I. PENDAHULUAN A. PROGRAM REDUKSI CAMPAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh virus. Campak disebut juga rubeola, morbili, atau measles. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian target Millenium Development Goals (MDG s) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak di

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. tanda-tanda awal berupa salesma disertai konjungtivitis, sedangkan tanda khas

BAB 1 PENDAHULUAN. serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu penyakit sehingga seseorang tidak akan sakit bila nantinya terpapar

BAB I PENDAHULUAN. yang meningkat sepanjang tahun. Di dunia diperkirakan setiap tahun terdapat 30 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Penyakit ini tetap menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Campak merupakan penyakit pernafasan yang mudah menular yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit Campak dikenal juga dengan istilah morbili dalam bahasa latin dan measles

BAB 1 PENDAHULUAN. xvi

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan bayi dan anak. Penyakit tersebut disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Penularan penyakit campak terjadi dari orang ke orang melalui droplet respiration

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab utama kematian anak-anak di dunia. Pada negara berkembang hampir

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu dari 17 program pokok pembangunan kesehatan adalah program

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Angka kematian bayi dan anak merupakan salah satu indikator penting yang

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGASEM DINAS KESEHATAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi, angka kesakitan bayi, status gizi dan angka harapan hidup (Depkes RI,

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan terhadap beberapa penyakit yang terjadi di Kota Yogyakarta

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 949/MENKES/SK/VIII/2004 TENTANG

PROPINSI LAMPUNG Minggu Epidemiologi ke-21

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Campak merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (Infeksius) dan dapat mengakibatkan kesakitan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. suatu tindakan memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KLB Penyakit. Penyelidikan Epidemiologi. Sistem Pelaporan. Program Penanggulangan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kerangka Acuan. Acute Flacid Paralysis ( AFP )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KLB DIFTERI DI KECAMATAN TANJUNG BUMI KABUPATEN BANGKALAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus. Campak disebut juga rubeola, morbili, atau measles. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional dapat terlaksana sesuai dengan cita-cita

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya, selain indikator Angka Kematian Ibu (AKI), Angka

BULETIN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPONS

cita-cita UUD Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

BAB I PENDAHULUAN. (droplet infection) dan masih banyak dijumpai di kalangan anak-anak pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Buletin SKDR. Minggu ke: 5 Thn 2017

I. PENDAHULUAN. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan. Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Depkes RI 2011).

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian, karena racun yang dihasilkan oleh kuman

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang

BUPATI POLEWALI MANDAR

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

INDIKATOR PREDIKSI KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) CAMPAK DI PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

DINAS KESEHATAN KABUPATEN CIANJUR PUSKESMAS CIANJUR KOTA LAMPIRAN NOMOR : TENTANG KERANGKA ACUAN KEGIATAN KAMPANYE VAKSIN MEALSES- RUBELLA (MR)

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap ketahanan nasional, resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada ibu

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA

PENDEKATAN KESEHATAN MASYARAKAT PASCA KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DI KABUPATEN ASMAT PAPUA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

a. Meningkatkan dan mempertahankan cakupan di atas 80% dan permintaan dengan indikator desa UCI dan desa non UCI b. Upaya mencapai ETN, ERAPO, dan

KEJADIAN LUAR BIASA. Sri Handayani

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya.

BAB. I Pendahuluan A. Latar Belakang

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Pencegahan dan pemberantasan penyakit merupakan prioritas pembangunan

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. tombak pelayanan kesehatan masyarakat di pedesaan/kecamatan. pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama (Kemenkes, 2010).

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. (1)

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. PROGRAM REDUKSI CAMPAK Pada sidang CDC/PAHO/WHO, tahun 1996 menyimpulkan bahwa penyakit campak dapat dieradikasi, karena satu-satunya pejamu (host) /reservoir campak hanya pada manusia, serta tersedia vaksin dengan potensi yang cukup tinggi yaitu effikasi vaksin 85%, dan diperkirakan eradikasi dapat dicapai 10-15 tahun setelah eliminasi. Selanjutnya global Sidang WHA tahun 1998, menetapkan kesepakatan Eradikasi Polio (Erapo), Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN) dan Reduksi Campak (RECAM). Pada Technical Consultative Groups (TCG) Meeting, di Dakka, Bangladesh tahun 1999, menetapkan bahwa reduksi campak di Indonesia berada pada tahap reduksi dengan pencegahan KEJADIAN LUAR BIASA (KLB). Program Imunisasi campak di Indonesia dimulai pada tahun 1982, dan pada tahun 1991 Indonesia telah mencapai Imunisasi Dasar Lengkap atau universal childs immunization (UCI) secara nasional. Sebagai dampak program imunisasi tersebut terjadi kecenderungan penurunan insidens campak pada semua golongan umur. Pada bayi (< 1 tahun) dan anak umur I-4 tahun terjadi penurunan cukup tajam, sedangkan pada golongan umur 5-14 tahun relatif landai. Mortalitas/kematian kasus campak yang dirawat inap Rumah Sakit pada tahun 1982 adalah sebesar 73 kasus kematian dengan angka fatalitas kasus atau case fatality rate (CFR) sebesar 4,8%, dan mengalami penurunan sebesar 80% pada tahun 1996 (16 kematian, CFR 0,6%). Di beberapa daerah terutama daerah dengan cakupan imunisasi campak rendah atau pada daerah dengan akumulasi kelompok rentan/ suseptibel yang tidak tercakup imunisasi dalam beberapa tahun (3-5 tahun) sering terjadi KLB campak. Distribusi kelompok umur pada KLB umumnya terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun dan 5-9 tahun, dan pada beherapa daerah dengan cakupan imunisasi tinggi dan merata cenderung bergeser pada kelompok umur yang lebih tua (10-I 4 tahun). Pemeriksaan serologi untuk menegakkan diagnosa campak pada KLB dari sampel yang diambil menunjukkan 87,5-95% IgM (+) dan dari pemeriksaan virologi di Jawa Tengah (Tegal, Kendal, Wonogiri, Pemalang) dan Irian Jaya telah dapat diisolasi virus campak dengan type G2 yang berasal dari Pemalang serta Irian Jlaya, yang masih sama dengan type virus di Indonesia.

B. TAHAPAN PEMBERANTASAN CAMPAK WHO mencanangkan beberapa tahapan dalam upaya pemherantasan campak, dengan tekanan strategi yang berbeda-beda pada setiap tahap yaitu : 1.Tahap Reduksi Tahap ini dibagi dalam 2 tahap : a.tahap pengendalian campak Pada tahap ini ditandai dengan upaya peningkatan cakupan imunisasi campak rutin dan upaya imunisasi tambahan di daerah dengan morbiditas campak yang tinggi. Daerah-daerah ini masih merupakan daerah endemis campak, tetapi telah terjadi penurunan insiden dan kematian, dengan pola epidemiologi kasus campak menunjukkan 2 puncak setiap tahun. b.tahap Pencegahan KLB Cakupan imunisasi dapat dipertahankan tinggi > 80% dan merata, terjadi penurunan tajam kasus dan kematian, insiden campak telah bergeser kepada umur yang lebih tua, dengan interval KLB antara 4-8 tahun. 2. Tahap Eliminasi Cakupan imunisasi sangat tinggi > 95% dan daerah-daerah dengan cakupan imunisasi rendah sudah sangat kecil jumlahnya. Kasus campak sudah jarang dan KLB hampir tidak pernah terjadi. Anak-anak yang dicurigai rentan (tidak terlindung) harus diselidiki dan diberikan imuniasi campak. 3. Tahap Eradikasi. Cakupan imunisasi sangat tinggi dan merata, serta kasus campak sudah tidak ditemukan. Transmisi virus campak sudah dapat diputuskan, dan negara-negara di dunia sudah memasuki tahap eliminasi. II. TUJUAN DAN STRATEGI REDUKSI CAMPAK A. TUJUAN REDUKSI CAMPAK Menurunkan angka insidens campak sebesar 90% dan angka kematian campak sebesar 95% dibandingkan dengan keadaan sebelum program imunisasi campak dilaksanakan (WHO). Adapun Tujuan reduksi campak di Indonesia adalah menurunkan insiden campak anak dibawah lima tahun (balita) (SKRT) dari 528 per 10.000 pada tahun 1986 menjadi 50 per 10.000 balita pada tahun 2004, dan menurunkan kematian dari 40 per 10.000 balita per tahun (SKRT) menjadi 2 per 10.000 pada tahun 2004.

B. STRATEGI REDUKSI CAMPAK Strategi reduksi campak di Indonesia meliputi : 1. Imunisasi rutin pada bayi 9-11 bulan (UCI desa > 80%) 2. Imunisasi tambahan (suplemen) 3. Surveilans (Surveilans rutin,skd-respon KLB & Penyelidikan KLB). 4. Tata laksana kasus (case management) 5. Pemeriksaan Laboratorium 6. Penanggulangan KLB. III. DEFINISI KASUS CAMPAK A. KASUS CAMPAK KLINIS adalah : Kasus dengan gejala bercak kemerahan di tubuh berbentuk makulo papular selama 3 hari atau lebih disertai panas badan 38 derajat C atau lebih (teraba panas) dan disertai salah satu gejala batuk pilek atau mata merah (WHO) Bercak kemerahan makulo papular tersebut setelah 1 minggu sampai 1 bulan berubah menjadi kehitaman (hiperpigmentasi) disertai kulit bersisik. Untuk kasus yang telah menunjukkan hiperpigmentasi (kehitaman) perlu dilakukan anamnesa dengan teliti, dan apabila pada masa akut (permulaan sakit) terdapat gejala-gejala tersebut di atas maka kasus tersebut termasuk kasus campak klinis. B. KASUS CAMPAK KONFIRMASI adalah Kasus campak klinis disertai salah satu kriteria : 1. Pemeriksaan laboratorium serologis (IgM positip atau kenaikan titer antibodi 4 kali) dan atau isolasi virus campak positip. 2. Kasus campak yang mempunyai kontak langsung (hubungan epidemiologi) dengan kasus konfirmasi, dalam periode waktu 1-2 minggu. IV. SURVEILANS CAMPAK. Peranan surveilans dalam program reduksi campak sangat penting, surveilans dapat menilai perkembangan program pemberantasan campak serta dapat membantu menentukan strategi pemberantasannya di setiap daerah, terutama untuk perencanaan, pengendalian dan evaluasi program pemberantasan campak di Indonesia.

A. TUJUAN SURVEILANS CAMPAK Tujuan Surveilans campak adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui perubahan epidemiologi campak 2. Mengidentifikasi populasi risiko tinggi 3. Memprediksi dan mencegah terjadinya KLB campak 4. Penyelidikan epidemiologi setiap KLB campak. B. STRATEGI SURVEILANS CAMPAK Strategi surveilans campak meliputi : 1. Surveilans Rutin Surveilans rutin merupakan Pengamatan Epidemiologi kasus campak yang telah dilakukan secara rutin selama ini berdasarkan sumber data rutin yang telah ada serta sumber data lain yang mungkin dapat dijangkau pengumpulannnya. 2. SKD dan Respon KLB campak Pelaksanaan SKD dan Respon KLB campak dilakukan setelah diketahui atau adanya laporan 1 kasus pada suatu daerah serta pada daerah yang memiliki polulas rentan lebih 5%. 3. Penyelidikan dan penanggulangan setiap KLB campak Setiap KLB harus diselidiki dan dilakukan penanggulangan secepatnya yang meliputi pengobatan simtomatis pada kasus, pengobatan dengan antibiotika bila terjadi komplikasi, pemberian vitamin A dosis tinggi, perbaikan gizi dan meningkatkan cakupan imunisasi campak/ring vaksinasi (program cepat,sweeping) pada desa-desa risiko tinggi. 4. Pemeriksaan laboratorium pada kondisi tertentu - Pada tahap reduksi campak dengan pencegahan KLB : pemeriksaan laboratorium dilakukan terhadap 10-15 kasus baru pada setiap KLB. - Pada tahap eliminasi/eradikasi, setiap kasus campak dilakukan pemeriksaan laboratorium. 5. Studi epidemiologi Melakukan survei cepat, penelitian operasional atau operational research (OR) sebagai tindak lanjut hasil analisis surveilans untuk melengkapi data/informasi surveilans yang diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam perbaikan program (corrective action).

V. PELAKSANAN SURVEILANS CAMPAK Kegiatan surveilans campak dalam program eradikasi campak adalah : A. SURVEILANS RUTIN Surveilans rutin dilaksanakan terutama oleh surveilans puskesmas serta surveilans kabupaten/kota. Kegiatan surveilans rutin lihat lampiran. B. SISTEM KEWASPADAAN DINI KLB CAMPAK Dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya KLB perlu di laksanakan kegiatan kewaspadaan dini KLB. Strategi dalam SKD-KLB campak adalah : a) Pemantauan populasi rentan b) Pemantauan kasus campak (PWS Campak) a. Pemantauan populasi rentan Populasi rentan (susceptible) atau tak terlindungi imunisasi campak dapat dihitung dengan rumus : Prc = Px - 0,85 ( Cix.Px ) - BS - AM Prc = Jumlah populasi rentan campak pada tahun (x) Px = Jumlah populasi bayi pada tahun (x) Ci.x = % cakupan imunisasi tahun (x) BS = Jumlah Bayi sakit campak selama periode thn x AM = Jurnlah Bayi meninggal selama periode tahun (x) Batas nilai populasi rentan adalah = 5%. contoh perhitungan lihat lampiran. Dalam pemantauan populasi rentan dilakukan juga pemantauan terhadap : o Status gizi Balita o Keterjangkaun pelayanan kesehatan (asesibilitas) o kelompok pengungsi b. Pemantauan kasus campak melalui PWS-campak Apabila ditemukan satu (1) kasus pada desa dengan cakupan tinggi (>90%), rnasih perlu diwaspadai pula mengingat adanya kemungkinan kesalahan rantai dingin vaksin atau karena cakupan imunisasi yang kurang dipercaya. Menurut WHO, apabila ditemukan satu (1) kasus pada satu wilayah, maka kernungkinan ada 17-20 kasus di lapangan pada jumlah penduduk rentan yang tinggi. Pclaksanaan PWS cmpak lihat lampiran.

C. PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB Dalam tahap reduksi campak maka setiap KLB campak harus dapat dilakukan penyelidikan epiderniologi balk oleh surveilans puskesmas maupun bersama-sama dengan surveilans dinas kesehatan. lndikasi penyelidikan KLB Campak dilakukan apabila hasil pengamatan SKD KLB/PWS kasus campak ditemukan indikasi adanya peningkatan kasus dan penyelidikan Pra KLB menunjukkan terjadi KLB, atau adanya laporan peningkatan kasus atau kematian campak dari rnasyarakat, media masa dll. Strategi penanggulangan KLB Campak : a. Penyelidikan Epidemiologi b. Penanggulangan c. Perneriksaan spesimen di laboratorium. a. Penyelidikan Epidemiologi KLB campak KLB campak harus segera diselidiki untuk melakukan diagnosa secara dini (early diagnosis), agar penanggulangan dapat segera dilaksanakan. b. Penanggulangan KLB campak Penanggulangan KLB campak didasarkan analisis dan rekomendasi hasil penyelidikan KLB campak, dilakukan sesegera mungkin agar transmisi virus dapat dihentikan dan KLB tidak meluas serta rnembatasi jumlah kasus dan kematian. KLB campak harus segera didiagnosa secara dini (early diagnosis) dan segera ditanggulangi (out break respons) agar KLB tidak meluas dan membatasi jumlah kasus dan kematian. c. Pemeriksaan Laboratorium Untuk mendukung diagnosa campak pada saat KLB, maka perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium, yaitu dengan mengambil spesimen. darah sebanyak 10-15 penderita baru, dan waktu sakit kasus kurang dari 21 hari, serta beberapa sampel urine kasus campak untuk isolasi virus. Tatacara pengambilan dan pegiriman sampel laboratorium campak serta laboraratorium rujukan sampel lihat lampiran. D. UPAYA MEPERKUAT SURVEILANS a. Memperkuat dukungan politis Advokasi (advocacy) kepada pimpinan pemerintah daerah, (Bupati, Bapeda,Binsos,dll) dan DPRD, Kepala Dinas dan lintas program serta sektor terkait lainnya untuk mendapatkan dukungan politis dan pendanaan.

b. Pemasaran Sosial/Komunikasi Informasi dan Edukasi ( K I E ) Kegiatan surveilans dalam upaya pemberantasan campak perlu disebarluaskan kepada Lintas Sektor, lintas program dan media massa. c. Kemitraan Kemitraan terutama dengan intern program pemberantasan penyakit menular serta sektoral terkait dan LSM. VI. BIAYA PENYELENGGARAAN Surveilans reduksi campak merupakan salah satu kegiatan surveilans khusus dan global, sehingga semua pihak harus dapat berperan untuk mensukseskan komitmen global yang telah kita ikuti bersama tersebut, sehubungan dengan itu maka dinas kesehatan kabupaten/kota, propinsi serta pusat harus secara bersama-sama mengupayakan dana penyelengaraan, surveilans reduksi campak di Indonesia. Berbagai sumber dana yang dapat dihimpun dalam mensukseskan surveilans reduksi campak ini a.l :?? APBD masing-masing kabupaten/kota?? APBN?? Donatur Nasional?? Bantuan Internasional?? DII VII. PENUTUP Keberhasilan surveilans penyakit termasuk keberhasilan reduksi campak di Indonesia sangat dipengaruhi dedikasi dan motivasi petugas dalam menjalankan peran dan fungsinya, serta komitmen yang tinggi dari semua pihak dalam mendukung kegiatan surveilans seperti tersedia alokasi dana dan sumber daya yang memadai.