BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Harga pokok produksi Menurut Soemarso (1999:312) harga pokok produksi merupakan biaya pabrik ditambah dengan persediaan dalam proses awal dikurangi dengan persediaan dalam proses akhir. Harga pokok produksi menurut Murti Sumarni dan John Soeprihanto (1999:414) adalah biaya yang seharusnya untuk produksi suatu barang ditambah biaya yang lain sehingga barang tersebut sampai di pasar. Tujuan penetapan harga pokok produksi menurut Murti Sumarni dan John Soeprihanto (1999:415) adalah: 1) Untuk menetapkan harga pokok standar yaitu harga dan biaya suatu barang yang dikeluarkan apabila terjadi pemborosan; 2) Sebagai dasar penetapan harga jual; 3) Untuk mengetahui kebijakan penjualan sebuah produk; 4) Untuk mengetahui pemeliharaan mesin dan perlengkapan perlu diganti atau ditambah, sebab biaya perbaikan mesin dapat mempertinggi harga pokok produk; 5) Untuk keperluan perhitungan neraca yaitu mengetahui harga barang jadi yang ada di gudang yang dapat ditentukan dengan mengetahui harga pokok barang tersebut. 7
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan harga pokok produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam kegiatan pengolahan bahan baku menjadi barang jadi yang siap dijual. 2.1.2 Metode penentuan harga pokok produksi Menurut Mulyadi (2005:17) terdapat dua pendekatan dalam menentukan harga pokok produksi yaitu: 1) Penentuan harga pokok produksi penuh (full costing) Full costing merupakan penentuan harga pokok produksi yang membebankan seluruh biaya produksi baik yang berlaku tetap maupun variabel kepada sebuah produk. Harga pokok produksi dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur-unsur biaya produksi ditambah dengan biaya pemasaran, administrasi dan umum. 2) Penentuan harga pokok produksi variabel (variabel costing) Variabel costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya membebankan biaya yang berlaku variabel ke dalam harga pokok produk. Harga pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan variabel costing terdiri dari unsur-unsur biaya produksi variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel, ditambah dengan biaya non produksi variabel, dan biaya tetap (biaya overhead tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi umum tetap). 8
2.1.3 Biaya produksi Biaya produksi menurut Supriyono (1999:19) merupakan biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Menurut Soemarso (1999:312) biaya produksi merupakan biaya yang dibebankan dalam proses produksi selama satu periode. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi dan berhubungan langsung dalam proses produksi atau dalam mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual dalam suatu periode. 2.1.4 Elemen-elemen biaya produksi Pada dasarnya biaya produksi terdiri dari tiga elemen biaya yaitu: 1) Biaya bahan baku Biaya bahan baku merupakan biaya yang digunakan untuk proses produksi yang dapat diidentifikasikan ke produk (Sulistiningsih dan Zulkifli, 1999:143). Biaya bahan baku menurut Soemarso (1999:294) merupakan biaya untuk bahan-bahan yang dapat dengan mudah dan langsung dapat diidentifikasi ke barang jadi. Menurut Carter dan Usry (2006:40) biaya bahan baku adalah semua biaya bahan baku yang membentuk integral dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisif dalam perhitungan biaya produksi. 2) Biaya tenaga kerja langsung Biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja langsung yang melakukan konversi tenaga kerja langsung 9
menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak ke sebuah produk tertentu (Carter dan Usry, 2006:400). Menurut Sulistiningsih dan Zulkifli (1999:165) biaya tenaga kerja langsung merupakan harga yang dibebankan untuk usaha fisik atau mental yang dikeluarkan oleh karyawan dalam mengolah produk. Biaya tenaga kerja langsung menurut Muhadi dan Joko Siswanto (2001:55) adalah biaya yang dikeluarkan untuk karyawan dalam melakukan produksi. 3) Biaya overhead pabrik Biaya overhead pabrik menurut Muhadi dan Joko Siswanto (2001:61) merupakan biaya-biaya yang terdiri atas biaya penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung dan semua biaya produksi lainnya yang tidak dapat diidentifikasi atau dibebankan secara langsung pada pesanan atau produk tertentu. Menurut Sulistiningsih dan Zulkifli (1999:175) biaya overhead pabrik merupakan berbagai macam biaya yang tidak dapat ditelusuri secara langsung pada produk atau aktivitas lainnya dalam upaya perusahaan untuk merealisasikan pendapatan. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa elemen-elemen biaya produksi terdiri atas biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead yang merupakan total keseluruhan biaya produksi. Biaya bahan baku merupakan biaya bahan yang membentuk bagian menyeluruh dari sebuah produk dari bahan mentah menjadi produk jadi yang siap dipasarkan ke pelanggan. Biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya yang menangani secara langsung proses produksi atau dapat diidentifikasi secara langsung dengan produk 10
jadi. Dan biaya overhead pabrik merupakan biaya produksi selain biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung serta biaya-biaya yang tidak dapat diidentifikasi secara langsung dengan produk yang dihasilkan. 2.1.5 Penentuan harga jual yang diatur dengan peraturan pemerintah Menurut Mulyadi (2001:555) penentuan harga jual produk atau jasa yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat luas seperti listrik, air dan telepon diatur dengan peraturan pemerintah. Harga jual produk dan jasa tersebut ditentukan berdasarkan biaya penuh ditambah dengan laba. Harga jual air berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006 harus memenuhi prinsip keterjangkauan dan keadilan, mutu pelayanan, pemulihan biaya, efisiensi pemakaian air, transparansi dan akuntabilitas, perlindungan air baku. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006 terdapat empat jenis tarif, yaitu: a) Tarif rendah adalah tarif bersubsidi yang nilainya lebih rendah dibanding biaya dasar; (b) Tarif dasar adalah tarif yang nilainya sama atau ekuivalen dengan biaya dasar; (c) (d) Tarif penuh adalah tarif yang nilainya lebih tinggi dibanding biaya dasar. Tarif kesepakatan adalah tarif yang nilainya berdasarkan kesepakatan antara PDAM dengan pelanggan. 11
2.1.6 Break even point (BEP) Untuk dapat memberikan satu gambaran dan informasi yang bermanfaat bagi perencanaan perusahaan di masa yang akan datang, maka dapat dilakukan dengan analisis Break Even Point (BEP). Analisis ini sangat berguna bagi manajemen dalam memperoleh informasi dan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Bambang Riyanto (1996:278) menyatakan bahwa analisis Break Even Point (BEP) adalah suatu teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Oleh karena analisis tersebut mempelajari hubungan biaya keuntungan-volume kegiatan, maka analisis tersebut sering pula disebut Cost Profit-Volume Analysis (CPV Analysis). Menurut Hansen dan Mowen (1996:210) titik impas adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya, yaitu titik dimana laba sama dengan nol. Jadi dapat dikatakan bahwa analisis Break Even adalah suatu analisis untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa perusahaan tidak memperoleh laba atau rugi. 2.1.7 Perhitungan break even point (BEP) Mulyadi (2001:236) mengungkapkan bahwa perhitungan Break Even Point dalam rumus aljabar dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1) BEP (Rp) = Biaya tetap (Rp/m 3 ) 1 - Biaya variabel (Rp/m 3 ) Harga jual (Rp/m 3 ) 12
2) BEP (unit) = Biaya tetap Harga jual per unit Biaya variabel per unit 2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumnya oleh Ayu Krisna Dewi (2007) menganalisis tentang perhitungan harga pokok produksi air sebagai dasar penentuan harga jual dan pengaruhnya terhadap laporan keuangan pada PDAM Kabupaten Badung. Dalam penelitian ini variabel yang diteliti yaitu harga pokok produksi air dan harga jual air. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian adalah terjadi perbedaan dalam perhitungan harga pokok produksi air dan harga jual air sehingga sangat mempengaruhi laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan dengan yang dilakukan oleh peneliti. Selanjutnya penelitian oleh Intari (2007) yang menganalisis tentang penentuan harga pokok produksi air sebagai dasar penentuan harga jual pada PDAM Kodya Denpasar. Dalam penelitian ini variabel yang diteliti yaitu harga pokok produksi air dan harga jual air. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian adalah terjadi perbedaan dalam perhitungan harga pokok produksi air dan harga jual air antara perusahaan dan yang dilakukan peneliti. Persamaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah sama-sama menganalisis perhitungan harga pokok produksi air sebagai dasar penentuan harga jual air dan juga teknik analisis yaitu teknik analisis kuantitatif dan kualitatif. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah pada lokasi penelitian. 13
Penelitian diatas berlokasi pada PDAM Kabupaten Badung dan Kota Denpasar sedangkan pada penelitian ini berlokasi pada PDAM Kabupaten Tabanan. 14