, sekali lagi, yang menjadi pilihan negara, pemerintah akan menghormati, tunduk, dan menjalankannya.

Yang terakhir, pada kesempatan yang baik ini, saya ingin menyampaikan himbauan dan harapan kepada seluruh rakyat Indonesia, termasuk saudara-saudara kami yang ada di Yogyakarta, untuk semuanya kembali tenang serta tetap berpikir dan bertindak jernih. Saya harap semua menghormati proses dan mekanisme pembuatan undang-undang ini. Silakan menyampaikan masukan rekomendasi. Silakan, terbuka. Kalau untuk pemerintah karena Menteri Dalam Negeri adalah yang memiliki otoritas dan yang saya yang memberikan mandat untuk mempersiapkan, menggodok, mematangkan RUU ini, silakan disampaikan kepada Mendagri atau kepada saya sekalipun. Khusus untuk saudara-saudara kami masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta, saya menaruh hormat dan terimalah salam saya. Sebagai Kepala Negara saya sangat menghormati keistimewaan Yogyakarta. Justru undang-undang yang tengah kita rancang ini untuk menghormati saudara semua, warga Daerah Istimewa Yogyakarta, untuk memberikan kepastian dan mewadahi keistimewaan yogyakarta dalam undang-undang yang akan kita keluarkan. Dan secara khusus pula, saya ingin bersama-sama menyelesaikan masalah ini dengan baik. Dan atas musibah bencana Gunung Merapi kemarin, saya juga tetap ingin memastikan dengan kebersamaan kita pemerintah pusat, pemerintah DIY, masyarakat luas agar langkah-langkah rehabilitasi dan rekonstruksi pasca letusan Gunung Merapi dapat kita laksanakan dengan baik. Itulah, yang ingin saya sampaikan pada kesemaptan yang baik ini. Dan, sekali lagi, pemerintah akan menjalankan tugas dan kewajibannya memfinalkan RUU ini dan kemudian akan kita serahkan kepada DPR RI untuk dilakukan pembahasan secara bersama. Terima kasih, Saudara-saudara.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.