RINDU 01 Gadis Itu Kupanggil Nanda Nanda harusnya sudah pulang, ini bukan sore lagi. Matahari sudah terbenam beberapa jam yang lalu. Bibi Ranti sudah berkali-kali menelpon, dia sangat khawatir tentang kepoanakannya yang belum juga memberi kabar. Berita penyerbuan sekolompok orang yang memaksa masuk ke dalam kampus UI tempat Nanda kuliah yang ia saksikan di televisi membuatnya sangat terkejut. Hati dan pikirannya tidak tenang. Sejak sejam yang lalu ia bersikeras untuk ke kampus memastikan keadaan Nanda. Tapi Arman tidak mengizinkannya. Bi Ranti harus menunggu lelaki itu, ayah dari anaknya. Pa.. mama mau ke kampus, jemput Nanda Jangan ma!, tunggu papa pulang, di luar sedang tidak aman Mereka akan pergi ke kampus bersama, keadaan di kota Depok sedang kacau. Dimana-mana banyak masa yang berdemo dan parahnya lagi banyak dari mereka yang anarkis. Pihak kepolisian mengerahkan seluruh pasukan untuk mengamankan keadaan kota, Arman tidak bisa membiarkan bi Ranti pergi sendirian. Bi... Nanda baik-baik saja... maaf tadi tas Nanda ketinggalan didalam kelas saat kami berlarian keluar suaranya lembut dan tenang.
Sayang kamu tidak apa-apa kan? Kamu dimana?, Bibi jemput sekarang ya!! Panik, suaranya hampir hilang. Kita di Perpus bi, masih di dalam kampus, tapi sudah aman sekarang. Bibi tenang saja yah, Nanda baikbaik Jelasnya menenangkan bi Ranti yang baru bisa legah setelah mendapat kabar darinya. Ranti menelpon Virha, ibu Nanda. Menyampaikan keadaan putrinya itu. Virha tidak kala paniknya, sampaisampai ia telah memesan tiket pesawat yang akan terbang subuh ke Jakarta. Aksi protes mahasiswa terhadap kekerasan yang dilakukan salah satu ormas didepan kampus Nanda berujung pada penyerangan sekelompok orang bersenjata yang tidak diketahui. Para pelaku sedang diburu oleh pihak kepolisian setempat. Hingga malam hari, baru beberapa orang yang berhasil ditangkap. Virha sudah mengetahuinya dari berbagai chanel televisi yang menyiarkan kejadian itu. Meski aku sangat khawatir tentang keadaan putriku itu, aku tetap yakin semuanya akan baik-baik saja. Aku tahu, Nanda bisa menjaga dirinya, ia bukan gadis yang lemah, sama sepertiku. Virha berhasil mendidiknya dengan baik sejak kecil. Nanda sangat mirip dengan Virha, wajahnya imut dan bermata sipit. Kulitnya putih dan halus, semuanya diwarisi dari ibunya, kecuali rambut dan wataknya. Soal keduanya itu akulah yang mewariskannya. Mentalnya baja dan tahan banting. Ia sudah terbiasa dengan keributan seperti itu. 2
Nanda memiliki banyak teman di kampus, mulai dari teman cewek hingga cowok. Ia tidak membedabedakan semua orang yang ia kenal. Selagi orang itu bisa baik dan bersahabat dengannya, ia akan menerima mereka sebagai teman bahkan dianggapnya sahabat. Ia aktif di salah satu organisasi internal kampus. Organisasi sosial dan kemanusiaan, dia adalah salah satu pendirinya bersama beberapa orang teman dekatnya. Dalam aktifitasnya, mereka berjuang mengumpulkan donasi untuk para korban bencana yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Selain untuk para korban bencana, mereka juga bekerja sama dengan relawan kemanusiaan yang biasa dikirim ke negara-negara yang sedang konflik seperti Suriah dan Palestina. Nanda sudah pernah ke Palestina sekali bersama anggota tim relawan dari berbagai negara setahun yang lalu. saat itu, Virha sangat khawatir, ia tidak mengizinkannya, Nanda harus bersekutu denganku untuk meluluhkan hati Virha, membujuknya agar bisa mendapat restunya. Ma... ini adalah kesempatan bagi Nanda untuk melihat dunia luar, menyaksikan secara langsung derita para korban dari hasil keserakahan manusia yang amat mama benci jelasku. Tapi- Percayalah... dia akan baik-baik saja. Tuhan bersamanya. Lagi pula mereka resmi kok ma, dibawah pengawasan keamanan PBB aku berusaha membujuknya. 3
Virha akhirnya setuju, tentu dengan segala tanggung jawab yang harus aku emban soal keselamatan putri sulungnya itu. Aku mendapat tugas berat darinya, memastikan keadaannya baik-baik saja setiap saat. Saat malam tiba, ia tidak bisa terlelap sebelum mendengar laporan pengawasanku pada putrinya. Pa.. gimana Nanda? Sudah beri kabar hari ini? Nanda baik-baik saja, papa sudah baca emailnya tadi Iya pa. Dia harus selalu baik-baik saja, sampai ia pulang ke tanah air Dalam hati Amin ya Rob, berilah keselamatan tuk putriku dan rombongannya Begitu pula ketika pagi, Virha lebih dulu membuka email dan menanyakan keadaan Nanda, baru setelah itu mengerjakan aktifitas yang lainnya. Perbincangan di keluarga kecilku selama Nanda di Palestina serasa berubah total. Seluruh topik pembicaraan semuanya tentang Nanda dan sikapku membiarkannya kesana yang dianggap ceroboh. Bersyukur, setelah seminggu kemudian Nanda pulang dengan selamat. Aku dan Virha sangat senang, kerisauan yang selama ini bersarang di pikiran kami menghilang. Nanda sudah meninggalkannya di Palestina. Meski orangnya asyik dan bersahabat, tetap saja selalu ada yang berpikiran lain. Ya, saat pertama kuliah dulu ada beberapa orang teman Nanda yang tidak terlalu senang padanya. Ketika pulang kuliah ia kerap mengadukan masalah itu pada bi Ranti. 4
Bi, Nanda kesal sama teman-teman di kampus wajahnya cemberut. Kenapa sayang? Teman-teman Nanda pada ribet bi, susah orangnya, males lagi keluh Nanda meluapkan kekesalannya. Ia memang tidak suka neko-neko, kalau ada sesuatu yang harus diselesaikan maka segera dilakukanya. Berbeda denganku saat masih kuliah dulu. Aku kebiasaan menunda-nunda pekerjaan. Hasilnya S1 ku tidak pernah selesai. Padahal seluruh mata kuliahku sudah selesai pada semester tujuh. Hal itu ternyata juga dilakukan oleh teman-temannya di kelas. Ia kadang marah, mereka hobbinya menunda pekerjaan, bersantai dan berfoyahfoyah. Nanda tidak suka hal ini sehingga ia sering marah. Apalagi soal tugas kelompok misalnya, ia ingin tugas itu segera diselesaikan, jika ada teman yang malas, pasti kena semprot darinya. Nanda, jutek amat ya, kerjanya marah melulu kata Rina salah seorang teman Nanda yang tidak senang dengan semprotannya. Tidak juga, perasaanmu saja itu jawab Laura, teman kelompok Nanda yang biasa jalan dengannya. Ah nggak kok, memang benar begitu, iya kan Ros? Nggak, dia baik sekali kok, tapi dia memang nggak suka orang yang malas seperti kamu, hehe Ros berlirih pelan. Ros... awas kamu ya... 5
Selain tidak suka neko-neko, Nanda juga anak yang disiplin dan konsisten dengan apa yang telah ia rencanakan. Sejak SMP ia sudah menulis segala impian yang ingin dicapainya dan berusaha keras untuk menggapainya. Kuliah di UI, menjadi budayawan international, penulis terkenal dan masih banyak mimpi yang lainnya termasuk keikutsertaannya pada tim relawan kemanusian yang mengantarnya ke Palestina, negeri yang pernah menjadi kiblat bagi umat islam. Impian yang mengusir segala mimpi yang hendak mampir didalam tidur Virha, impian yang membuat ibunya tidak tenang setiap saat dan impian yang hampir saja mengubah statusku sebagai ayah yang gagal mendidik dan melindungi putrinya. Kalau terjadi apa-apa pada Nanda, kamu bisa apa? Kamu gagal menjadi ayah, kamu tidak mampu melindungi putrimu! Itu kata kakeknya ketika mengetahui Nanda berangkat ke Palestina dari Virha. Apalagi saat itu, serangan bom kembali terjadi di daerah Gaza tidak jauh dari camp tim relawan kemanusiaan yang Nanda ikut bergabung. Kakeknya menjadi sangat khawatir, aku menjadi sasaran kemarahan akibat rasa khawatirnya pada cucu tersayangnya itu. Aku hanya bisa terdiam dan tertunduk dihadapan ayah. Saat itu, aku benar-benar merasakan pedasnya nasihat ayahku. Entahlah, apakah karena keputusannku itu sangat fatal dan membahayakan diri Nanda sehingga ia begitu murka padaku. Menurutku tidak separah itu, aku heran, terkadang manusia merasa harus menghindari 6
sesuatu, padahal sesuatu itu adalah do a dan harapannya. Nanda seperti itu bukan hanya karena aku, tetapi juga do a serta harapan Virha dan kakek. Dulu saat Nanda masih kecil, mereka menginginkannya untuk menjadi wanita yang tangguh dan bermanfaat bagi keluarga, bangsa dan negara. 7