BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebanyak 95% jumlah penduduk Indonesia mengkonsumsi beras, dengan rata-rata konsumsi beras sebesar 102kg/jiwa/tahun (BPS, 2013). Hal ini pula yang mendorong beras menjadi komoditas pangan yang sangat strategis. Beras juga menjadi salah satu kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seseorang. Meskipun beras menjadi komoditas pangan terbesar di Indonesia, tetapi masih banyak masyarakat yang tidak mampu membeli beras tersebut untuk memenuhi kebutuhan primernya. Hal ini dikarenakan masih terdapat banyak masyarakat yang berpenghasilan rendah sehingga berpengaruh pada daya beli masyarakat tersebut. Kemiskinan merupakan suatu keadaan yang mencerminkan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Kemiskinan dapat disebabkan oleh beberapa faktor sulitnya dalam memenuhi kebutuhan dasar, memperoleh pendidikan dan perkerjaan, atau hidup dalam lingkungan yang tidak nyaman sehingga mengurangi kesempatan untuk memperluas kemampuan dan potensi diri. Negara Indonesia merupakan Negara berkembang yang masih memiliki garis kemiskinan yang cukup tinggi. Hal ini didukung dengan adanya pendataan terhadap masyarakat berpenghasilan rendah yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Pada tahun 2011 1
2 sampai dengan tahun 2014, angka kemiskinan di Indonesia megalami penurunan dari 12,36% menjadi 10,96%. Namun pada tahun 2015 kemiskinan di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 0,17% dari tahun 2014. Pemerintah memiliki beberapa upaya dalam penanggulangan kemiskinan. Salah satunya yaitu dengan menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok guna menjamin daya beli masyarakat miskin. Dalam upaya menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok, pemerintah membentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu Perum BULOG. Perum BULOG didirikan atas dasar Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 7 Tahun 2003 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 61 Tahun 2003 (Kementrian Keuangan, 2014). Menyelenggarakan usaha logistik pangan pokok merupakan salah satu tugas dari Perum BULOG. Selain itu, tugas Perum BULOG yang termuat dalam Instruksi Presiden (Inpres) tentang Kebijakan Perberasan Nasional yaitu penyaluran beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat miskin dan rawan pangan serta penyediaan beras untuk menanggulangi keadaan darurat dan bencana. Penyaluran beras bersubsidi tersebut dilakukan melalui program raskin. Penyaluran raskin merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilakukan oleh Perum BULOG untuk membantu pemerintah dalam program kesejahteraan rakyat guna mengurangi beban pengeluaran RTS-PM (rumah tangga miskin di Kelurahan/Desa yang berhak untuk menerima raskin yang telah terdaftar dalam Daftar Penerima Manfaat yang ditetapkan oleh Kepala Lurah/Desa dan
3 disahkan oleh Camat) dalam memenuhi kebutuhan pangan (Kementerian Bidang Koordinator Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia, 2015). Penyaluran raskin sudah dimulai sejak tahun 1998. Krisis moneter yang terjadi pada tahun tersebut merupakan awal pelaksanaan raskin yang bertujuan untuk memperkuat ketahanan pangan rumah tangga miskin. Pada awalnya program ini disebut program Operasi Pasar Khusus (OPK), kemudian diubah menjadi raskin pada tahun 2002. Raskin yang tadinya menjadi program darurat (social safety net) kini telah diperluas fungsinya sebagai bagian dari program perlindungan sosial masyarakat. Penyaluran raskin merupakan salah satu program pro rakyat yang dimunculkan oleh pemerintah Indonesia sebagai upaya percepatan penanggulangan kemiskinan. Hal ini diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia No 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Dalam penyaluran raskin Perum BULOG terbagi menjadi beberapa cabang, diantaranya Divisi Regional/Divre, Sub Divisi Regional/Subdivre, Kantor Logistik/Kanlog, dan Gudang. Subdivre Surakarta merupakan salah satu lokasi Subdivre Perum BULOG yang beralamat di Jl. L.U Adi Sucipto No 17 Surakarta. Dalam melakukan penyaluran raskin, Subdivre Surakarta menangani 1 Kota dan 6 Kabupaten yang berada dalam wilayah Karesidenan Surakarta. Wilayah-wilayah tersebut yaitu Kota Surakarta, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Klaten, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, dan Kabupaten Wonogiri.
4 Pada tahap implementasi program raskin di wilayah Surakarta agar berjalan dengan efektif diperlukan kesiapan dari semua pihak yang terlibat, baik itu Pemerintah Kota, Perum BULOG, Tim Koordinasi Raskin Kota, Tim Koordinasi Kecamatan hingga Kelurahan, masyarakat, dan pihak terkait lainnya. Selain itu juga diperlukan suatu kesamaan persepsi antara masyarakat dengan pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan penyaluran raskin ini. Hal ini diperlukan untuk menghindari adanya permasalahan dalam pelaksanaan penyaluran raskin. Kota Surakarta masih banyak terdapat masyarakat yang berpenghasilan rendah, sehingga masih sulit untuk memenuhi kebutuhan pangan pokok mereka yaitu beras. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak rumah tangga miskin di wilayah ini yang membutuhkan program beras bersubsidi (raskin). Adanya Program Raskin ini merupakan wujud dari Peraturan Daerah Kota Surakarta No 11 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Kemiskinan pasal 15 poin b yang berbunyi pemberian bantuan pangan dan sandang. Pemerintah Kota Surakarta membentuk Tim Koordinasi Program Raskin yang termuat dalam Keputusan Walikota Surakarta No 972.05/I.30/I/2015 guna menindaklanjuti program raskin tersebut. Kelurahan ditunjuk oleh Walikota sebagai Titik Distribusi sekaligus Titik Bagi. Titik Distribusi merupakan lokasi penyerahan beras raskin dari satuan kerja (satker) raskin yang dibentuk oleh Subdivre Surakarta. Sedangkan Titik Bagi adalah lokasi penyerahan beras dari pelaksana distribusi kepada Rumah Tangga Sasaran-Penerima Manfaat (RTS-PM). Kota Surakarta memiliki 51
5 Kelurahan yang tersebar di dalam 5 wilayah Kecamatan. Hal ini berarti terdapat 51 Titik Distribusi dan Titik Bagi dalam penyaluran beras raskin. Salah satunya yaitu di Kelurahan Pajang yang terletak di Jalan Sidomukti Utara 1 No 7 Pajang. Penulis tertarik melakukan penelitian mengenai penyaluran beras raskin di Kelurahan Pajang, karena jumlah Rumah Tangga Sasaran dari program raskin paling banyak dibandingkan dengan kelurahan-kelurahan lain yang ada di Kecamatan Laweyan yaitu sebanyak 1.083 RTS-PM. Untuk itu dibutuhkan suatu sistem yang mengatur tentang proses penyaluran raskin tersebut, sehingga mempermudah dalam melakukan penyaluran raskin. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk memilih judul EVALUASI SISTEM PENYALURAN RASKIN PERUM BULOG SUBDIVRE SURAKARTA KEPADA RUMAH TANGGA SASARAN- PENERIMA MANFAAT (RTS-PM) DI KOTA SURAKARTA. Diharapkan dalam judul ini penulis dapat membahas lebih mendalam mengenai sistem penyaluran raskin dari Perum BULOG Subdivre Surakarta hingga ke masyarakat yang termasuk Rumah Tangga Sasaran-Penerima Manfaat (RTS- PM) di Kota Surakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
6 1. Bagaimana sistem penyaluran raskin dari Perum BULOG Subdivre Surakarta kepada Rumah Tangga Sasaran-Penerima Manfaat (RTS-PM) di Kota Surakarta? 2. Apakah kendala dalam pelaksanaan sistem penyaluran raskin dari Perum BULOG Subdivre Surakarta kepada Rumah Tangga Sasaran-Penerima Manfaat (RTS-PM) dan bagaimana solusi yang telah dilakukan untuk mengatasinya? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang akan dibahas, maka penelitian ini mempunyai beberapa tujuan antara lain sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui sistem penyaluran beras raskin dari Perum BULOG Subdivre Surakarta kepada Rumah Tangga Sasaran-Penerima Manfaat (RTS-PM) di Kota Surakarta. 2. Untuk mengetahui kendala dan upaya yang telah dilakukan dalam pelaksanaan sistem penyaluran raskin dari Perum BULOG Subdivre Surakarta kepada Rumah Tangga Sasaran-Penerima Manfaat (RTS-PM) di Kota Surakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Perum BULOG Subdivre Surakarta
7 Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi, sehingga perusahaan dapat mengambil kebijakan yang lebih baik dalam menentukan sistem penyaluran beras. 2. Bagi Pemerintah Kota Surakarta Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi terhadap sistem penyaluran raskin yang telah dilakukan. 3. Bagi Penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang baru bagi penulis mengenai sistem penyaluran raskin dari Perum BULOG Subdivre Surakarta kepada Rumah Tangga Sasaran- Penerima Manfaat (RTS-PM) di Kota Surakarta. 4. Bagi Pembaca Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai sistem penyaluran raskin dari Perum BULOG Subdivre Surakarta kepada Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) di Kota Surakarta dan dapat dijadikan sebagai suatu bahan referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.