IMPLEMENTASI AKUNTANSI KEUANGAN DESA Oleh: Ahmad Mu am 1. PENDAHULUAN Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa telah mengamanatkan bahwa Desa mempunyai sumber pendapatan berupa pendapatan asli Desa, bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota, bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota, alokasi anggaran dari APBN, bantuan keuangan dari APBD provinsi dan APBD kabupaten/kota, serta hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga. Sumber pendapatan Desa tersebut secara keseluruhan digunakan untuk mendanai seluruh kewenangan yang menjadi tanggung jawab Desa. Dana tersebut digunakan untuk mendanai penyelenggaraan kewenangan Desa yang mencakup penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan. Dengan demikian, pendapatan Desa yang bersumber dari APBN juga digunakan untuk mendanai kewenangan tersebut. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Desa diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus kewenangannya sesuai dengan kebutuhan dan prioritas Desa. Hal itu berarti Dana Desa akan digunakan untuk mendanai keseluruhan kewenangan Desa sesuai dengan kebutuhan dan prioritas Dana Desa tersebut. Namun, mengingat Dana Desa bersumber dari Belanja Pusat, untuk mengoptimalkan penggunaan Dana Desa, Pemerintah diberikan kewenangan untuk menetapkan prioritas penggunaan Dana Desa untuk mendukung program pembangunan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa. Dalam rangka mewujudkan pengelolaan Dana Desa yang tertib, transparan, akuntabel, dan berkualitas, Pemerintah dan kabupaten/kota diberi kewenangan untuk dapat memberikan sanksi berupa penundaan penyaluran Dana Desa dalam hal laporan penggunaan Dana Desa tidak/terlambat disampaikan. Di samping itu, Pemerintah dan kabupaten/kota juga dapat memberikan sanksi berupa pengurangan Dana Desa apabila penggunaan dana tersebut tidak sesuai dengan prioritas penggunaan Dana Desa, pedoman umum, pedoman teknis kegiatan. Keberadan Desa dengan didukung Dana Desa, Alokasi Dana Desa dan Danadana Lain yang diterima Desa, maupun yang diperoleh sendiri berupa Pendapatan Asli Desa diharapkan semakin mempercepat pembangunan desa. Mengingat semakin besarnya dana yang dikelola Pemerintah Desa, dipandang perlu adanya suatu akuntansi pemerintah desa yang dapat digunakan pemerintah desa sebagai acuan untuk menyusun laporan keuangan desa sebagai bentuk pertanggungjawaban 1
kepada para Stakeholder seperti Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah kabupaten/kota maupun stakeholders yang lain terutama masyarakat desa itu sendiri. 2. Pengelolaan Keuangan Desa Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa. Penyelenggaraan kewenangan Desa berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala Desa didanai oleh APBDesa. Penyelenggaraan kewenangan lokal berskala Desa selain didanai oleh APB Desa, juga dapat didanai oleh anggaran pendapatan dan belanja negara dan anggaran pendapatan dan belanja daerah. Penyelenggaraan kewenangan Desa yang ditugaskan oleh Pemerintah didanai oleh anggaran pendapatan dan belanja negara. Dana anggaran pendapatan dan belanja negara dialokasikan pada bagian anggaran kementerian/lembaga dan disalurkan melalui satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota. Penyelenggaraan kewenangan Desa yang ditugaskan oleh pemerintah daerah didanai oleh anggaran pendapatan dan belanja daerah. Seluruh pendapatan Desa diterima dan disalurkan melalui rekening kas Desa dan penggunaannya ditetapkan dalam APBDesa. Pencairan dana dalam rekening kas Desa ditandatangani oleh kepala Desa dan Bendahara Desa. Pengelolaan keuangan Desa meliputi: a) perencanaan; b) pelaksanaan; c) penatausahaan; d) pelaporan; dan e) pertanggungjawaban. Selanjutnya Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan Desa. Dalam melaksanakan kekuasaan pengelolaan keuangan Desa, kepala Desa menguasakan sebagian kekuasaannya kepada perangkat Desa. 3. Pengertian Akuntansi dan Sistem Akuntansi Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, akuntansi adalah proses identifikasi, pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan, penyajian laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya. Halim dan Kusufi (2012) menjelaskan yang dimaksud akuntansi keuangan daerah adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas pemerintah daerah (kabupaten, kota, atau provinsi) yang 2
dijadikan sebagai informasi dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak eksternal entitas pemerintah daerah yang memerlukan. Menurut Halim dan Kusufi (2012), tujuan pokok akuntansi pemerintahan adalah: a) Pertanggungjawaban, yaitu memberikan informasi keuangan yang lengkap pada waktu yang tepat, yang berguna bagi pihak yang bertanggung jawab yang berkaitan dengan operasi unit-unit pemerintahan. Fungsi pertanggungjawaban mengandung arti yang lebih luas daripada sekedar ketaatan terhadap peraturan, tetapi juga keharusan bertindak bijaksana dalam penggunaan sumber-sumber daya. b) Manajerial, yaitu akuntansi pemerintahan juga harus menyediakan informasi keuangan untuk perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan, pengendalian anggaran, perumusan kebijaksanaan dan pengambilan keputusan serta penilaian kinerja pemerintah. Tujuan ini perlu dikembangkan agar organisasi pemerintah tingkat atas dan menengah dapat menjadikan informasi keuangan atas pelaksanaan yang lalu untuk membuat keputusan ataupun penyusunan perencanaan untuk masa yang akan datang, c) Pengawasan, yaitu akuntansi pemerintahan juga harus memungkinkan terselenggaranya pemeriksaan oleh aparat pengawasan fungsional secara efektif dan efisien. Sistem akuntansi yang dirancang dan dijalankan secara baik akan menjamin dilakukannya prinsip stewardship dan accountability dengan baik pula. Pemerintah atau unit kerja pemerintah perlu memiliki sistem akuntansi yang tidak hanya berfungsi sebagai alat pengendalian transaksi keuangan, akan tetapi sistem akuntansi tersebut hendaknya mendukung pencapaian tujuan organisasi. Menurut Mulyadi (2001), sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan. Formulir atau dokumen merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam terjadinya transaksi. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 menjelaskan sistem akuntansi pemerintahan adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran dan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pemerintah. Menurut Muam (2011) Laporan keuangan yang dihasilkan dari sistem akuntansi dimaksudkan untuk memberi manfaat lebih baik bagi para pemangku kepentingan, antara lain para pengguna maupun pemeriksa laporan keuangan pemerintah, dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Hal ini sejalan dengan salah satu prinsip akuntansi yaitu bahwa biaya yang dikeluarkan sebanding dengan manfaat yang diperoleh Pembahasan dalam kajian implementasi akuntansi keuangan desa terkait erat dengan Sistem akuntansi keuangan desa yang merupakan alat (tools) untuk menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah Desa. Salah satu langkah penting dalam sistem akuntansi adalah pencatatan transaksi (jurnal). Jurnal ini menjadi inti pada 3
siklus akuntansi untuk menghasilkan laporan keuangan. Secara periodik, jurnal-jurnal tersebut diposting ke buku besar (ledger) masing-masing, selanjutnya diikhtisarkan dalam Neraca Saldo Sesudah Penyesuaian sebagai dasar untuk langkah berikutnya yaitu penyusunan Laporan Keuangan Desa. A. Pencatatan Transaksi (Jurnal) 1. Akuntansi Penerimaan Pendapatan a. Dokumen Sumber yang Digunakan Dokumen sumber yang digunakan sebagai dasar dalam pencatatan transaksi penerimaan Pendapatan adalah sebagai berikut: 1) Surat Tanda Setoran (STS) atau dokumen lain yang dipersamakan untuk menyetor/mencatat transaksi penerimaan desa. 2) Bukti Transfer merupakan dokumen atau bukti atas transfer penerimaan desa. 3) Nota Kredit Bank merupakan dokumen atau bukti dari bank yang menunjukan adanya transfer uang masuk ke rekening kas umum desa. b. Langkah-langkah : 1) Apabila Penerimaan Pendapatan diterima oleh Bendahara Desa maka berdasarkan dokumen Penerimaan dan lampirannya, Bendahara Desa mencatat transaksi pendapatan dengan menjurnal Kas di Bendahara Desa di debit dan Pendapatan (sesuai jenisnya) di kredit. Kas di Bendahara Desa Pendapatan (sesuai jenisnya) Selanjutnya Pendapatan yang diterima kemudian disetor ke Rekening Kas Desa. Bendahara Desa kemudian mencatat transaksi penyetoran tersebut dengan menjurnal Rekening Kas Desa di debit dan Kas di Bendahara Desa di kredit. Rekening Kas Desa Kas di Bendahara Desa 2) Apabila Penerimaan Pendapatan disetorkan langsung ke Rekening Kas Desa, maka Bendahara Desa berdasarkan dokumen Penerimaan dan lampirannya, mencatat transaksi pendapatan dengan menjurnal Rekening Kas Desa di debit dan Pendapatan (sesuai jenisnya) di kredit. Rekening Kas Desa Pendapatan (sesuai jenisnya) 4
2. Akuntansi Pengeluaran/Belanja a. Dokumen Sumber yang digunakan Dokumen sumber yang digunakan sebagai dasar dalam pencatatan transaksi penerimaan Pendapatan adalah sebagai berikut: 1) Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) atau dokumen lain yang dipersamakan untuk menyetor/mencatat transaksi penerimaan Desa. 2) Bukti Potong atau dokumen lain yang dipersamakan sebagai bukti atas penerimaan desa. 3) Nota Debit Bank merupakan dokumen atau bukti dari bank yang menunjukan adanya pembayaran atau uang keluar dari rekening kas umum desa. b. Langkah-langkah : 1) Apabila ada pengeluaran kas/belanja oleh Bendahara Desa maka berdasarkan dokumen pengeluaran dan lampirannya, Bendahara Desa mencatat transaksi pengeluaran/belanja dengan menjurnal Belanja (sesuai jenisnya) di debit dan Kas di Bendahara Desa di kredit. Belanja (sesuai jenisnya) Kas di Bendahara Desa 2) Apabila pengeluaran kas/belanja ditransfer/dibayarkan langsung dari Rekening Kas Desa, maka Bendahara Desa berdasarkan dokumen pengeluaran dan lampirannya, mencatat transaksi pengeluaran/belanja dengan menjurnal Rekening Kas Desa di debit dan Pendapatan (sesuai jenisnya) di kredit. Belanja (sesuai jenisnya) Rekening Kas Desa B. Laporan Keuangan Desa Tujuan laporan keuangan Pemerintah Desa adalah untuk menyajikan informasi realisasi anggaran dan posisi keuangan pemerintah desa yang bermanfaat bagi para pengguna dalam mengevaluasi kebijakan/keputusan lalu dan merencanakan kebijakan di masa depan. Tanggung jawab penyusunan dan penyajian laporan keuangan Pemerintah Desa berada pada Kepala Desa. Komponen laporan keuangan pemerintah desa terdiri atas: 1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Desa; Kegiatan keuangan pemerintah Desa dibatasi dengan anggaran yang telah ditetapkan dan ketersediaan dana yang diperoleh. Laporan Realisasi Anggaran Desa menyediakan informasi mengenai apakah sumber daya ekonomi telah diperoleh dan 5
digunakan sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan. Laporan Realisasi Anggaran Desa memuat anggaran dan realisasi selama periode pelaporan. 2. Neraca Desa Neraca Desa memberikan informasi mengenai Aset (kekayaan) dan Kewajiban entitas pemerintah Desa pada tanggal pelaporan dan perubahan kekayaan selama periode berjalan. Informasi ini diperlukan pengguna untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan entitas Pemerintah Desa dalam menyelenggarakan kegiatan pemerintahan Desa di masa mendatang. 6
3. Catatan atas Laporan Keuangan (CALK) Desa Pemerintah Desa harus mengungkapkan semua informasi penting, baik yang telah tersaji dalam LRA dan Neraca maupun yang tidak tersaji, pada Catatan atas Laporan Keuangan Desa. Pemerintah Desa menyusun Catatan Atas laporan Keuangan Desa agar dapat dipahami dan dibandingkan dengan laporan keuangan entitas lainnya. Catatan atas Laporan Keuangan Desa menjelaskan hal-hal sebagai berikut: a. Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada LRA dan Neraca; b. Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam LRA dan Neraca. CaLK Belanja merinci berdasarkan jenis belanja yaitu Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, Belanja Modal dan Belanja Tak Terduga. Dalam CaLK Kas diungkapkan tentang informasi Kas, yang meliputi Saldo Awal Kas, Penerimaan Kas, Pengeluaran Kas dan Saldo Akhir Kas pada akhir periode pelaporan. Aset desa yang nilai perolehan/nilai wajarnya belum diketahui dan/atau ditentukan, disajikan dalam daftar tersendiri dan dijelaskan pada Catatan atas Laporan Keuangan Desa. Dalam hal nilai aset sudah dapat diketahui dan/atau ditentukan nilai wajar/nilai perolehannya disajikan pada neraca desa. 4. Kesimpulan Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan 7
pelaksanaan hak dan kewajiban Desa. Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa. Sistem akuntansi akan memberi panduan kepada aparat desa mulai dari pencatatan, pengikhtisaran, dan penyesuaian atas transaksi yang terjadi sampai dengan menyajikan laporan keuangan desa. Hal ini bisa meningkatkan akuntabilitas publik dan transparansi pengelolaan dana desa. Komponen laporan keuangan pemerintah desa terdiri atas: Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Desa; Neraca Desa; dan Catatan atas Laporan Keuangan (CALK) Desa. Pada dasarnya Laporan keuangan pemerintah desa menunjukkan pertanggungjawaban (akuntabilitas) pemerintah desa atas sumber daya yang dikelola dan/atau dipercayakan kepada Pemerintah Desa. *** ---OOO--- 8