2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. menyediakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik untuk. penting pada penentuan kemajuan suatu bangsa. Sesuai dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan manusia akan belajar mengenai hal hal baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. suatu lembaga pendidikan. Kurikulum menyangkut suatu rencana dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Astrid Sutrianing Tria, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Muhammad Hasbiyal Farhi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING DANMODEL INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM PADA SISWI DI SMP NEGERI 5 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. didik untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Indonesia telah mengalami sepuluh kali perubahan, yaitu Kurikulum

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku. Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan. diluncurkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013.

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang dikembangkan pada tataran satuan pendidikan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum merupakan hal penting dalam sistem pendidikan Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

BAB I PENDAHULUAN. yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Deni Diki Hardiansyah, 2014

2015 PENGARUH MODEL DIRECT INSTRUCTION DAN INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN SOFTBALL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalampembangunan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bertanggung jawab (Pasal 3, Undang-undang nomor 20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam

I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi saat ini pengetahuan dan teknologi mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nina Indriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kemajuan dari suatu bangsa dapat dilihat dari sektor pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan. berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dengan menumbuhkan keterampilan dan kemampuan berpikir siswa.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dewasa ini bukan hanya untuk memenuhi target kurikulum semata, namun menuntut adanya pemahaman kepada

BAB I PENDAHULUAN. baik agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional meghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mandiri dan membentuk siswa dalam menuju kedewasaan. Pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. membantu penyelesaian masalah pembangunan yang ada. Upaya yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. di tingkat dasar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah [ sic! sic!

Transkripsi:

A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan nasional adalah suatu proses belajar dan pembelajaran yang terencana sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Di Indonesia memiliki jenjang dalam pendidikan yaitu Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan sampai pendidikan di Universitas. Tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana telah dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 (dalam buku yang diterbitkan oleh Kemendikbud, 2013, hlm. 81) adalah berbunyi: Untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Secara singkat, undang-undang di atas menjelaskan bahwa tujuan pendidikan nasional untuk mengembangkan manusia seutuhnya yaitu membentuk karakter peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, kreatif, mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Kurikulum adalah instrumen pendidikan untuk membawa insan Indonesia memiliki kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sehingga dapat menjadi pribadi dan warga negara yang produktif, kreatif, inovatif dan efektif. Indonesia sering mengalami perubahan kurikulum, perubahan kurikulum tersebut bertujuan untuk membekali peserta didik dengan berbagai sikap dan kemampuan yang sesuai dengan perkembangan zaman dimasa yang akan datang. Kurikulum pertama dimasa kemerdekaan terbentuk pada tahun 1947 dikenal dengan rencana pelajaran, tahun 1952 di kenal dengan kurikulum rencana pelajaran terurai, tahun 1964 dikenal dengan kurikulum rencana pendidikan, tahun 1975 dikenal dengan kurikulum Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), tahun 1994 dikenal dengan kurikulum 1994, tahun 2004 dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi

2 (KBK), tahun 2006 dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan pada tahun 2013 dikenal dengan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 secara terbatas mulai dilaksanakan tahun 2013 pada sekolah-sekolah yang memenuhi persyaratan dan ditetapkan secara selektif oleh pemerintah. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya untuk merespon berbagai tantangan-tantangan internal dan eksternal. Pengembangan kurikulum menjadi amat penting sejalan dengan kontinuitas kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta perubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di masa depan. Aneka kemajuan dan perubahan itu melahirkan tantangan internal dan eksternal di bidang pendidikan. Dalam buku yang di terbitkan oleh Kemendikbud (2013, hlm. III) menjelaskan bahwa: Pengembangan kurikulum 2013 dilaksanakan atas dasar beberapa prinsip utama. Pertama, standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan. Kedua, standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran. Ketiga, semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Keempat, mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Kelima, semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian Berdasarkan penjelasan di atas bahwa pengembangan kurikulum 2013 dilaksanakan atas beberapa prinsip yang intinya semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti dan semua mata pelajaran harus mengembangkan sikap, keterampilan dan pengetahuan. Jadi, dalam kurikulum 2013 tidak hanya satu aspek saja yang dikembangkan, tetapi harus mencakup tiga aspek tersebut. Beberapa prinsip utama tersebut tentunya untuk membuat peserta didik menjadi lebih baik. Selanjutnya dalam buku yang di terbitkan oleh Kemendikbud (2014, hlm. 2) menjelaskan Langkah lanjutan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirilis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Permendikbud Nomer 81A Tahun 2013 (dalam Hosnan, 2014, hlm.282) pada lampiran menyatakan bahwa: Untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum, kegiatan pembelajaran yang perlu menggunakan prinsip yang: (1) berpusat

3 pada peserta didik, (2) mengembangkan kreativitas peserta didik, (3) menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna. Berdasarkan penjelasan di atas bahwa pembelajaran harus berpusat pada peserta didik, mengembangkan kreativitas siswa, menyenangkan dan menantang, memuat nilai- nilai dan menyediakan pengalaman belajar yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna bagi siswa agar pembelajaran lebih mudah diserap oleh siswa. Salah satu pelajaran yang terdapat dalam kurikulum 2013 adalah pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Lutan (2000, hlm. 15) dalam hal ini menyatakan bahwa Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, tujuan yang ingin dicapai bersifat menyeluruh. Mencakup domain psikomotor, kognitif dan afektif. Pendidikan jasmani berbeda dengan mata pelajaran lain, pendidikan jasmani itu bersifat holistik (menyeluruh). Pendidikan jasmani sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan prinsip utama pengembangan kurikulum 2013 yang ketiga, semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Oleh karena itu, pendidikan jasmani harus meliputi tiga aspek sekaligus yaitu aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di Indonesia dengan menggunakan kurikulum 2013 belum berjalan dengan baik, karena keterbatasan pemahaman guru mengenai kurikulum 2013, padahal pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan adalah mata pelajaran wajib dan sangat bermanfaat bagi siswa karena melalui gerak siswa lebih sehat dan bugar itulah manfaat yang unik yang terdapat pada pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan yang berbeda dengan mata pelajaran lain. Untuk mencapai pembelajaran pendidikan jasmani yang optimal, diantaranya ditentukan oleh kualitas guru, karena guru sebagai pengelolah dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Maka guru diharapkan mampu melaksanakan pembelajaran dengan hasil yang optimal diantaranya dalam pemilihan model pembelajaran, guru harus memilih model pembelajaran yang

4 tepat sehingga dapat memotivasi peserta didik mengikuti pembelajaran, mempermudah peserta didik mengikuti pembelajaran dan dengan model pembelajaran yang aktif dapat meningkatkan kreativitas siswa. Berkaitan dengan model, terdapat istilah- istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang model, dalam pembelajaran pendidikan jasmani dikenal beberapa istilah seperti strategi, metode, pendekatan, dan model- model pembelajaran. Strategi menunjukkan pada sebuah perencanaan untuk mencapai tujuan, metode adalah cara yang digunakan untuk melaksanakan strategi. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran, sedangkan model adalah pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan. Burden & Byrd (dalam Juliantine dkk, 2013, hlm. 9) menyatakan bahwa Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jadi dari penjelasan di atas bahwa model, pendekatan, strategi dan metode itu berbeda. Jenis- jenis model pembelajaran dalam pendidikan jasmani di jelaskan oleh Metzler (2000, hlm. 18) dalam bukunya yang berjudul Instructional Models For Physical Education menyatakan Instructional model for physical education such us: direct instruction, personalized systems for instruction, cooperative learning, sport education, peer teaching, inquiry model, and tactical games. Yaitu ada beberapa model pembelajaran dalam pendidikan jasmani diantaranya: model pembelajaran langsung, model pembelajaran individual, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran pendidikan olahraga, model pembelajaran peer teaching, model pembelajaran inkuiri dan model permainan taktis. Model- model pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 atau biasa di kenal model pembelajaran saintifik mengharuskan dan mengutamakan tiga model pembelajaran diluar dari model- model pendidikan jasmani, yaitu: discovery learning, problem based learning dan project based learning. Dalam pelaksanaan tiga model tersebut diharapkan dapat mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Student oriented yaitu pergeseran pendidikan yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa sehingga siswa akan lebih aktif dan kreatif.

5 Model pembelajaran discovery learning merupakan model pembelajaran yang mengharuskan siswa berpikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum yang diinginkan dengan bimbingan dan petunjuk dari guru berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan, menuntut siswa mencari tahu bukan diberi tahu. Kreativitas merupakan sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang harus baru bagi orang lain atau dunia pada umumnya. Kreativitas dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk menciptakan ide, gagasan dan berkreasi yang khususnya sesuatu yang baru untuk diri sendiri dan orang lain atau dunia pada umumnya. Dari hasil observasi peneliti di lapangan terdapat beberapa masalah yang terjadi diantaranya terlihat dari proses pembelajaran yang disampaikan oleh guru masih terkesan pasif, guru masih menjadi pusat perhatian sepenuhnya (teacher oriented) sehingga siswa kurang aktif dan kreativitas siswa kurang, sedangkan dalam kurikulum 2013 diharapkan dapat mengubah teacher oriented ke student oriented, sehingga guru tidak menjadi pusat perhatian sepenuhnya, tetapi siswa itu sendiri yang aktif dan mencari tahu sendiri dengan bimbingan guru saat proses pembelajaran. Berkaitan dengan masalah tersebut seorang guru harus terus belajar dan menambah pemahamannya tentang kurikulum 2013 dan dapat mempraktikkan model-model pembelajaran dalam kurikulum 2013 yang membuat siswa aktif dan meningkatnya kreativitas siswa. Dalam buku yang di terbitkan oleh Kemendikbud (2014, hlm. 264). Dalam hal ini menjelaskan bahwa: Dengan mengaplikasikan model discovery learning secara berulang-ulang dapat meningkatkan kemampuan penemuan diri individu yang bersangkutan. Hal tersebut menjadi dasar peneliti untuk menjadikan suatu masalah untuk diteliti agar kreativitas siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani meningkat. Menggunakan model pembelajaran discovery learning diharapkan dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Berdasarkan uraian diatas peneliti merasa tertarik untuk meneliti

6 tentang PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas V SD Negeri I Sumber Cirebon). B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran discovery learning dalam pembelajaran pendidikan jasmani terhadap kreativitas siswa SD Negeri I Sumber Cirebon? 2. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran pendidikan jasmani terhadap kreativitas siswa SD Negeri I Sumber Cirebon? 3. Manakah model pembelajaran yang memberikan pengaruh lebih besar antara model pembelajaran discovery learning dan model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran pendidikan jasmani terhadap kreativitas siswa SD Negeri I Sumber? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui, apakah terdapat pengaruh model pembelajaran discovery learning dalam pembelajaran pendidikan jasmani terhadap kreativitas siswa SD Negeri I Sumber Cirebon 2. Untuk mengetahui, apakah terdapat pengaruh model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran pendidikan jasmani terhadap kreativitas siswa SD Negeri I Sumber Cirebon 3. Untuk mengetahui, manakah model pembelajaran yang memberikan pengaruh lebih besar antara model pembelajaran discovery learning dan model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran pendidikan jasmani terhadap kreativitas siswa SD Negeri I Sumber

7 D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna dan memberikan masukan yang berarti bagi siswa, guru, dan peneliti. Adapun manfaat hasil penelitian ini, yaitu : 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumber informasi dalam pengembangan model- model pembelajaran saintifik dalam kurikulum 2013 terutama model pembelajaran discovery learning. 2. Secara Praktis a. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan selama proses pembelajaran dengan model pembelajaran discovery learning membuat siswa senang, aktif dan siswa akan lebih kreatif. b. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan kepada guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, guna menerapkan model pembelajaran discovery learning dalam meningkatkan kreativitas siswa. c. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan tentang model- model pembelajaran saintifik dalam kurikulum 2013, yaitu mengenai pengaruh model pembelajaran discovery learning dalam pembelajaran pendidikan jasmani terhadap kreativitas siswa E. Struktur Organisasi Skripsi Untuk penulisan dari setiap BAB dan bagian BAB dalam skripsi ini, agar tidak keluar dari batasan struktur organisasi, maka dibuat struktur organisasi BAB pertama sampai BAB terakhir, sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN, dalam BAB ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. BAB II KAJIAN PUSTAKA, dalam BAB II ini menjelaskan tentang belajar, pembelajaran, pendidikan jasmani, model pembelajaran, model pembelajaran discovery learning, model pembelajaran konvensional, kreativitas, dan hipotesis penelitian

8 BAB III METODE PENELITIAN, dalam BAB III menjelaskan tentang metode penelitian, desain penelitian, populasi dan sampel, instrumen penelitian, validitas dan reliabilitas instrumen, prosedur penelitian, analisis data (menghitung rata-rata, menghitung simpangan baku, uji normalitas data, uji homogenitas data dan uji hipotesis) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, dalam BAB IV menjelaskan tentang hasil pengolahan data, analisis data dan pembahasan mengenai pengaruh model pembelajaran discovery learning dalam pembelajaran pendidikan jasmani terhadap kreativitas siswa BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI, dalam BAB V menjelaskan tentang simpulan, implikasi, dan rekomendasi dari hasil pengolahan data dan analisis data yang dilakukan pada BAB sebelumnya.