HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Dewasa

MINUMAN BERKALORI DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP TOTAL ASUPAN ENERGI REMAJA DAN DEWASA

BAB I PENDAHULUAN. masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Masalah gizi, tidak terlepas

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan tingkat kesehatan dan fungsi kognitif. Manusia dapat memenuhi

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi

PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG

Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STUDI KEBIASAAN MINUM DAN HIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA DI DUA WILAYAH EKOLOGI YANG BERBEDA

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

HASIL DAN PEMBAHASAN

AKTIVITAS FISIK DAN KONSUMSI ENERGI MINUMAN BERKALORI PADA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN GEMUK DAN TIDAK GEMUK SILVIA MAWARTI PERDANA

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

PENDAHULUAN Latar Belakang

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

Oleh: Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS Siti Nuryati, STP, MSi Muhammad Aries

METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa anak dan remaja adalah masa dimana manusia. mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN.

40 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. dekade terakhir. Overweight dan obesitas menjadi masalah kesehatan serius

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia mengalami permasalahan gizi ganda yaitu perpaduan antara gizi

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

LAMPIRAN 1 Tabel Karakteristik contoh Usia

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

Konsumsi Pangan Sumber Fe ANEMIA. Perilaku Minum Alkohol

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global,

METODE PENELITIAN. n =

Bagan Kerangka Pemikiran "##

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia atau lebih dari 100 juta jiwa mengalami beraneka masalah

METODE. Tabel 5 Pengkategorian variabel penelitian Variabel

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 4 Hasil Penelitian dan Interpretasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEBIASAAN MINUM DAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA HAFIDUDIN

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB I PEN DAHULUAN. prasarana pendidikan yang dirasakan masih kurang khususnya didaerah pedesaan.

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

Transkripsi:

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subyek Karakteristik subyek yang diamati adalah karakteristik individu dan karakteristik keluarga. Karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin, dan pengeluaran minuman. Sementara itu, karakteristik keluarga meliputi besar keluarga dan pengeluaran rumah tangga. Tabel 11 memaparkan sebaran subyek dan tidak berdasarkan karakteristik individu dan keluarga Tabel 11 Sebaran subyek dan tidak berdasarkan karakteristik individu dan keluarga No Karakteristik Gemuk Tidak 1 Umur (tahun) 39 ± 12 24 ± 12 28.0 ± 13.9 2 Jenis kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 161 (42.1) 221 (57.9) 417 (51.0) 401 (49.0) 578 (48.2) 622 (51.8) Jumlah 382 (100.0) 818 (100.0) 1200 (100.0) 3 Besar keluarga (orang) a. 2-4 b. 5-6 c. 7 183 (47.9) 147 (38.5) 52 (13.6) 366 (44.7) 354 (43.3) 98 (12.0) 548 (45.7) 500 (41.6) 152 (12.7) Jumlah 382 (100.0) 818 (100.0) 1200 (100.0) 4 Pengeluaran minuman (Rp/bulan) a. 100 ribu b. > 100 ribu 92 080 ± 108 920 267 (70.0) 115 (30.0) 77 960 ± 73 873 626 (76.5) 192 (23.5) 82 019 ± 85 624 893 (74.4) 307 (25.6) Jumlah 382 (100.0) 818 (100.0) 1200 (100.0) 5 Pengeluaran rumah tangga (Rp/bulan) a. <1 juta b. 1 1.9 juta c. 2 3.9 juta d. 4 juta 71 (18.6) 137 (35.9) 131 (34.3) 43 (11.2) 220 (26.9) 369 (45.1) 195 (23.8) 34 (4.2) 291 (24.2) 506 (42.2) 326 (27.2) 77 (6.4) Jumlah 382 (100.0) 818 (100.0) 1200 (100.0) Rata-rata umur subyek (39 ± 12 tahun) lebih tua dibandingkan subyek tidak (24 ± 12 tahun) (p<0.05). Hal ini karena semakin dewasa semakin meningkat risiko kean. Data Riskesdas (2010) juga menunjukkan hal yang sama. Prevalensi kean pada remaja adalah 7.4% sedangkan prevalensi kean pada dewasa adalah 11.7%. Sementara itu, laki-laki yang memiliki status gizi (42.1%) berjumlah lebih sedikit dibandingkan perempuan (57.9%) (p<0.05). Menurut Wahlqvist (1997) dan Hamaideh et al (2010) umur dan jenis kelamin merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kean. Perempuan lebih rentan mengalami peningkatan simpanan lemak (Gibson 1990) dan perempuan cenderung bekerja lebih ringan dibanding laki-laki (Janghorbani et al 2007).

Tidak terdapat perbedaaan rata-rata jumlah anggota keluarga antara subyek dan tidak (p>0.05). Namun jumlah anggota keluarga terkecil pada subyek (47.9%) lebih tinggi dibandingkan subyek tidak (44.7%). Besar keluarga berhubungan dengan jumlah makanan yang harus disediakan. Makin sedikit jumlah anggota keluarga, semakin mudah terpenuhi kebutuhan makan seluruh anggota keluarga. Sebaliknya, apabila jumlah anggota keluarga banyak dan pendapatan terbatas, maka makanan yang tersedia tidak mencukupi (Prihartini 1996; Sanjur 1982). Pengeluaran minuman pada subyek lebih tinggi dibandingkan subyek tidak (p>0.05). Pengeluaran minuman paralel dengan pendapatan per kapita seseorang. Semakin tinggi pendapatan akan semakin berisiko terhadap kejadian kean (Erem et al 2004). Persentase subyek (11.2%) yang memiliki pengeluaran rumah tangga tertinggi lebih besar dibandingkan subyek tidak (4.2%) (p<0.05). Pendapatan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain, seperti pendidikan, perumahan, kesehatan, dan lain-lain (Hardinsyah 1997). Tabel 12 Sebaran subyek laki-laki dan perempuan berdasarkan karakteristik individu dan keluarga No Karakteristik Laki-laki Perempuan Gemuk Tidak Gemuk Tidak 1 Umur (thn) 38 ± 13 24 ± 12 27 ± 14 40 ± 12 23 ± 12 29 ± 14 2 Besarkeluarga (orang) a. 2-4 b. 5-6 c. 7 60 (37.3) 78 (48.4) 23 (14.3) 209 (50.1) 159 (38.1) 49 (11.8) 269 (46.5) 243 (42.0) 66 (11.5) 123 (55.7) 69 (31.2) 29 (13.1) 158 (39.4) 181 (45.1) 62 (15.5) 279 (44.8) 257 (41.4) 86 (13.8) Jumlah 161 (100.0) 417 (100.0) 578 (100.0) 221(100.0) 401(100.0) 622 (100.0) 3 Pengeluaran minuman (Rp/bln) a. 100 ribu b. > 100 ribu 4 105 998 ± 129 054 107 (66.5) 54 (33.5) 77 093 ± 80 547 320 (76.7) 97 (23.3) 84 394 ± 95 862 425 (73.5) 153 (26.5) 81 868 ± 90 371 160 (72.4) 61 (27.6) 78 845 ± 66 453 306 (76.3) 95 (23.7) 79 812 ± 74 878 468 (75.2) 154 (24.8) Jumlah 161 (100.0) 417 (100.0) 578 (100.0) 221(100.0) 401(100.0) 622 (100.0) Pengeluaran rumah tangga (Rp/bln) a. <1 juta b. 1 1.9 juta c. 2 3.9 juta d. 4 juta 32 (19.9) 63 (39.1) 51 (31.7) 15 (9.3) 130 (31.2) 185 (44.4) 82 (19.7) 20 (4.7) 162 (28.0) 251 (43.4) 133 (23.0) 32 (5.5) 39 (17.6) 74 (33.5) 80 (36.2) 28 (12.7) 90 (22.4) 184 (45.9) 113 (28.2) 14 (3.5) 129 (20.7) 255 (41.0) 193 (31.0) 45 (7.3) Jumlah 161 (100.0) 417 (100.0) 578 (100.0) 221(100.0) 401(100.0) 622 (100.0) Perempuan memiliki umur yang lebih tua dibandingkan laki-laki (p>0.05) (Tabel 12). Menurut Khomsan (2002), kejadian kean meningkat pada usia dewasa, mencapai puncaknya pada usia 40 pertengahan dan awal 50 untuk pria serta akhir 50 dan awal 60 untuk wanita. Tidak terdapat perbedaaan rata-rata jumlah anggota keluarga antara laki-laki dan perempuan (p>0.05). Namun jumlah anggota keluarga terbanyak pada subyek laki-laki lebih

tinggi dibandingkan subyek perempuan. Pengeluaran minuman pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan (p<0.05). Persentase subyek perempuan yang memiliki pengeluaran rumah tangga tertinggi lebih besar dibandingkan subyek laki-laki (p<0.05). Pendapatan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain, seperti pendidikan, perumahan, kesehatan, dan lain-lain (Hardinsyah 1997). Status Gizi Status gizi berdasarkan IMT dibagi menjadi tiga kategori yaitu kurus, normal, dan. Subyek yang memiliki status gizi kurus dan normal digolongkan menjadi subyek tidak. Penentuan status gizi ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi subyek yang. Prevalensi subyek remaja dan dewasa yang adalah 31.8%. Nilai IMT rata-rata untuk seluruh subyek adalah 23.0 ± 4.9 (kg/m 2 ). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar subyek memiliki status gizi normal berdasarkan kategori status gizi berdasarkan IMT (WHO 2007). Perempuan dengan rata-rata IMT 23.5 ± 5.2 (kg/m 2 ) memiliki prevalensi kean yang lebih tinggi (35.5%) dibandingkan laki-laki (27.9%) dengan ratarata IMT 22.5 ± 4.6 (kg/m 2 ) (p<0.05) meskipun masih berada dalam kisaran IMT normal. Janghorbani et al (2007) menyatakan bahwa tingginya prevalesi kean pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki karena adanya perbedaan tingkat aktivitas fisik dan asupan energi pada laki-laki dan perempuan. Tingkat aktivitas fisik pada laki-laki pada umumnya lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Selain itu, asupan energi pada laki-laki juga lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Jenis kelamin merupakan faktor internal yang menentukan kebutuhan gizi sehingga terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan status gizi. Perempuan lebih rentan mengalami peningkatan simpanan lemak (Gibson 1990). Remaja laki-laki memiliki perilaku makan dalam porsi besar untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein mereka (Mann & Stewart 2007). Asupan gula pada laki-laki dewasa ditemukan lebih tinggi dibandingkan pada perempuan dewasa (Yabanci et al 2010). Perbandingan aktivitas fisik dan konsumsi energi antara laki-laki dan perempuan akan dibahas selanjutnya dalam analisis mengenai hal tersebut. Nilai rata-rata IMT pada subyek dan tidak adalah 29.1 ± 3.9 (kg/m 2 ) dan 20.6 ± 2.7 (kg/m 2 ). Kean dipengaruhi oleh beberapa faktor

yang bersifat kompleks. Menurut Wahlqvist (1997), konsumsi makanan dan pengeluaran energi dapat mempengaruhi kean secara langsung, sedangkan umur, jenis kelamin, keturunan, stres, keadaan sosial-ekonomi, gaya hidup, iklim, dan obat-obatan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kean secara tidak langsung. 120 100 100 100 100 Persentase (%) 80 60 40 72.1 27.9 35.5 64.5 31.8 68.2 Gemuk Tidak 20 0 Laki-laki Perempuan Gambar 2 Sebaran subyek laki-laki dan perempuan berdasarkan status gizi Aktivitas Fisik Aktivitas fisik merupakan salah satu bentuk penggunaan energi di dalam tubuh. Keseimbangan energi antara energi yang dikonsumsi dengan energi yang dikeluarkan pada akhirnya akan menentukan status gizi seseorang. Nilai PAL rata-rata untuk seluruh subyek adalah 1.65 ± 0.19. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar subyek (67.5%) memiliki tingkat aktivitas fisik ringan. Angka ini tidak berbeda jauh dengan data Riskesdas (2007) yang menyebutkan bahwa prevalensi nasional kurang aktivitas fisik pada penduduk yang berumur lebih dari 10 Tahun adalah 48.2%. Sebagian besar subyek (PAL=1.60 ± 0.16) (72.3%) dan tidak (PAL=1.67 ± 0.19) (65.3%) memiliki tingkat aktivitas fisik ringan. Akan tetapi, persentase subyek yang memiliki tingkat aktivitas fisik berat lebih rendah (3.6%) dibandingkan subyek tidak (5.5%) (p<0.05) (Tabel 13). Alokasi waktu santai dan menonton TV pada subyek lebih tinggi dibandingkan subyek tidak. Sebaliknya waktu olahraga dan melakukan pekerjaan rumah tangga pada subyek lebih rendah dibandingkan subyek tidak. Level aktivitas fisik yang rendah menjadi faktor penting dalam penambahan berat badan. Hal ini terjadi karena perubahan gaya hidup, salah

satunya minimnya waktu yang dilakukan untuk melakukan aktivitas fisik (Mann & Stewart 2007). Tabel 13 Sebaran subyek dan tidak berdasarkan tingkat aktivitas fisik No Aktivitas fisik Gemuk Tidak 1 2 3 Ringan Sedang Berat 276 (72.3) 92 (24.1) 14 (3.6) 534 (65.3) 239 (29.2) 45 (5.5) 810(67.5) 331(27.6) 59(4.9) 382 (100.0) 818 (100.0) 1200 (100.0) Nilai rata-rata PAL untuk laki-laki dan perempuan adalah 1.69 ± 0.21 dan 1.62 ± 0.16 (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki memiliki tingkat aktivitas fisik sedikit berat di atas aktivitas fisik perempuan, meskipun keduanya tergolong tingkat aktivitas fisik ringan. Persentase laki-laki yang memiliki tingkat aktivitas fisik berat lebih rendah (1.9%) dibandingkan perempuan (4.9%). Sebaliknya, persentase laki-laki tidak yang memiliki tingkat aktivitas fisik berat lebih rendah (9.5%) dibandingkan perempuan tidak (1.3%) (Tabel 14). Janghorbani et al (2007) menyatakan bahwa tingginya prevalensi kean pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki karena adanya perbedaan tingkat aktivitas. Tabel 14 Sebaran subyek laki-laki dan perempuan berdasarkan tingkat aktivitas fisik Laki-laki Perempuan Aktivitas Gemuk Tidak Gemuk Tidak No fisik 1 2 3 Ringan Sedang Berat 115 (71.4) 43 (26.7) 3 (1.9) 161 (100.0) 246 (58.3) 131 (32.2) 40 (9.5) 417 (100.0) 361(62.5) 174(30.1) 43(7.4) 578 (100.0) 161 (72.9) 49 (22.2) 11 (4.9) 221 (100.0) Asupan Energi Minuman Berkalori 288 (71.8) 108 (26.9) 5 (1.3) 401 (100.0) 449(72.2) 157(25.2) 16(2.6) 622 (100.0) Pengelompokan minuman berkalori didasarkan pada definisi operasional yang telah dipaparkan sebelumnya. Penelitian ini menemukan bahwa subyek memiliki asupan energi minuman yang lebih rendah (395 ± 360 kkal/hari) dibandingkan subyek tidak (477 ± 408 kkal/hari) (p<0.05). Pola yang sama juga terlihat pada konsumsi energi yang berasal dari makanan. Rendahnya asupan energi yang berasal dari makanan dan minuman pada subyek merupakan bentuk kecenderungan dari subyek untuk mengurangi konsumsi pangannya. Pengurangan terhadap konsumsi pangan yang dilakukan oleh subyek merupakan salah satu cara untuk menurunkan berat badannya. Hasil perhitungan kebutuhan energi memperlihatkan bahwa kebutuhan energi subyek lebih rendah (2207 kkal) dibandingkan subyek

tidak (2596 kkal). Hal ini disebabkan oleh subyek membutuhkan kebutuhan energi sesuai berat badan ideal agar terjadi penurunan berat badan untuk mengembalikan status gizi menjadi normal. Kontribusi energi minuman terhadap total konsumsi energi pada subyek lebih rendah (21.0%) dibandingkan subyek tidak (24.2%) (Tabel 15). Subyek tidak yang memiliki asupan energi minuman berkalori dalam jumlah tinggi memiliki risiko untuk menjadi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gibney et al (2008) yang mengatakan bahwa konsumsi minuman dengan kadar gula tinggi dalam jumlah yang melebihi batas normal memberikan asupan energi yang tinggi pula yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kenaikan berat badan. Lopez et al (2010) mengatakan bahwa konsumsi minuman berkalori yang tinggi berhubungan dengan peningkatan asupan energi. Hal ini terlihat dari data yang menunjukkan bahwa subyek tidak memiliki total asupan energi yang lebih tinggi (1973 ± 879 kkal/hari) dibandingkan subyek (1881 ± 700 kkal/hari) (Tabel 15). Risiko subyek tidak menjadi belum terlihat dalam penelitian ini dikarenakan tingkat kecukupan energi subyek tidak masih rendah, yaitu 77.1% sehingga asupan energi dibutuhkan dalam jumlah yang lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan energi. Tabel 15 Kontribusi energi minuman berkalori terhadap total asupan energi pada subyek dan tidak No Kategori Gemuk Tidak 1 asupan energi Makanan Minuman 1881 ± 700 1414 ± 591 395 ± 360 1973 ± 879 1545 ± 715 477 ± 408 2035 ± 948 1510 ± 685 439 ± 394 2 Kebutuhan energi 2207 ± 437 2596 ± 613 2615 ± 872 3 Tingkat kecukupan energi (%) 79.8 77.1 84.3 4 Kontribusi energi minuman terhadap total asupan energi (%) 21.0 24.2 25.8 Laki-laki memiliki asupan energi minuman yang lebih tinggi (471 ± 420 kkal/hari) dibandingkan perempuan (409 ± 367 kkal/hari) (p<0.05) (Tabel 16). Pola yang sama juga terlihat pada asupan energi dari makanan. Laki-laki memperoleh asupan energi dari makanan sebesar 1588 ± 773 kkal/hari sedangkan perempuan 1437 ± 583 kkal/hari. Hasil perhitungan kebutuhan energi memperlihatkan bahwa kebutuhan energi laki-laki lebih tinggi (2601 kkal) dibandingkan perempuan (2242 kkal). Hal ini disebabkan oleh laki-laki memiliki laju metabolisme basal dan aktivitas fisik yang lebih tinggi dibandingkan perempuan sehingga energi yang dikeluarkan juga lebih tinggi pula. Kontribusi

energi minuman berkalori terhadap total konsumsi energi pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan dan keduanya melebihi 10%. Tabel 16 Kontribusi energi minuman berkalori terhadap total asupan energi pada laki-laki dan perempuan No Kategori 1 asupan energi Makanan Minuman Gemuk 2025 ± 733 1512 ± 641 444 ± 373 Laki-laki Tidak 2097 ± 975 1611 ± 813 458 ± 439 2181 ± 1075 1588 ± 773 471 ± 420 Gemuk 1770 ± 653 1339 ± 539 358 ± 348 Perempuan Tidak 1849 ± 752 1479 ± 595 497 ± 372 1900 ± 790 1437 ± 583 409 ± 367 2 Kebutuhan energi 2310 ± 492 2756 ± 687 2601 ± 670 2128 ± 372 2437 ± 478 2242 ± 850 3 Tingkat kecukupan energi (%) 75.4 75.2 83.9 83.9 79.6 84.7 4 Kontribusi energi minuman terhadap total asupan energi (%) 21.9 21.8 27.2 20.2 26.9 24.3 Konsumsi Minuman Berkalori Jenis minuman selain air putih yang paling sering diminum oleh subyek adalah jus/sari buah tanpa kemasan, teh tanpa kemasan, kopi tanpa kemasan, aneka es buah/campur/kelapa, dan minuman berkarbonasi (Tabel 17). Sementara itu, jenis minuman selain air putih yang paling sering diminum oleh subyek tidak adalah susu kemasan, jus/dari buah tanpa kemasan, teh tanpa kemasan, aneka es buah/campur/kelapa, dan kopi tanpa kemasan. Daftar jumlah subyek dan tidak yang mengkonsumsi minuman berkalori berdasarkan merk tersaji dalam Lampiran 4. Tabel 17 Sebaran subyek dan tidak berdasarkan kebiasaan minum minuman berkalori No Jenis Minuman Berkalori Gemuk Tidak 1 Jus/sari buah tanpa kemasan 170 (49.3) 337 (39.4) 507 (42.3) 2 Sari buah kemasan 73 (21.2) 229 (26.8) 302 (25.2) 3 Aneka es buah/campur/kelapa 95 (27.5) 321 (37.5) 416 (34.7) 4 Minuman serbuk 69 (20.0) 311 (36.4) 380 (31.7) 5 Minuman jelly 20 (5.8) 159 (18.6) 179 (14.9) 6 Susu tanpa kemasan 46 (13.4) 104 (12.2) 151 (12.6) 7 Susu kedele 8 (2.1) 5 (0.6) 13 (1.1) 8 Susu kemasan 108 (0.3) 400 (48.9) 508 (42.3) 9 Yoghurt kemasan 42 (0.1) 89 (0.1) 131 (10.9) 10 Teh tanpa kemasan 135 (35.3) 319 (39.0) 454 (37.8) 11 Kopi tanpa kemasan 105 (27.5) 297 (36.3) 402 (33.5) 12 Teh dalam kemasan 71 (18.6) 187 (22.9) 258 (21.5) 13 Kopi dalam kemasan 57 (14.9) 147 (18.0) 204 (17) 14 Minuman berkarbonasi 86 (24.9) 275 (32.2) 361 (30.1) 15 Sirup 38 (11.0) 148 (17.3) 186 (15.5) 16 Minuman berelektrolit 39 (11.3) 76 (8.9) 115 (9.6) 17 Minuman lainnya 59 (15.4) 100 (12.2) 159 (13.3)

Jenis minuman selain air putih yang paling sering diminum laki-laki adalah jus/sari buah tanpa kemasan, susu kemasan, teh tanpa kemasan, aneka es buah/campur/kelapa, dan minuman serbuk (Tabel 18). Sementara itu, jenis minuman selain air putih yang paling sering diminum oleh perempuan adalah susu kemasan, kopi tanpa kemasan, jus/sari buah tanpa kemasan, dan teh tanpa kemasan. Daftar jumlah subyek laki-laki dan perempuan yang mengkonsumsi minuman berkalori berdasarkan merk tersaji dalam Lampiran 5. Tabel 18 Sebaran subyek laki-laki dan perempuan berdasarkan kebiasaan minum minuman berkalori Laki-laki Perempuan No Jenis Minuman Berkalori Gemuk Tidak Gemuk Tidak 1 Jus/sari buah tanpa kemasan 67 (45.9) 152 (35.2) 219 (37.9) 103 (51.8) 185 (43.7) 288 (46.3) 2 Sari buah kemasan 27 (18.5) 105 (24.3) 132 (22.8) 46 (23.1) 124 (29.3) 170 (27.3) 3 Aneka es buah/campur/kelapa 42 (28.8) 151 (35.0) 193 (33.4) 53 (26.6) 170 (40.2) 223 (35.9) 4 Minuman serbuk 31 (21.2) 160 (37.0) 191 (33.0) 38 (19.1) 151 (35.7) 189 (30.4) 5 Minuman jelly 9 (6.2) 72 (16.7) 81 (14.0) 11 (5.5) 87 (20.6) 98 (15.8) 6 Susu tanpa kemasan 19 (13.0) 49 (11.3) 68 (11.8) 27 (14.1) 55 (13.0) 83 (13.3) 7 Susu kedele 2 (1.2) 1 (0.2) 3 (0.5) 6 (2.7) 4 (1.0) 10 (1.6) 8 Susu kemasan 48 (29.8) 160 (38.4) 208 (36.0) 60 (27.1) 240 (59.9) 300 (48.2) 9 Yoghurt kemasan 15 (9.3) 39 (9.4) 54 (9.3) 27 (12.2) 50 (12.5) 77 (12.4) 10 Teh tanpa kemasan 60 (37.3) 140 (33.6) 200 (34.6) 75 (33.9) 179 (44.6) 254 (40.8) 11 Kopi tanpa kemasan 66 (41.0) 39 (9.4) 105 (18.2) 137 (62.0) 160 (40.0) 297 (47.7) 12 Teh dalam kemasan 31 (19.3) 107 (25.7) 138 (23.9) 40 (18.1) 80 (20.0) 120 (19.3) 13 Kopi dalam kemasan 27 (16.8) 117 (28.1) 144 (24.9) 30 (13.6) 30 (7.5) 147 (23.6) 14 Minuman berkarbonasi 34 (23.3) 144 (33.3) 178 (30.8) 52 (26.1) 131 (31.0) 183 (29.4) 15 Sirup 16 (11.0) 64 (14.8) 80 (13.8) 22 (11.1) 84 (19.9) 106 (17.0) 16 Minuman berelektrolit 20 (13.7) 41 (9.5) 61 (10.6) 19 (9.5) 35 (8.3) 54 (8.7) 17 Minuman lainnya 26 (16.1) 47 (11.3) 73 (12.6) 33 (14.9) 53 (13.2) 86 (13.8) Lima jenis minuman yang yang paling sering diminum oleh subyek adalah jus/sari buah tanpa kemasan, susu kemasan, teh tanpa kemasan, aneka es buah/campur/kelapa, dan kopi tanpa kemasan. Tabel 19 memperlihatkan jumlah konsumsi minuman berkalori (ml) pada subyek, tidak, laki-laki, dan perempuan dalam sehari. Subyek memiliki konsumsi minuman berkalori yang lebih rendah (635 ml) dibandingkan subyek tidak (660 ml). Hal ini

sesuai dengan data pada tabel 15 yang menyebutkan bahwa asupan energi minuman berkalori pada subyek (395 kkal) lebih rendah dibandingkan subyek tidak (477 kkal). Subyek berusaha menurunkan berat badan dengan cara mengurangi konsumsi pangan, termasuk minuman. Minuman berkalori yang paling banyak dikonsumsi oleh subyek adalah minuman lainnya (77 ml) sedangkan pada subyek tidak adalah jus/sari buah tanpa kemasan (83 ml). Tabel 19 Jumlah konsumsi minuman berkalori (ml/hari) No Jenis Minuman Berkalori Gemuk Tidak Laki-laki Perempuan (ml) (ml) (ml) (ml) 1 Jus/sari buah tanpa kemasan 73 ± 50 83 ± 49 79 ± 39 77 ± 67 2 Sari buah kemasan 40 ± 32 52 ± 80 88 ± 82 75 ± 80 3 Aneka es buah/campur/kelapa 25 ± 16 14 ± 8 30 ± 28 38 ± 23 4 Minuman serbuk 18 ± 29 55 ± 18 61 ± 22 44 ± 92 5 Minuman jelly 10 ± 8 30 ± 48 49 ± 65 69 ± 414 6 Susu tanpa kemasan 40 ± 25 25±1 9 60 ± 18 71 ± 56 7 Susu kedele 54 ± 47 43 ± 29 27 ± 16 33 8 Susu kemasan 30 ± 25 60 ± 16 50 ± 52 63 ± 26 9 Yoghurt kemasan 17 ± 8 27 ± 18 23 36 ± 17 10 Teh tanpa kemasan 66 ± 39 50 ± 36 66 ± 57 26 ± 18 11 Kopi tanpa kemasan 54 ± 30 25 ± 17 29 ± 17 17 ± 9 12 Teh dalam kemasan 19 ± 8 20 ± 13 38 ± 29 49 ± 30 13 Kopi dalam kemasan 10 ± 7 15 ± 7 18 ± 12 15 ± 7 14 Minuman berkarbonasi 20 ± 15 27 ± 34 56 ± 81 47 ± 25 15 Sirup 36 ± 20 49 ± 36 94 ± 43 36 ± 34 16 Minuman berelektrolit 46 ± 21 60 ± 37 84 ± 88 21 17 Minuman lainnya 77 ± 65 25 ± 5 28 ± 15 60 ± 49 Jumlah 635 ± 359 660 ± 178 882 ± 510 783 ± 397 Perbandingan jumlah konsumsi minuman berkalori pada subyek laki-laki dan perempuan juga memperlihatkan pola yang sama dengan jumlah asupan energi minuman berkalori pada keduanya. Laki-laki memiliki konsumsi minuman berkalori yang lebih tinggi (882 ml) dibandingkan perempuan (783 ml). Hal ini sesuai dengan data pada tabel 15 yang menyebutkan bahwa asupan energi pada laki-laki (471 kkal) lebih tinggi dibandingkan perempuan (409 kkal). Laki-laki membutuhkan kebutuhan cairan dan energi yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Minuman berkalori yang paling banyak dikonsumsi oleh subyek lakilaki adalah sirup (94 ml) sedangkan pada perempuan adalah jus/sari buah tanpa kemasan (77 ml). Jenis minuman berkalori yang memberikan kontribusi energi tertinggi terhadap total asupan energi pada subyek adalah teh tanpa kemasan, kopi tanpa kemasan, jus/sari buah tanpa kemasan, susu kemasan, dan yoghurt kemasan. Sementara itu, pada subyek tidak adalah teh tanpa kemasan, susu kemasan, kopi tanpa kemasan, jus/sari buah tanpa kemasan, dan yoghurt kemasan (Tabel 20). Teh tanpa kemasan memberikan sumbangan energi

tertinggi karena mengandung gula pasir yang ditambahkan dalam proses pembuatannya. Barquera et al (2008) menemukan bahwa sumbangan energi dari minuman berkalori pada remaja dan dewasa Meksiko (2006) berasal dari soft drink, minuman buah segar yang ditambahkan gula, susu tinggi lemak, kopi dan teh, jus yang ditambahkan gula, alkohol, dan minuman lain. Kelompok usia 19-29 tahun memiliki asupan energi dari minuman berkalori yang lebih tinggi, yaitu 457 kkal, dibandingkan kelompok usia yang lain. Sebanyak 117 kkal diantaranya diperoleh dari energi teh dan kopi yang dikonsumsi. Tabel 20 Kontribusi energi minuman berkalori pada subyek dan tidak No Jenis Minuman Berkalori Gemuk Tidak 1 Jus/sari buah tanpa kemasan 40 ± 23 28 ± 15 31 ± 17 2 Sari buah kemasan 12 ± 6 15 ± 12 19 ± 5 3 Aneka es buah/campur/kelapa 16 ± 13 27 ± 14 31 ± 14 4 Minuman serbuk 15 ± 8 15 ± 9 14 ± 8 5 Minuman jelly 1 ± 4 3 ± 2 4 ± 6 6 Susu tanpa kemasan 10 ± 5 10 ± 7 8 ± 6 7 Susu kedele 7 ± 5 8 ± 2 9 ± 5 8 Susu kemasan 40 ± 39 80 ± 69 60 ± 54 9 Yoghurt kemasan 27 ± 15 28 ± 10 36 ± 25 10 Teh tanpa kemasan 80 ± 39 120 ± 65 100 ± 68 11 Kopi tanpa kemasan 68 ± 55 56 ± 30 86 ± 54 12 Teh dalam kemasan 20 ± 19 25 ± 8 30 ± 45 13 Kopi dalam kemasan 22 ± 15 14 ± 10 26 ± 10 14 Minuman berkarbonasi 13 ± 7 20 ± 16 20 ± 8 15 Sirup 10 ± 5 11 ± 8 14 ± 12 16 Minuman berelektrolit 4 ± 1 3 ± 6 11 ± 8 17 Minuman lainnya 10 ± 8 13 ± 12 5 ± 4 konsumsi 395 ± 360 477 ± 408 439 ± 394 Laki-laki mendapatkan kontribusi energi minuman berkalori tertinggi yang berasal dari kopi tanpa kemasan (96 kkal), teh tanpa kemasan (80 kkal), susu kemasan (40 kkal), kopi dalam kemasan (39 kkal), dan jus/sari buah tanpa kemasan. Sementara itu, perempuan mendapatkan kontribusi energi minuman berkalori tertinggi yang berasal dari kopi tanpa kemasan (67 kkal), teh tanpa kemasan (60 kkal), jus/sari buah tanpa kemasan (42 kkal), susu kemasan (40 kkal), dan yoghurt kemasan (27 kkal) (Tabel 21). Laki-laki memperoleh kontribusi energi minuman berkalori tertinggi yang berasal dari kopi tanpa kemasan (121 kkal), sedangkan perempuan dari teh tanpa kemasan (120 kkal). Tabel 19 menunjukkan bahwa konsumsi kopi tanpa kemasan pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Sebaliknya, konsumsi teh tanpa kemasan pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

No Tabel 21 Kontribusi energi minuman berkalori pada subyek laki-laki dan perempuan Jenis Minuman Berkalori Gemuk Laki-laki Tidak Gemuk Perempuan Tidak 1 Jus/sari buah tanpa kemasan 36 ± 13 26 ± 15 34 ± 16 42 ± 39 30 ± 12 28 ± 22 2 Sari buah kemasan 12 ± 9 15 ± 9 20 ± 18 13 ± 11 16 ± 14 16 ± 12 3 Aneka es buah/campur/kelapa 19 ± 5 26 ± 23 30 ± 12 13 ± 9 28 ± 23 23 4 Minuman serbuk 16 ± 12 17 ± 12 19 ± 13 14 ± 6 13 ± 14 13 ± 11 5 Minuman jelly 1 ± 3 4 ± 3 1 ± 2 2 ± 1 3 ± 1 6 Susu tanpa kemasan 12 ± 8 9 ± 3 15 ± 7 8 ± 2 10 ± 9 9 ± 12 7 Susu kedele 8 ± 6 9 ± 6 6 ± 4 8 ± 6 8± 4 8 Susu kemasan 40 ± 35 100 ± 67 50 ± 11 40 ± 29 80 ± 67 70 ± 61 9 Yoghurt kemasan 26 ± 16 12 ± 8 55 ± 46 27 ± 16 35 ± 16 23 ± 15 10 Teh tanpa kemasan 80 ± 57 75 ± 71 80 ± 17 60 ± 46 133 ± 78 120 ± 117 11 Kopi tanpa kemasan 96 ± 56 85 ± 76 121 ± 89 67 ± 57 63 ± 57 53 ± 42 12 Teh dalam kemasan 20 ± 14 20 ± 14 20 ± 14 18 ± 15 29 ± 24 20 ± 38 13 Kopi dalam kemasan 39 ± 16 19 ± 16 25 ± 16 12 ± 7 11 ± 6 22 ± 16 14 Minuman berkarbonasi 12 ± 8 23 ± 17 30 ± 18 14 ± 8 18 ± 12 18 ± 12 15 Sirup 11 ± 8 12 ± 9 16 ± 14 9 ± 5 9 ± 8 11 ± 5 16 Minuman berelektrolit 4 ± 3 2 ± 1 4 ± 2 4 ± 3 4 ± 1 4 ± 1 17 Minuman lainnya 12 ± 8 5 ± 3 8 ± 4 9 ± 6 21 ± 17 3 ± 1 konsumsi 444 ± 373 458 ± 439 471 ± 420 358 ± 348 497 ± 372 409 ± 367 Sumbangan energi dari minuman berkalori yang dibuat sendiri di rumah berasal dari konsumsi gula pasir yang ditambahkan ke dalam minuman tersebut. Terdapat tiga jenis minuman tanpa kemasan/dibuat di rumah yang dalam proses pembuatannya ditambahkan gula pasir, yaitu : jus/sari buah, susu, teh, dan kopi. Teh dan kopi tanpa kemasan memberikan sumbangan energi tertinggi terhadap konsumsi energi minuman berkalori dibandingkan golongan minuman berkalori lainnya. Perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan yang mengkonsumsi gula pasir terhadap jumlah total laki-laki dan perempuan serta rata-rata konsumsi gula pasir dari seluruh subyek tersaji dalam Lampiran 6. Laki-laki yang mengkonsumsi gula pasir yang ditambahkan ke dalam jus lebih sedikit (26.1%) dibandingkan laki-laki tidak (73.9%). Konsumsi gula pada laki-laki lebih tinggi (7.8 ± 4.9 g) dibandingkan lakilaki tidak (5.8 ± 5.9 g). Perempuan yang mengkonsumsi gula pasir yang ditambahkan ke dalam jus lebih sedikit (23.3%) dibandingkan perempuan tidak (76.7%). Konsumsi gula pada perempuan lebih tinggi (9.8 ± 7.6 g) dibandingkan perempuan tidak (6.7 ± 1.5 g) (Tabel 22). Laki-laki yang mengkonsumsi gula pasir yang ditambahkan ke dalam susu lebih sedikit (11.9%) dibandingkan laki-laki tidak (88.1%). Konsumsi gula pada laki-laki lebih rendah (7.3 ± 3.0 g) dibandingkan lakilaki tidak (9.0 ± 3.0 g). Perempuan yang mengkonsumsi gula pasir yang ditambahkan ke dalam susu lebih sedikit (23.4%) dibandingkan perempuan tidak (76.6%). Konsumsi gula pada perempuan lebih rendah (10.0 ± 4.3 g) dibandingkan perempuan tidak (11.2 ± 10.1 g).

Laki-laki yang mengkonsumsi gula pasir yang ditambahkan ke dalam teh lebih sedikit (21.4%) dibandingkan laki-laki tidak (78.6%). Konsumsi gula pada laki-laki lebih tinggi (14.1 ± 3.7 g) dibandingkan lakilaki tidak (11.6 ± 6.3 g). Perempuan yang mengkonsumsi gula pasir yang ditambahkan ke dalam teh lebih sedikit (16.7%) dibandingkan perempuan tidak (83.3%). Konsumsi gula pada perempuan lebih tinggi (13.3 ± 4.8 g) dibandingkan perempuan tidak (12.4 ± 7.7 g). Laki-laki yang mengkonsumsi gula pasir yang ditambahkan ke dalam kopi lebih sedikit (34.7%) dibandingkan laki-laki tidak (65.3%). Konsumsi gula pada laki-laki lebih rendah (13.0 ± 7.1 g) dibandingkan laki-laki tidak (13.6 ± 5.5 g). Perempuan yang mengkonsumsi gula pasir yang ditambahkan ke dalam kopi lebih sedikit (45.2%) dibandingkan perempuan tidak (54.8%). Konsumsi gula pada perempuan lebih tinggi (9.6 ± 4.5 g) dibandingkan perempuan tidak (9.1 ± 5.4 g). Secara keseluruhan, jumlah gula yang ditambahkan ke dalam minuman pada subyek lebih tinggi dibandingkan subyek tidak. Jumlah gula yang ditambahkan ke dalam minuman pada laki-laki juga lebih rendah dibandingkan perempuan. Hal ini tidak sesuai dengan Yabanci et al (2010) yang menyebutkan bahwa konsumsi gula pada laki-laki ditemukan lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Hasil uji t memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05) antara konsumsi gula pada subyek dan tidak. Namun sebaliknya pada subyek laki-laki dan perempuan (p>0.05). Konsumsi gula memberikan sumbangan terhadap pemenuhan kebutuhan energi seseorang. Konsumsi gula yang terdapat dalam jus, susu, teh, dan kopi memberikan sumbangan energi sebesar 187 kkal pada subyek. Angka ini lebih tinggi dibandingkan jumlah energi yang diperoleh subyek tidak, yaitu 167 kkal. Sementara itu, asupan energi yang diperoleh dari konsumsi gula pada laki-laki dan perempuan tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata. Laki-laki memperoleh asupan energi sebesar 179 kkal sedangkan perempuan memperoleh 178 kkal.

Jenis Minuman Gemuk Tabel 22 Konsumsi gula pada laki-laki dan perempuan Laki-laki Perempuan Tidak Gemuk Tidak Gemuk Tidak Jus 6 (26.1) 17(73.9) 23(100.0) 7(23.3) 23(76.7) 30(100.0) 13(24.5) 40(75.5) 53(100.0) Jml (g) 7.8 ±4.9 5.8 ±5.9 6.8 ± 5.8 9.8±7.6 6.7 ±1.5 5.7 ±10.1 9.6 ±7.2 10.5±9.2 9.5 ± 8.9 E 33 ± 23 24 ± 13 28 ± 16 40 ± 34 28 ± 18 24 ±19 38 ± 34 23 27 ±35 Susu 7 (11.9) 52(88.1) 59(100.0) 15(23.4) 49(76.6) 64(100.0) 22(17.9) 101(82.1) 123(100.0) Jml (g) 7.3 ±3.0 9.0 ±3.0 9.0 ± 3.0 10.0±4.3 11.2±10.1 10.9 ±9.1 9.1 ±4.1 10.0 ±7.5 9.8 ± 7.0 E 30 ± 24 38 ± 24 36 ± 29 42 ± 36 47 ± 27 45 ±38 38 ± 27 40 ± 27 39 ±24 Teh 46(21.4) 169(78.6) 215(100.0) 59(16.7) 294(83.3) 353(100.0) 105(18.5) 463(81.5) 568(100.0) Jml (g) 14.1±3.7 11.6 ±6.3 12.1 ± 8.9 13.3±4.8 12.4 ± 7.7 12.3 ± 5.2 13.6 ±6.7 12.5 ±7.8 14.1 ± 6.9 E 59 ± 43 48 ± 34 50 ± 35 55 ± 49 52 ± 39 51 ±47 57 ± 39 52 ± 37 59 ±29 Kopi 25(34.7) 47 (65.3) 72 (100.0) 14 (45.2) 17 (54.8) 31 (100.0) 39 (37.9) 64 (62.1) 103 100.0) Jml (g) 13.0±7.1 13.6 ±5.5 13.9 ± 6.0 9.6 ± 4.5 9.1 ± 5.4 9..6 11.5 ±3.0 11.8 ±5.4 8.2 ± 5.3 E 54 ± 43 57 ± 29 58 ± 38 40 ± 23 38 ± 36 40 ±39 48 ± 29 49 ± 39 34 ±27 Jml (g) 50.2±23.9 46.0±34.9 47.8 ±34.8 55.9±49.8 50.1±46.7 51.4 ±45.8 53.8±26.9 49.3±29.7 48.2 ±36.9 E 189 ± 120 172 ± 157 179 ± 130 193 ± 187 189 ± 4.9 178 ± 167 187 ± 134 167 ± 135 196 ± 145 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Hasil uji statistik korelasi Pearson menunjukkan bahwa aktivitas fisik memiliki hubungan yang nyata dan negatif dengan status gizi pada laki-laki dan perempuan (p<0.05 dan r=-0.160) (Lampiran 19). Menurut Thomas (2003), berkurangnya aktivitas fisik akibat dari kehidupan yang makin modern dengan kemajuan teknologi mutakhir akan menimbulkan kean. Hasil uji statistik korelasi Pearson menunjukkan tidak terdapat hubungan yang nyata antara konsumsi minuman berkalori dengan status gizi pada laki-laki dan perempuan (p>0.05 dan r=-0.036) (Lampiran 20). Hal ini disebabkan oleh tingkat konsumsi energi subyek yang pada umumnya masih rendah (84.3%). Lopez et al (2010) mengatakan bahwa konsumsi minuman berkalori yang tinggi berhubungan dengan peningkatan asupan energi. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa asupan energi minuman berkalori pada subyek masih digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi sehingga belum tampak pengaruh kean di dalamnya. Alasan lain yang menyebabkan tidak terdapat hubungan antara konsumsi minuman berkalori dengan status gizi adalah kelemahan disain penelitian yaitu cross sectional study. Uji regresi logistik digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi. Variabel dependen yang dianalisa adalah status gizi yang dihitung berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), sedangkan variabel independen adalah kelompok umur (remaja/dewasa), jenis kelamin, aktivitas fisik, asupan energi minuman berkalori, dan tingkat kecukupan energi. Hasil uji regresi logistik pada laki-laki dan perempuan menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap status gizi adalah umur, jenis kelamin, aktivitas fisik dan

tingkat kecukupan energi. Berikut merupakan penyajian hasil uji regresi logistik terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi Tabel 23 Hasil uji regresi logistik faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi (tidak =0, =1) pada laki-laki dan perempuan X 1 = Umur Faktor Risiko Kategori B Sig. X 2 = Jenis kelamin X 3 = Aktivitas fisik X 4 = Asupan energi minuman berkalori X 5 = Tingkat kecukupan energi (TKE) 0=remaja 1=dewasa 0=laki-laki 1= perempuan 0=PAL 1.69 1=PAL>1.69 0=E 200 kkal 0=E>200 kkal 0=TKE 120% 1=TKE>120% OR Exp(B) 95.0% CI for Exp(B) -2.016.000*.133 0.10-0.18 -.382.006*.683 0.52-0.90 -.250.099*.779 0.58-1.05 -.052.727.950 0.67-1.23.490.012* 1.632 1.11-2.34 Konstanta -.010.964.990 *Taraf signifikansi p<0.1 Variabel umur (X 1 ), jenis kelamin (X 2 ), aktivitas fisik (X 3 ), dan tingkat kecukupan energi (X 5 ) memiliki risiko 0.1, 0.7, 0.8 dan 1.6 kali dalam meningkatkan nilai IMT (Lampiran 20). Penelitian yang dilakukan oleh McCarthy et al (2006) mengungkapkan bahwa umur dan jenis kelamin memiliki risiko 1.02 dan 0.49 kali dalam menyebabkan kean. Indeks Massa Tubuh dipengaruhi oleh jumlah makanan yang dikonsumsi. Semakin banyak jumlah makanan yang dikonsumsi maka semakin tinggi pula tingkat kecukupan energi. Li (2010) mengatakan bahwa bahwa gaya hidup berupa aktivitas fisik yang cukup dapat mengubah predisposisi genetik dari kean. Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur berhubungan dengan penurunan predisposisi genetik dari kean sebanyak 40%.