BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI UNTUK SISWA YANG MELANJUTKAN KULIAH PADA SMA N 1 TEGAL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan 7

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tahap Pengumpulan Data. Tahap Analisa. Tahap Implementasi. Tahap Pengujian. Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

PENERAPAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LAPTOP

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI Sistem Pendukung Keputusan Pengertian Keputusan. Universitas Sumatera Utara

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LBB PADA KAMPUNG INGGRIS PARE MENGGUNAKAN METODE AHP

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI KOMPUTER SWASTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Rici Efrianda ( )

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENILAIAN PRESTASI KARYAWAN TERBAIK. Surmayanti, S.Kom, M.Kom

BAB 3 METODE PENELITIAN

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS PERBANDINGAN METODE AHP DAN SAW DALAM PENILAIAN KINERJA KARYAWAN (STUDI KASUS DI PT. GRAFINDO MEDIA PRATAMA BANDUNG)

Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

PEMILIHAN PAKET WISATA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele.

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) PADA COUNTER NASA CELL SKRIPSI

Penentuan Pemilihan Bentuk Outline Tugas Akhir Dengan Menggunakan Model Analytical Hierarchy Process (AHP)

Analytical hierarchy Process

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG)

BAB II LANDASAN TEORI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SISWA DALAM MENGIKUTI LOMBA LKS DI SMK NEGERI 3 SEMARANG DENGAN METODE ANALITHICAL HIERARCHI PROCESS

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISA PEMILIHAN APLIKASI BERITA BERBASIS MOBILE MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

SISTEM INFORMASI PENENTUAN LOKASI TPA SAMPAH MENGGUNAKAN METODE AHP Studi Kasus: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang

BAB II LANDASAN TEORI

IMPLEMENTASI METODE AHP UNTUK REKOMENDASI TEMPAT KOST PADA APLIKASI KOST ONLINE

ANALISIS DAN USULAN SOLUSI SISTEM UNTUK MENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DOSEN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Jurnal SCRIPT Vol. 3 No. 1 Desember 2015

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

PENGOLAHAN DATA PENGANGKATAN KARYAWAN TETAP DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAKANAN PADA BAYI LIMA TAHUN (BALITA) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

MODEL PENUNJANG KEPUTUSAN PENYELEKSIAN PEMBERIAN BEASISWA BIDIKMISI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PRIORITAS PERBAIKAN JALAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENEMPATAN BIDAN DI DESA MENGGUNAKAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Perhitungan Contoh Kasus AHP

P11 AHP. A. Sidiq P.

Analisa Pemilihan Kualitas Android Jelly Bean Dengan Menggunakan Metode AHP Pendekatan MCDM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENERIMA BEASISWA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : SMK NEGERI 1 PUGUNG, TANGGAMUS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 1 NO. 1 MARET 2010

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

Penentuan Toko Buku Gramedia ter Favorit pilihan Mahasiswa T Di Bogor Dengan Metode AHP (Analytical. Hierarchy Process)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN METODE ANALYTICHAL HIERARCHY PROCESS

PEMILIHAN RANGE PLAFOND PEMBIAYAAN TERBAIK BMT DENGAN METODE AHP. Dwi Yuniarto, S.Sos., M.Kom. Program Studi Teknik Informatika STMIK Sumedang

Analisa Faktor Pendukung Pemilihan Obat Untuk Penderita Penyakit Hipertensi Dengan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process)

Jurnal Sistem dan Teknologi Informasi (JUSTIN) Vol. 1, No. 1, (2016) Jurnal Sistem dan Teknologi Informasi (JUSTIN) Vol. 2, No.

Pemanfaatan Analytical Hierarchy Process(AHP) sebagai Model Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Penerimaan Karyawan

SISTEM INFORMASI PENDUKUNG KEPUTUSAN PADA SELEKSI PENERIMAAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE AHP (Analytical Hierarchy Process)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas tentang tahapan penelitian. Tahapan penelitian

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT SEPEDA MOTOR UNTUK KONSUMEN PT.FIF CABANG MEDAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHI PROCESS (AHP)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENERIMA BEASISWA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : SMK NEGERI 1 PUGUNG, TANGGAMUS)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Laporan Rancangan DRONE SUGGESTION SYSTEM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SPK Evaluasi Peserta LBD (Local Business Development) Dengan Metode AHP (Studi Kasus Chevron Indonesia Company)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENEMPATAN POSISI IDEAL PEMAIN DALAM STRATEGI FORMASI SEPAK BOLA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS)

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORI

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Pada Perusahaan XYZ

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. perumahan yang terletak di jalan Kedungwringin Patikraja, Griya Satria Bukit

PEMANFAATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN KARYAWAN BERPRESTASI

MEMILIH METODE ASSESMENT DALAM MATAKULIAH PENERBITAN DAN PEMROGRAMAN WEB MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Pilar Nusa Mandiri Vol. 13, No. 2. September ISSN Sistem Pendukung Keputusan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Sistem Pendukung Keputusan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan, dan pengolahan data. Sistem tersebut digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam situasi yang tidak terstruktur (Turban, Sharda, & Delen, 2011). SPK dirancang untuk mendukung seluruh tahap pengambilan keputusan mulai dari mengidentifikasi masalah, memilih data yang relevan, dan menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan, sampai mengevaluasi pemilihan alternatif (Sari, 2010). Sistem pendukung keputusan dapat memberikan berbagai manfaat atau keuntungan bagi pemakainya, antara lain (Hasibuan & Said, 2010): 1. Memperluas kemampuan pengambilan keputusan dalam memproses data atau informasi bagi pemakainya. 2. Membantu pengambilan keputusan dalam hal penghematan waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah terutama berbagai masalah yang sangat kompleks dan tidak terstruktur. 3. Dapat menghasilkan solusi dengan lebih cepat serta hasilnya dapat diandalkan. 2.1.2 Metode Analytical Hierarcy Process (AHP) Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah metode pencarian keputusan yang akan menghasilkan hasil keputusan yang rasional. Keputusan yang rasional didefinisikan sebagai keputusan terbaik dari berbagai tujuan yang ingin dicapai oleh pembuat keputusan (Saragih S. H., 2013). Dalam mengambil keputusan, terdapat kriteria sebagai dasar penilaian dan dimungkinkan lebih dari satu alternatif pilihan. Metode AHP ini menerapkan hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan ke dalam kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki. Ciri metode AHP commit yaitu to user dengan 4

melakukan perbandingan antara sepasang objek, sehingga jika terdapat n objek maka akan dilakukan C(n,2) perbandingan ) (Lima & Padmowati, 2009).... (1) Salah satu contoh penerapan model AHP yaitu digunakan untuk seleksi pemilihan siswa untuk mengikuti olimpiade dengan multikriteria. Hirarki fungsional level pertama menunjukkan tujuan yang berarti untuk membantu dalam proses pemilihan siswa. Level kedua yaitu kriteria yang digunakan, antara lain pengalaman olimpiade, intellegency, kemampuan akademik, dan kemampuan olimpiade. Metode AHP juga menerapkan adanya subkriteria. Contoh subkriteria yaitu sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah dan sangat rendah. Hirarki untuk level terakhir adalah alternatifnya. Pembobotan yang diterapkan yakni menggunakan perbandingan berpasangan, dimana antar kriteria maupun subkriteria dibandingkan menurut tingkat kepentingannya. Dalam menyelesaikan persoalan dengan metode AHP ada beberapa prinsip yang harus dipahami. Beberapa prinsip tersebut antara lain Dekomposisi, Comparative judgment, Synthesis of priority, dan Logical consistency (Haya, Zubair, & Salman, 2004). Decompocition (membuat hirarki) Sistem yang kompleks bisa dipahami dengan memecahkannya menjadi elemen-elemen yang lebih kecil dan mudah dipahami. Comparative judgment Kriteria dan alternatif dilakukan pemberian bobot untuk proses perbandingan berpasangan. Terdapat skala 1 sampai 9 untuk memilih pendapat tentang bobot kriteria dan alternatif (Saaty T. L., 2008). Nilai dan definisi skala perbandingannya dapat diukur menggunakan analisis pada Tabel 2.1. 5

Tabel 2.1 Skala Penilaian Perbandingan Pasangan (Saaty T. L., 2008) Intensitas Kepentingan 1 3 5 7 9 2,4,6,8 Respirokal Definisi Equal Importance (sama penting) Weak importance of one over (sedikit lebih penting Essential or strong importance (lebih penting) Demonstrated importance (sangat penting) Extreme importance (mutlak lebih penting) Intermediate values between the two adjacent judgements Kebalikan Keterangan Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama Pengalaman dan penilaian sangat memihak satu elemen dibandingkan dengan pasangannya Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya Satu elemen lebih mutlak penting daripada elemen lainnya Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan Jika elemen i memiliki salah satu angka diatas ketika dibandingkan elemen j, maka j memiliki kebalikannya ketika dibanding elemen i Menurut (Adriyendi & Melia, 2013) terdapat skala 1sampai 3 untuk mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi skala perbandingannya dapat diukur menggunakan tabel analisis seperti dijelaskan pada Tabel 2.2 Tabel 2.2 Weighting of Criteria (Adriyendi & Melia, 2013) Parameter Scale Pretty Important 1 Important 2 Very Important 3 Hasil penilaian disajikan dalam bentuk matriks yang dinamakan matrik Pairwise Comparison. Synthesis of priority Menentukan prioritas dari elemen-elemen kriteria dapat dipandang sebagai bobot atau kontribusi elemen tersebut commit terhadap to user tujuan pengambilan keputusan. 6

AHP melakukan analisis prioritas elemen dengan metode perbandingan berpasangan antar dua elemen sehingga semua elemen yang ada tercakup. Prioritas ini ditentukan berdasarkan pandangan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pengambilan keputusan, baik secara langsung (diskusi) maupun secara tidak langsung (kuisioner). Logical consistency Logical consistency menyatakan ukuran tentang konsisten atau tidaknya suatu penilaian atau pembobotan perbandingan berpasangan. Pengujian ini diperlukan, karena pada keadaan yang sebenarnya akan terjadi beberapa penyimpangan dari hubungan, sehingga matriks tersebut tidak konsisten sempurna. Hal ini dapat terjadi karena ketidakkonsistenan dalam preferensi seseorang. Langkah-langkah dalam menggunakan AHP adalah berikut (Saaty T. L., 2008): a. Mendefinisikan masalah dan menyusun hirarki berisi tujuan keputusan, alternatif untuk mencapai itu, dan kriteria untuk mengevaluasi alternatif. b. Menetapkan prioritas di antara unsur hirarki dengan membuat sejumlah penilaian berdasarkan perbandingan berpasangan dari setiap elemen. Untuk menentukan nilai kepentingan antar elemen digunakanskala bilangan dari 1 sampai 9 pada Tabel 2.1 atau bilangan 1 sampai 3 seperti Tabel 2.2. c. Mensintesis penilaian yang telah didapat untuk menghasilkan satu set prioritas keseluruhan dari hirarki. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah: Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata. d. Memeriksa konsistensi dari penilaian. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah: Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom Membagi hasil jumlah setiap baris dengan hasil jumlah setiap kolom untuk mendapatkan nilai eigen atau nilai prioritas masing-masing. 7

Mengalikan nilai eigen dengan jumlah setiap kolom pada matriks pairwise comparison. Kemudian jumlahkan hasil kali tersebut. Hasilnya disebut lamda max. Melakukan penghitungan Consistency Index dengan menggunakan rumus: CI= (λmaks-n)/(n-1)... (2) dimana n = banyaknya elemen. Menghitung Consistency Ratio CR) dengan menggunakan rumus: CR = CI/IR... (3) dimana: CR = Consistency Ratio CI IR = Consistency Index = Indeks Random Consistency Nilai Indeks Random Consistency dapat dilihat pada Tabel 2.3 Tabel 2.3 Matrix Size and Random Index (Adriyendi & Melia, 2013) Matrix Size Random Index Matrix Size Random Index Matrix Size Random Index 1 0,00 6 1,24 11 1,51 2 0,00 7 1,32 12 1,48 3 0,58 8 1,41 13 1,56 4 0.09 9 1,45 14 1,57 5 1,12 10 1,49 15 1,59 Matrix size = banyaknya elemen. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data Consistency Ratio (CR) harus diperbaiki e. Mendapatkan keputusan akhir berdasarkan hasil dari proses ini. 2.1.3 Web Crawler Web crawler adalah sebuah perangkat lunak yang digunakan untuk menjelajahi serta mengumpulkan halaman-halaman web (Rosmala & Syafei, 2011). Crawling adalah proses pengambilan isi halaman web dengan cepat ke dalam suatu tempat penyimpanan lokal. Web crawler dapat digunakan untuk 8

berbagai tujuan. Penggunaan yang paling umum adalah yang terkait dengan search engine. Search engine menggunakan web crawler untuk mengumpulkan informasi mengenai apa yang ada di halaman-halaman web publik. Search engine bukan satu-satunya pengguna web crawler. Web crawler dapat juga digunakan untuk melakukan analisis tekstual. Peneliti pasar dapat menggunakan web crawler untuk menentukan dan memanipulasi trend pada suatu pasar tertentu. Ini semua merupakan contoh berbagai penggunaan web crawler. Web crawler dapat digunakan oleh siapapun yang melakukan pencarian informasi di Internet. Web Crawler mempunyai tiga tahapan (Zuliarso, 2009), yaitu: mengunduh halaman web, memparsing halaman yang didownload dan mengambil semua link dan untuk setiap link yang diambil, ulangi proses. Sebuah web crawler akan mengambil dan mengunduh isi halaman website berdasarkan Uniform Resource Locator (URL) yang diberikan. Halaman yang diunduh disimpan kesebuah file. Web crawler memparsing keseluruhan halaman yang diunduh dan mengambil link-link ke halaman lain. Parse html adalah cara untuk memisahkan suatu teks dari tag code-code html pada halaman website. Pengambilan keseluruhan data di URL dapat dengan cara mengulangi proses crawling untuk setiap link yang diambil. 2.1.4 Software Quality Assurance Software Quality Assurance (SQA) merupakan serangkaian tindakan sistematis dan terencana yang diperlukan untuk menyediakan kepercayaan yang cukup terhadap proses pengembangan atau proses pemeliharaan perangkat lunak yang sesuai dengan persyaratan teknis fungsional serta sesuai dengan persyaratan manajerial untuk menjaga jadwal dan anggaran (Galin, 2004). Tujuan dari SQA yaitu untuk menghasilkan suatu produk perangkat lunak (software) yang berkualitas tinggi. Kualitas suatu software dapat diukur menggunakan software test classifications. Beberapa faktor requirements dalam software test classifications dapat dilihat pada Gambar 2.1. 9

Gambar 2.1 Software Quality requirements and test classification (Galin, 2004) Berdasarkan gambar diatas, definisi dari faktor-faktor tersebut yaitu: a. Correctness (kebenaran) adalah ukuran apakah perangkat lunak yang dihasilkan memenuhi spesifikasi yang diharuskan dan maksud/tujuan pemakai. b. Reliability (keandalan) adalah kemungkinan dari suatu system atau komponen untuk dapat memenuhi fungsi yang dibutuhkan, pada kondisi tertentu dan pada periode waktu tertentu.. c. Efficiency (efisiensi) adalah jumlah sumber daya yang diproses dan kode yang diperlukan oleh program untuk melaksanakan fungsi tersebut. d. Integrity (Integritas), tingkat kemampuan pengawasan akses terhadap data atau software oleh orang-orang tertentu. e. Usability adalah usaha yang diperlukan untuk mempelajari, mengoperasikan, menyiapkan masukan dan mengartikan keluaran oleh program f. Maintainability adalah usaha yang diperlukan untuk menetapkan dan memperbaiki kesalahan dalam program. g. Flexibility merupakan kemampuan commit to perangkat user lunak untuk menambahkan/ 10

memodifikasi/ menghapus fungsi tanpa merusak sistem saat ini. Perangkat lunak itu dapat dikatakan fleksibel ketika dilakukan modifikasi tetapi tetap dapat berjalan dengan baik. h. Testability adalah kemampuan aplikasi dalam memberikan alert untuk memberikan kemudahan pada software tester. i. Portability adalah usaha yang diperlukan untuk memindahkan program dari hardware/ lingkungan sistem software tertentu ke yang lainnya. j. Reusability adalah penggunaan modul software yang saat ini sedang dikembangan akan tetapi modul software tersebut memungkinkan untuk digunakan diproyek lainnya di masa yang akan datang, untuk menghemat sumber daya dan memperpendek waktu pengembangan. k. Interoperability merupakan kemampuan sebuah sistem untuk melakukan komunikasi dengan sistem lainnya. 2.1.5 Skala Likert Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang. Skala likert merupakan teknik pengukuran sikap yang paling luas digunakan dalam riset pemasaran. Skala likert dapat memungkinkan responden untuk mengekspresikan intesitas perasaan mereka. Hal ini dimungkinkan karena pertanyaan yang dalam skala likert memiliki jawaban yang berjenjang atau dengan kata lain memiliki kemungkinan jawaban yang lebih banyak (Dwiwinarsih, 2009). Pengujian ini menggunakan five-point measurement scale, dimana skala 5 menunjukkan sangat baik, skala 4 menunjukkan baik, skala 3 menunjukkan cukup baik, skala 2 menunjukkan kurang baik, dan skala 1 menunjukkan sangat tidak baik. Langkah-langkah dalam skala likert adalah (Sugiyono, 2015): a. Mengumpulkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. b. Membuat skor total untuk setiap orang untuk semua jawaban. 11

2.2 Penelitian Terkait Penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini adalah: 2.2.1 Sistem Penunjang Keputusan Dengan Metode Simple Additive Weighting (SAW) untuk Pemilihan Mobil Bekas. (Putra, 2013) Penelitian ini membangun sebuah aplikasi untuk menentukan mobil bekas dengan menggunakan metode Simple Additive Weighting (SAW). Terdapat empat kriteria yang digunakan untuk perhitungan yaitu body, interior, ruang mesin, dan hemat bensin. Pengujian dilakukan dengan membandingkan hasil penelitian mobil bekas yang dilakukan oleh sistem pakar dengan hasil penilaian sistem yang telah dibangun. Pakar diberikan quisioner yang berisikan empat kriteria tersebut. Hasil penelitian menunjukkan perbandingan hasil rekomendasi dari sistem dengan hasil rekomendasi dari pakar, dan dihitung dengan rumus Euclidean Distance. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah metode Simple Additive Weighting memberikan hasil yang baik untuk pemilihan mobil bekas dengan perbedaan hasil dari pakar dan sistem kecil. 2.2.2 Penerapan Metode Analitycal Hierarchy Process (AHP) Pada Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Laptop. (Saragih S. H., 2013) Penelitian ini membangun sebuah aplikasi untuk menentukan Laptop dengan menggunakan metode Analitycal Hierarchy Process (AHP).Terdapat tujuh kriteria yang digunakan untuk perhitungan yaitu harga, ukuran layar, jenis prosesor, kapasitas memori, tipe memori, kapasitas harddisk, dan aksesoris. Pengujian tahap implementasi dilakukan dengan contoh kasus pemilihan tiga laptop dengan ketujuh kriteria tersebut.sedangkan pengujian terhadap pengguna tidak dilakukan oleh peneliti. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah pembuatan sistem pendukung keputusan pemilihan laptop dapat dilakukan dengan metode Analytical Hiarachy Process dengan menentukan kriteria dan bobot untuk dihitung secara sistematik. 12

2.2.3 Online Decision Support System of Used Car Selection Using K- Nearest Neighbor Technique. (Kaewman, et al 2012) (Kaewman, Khemsanthia, Boongomud, & Jareanpon, 2012) Penelitian ini menggunakan teknik K-NN dalam pembuatan sistem pendukung keputusan pemilihan mobil bekas. Tahapan yang dilakukan dibagi menjadi 3 bagian yaitu pengumpulan data, penyusunan data, dan pengambilan keputusan.data mobil yang digunakan yaitu diambil dari website mobil bekas di Thailand seperti www.one2car.com dan www.unseencar.com. Terdapat sembilan kriteria yang digunakan untuk perhitungan yaitu jenis, merek, model, tahun, warna, harga, gigi, ukuran mesin dan bahan bakar.pengujian dilakukan dengan membagi kuisioner kepada 100 pengguna. Hasilnya, dalam penelitian ini metode K-NN cocok untuk sistem pendukung keputusan pemilihan mobil bekas yang sesuai kebutuhan pengguna. Berdasarkan penelitian terkait yang telah disebutkan diatas, pada Tabel 2.4 menunjukan matrik keterkaitan penelitian ini dengan penelitian terkait. 13

Tabel 2.4 Matrik Penelitian No Penelitian Terkait Tujuan Metode 1. Sistem Penunjang Keputusan Dengan Metode Simple Additive Weighting (SAW) untuk Pemilihan Mobil Bekas (Putra, 2013) Membuat sitem penunjang keputusan dengan metode Simple Additive Weighting (SAW) untuk pemilihan mobil bekas Simple Additive Weighting (SAW) 2. Penerapan Metode Analitycal Hierarchy Process (AHP) Pada Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Laptop (Saragih, 2013) Menerapkan metode Analitycal Hierarchy Process (AHP) pada sistem pendukung keputusan pemilihan laptop Analitycal Hierarchy Process (AHP) 3. Online Decision Support System of Used Car Selection Using K-Nearest Neighbor Technique (Kaewman et al, 2012) Menerapkan teknik K- Nearest Neighbor pada sistem pendukung keputusan pemilihan mobil bekas teknik K-Nearest Neighbor 2.3 Kerangka Pemikiran Berdasarkan beberapa penelititan terkait tersebut, penelitian yang dilakukan adalah Membangun aplikasi pemilihan mobil bekas menerapkan metode Analitycal Hierarchy Process (AHP) dengan menggunakan data dari hasil web crawler. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh (Putra, 2013) adalah pada metode yang digunakan dalam proses perhitungan. Pada penelitian tersebut menggunakan metode Simple Additive Weighting (SAW), sedangkan pada penelitian ini menggunakan metode Analitycal Hierarchy Process (AHP). Kemudian pada tahap pengujian aplikasi sebelumnya menggunakan rumus Euclidean Distance, sedangkan pada penelitian ini menggunakan skala Likert. Penelitian sebelumnya juga telah dilakukan oleh (Saragih, 2013) yaitu menerapkan metode Analitycal Hierarchy Process (AHP) pada sistem pendukung keputusan pemilihan laptop.perbedaan dengan penelitian tersebut yaitu pada objek penelitian dan penentuan bobot kriteria.objek penelitian ini adalah mobil bekas berbeda dengan laptop.kemudian pada bagian penentuan bobot kriteria pemilihan 14

laptop tersebut dilakukan pencarian data dari website, sedangkan pada penelitian ini dengan masukan yang ditentukan oleh pengguna. Penelitian sebelumnya juga telah dilakukan oleh (Kaewman et al, 2012) yaitu Menerapkan teknik K-Nearest Neighbor pada sistem pendukung keputusan pemilihan mobil bekas.perbedaan dengan penelitian tersebut yaitu penerapan teknik K-Nearest Neighbor, sedangkan pada penelitian ini menggunakan metode Analitycal Hierarchy Process (AHP). Kemudian pada tahap pengujian aplikasi sebelumnya hanya dilakukan satu aspek tingkat kepuasan pengguna, sedangkan pada penelitian ini melakukan tiga aspek, yaitu tingkat kepuasan pada tampilan aplikasi, tingkat kepuasan pada output yang diperoleh, dan keinginan untuk mengembangkan lebih lanjut aplikasi. 15