PERATURAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN NOMOR 002 TAHUN 2015 Tentang TATA KERJA ORGANISASI KEMAHASISWAAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Periode 2015/2016 Mengingat Menimbang : 1. Undang-undang Dasar Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor Tahun 2011 2. Peraturan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Nomor 001 Tahun 2015 tentang Organisasi Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi dan Manajemen : 1. Bahwa Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor merupakan perangkat Organisasi Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi dan Manajemen yang mempunyai kedudukan tertinggi 2. Perlu ditetapkannya Tata Kerja Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor sebagai pedoman arah pelaksanaan kegiatan sesuai dengan fungsinya dalam Peraturan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Memperhatikan : Pendapat-Pendapat Yang Berkembang Dalam Pembahasan Tata Kerja Pada Sidang Istimewa Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Memutuskan : MENETAPKAN Peraturan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Nomor 002 Tahun 2015 tentang Tata Kerja Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor sebagaimana terlampir.
Ditetapkan pada Sidang Istimewa Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Periode 2015/2016 Dramaga, 26 Desember 2015 Pukul 10.28 WIB
Lampiran BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Nama, Istilah, dan Singkatan 1. Ormawa adalah Organisasi Kemahasiswaaan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. 2. LS adalah Lembaga Struktural Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. 3. DPM adalah Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. 4. BEM adalah Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. 5. Himpro adalah Himpunan Mahasiswa Profesi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. 6. BP Himpro adalah Badan Pengawas Himpunan Mahasiswa Profesi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. 7. Tata Kerja Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor selanjutnya disebut Tata Kerja DPM. 8. Tata Kerja DPM merupakan tata laksana DPM yang terencana, terarah, terpadu, sistematis, dan berkesinambungan untuk mencapai tujuan sesuai dengan Peraturan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor nomor 001 Tahun 2015. 9. Surat adalah surat masuk dan surat keluar DPM. 10. Keputusan adalah surat keputusan yang dibuat berdasarkan keputusan Rapat Pleno DPM. 11. Ketetapan adalah surat ketetapan yang dibuat dalam sidang DPM. Pasal 2 Maksud dan Tujuan 1. Maksud ditetapkan Tata Kerja DPM adalah untuk mengarahkan DPM dalam melaksanakan setiap aktivitas kelembagaannya sehingga dapat mencapai tujuan yang sesuai dengan Peraturan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Nomor 001 Tahun 2015. 2. Tujuan ditetapkan Tata Kerja DPM adalah agar tercapai keadaan yang diinginkan dalam periode kepengurusan dan dalam jangka panjang secara bertahap sesuai dengan tujuan Peraturan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Nomor 001 Tahun 2015. BAB II Pasal 3 Struktur Struktur DPM ditetapkan dengan Surat Keputusan DPM. Pasal 4 Fungsi Fungsi DPM sesuai dengan pasal 17 Peraturan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Nomor 001 Tahun 2015.
Pasal 5 Hak dan Kewajiban Hak dan kewajiban DPM sesuai pasal 12 dan pasal 13 dalam Peraturan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Nomor 001 Tahun 2015. Pasal 6 Tugas dan Wewenang DPM Tugas dan wewenang DPM sesuai dengan pasal 18 dan pasal 19 Peraturan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Nomor 001 Tahun 2015. Pasal 7 Tugas dan Wewenang Perangkat DPM 1. Tugas dan wewenang Badan Pengurus Harian a. Tugas dan wewenang Ketua DPM: 1. Memimpin dan mengoordinasi aktivitas DPM. 2. Membangun dan menjaga kesolidan seluruh anggota DPM. 3. Melakukan koordinasi dengan ketua komisi. 4. Menandatangani surat keputusan dan ketetapan atas nama DPM. 5. Melantik pergantian anggota dalam masa kepengurusan. 6. Menempatkan anggota ke dalam struktur DPM dengan usulan anggota yang bersangkutan berdasarkan pertimbangan anggota DPM dan melalui kesepakatan rapat pleno. 7. Mewakili DPM dalam kegiatan yang diadakan di dalam kampus maupun di luar kampus atau memberikan mandat kepada Wakil Ketua DPM atau anggota DPM apabila Ketua DPM berhalangan. 8. Melantik ketua dan Wakil Ketua BEM. 9. Mengoordinasikan forum Ketua Ormawa dan DPM. 10. Memberikan persetujuan dan pertimbangan kepada sekretaris, bendahara, dan komisi-komisi dalam menjalankan fungsinya. 11. Berwenang memberikan sanksi kepada internal anggota DPM melalui mekanisme pemberian sanksi. b. Tugas dan wewenang Wakil Ketua DPM : 1. Mewakili DPM dalam kegiatan yang diadakan di dalam kampus maupun di luar kampus dengan seizin mandat dari Ketua DPM. 2. Membantu Ketua DPM dalam berkoordinasi dengan komisi. 3. Membantu Ketua DPM dalam menjaga kesolidan seluruh anggota DPM. c. Tugas dan wewenang Sekretaris DPM : 1. Bertanggung jawab kepada Ketua DPM. 2. Bertanggung jawab terhadap korespondensi DPM. 3. Memeriksakan proposal, laporan pertanggungjawaban, dan progress report dari BEM dan Himpro dengan dibantu komisi DPM dan BP Himpro. 4. Mengadakan forum sekretaris Ormawa. 5. Menjadi delegasi DPM dalam menjalankan hubungan dengan Ormawa Institut Pertanian Bogor dalam lingkup kesekretariatan. d. Tugas dan wewenang Bendahara DPM 1. Bertanggung jawab kepada Ketua DPM. 2. Melakukan fungsi budgeting Ormawa dengan dibantu anggota DPM.
3. Mengadakan forum bendahara Ormawa. 4. Bertanggung jawab atas segala kegiatan kebendaharaan DPM. 5. Memeriksa anggaran dana dan laporan keuangan BEM dan Himpro dengan dibantu komisi DPM dan BP Himpro. 6. Menjadi delegasi DPM dalam menjalankan hubungan dengan Ormawa Institut Pertanian Bogor dalam lingkup kebendaharaan. 2. Tugas dan wewenang komisi: a. Bertanggung jawab kepada Ketua DPM. b. Melakukan fungsi pengawasan terhadap BEM. c. Melakukan fungsi aspiratif. d. Melakukan rapat komisi dan rapat koordinasi. e. Tugas dan wewenang komisi dijalankan berdasarkan kesepakatan komisi dengan Ketua DPM. f. Menyampaikan laporan kegiatan kepada Ketua DPM. g. Membuat press release yang diserahkan kepada Badan Pengurus Harian DPM secara berkala sesuai dengan kesepakatan. h. Melakukan koordinasi dengan Bendahara Umum DPM dalam membuat anggaran dana DPM serta memeriksa anggaran dana dan laporan keuangan BEM. i. Melakukan koordinasi dengan Sekretaris Umum DPM dalam hal kesekretariatan BEM. Pasal 8 Persidangan Persidangan DPM sesuai dengan pasal 27, pasal 28, dan pasal 29 dalam Peraturan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Nomor 001 Tahun 2015. Pasal 9 Rapat Rapat DPM sesuai dengan pasal 30, pasal 31, pasal 32, pasal 33, pasal 34, pasal 35, pasal 36, pasal 37, dan pasal 38 dalam Peraturan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Nomor 001 Tahun 2015. Pasal 10 Pelaksanaan Rapat Rapat DPM diadakan dalam jangka waktu : 1. Rapat Pleno diadakan sekurang-kurangnya satu kali dalam dua minggu pada masa perkuliahan aktif. 2. Rapat Badan Pengurus Harian diadakan sewaktu-waktu. 3. Rapat Pimpinan diadakan sewaktu-waktu. 4. Rapat Komisi diadakan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu minggu pada masa perkuliahan aktif. 5. Rapat Koordinasi diadakan sewaktu-waktu. Rapat DPM terdiri dari: 1. Rapat Pleno. Rapat Pleno diadakan atas: a. Permintaan Ketua DPM. Pasal 11 Pengajuan Rapat
b. Permintaan komisi kepada Ketua DPM yang disetujui oleh Ketua DPM 2. Rapat Badan Pengurus Harian. Rapat Badan Pengurus Harian dapat diadakan atas permintaan anggota Badan Pengurus Harian DPM. 3. Rapat Pimpinan. Rapat Pimpinan diadakan atas : a. Permintaaan Ketua DPM. b. Permintaan Ketua Komisi DPM, dan/atau Sekretaris DPM, dan/atau Bendahara DPM yang disetujui oleh Ketua DPM. 4. Rapat Komisi. Rapat Komisi diadakan atas : a. Instruksi dari ketua komisi yang bersangkutan. b. Persetujuan ketua komisi yang bersangkutan atas instruksi Ketua DPM, dan/atau permintaaan anggota komisi yang bersangkutan. 5. Rapat Kordinasi a. Rapat Koordinasi DPM-BEM dapat diselenggarakan atas permintaan Ketua DPM atau atas permintaan Ketua BEM atas persetujuan Ketua DPM. b. Rapat Koordinasi Komisi DPM-Departemen BEM dapat diselenggarakan atas permintaan Ketua Komisi DPM atau atas permintaan Ketua Departemen BEM atas persetujuan Ketua Komisi DPM. c. Rapat Koordinasi Komisi DPM-LS dapat diselenggarakan atas permintaan Ketua Komisi DPM atau permintaan Ketua LS atas persetujuan Ketua Komisi DPM. d. Rapat Koordinasi Pimpinan Ormawa dapat diselenggarakan atas permintaan salah satu pimpinan Ormawa atas persetujuan Ketua DPM. e. Rapat Koordinasi DPM-DPM KM dapat diselenggarakan atas permintaan Ketua DPM KM IPB atau atas permintaan Ketua DPM atas persetujuan Ketua DPM KM IPB. f. Rapat Koordinasi DPM-Himpro dapat diselenggarakan atas permintaan Ketua DPM atau atas permintaan Ketua Himpro atas persetujuan Ketua DPM. g. Rapat Koordinasi DPM-BP Himpro dapat diselenggarakan atas permintaan Ketua DPM atau atas permintaan Ketua BP Himpro atas pesetujuan Ketua DPM. h. Rapat Koordinasi Ormawa dapat diselenggarakan atas permintaan Ketua DPM atau atas permintaan salah satu anggota Ormawa atas persetujuan Ketua DPM. Pasal 12 Sanksi 1. Apabila tidak menghadiri rapat DPM dengan alasan yang tidak dapat diterima melalui hasil rapat pleno, DPM akan memberikan surat peringatan kepada yang bersangkutan. 2. Apabila melanggar Peraturan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Nomor 001 Tahun 2015 maka anggota tersebut berhak memberikan klarifikasi dan keputusan selanjutnya berada pada Rapat Pleno DPM. Pasal 13 Pemilihan Ketua DPM Pemilihan Ketua DPM dilakukan dengan musyawarah oleh pengurus DPM yang menjabat dan difasilitasi oleh Penanggung Jawab Sementara Ormawa.
Pasal 14 Pengunduran Diri 1. Ketua DPM Pengunduran diri Ketua DPM diajukan oleh diri sendiri dan dengan alasan yang dapat diterima oleh pengurus DPM. 2. Pengurus Pengurus DPM yang mengundurkan diri harus mengajukan surat pengunduran diri kepada Ketua DPM dan tindakan selanjutnya akan diambil secara musyawarah oleh DPM melalui rapat pleno. Pasal 15 Pemberhentian 1. Ketua DPM a. Pemberhentian Ketua DPM dilakukan secara musyawarah oleh DPM dikarenakan mosi tidak percaya. b. Pada hari pengunduran diri atau pemberhentian ketua dibentuk PJS DPM melalui mekanisme Rapat Pleno DPM. c. Setelah pemberhentian atau pengunduran diri ketua, DPM selambat-lambatnya satu minggu sudah memilih Ketua DPM yang baru secara musyawarah. 2. Pengurus a. Apabila pengurus DPM tidak menjalankan tugas dan kewajibannya atau tidak mengikuti rapat formal yang tercantum dalam tata kerja tanpa keterangan maka Ketua DPM berhak memanggil anggota tersebut untuk dimintai keterangan. b. Sebagai penindaklanjutan ayat 2 a: 1. Dua kali secara berturut-turut tidak menjawab panggilan Ketua DPM akan diberikan Surat Peringatan (SP) I. 2. Jika seminggu setelah dikeluarkan SP I tidak ada keterangan maka akan dikeluarkan SP II. 3. Jika seminggu setelah SP II dikeluarkan tetap tidak ada keterangan maka akan dikeluarkan surat pemberhentian. c. Kepengurusan DPM hilang apabila: 1. Meninggal dunia. 2. Habis masa jabatannya. 3. Tidak lagi menjadi mahasiswa aktif IPB. 4. Terbukti melakukan kecurangan pada saat proses Pemilihan Raya. 5. Terbukti melanggar amandemen Undang-Undang Dasar Keluarga Mahasiswa IPB Tahun 2015, Peraturan Fakultas dan aturan lain yang ditetapkan oleh DPM. 6. Adanya mosi tidak percaya dari mahasiswa yang menjadi konstituennya yang diatur dalam Rapat Pleno DPM. 7. Meminta berhenti atau mengundurkan diri dengan peraturan yang ditentukan oleh DPM. Pasal 16 Status Keanggotaan 1. Apabila dianggap perlu, departemen yang perwakilannya keluar dari DPM harus mencari pengganti dengan mengirimkan calon pengurus DPM atas persetujuan mahasiswa departemen yang bersangkutan. 2. Departemen tidak perlu mengadakan pergantian pengurus DPM jika dianggap tidak perlu oleh mahasiswa departemen yang bersangkutan. 3. Tata cara pergantian pengurus DPM diatur dalam Rapat Pleno DPM.
Pasal 17 Mosi Tidak Percaya 1. Sebab-sebab mosi tidak percaya pengurus DPM : a. Terbukti melanggar Peraturan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Nomor 001 Tahun 2015. b. Melalaikan tugas. c. Tidak dapat menyalurkan aspirasi konstituennya. 2. Mosi tidak percaya dinyatakan sah apabila surat pengajuan mosi tidak percaya disertai fotokopi KTM IPB sekurang-kurangnya dua per tiga jumlah konstituennya dan/atau dua per tiga jumlah anggota DPM. BAB III JALUR KOORDINASI Pasal 18 Badan Eksekutif Mahasiswa 1. Jalur koordinasi DPM dengan BEM bersifat koordinatif instruktif. 2. DPM melakukan pengawasan terhadap BEM melalui komisi yang terkait. 3. Proposal program kerja BEM harus diserahkan kepada DPM sebelum diserahkan kepada Direktur Kemahasiswaan IPB atau Dekanat FEM IPB sesuai dengan SOP Administrasi dan Keuangan Ormawa. 4. Laporan pertanggungjawaban kegiatan BEM harus diserahkan kepada DPM setelah kegiatan dilaksanakan. 5. Apabila terdapat program kerja tambahan yang bersifat insidental, BEM harus mengoordinasikan kepada DPM. 6. Kegiatan yang bersifat insidental tidak memerlukan proposal namun BEM harus tetap menyerahkan laporan pertanggungjawaban kegiatan kepada DPM. Pasal 19 Lembaga Struktural 1. Jalur koordinasi DPM dengan LS bersifat koordinatif dan instruktif. 2. DPM melakukan pengawasan terhadap LS melalui Komisi terkait. 3. Proposal program kerja LS harus diserahkan kepada DPM sebelum diserahkan kepada Direktur Kemahasiswaan IPB atau Dekanat FEM IPB sesuai dengan SOP Administrasi dan Keuangan Ormawa. 4. Laporan Pertanggungjawaban kegiatan LS harus diserahkan kepada DPM melalui BEM setelah kegiatan dilaksanakan. 5. Apabila terdapat program kerja tambahan yang bersifat insidental, LS harus mengoordinasikan kepada DPM. 6. Kegiatan yang bersifat insidental tidak memerlukan proposal namun LS harus tetap menyerahkan laporan pertanggungjawaban kegiatan kepada DPM. Pasal 20 Himpunan Mahasiswa Profesi 1. Jalur koordinasi DPM dengan Himpro bersifat koordinatif dan instruktif dalam hal administrasi dan keuangan. 2. Jalur koordinasi DPM dengan Himpro terkait dengan administrasi dan keuangan melalui BP Himpro.
3. Proposal program kerja Himpro harus diserahkan kepada DPM dengan dibantu BP Himpro sebelum diserahkan kepada Direktur Kemahasiswaan IPB atau Dekanat FEM IPB sesuai dengan SOP Administrasi dan Keuangan Ormawa. Pasal 21 Panitia Kerja 1. Panitia kerja adalah kesatuan kerja antara DPM dan mahasiswa FEM secara umum yang dibentuk untuk menjalankan program kerja DPM tertentu. 2. Keanggotaan a. Ketua panitia kerja dipilih dari DPM. b. Anggota panitia kerja dipilih oleh kesepakatan rapat pansus atau Rapat Pleno DPM. c. Ketua panitia kerja berhak untuk mengatur pembagian tugas anggotanya. d. Apabila dibutuhkan perekrutan anggota panitia kerja, mekanisme perekrutan diputuskan dalam Rapat Pleno DPM. e. Panitia kerja berakhir masa keanggotaannya setelah program kerja DPM dilaksanakan. 3. Hak dan kewajiban a. Panitia kerja harus menyampaikan perkembangan kegiatan kepanitiaan kepada DPM. b. DPM mengawasi langsung panitia kerja. BAB IV KEUANGAN Pasal 22 Pengawasan Keuangan 1. Pengawasan Keuangan adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh DPM terhadap penggunaan dana kegiatan oleh BEM dan Himpro. 2. DPM berhak melakukan pengawasan keuangan BEM dan Himpro baik yang bersifat rutin atau insidental. 3. Apabila terdapat ketidaksesuaian antara hasil pemeriksaan dengan laporan keuangan BEM dan Himpro maka DPM wajib melaksanakan rapat pleno untuk membahas dan menghasilkan keputusan terkait masalah tersebut. Pasal 23 Anggaran 1. Sebelum anggaran BEM dan Himpro disepakati dalam rapat koordinasi DPM maka anggaran tersebut harus dikonsultasikan kepada DPM. 2. DPM berhak memberi pertimbangan kepada BEM dan Himpro terhadap rancangan anggaran yang akan diajukan. Pasal 24 Mekanisme Pengambilan Dana Kemahasiswaan Mekanisme pengambilan dana kegiatan kemahasiswaan dilakukan sesuai dengan SOP Administrasi dan Keuangan Ormawa.
BAB V PUBLIKASI Pasal 25 Mekanisme 1. Seluruh hal yang menyangkut keputusan, kegiatan, dan keuangan DPM, BEM, dan Himpro harus dipublikasikan kepada mahasiswa FEM sebagai wujud transparansi kelembagaan. 2. Bentuk publikasi diserahkan kepada masing-masing Ormawa Bab VI PENUTUP Pasal 26 Penutup Hal-hal yang belum diatur dalam Tata Kerja DPM akan diatur kemudian dalam ketetapan DPM sesuai dengan tata urutan sumber hukum DPM. Pasal 27 Peraturan Fakultas ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.