BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB I PENDAHULUAN I-1

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga bulan April 2013 di

III.METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di dua tempat, yaitu sebagai berikut :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. 1. Pemilihan panjang serat rami di Laboratorium Material Teknik Jurusan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Tempat pelaksanaan penelitian sebagai berikut: 2. Pengujian kekuatan tarik di Institute Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat.

METODOLOGI PENELITIAN

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Mei 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar 3.1. Serat kenaf.

LAMPIRAN 1 HASIL PERHITUNGAN PENGUJIAN SIFAT FISIS DAN SIFAT MEKANIK

Gambar 3.1. Alat Uji Impak Izod Gotech.

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Material, Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di empat tempat, yaitu sebagai berikut : Laboratorium Material Universitas Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini.

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah kompor induksi type JF-20122

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain :

BAB 3 METODE PENELITIAN

Bab III Metodologi Penelitian

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium material teknik, Jurusan Teknik Mesin,

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan untuk penelitian material komposit ini adalah:

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan untuk pengujian adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

III. METODE PENELITIAN

Mengelola Eksperimen. 17 Oktober 2013

BAB III METODE PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. : Motor Diesel, 1 silinder

Gambar 3.2. Polyeseter dan MEKPO.

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei

BAB 3 METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Persentase Serat Sabut Pinang (Areca Catechu L. Fiber) dan Foam Agent terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Papan Beton Ringan

benda uji dengan perlakuan alkali 2,5% dengan suhu 30 0 C dan waktu 1 jam,

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah Pasir ini berada di Kecamatan Pasir Sakti,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Prosedur

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: 1. Proses pembuatan cetakan pasir dan pencampuran abu sekam padi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui dan menjelaskan karakteristik suatu komposit beton-polimer agar dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN SAMPUL DALAM... HALAMAN PRASYARAT... HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN... HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS...

BAB IV. Gambar 4.1 Pasir Merapi 2. Semen yang digunakan adalah semen portland tipe I merk Gresik, lihat Gambar 4.2.

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah lempung lunak ini berada di Rawa Seragi,

IV. METODE PENELITIAN

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

BAB III METODE PENELITIAN

Penerapan Metode Taguchi Untuk Meningkatkan Kualitas Kain Tenun Pada Sentra Industri Kain Tenun Kabupaten Pemalang

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III PERCOBAAN III.1. DIAGRAM ALIR PERCOBAAN. 17 Ibnu Maulana Yusuf

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Juli 2015 dan tempat penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat

METODOLOGI PENELITIAN. langkah 110 cc, dengan merk Yamaha Jupiter Z. Adapun spesifikasi mesin uji

DAFTAR LAMPIRAN. No. Judul Halaman. 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan a. Ekstraksi pati ganyong... 66

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan menguraikan secara sistematis mengenai kerangka berpikir dan metode yang digunakan dalam penelitian. 3.1 Metode Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini akan dijelaskan pada Gambar 3.1. Persiapan Alat dan Bahan Pendukung Eksperimen Pengolahan Ampas Tebu meliputi Pencucian, Perendaman dan Penghancuran dengan mesin crusher Menentukan Level dari Setiap Faktor Menentukan Orthogonal Array (OA) Pembuatan Spesimen dengan metode Taguchi Mengkondisikan kadar air pada tiap spesimen komposit 14% Pengujian Thermal Conductivity Pengujian dilakukan pada setiap spesimen. Pembuatan spesimen sesuai standar ASTM E 1225 Pengujian Bending Pengujian bending dilakukan pada setiap spesimen. Pembuatan spesimen sesuai standar ASTM D 1037 Pengujian Densitas Pengujian densitas dilakukan pada setiap spesimen. Pengujian fisis massa jenis dilakukan berdasarkan standar ASTM D 3800 A Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian III - 1

A Pengujian Hasil Eksperimen Menghitung Analysis of Variance Mean Menghitung S/N Ratio untuk setiap Karakteristik Kualitas Menghitung PCR TOPSIS Setiap Karakteristik Kualitas Menentukan Setting Level Optimal Menggunakan PCR-TOPSIS Eksperimen Konfirmasi Menghitung Confidence Interval Setting Optimal dan Setting Eksperimen Konfirmasi Pembuatan Prototype Analisis dan Intepretasi Hasil Kesimpulan dan Saran Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian (lanjutan) 3.2 Tempat Penelitian Proses pembuatan spesimen dilakukan di Laboratorium Perencanaan dan Perancangan Produk (P3) Jurusan Teknik Industri Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), sedangkan untuk pengujian thermal conductivity dilakukan pada Laboratorium Pusat Mipa Sub : Fisika Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Pengujian bending dan perhitungan densitas dilakukan di Laboratorium Material Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). III - 2

3.3 Orientasi Penelitian Orientasi penelitian diperlukan untuk menyederhanakan kompleksitas permasalahan yang diteliti. Orientasi penelitian yang digunakan antara lain : 1. Kandungan benda asing (serpihan pasir dan tanah, debu yang menempel di ampas tebu, serpihan kayu) yang ikut terbawa pada proses pembuatan spesimen diabaikan karena setelah mengalami perlakuan pengolahan, jumlahnya sangat kecil sehingga dianggap tidak mempengaruhi uji thermal conductivity, uji bending dan densitas komposit ampas tebu tepung ketan. 2. Jenis ampas tebu dan ukuran partikel ampas tebu dianggap homogen dan tidak menimbulkan perbedaan hasil pada pengujian thermal conductivity, uji bending dan densitas komposit ampas tebu tepung ketan. 3.4 Tahap Perancangan Eksperimen Pada tahap ini akan dilakukan identifikasi terhadap karakteristik kualitas nilai hambat panas. Selain itu pada tahap ini juga akan ditentukan setting level untuk setiap faktor, dan Orthogonal Array (OA). 3.4.1 Identifikasi Karakteristik Kualitas Pada tahap ini ditentukan karakteristik kualitas komposit yang akan diukur. Uji yang dilakukan pada komposit papan partikel berpenguat ampas tebu (bagasse) ini adalah pengujian thermal conductivity, uji bending dan densitas. Pengujian ini umum digunakan untuk menentukan kualitas dari papan partikel, sehingga nantinya didapatkan papan partikel yang memiliki nilai hambat panas baik serta memiliki kekuatan mekanik dan fisis yang mampu memenuhi standard ANSI A208-1 Particle Board. 3.4.2 Penentuan Setting Level Faktor Penentuan setting level didasarkan teori-teori yang ada. Faktor yang berpengaruh dalam eksperimen ini yaitu presentase tepung ketan (A), ukuran partikel ampas tebu (B), kepadatan (C), dan perlakuan perendaman (D). Setelah faktor eksperimen terpilih, level-level pada faktor kemudian ditentukan seperti yang akan dijelaskan di bawah ini 1. Faktor presentase tepung ketan terdiri atas empat level yaitu 5%, 7,5%, 10%, 12,5%. III - 3

2. Faktor ukuran partikel ampas tebu terdiri atas empat level yaitu mesh 20, mesh 30, mesh 40 dan mesh 50. 3. Faktor kepadatan terdiri atas empat level yaitu 3:4, 4:4, 5:4 dan 6:4 4. Perlakuan perendaman terdiri atas empat level yaitu dengan larutan Boraks 5%, Aquades, Tanpa Perendaman, dan larutan NaOH 5%. Masing-masing perendaman dilakukan selama 2 jam Penentuan faktor dan level yang yang digunakan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 3.1 berikut ini. Tabel 3.1 Setting level faktor Kode Nama Faktor Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 A Presentase tepung 5% 7,5% 10% 12,5% ketan B Ukuran partikel Mesh 20 Mesh 30 Mesh 40 Mesh 50 ampas tebu C Kepadatan 3 : 4 4 : 4 5 : 4 6 : 4 D Perendaman Direndam Boraks Direndam Aquades Tanpa Perendaman Direndam NaOH 3.4.3 Penentuan Orthogonal Array (OA) Pemilihan orthogonal array dilakukan berdasarkan jumlah derajat bebas total dari seluruh faktor yang digunakan dalam eksperimen. Jumlah total derajat bebas menunjukkan jumlah baris minimal dalam percobaan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penentuan orthogonal array sebagai berikut: a. Menghitung total jumlah derajat bebas yang diperlukan untuk eksperimen berdasarkan banyak faktor dan level dari faktor. b. Memilih suatu orthogonal array yang mempunyai derajat bebas minimal. c. Menggambarkan graph linear yang diperlukan. d. Memilih graph linear standar yang sesuai. e. Menyesuaikan graph linear yang diperlukan ke salah satu graph linear standar dari orthogonal array yang dipilih. f. Mengisikan faktor ke orthogonal array. III - 4

Orthogonal array terdiri dari faktor terkendali yang sering disebut dengan inner array dan untuk faktor tak terkendali sering disebut dengan outer array. Eksperimen ini menggunakan 4 faktor terkendali dengan 4 level untuk masingmasing faktor. Sehingga diperoleh derajat kebebasannya sebesar: df = 4 x (4-1) df = 4 x 3, df = 12 Matriks orthogonal array yang dipilih adalah matriks yang memiliki nilai df > 12 dan mampu mengkondisikan eksperimen untuk 4 level. Sehingga desain eksperimen Taguchi yang terpilih adalah matriks orthogonal L16 (4 5 ) (df = 16 > 12) dengan mengabaikan kolom faktor ke lima. Untuk lebih jelasnya, penentuan matriks orthogonal array disajikan pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Matriks Orthogonal L 16 No Kolom 1 2 3 4 5 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 3 1 3 3 3 3 4 1 4 4 4 4 5 2 1 2 3 4 6 2 2 1 4 3 7 2 3 4 1 2 8 2 4 3 2 1 9 3 1 3 4 2 10 3 2 4 3 1 11 3 3 1 2 4 12 3 4 2 1 3 13 4 1 4 2 3 14 4 2 3 1 4 15 4 3 2 4 1 16 4 4 1 3 2 Karena eksperimen ini hanya menggunakan 4 faktor, maka kolom 5 dianggap error. Matriks OA pada eksperimen ini dijelaskan pada Tabel 3.3. III - 5

3.5 Pelaksanaan Eksperimen Tabel 3.3 Matriks Ortogonal Array No Faktor dan level 1 2 3 4 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 3 1 3 3 3 4 1 4 4 4 5 2 1 2 3 6 2 2 1 4 7 2 3 4 1 8 2 4 3 2 9 3 1 3 4 10 3 2 4 3 11 3 3 1 2 12 3 4 2 1 13 4 1 4 2 14 4 2 3 1 15 4 3 2 4 16 4 4 1 3 Pada pelaksanaan eksperimen berikut dibahas mengenai persiapan material, pembuatan spesimen, pengujian hambat panas, pengujian bending dan densitas. 3.5.1 Persiapan Material Persiapan material meliputi persiapan alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan dan pengujian spesimen 1. Alat Alat yang digunakan untuk pembuatan spesimen komposit adalah: a. Mesin Crusher Mesin Crusher digunakan untuk membuat ampas tebu menjadi semakin kecil agar sesuai dengan ukuran partikel mesh 20, 30, 40 dan 50. Gambar 3.2 Mesin Crusher III - 6

b. Ayakan dengan mesh 20, 30, 40, dan 50 Ayakan digunakan untuk memisahkan partikel ampas tebu menjadi mesh 20, 30, 40 dan 50. Pada mesh yang lolos dari ayakan mesh 40 maka dilakukan pengayakan kembali pada mesh 50 untuk mendapatkan ukuran mesh 40 Gambar 3.3 Ayakan c. Timbangan digital Timbangan digital digunakan untuk menimbang massa ampas tebu, boraks, NaOH, air, dan tepung ketan sebagai perekat. Gambar 3.4 Timbangan Digital d. Baskom Baskom digunakan sebagai tempat untuk merendam ampas tebu dengan aquades, boraks, dan NaOH. Selain itu sebagai tempat untuk mencampur ampas tebu dengan perekat tepung ketan. e. Gelas Ukur Gelas ukur yang digunakan dengan ukuran 100ml. Gelas ukur digunakan untuk mengukur massa jenis bahan komposit. III - 7

Gambar 3.5 Gelas Ukur f. Cetakan Besi Cetakan digunakan sebagai tempat pengepresan bahan komposit menjadi ukuran sesuai bentuk cetakan. Cetakan ini terdiri atas dua bagian yaitu bagian rangka cetakan dan penutup. Gambar 3.6 Cetakan Besi g. Jangka Sorong Jangka sorong digunakan untuk mengukur spesimen uji. Alat ini memiliki ketelitian 0,05 mm. h. Mesin Press dan Dongkrak hidrolik Mesin press dan dongkrak hidrolik digunakan untuk mencetak dan menekan bahan komposit sesuai ketebalan yang diinginkan. Gambar 3.7 Mesin Press dan Dongkrak Hidrolik III - 8

i. Moisture meter Moisture meter digunakan untuk mengetahui kandungan atau kadar air dalam spesimen komposit. Gambar 3.8 Moisture meter j. Mesin Gerinda Gerinda digunakan untuk membentuk ukuran dimensi spesimen uji thermal conductivity sesuai dengan ASTM E-1225. k. Mesin Mixer Mesin mixer digunakan untuk membantu pencampuran ampas tebu dengan larutan tepung ketan agar dapat merata dalam pencampuran. l. Oven Listrik Oven listrik digunakan untuk mengurangi kadar air pada komposit agar tidak melebihi kadar air dalam standar papan serat yang diijinkan oleh SNI 03-2105-2006 ( 14%) Gambar 3.9 Oven Listrik m. Mesin Thermal Conductivity Mesin Thermal Conductivity digunakan untuk mengetahui besarnya nilai konduktivitas panas yang kemudian di konversikan menjadi nilai hambat panas. III - 9

Gambar 3.10 Mesin Thermal Conductivity n. Universal Testing Machine (UTM) Mesin ini digunakan pada uji bending komposit untuk mengetahui besarnya beban tekan kontinyu yang menyebabkan spesimen komposit patah. Gambar 3.11 Mesin Universal Testing Machine 2. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: a. Ampas Tebu Ampas tebu dari pabrik penggilingan tebu yang berbentuk ampas ukuran kecil-kecil hasil dari pengolahan pada pabrik. Gambar 3.12 Ampas Tebu b. Boraks Boraks merupakan suatu senyawa yang berbentuk kristal, warna putih, tidak berbau, larut dalam air. Bahan ini merupakan bahan pengawet yang dikenal masyarakat awam untuk mengawetkan kayu, antiseptik kayu, dan III - 10

pengontrol kecoa. Boraks ini merupakan nama trivial dari dinatrium tetraboratdekahidrat dengan rumus kimianya Na2B4O7.10H2O. Gambar 3.13 Boraks c. NaOH Sodium hidroksida (NaOH) adalah senyawa kimia yang berbentuk kristal putih yang rapuh dan tembus cahaya. Karena sifatnya yang sangat korosif dan dapat merusak kulit, senyawa ini disebut juga soda kaustik. NaOH merupakan larutan basa yang tergolong mudah larut dalam air dengan reaksi timbulnya panas selama pelarutan didalam air, dan termasuk basa kuat yang dapat terionisasi dengan sempurna. Larutan basa memiliki rasa pahit, dan jika mengenai tangan terasa licin (seperti sabun). Gambar 3.14 NaOH d. Tepung Ketan Tepung ketan sebagai bahan perekat. Tepung ketan memiliki amilopektin yang lebih besar dibandingkan dengan tepung-tepung lainnya. Amilopektin inilah yang menyebabkan tepung ketan (beras ketan) lebih pulen dibandingkan dengan tepung lainnya Gambar 3.15 Tepung Ketan III - 11

e. Air Air digunakan untuk perendaman ampas tebu dengan boraks ataupun NaOH. Selain itu sebagai pencampuran dengan tepung ketan agar mudah tercampur dengan ampas tebu saat dilakukan pengepresan. 3.5.2 Pembuatan Spesimen Spesimen yang dibuat dalam eksperimen ini adalah dengan perlakuan sebanyak 16 buah dan pengulangannya sebanyak 3 perlakuan. Berikut adalah contoh alur pembuatan spesimen uji (presentase perekat 7,5%, ukuran partikel mesh 20, kepadatan 4:4, dan ampas tebu sebelumnya diberikan perlakuan tanpa perendaman). Adapun cara-cara yang ditempuh dalam pembuatan spesimen adalah sebagai berikut: 1. Ampas tebu (bagasse) yang sudah siap pakai dibersihkan menggunakan air. 2. Serat yang sudah bersih direndam dalam larutan boraks dengan kadar 5% dari volume air dengan waktu perendaman selama 2 jam. 3. Serat dibersihkan dengan air bersih sampai tidak terasa lendir-lendir yang menempel. 4. Ampas tebu dikeringkan hingga mencapai kadar air dalam rentang 5%-10% 5. Penghancuran serat dilakukan menggunakan mesin crusher agar mencapai ukuran partikel yang diinginkan. 6. Dilakukan pengayakan pada ukuran ayakan mesh 20 kemudian hasil ayakan dari mesh 20 dilakukan pengayakan lagi pada mesh 30. Hasil pengayakan yang tidak lolos pada mesh 30 adalah yang digunakan pada pembuatan spesimen ukuran mesh 20 7. Perekat ditimbang dengan perbandingan 4:4 (volume 1 kemudian dipadatkan menjadi 1) maka volume perekat sebesar 7,5% volume spesimen yang diinginkan (196 x 51 x 4 mm). 8. Serbuk tebu ditimbang sebanyak 92,5% dari 100% volume spesimen. 9. Air ditimbang sebanyak 2 kali massa serbuk tebu (serbuk:air = 1:2), digunakan untuk mengencerkan tepung ketan sehingga memudahkan dalam proses pencampuran perekat dengan bahan serbuk tebu. III - 12

10. Tepung ketan yang sudah encer dicampur dengan serbuk tebu lalu diaduk menggunakan mesin mixer hingga merata. 11. Campuran bahan dimasukkan dalam cetakan 12. Komposit ditekan menggunakan cetakan besi dan alat penekan hidrolik hingga memiliki ketebalan 4 mm dan dipanaskan selama 2 jam agar komposit tidak langsung mengembang ketika dilepas dari cetakan. 13. Spesimen dibiarkan pada suhu kamar selama 1 hari agar kandungan air menguap secara alami. 14. Dilakukan pengeringan spesimen dengan pemanasan di dalam oven untuk mengurangi kadar air (sesuai SNI 03-2105-2006, kadar air yang diizinkan ± 14%). 15. Dimensi spesimen yang digunakan dalam uji thermal conductivity dibuat berdasarkan standar ASTM E-1225 yaitu dibuat lingkaran (D = 4 cm) dengan bantuan mesin gerinda dan kemudian dilakukan pengamplasan untuk menghilangkan efek pemotongan. Gambar 3.16 Spesimen Uji Thermal Conductivity 3.5.3 Pengujian Hambat Panas Pada tahap ini dilakukan pengujian thermal conductivity yang dilakukan di UPT Laboratorium Pusat MIPA Sub Fisika Universitas Sebelas Maret. Langkahlangkah Pengujian thermal conductivity adalah sebagai berikut (SOP Thermal Conductivity, 2006): 1. Spesimen uji disiapkan berbentuk bulat dengan ukuran diameter 4 cm dan tebal 4 mm. 2. Kran masukan dan kran kecepatan alir masukan diatur. Selanjutnya kran sumber air ledeng dibuka ¼ putaran. Membuka kran kecepatan alir hingga III - 13

kecepatan berkisar antara skala 100-150. Volume air dijaga agar tetap stabil sesuai batas volume standar. 3. Meregangkan 4 mur yang ada di bagian atas tabung uji untuk meregangkan silinder tembaga yang ada didalammya. 4. Meregangkan dua bagian silinder tembaga sesuai tebal spesimen. Tujuan dilakukan peregangan agar spesimen uji dapat dimasukkan diantara kedua silinder tersebut. 5. Sampel uji dipasang pada tempatnya (diameter 4 cm dan tebal 4 mm). 6. Mengencangkannya kembali 4 mur bagian atas tabung. 7. AC Cord Kabel dengan jala-jala listrik 220V AC dihubungkan. Selanjutnya sistem dinyalakan dengan menekan tombol ON pada tombol power. 8. Pengaturan/pengesetan temperatur. Temperatur di setting pada kondisi 110 0 C. Mengakhiri setting temperatur dengan soft button ENTER. 9. Pembacaan temperatur pada panel. 10. Menunggu hingga tampilan nilai temperatur sama dengan nilai pengesetan temperatur. Setelah sama, tunggu hingga kestabilan kurang lebih 15 menit. mencatat masing-masing temperatur pada tiap posisi termokopel dengan memindahkan (memutar) saklar Thermo Sell R. Berikut adalah skema pengujian panas pada silinder tembaga: Gambar 3.17 Skema perpindahan panas ASTM E 1225 III - 14

Penjelasan proses perpindahan panas adalah sebagai berikut: 1. T0 adalah temperatur normal ruang atau suhu awal (27-28 C) 2. T1-T10 adalah posisi termokopel yang fungsinya untuk mengetahui nilai perubahan temperatur pada tiap posisi termokopel dengan cara memindahkan (memutar) saklar atau Thermo Sell R. 3. Ketika dilakukan penyetingan temperatur yang diinginkan yaitu 110 C terjadi proses perpindahan dan pemerataan temperatur hingga temperatur pada posisi stabil baru dapat dicatat perubahan temperaturnya dari T10 menuju ke T1. 4. Proses perpindahan panas pada T1-T4 terjadi peningkatan temperatur dari temperatur awal (T0) 109-110 C. 5. Diantara T4 dan T5 terdapat spesimen yang di uji dimana terjadi proses penyerapan panas pada spesimen, perubahan temperatur itu yang nantinya untuk input proses perhitungan nilai hambat panasnya. Pada T4-T10 terjadi penurunan temperatur. 3.6 Pengujian Bending Pada tahap ini dilakukan pengujian ketahanan lentur untuk 16 perlakuan pada eksperimen. Pengujian ini dilakukan untuk menguji sifat mekanik komposit spesimen yang telah dibuat. Pengujian lentur dilakukan sesuai dengan standar ASTM D-1037. Standard papan partikel yang digunakan menggunakan ANSI A208-1 Particle Board. Langkah-langkah dari pengujian bending adalah sebagai berikut: 1. Spesimen uji disiapkan dengan ukuran 19,6 x 5,1 x 0,6 cm dengan replikasi sebanyak tiga kali untuk setiap eksperimen. Gambar 3.18 Spesimen Uji Bending 2. Mesin Torsee dihidupkan untuk pengujian lentur. 3. Spesimen uji dipasang pada tumpuan dengan tepat dan memastikan indentor tepat di tengah-tengah kedua tumpuan. III - 15

4. Dial indicator dipasang dengan posisi 0 mm sebagai penghitung defleksinya (1 putaran = 1 mm). 5. Beban diberikan pada bagian pusat, kemudian dicatat defleksi dan beban sampai beban maksimum. 6. Setelah mendapatkan data hasil pengujian dilanjutkan pengolahan data untuk mendapatkan nilai rata-rata ketahanan lentur. 3.7 Pengujian Densitas Pengujian densitas dilakukan pada masing-masing spesimen komposit. Pengujian fisis massa jenis dilakukan berdasarkan standar ASTM D-3800. Berikut ini langkah langkah dalam pengujian densitas untuk mengetahui massa jenis spesimen : a. Spesimen dipotong sebagian kecil agar dapat masuk kedalam gelas ukur. b. Massa gelas ukur ditimbang dan dicatat dengan timbangan digital. c. Spesimen dimasukkan ke dalam gelas ukur. d. Berat gelas ukur dicatat setelah penambahan spesimen e. Menghitung massa jenis spesimen dengan rumus:...(3.1) Keterangan: ρf = densitas spesimen (gr/cm 3 ) ρm = densitas liquid (gr/ cm 3 ) Mu = berat spesimen di udara terbuka (gr) Mm = berat spesimen di liquid (gr) 3.8 Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data Tahap selanjutnya adalah pengumpulan dan pengolahan data. Tahap pengumpulan data telah dilakukan ketika perancangan eksperimen dimulai hingga eksperimen selesai. Adapun langkah-langkah tahap pengumpulan dan pengolahan data akan dijelaskan pada sub bab di bawah ini. III - 16

3.8.1 Optimasi Setting Level Pada tahap pengolahan data, data yang diperoleh dari eksperimen diolah agar dapat dilakukan analisis. Langkah-langkah dalam proses pengolahan data sebagai berikut : 1. Perhitungan Analisis Variansi Terhadap Nilai Mean Analysis of mean digunakan untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi nilai rata-rata respon. Analysis of mean merupakan metode yang digunakan untuk mencari setting level optimal yang dapat meminimalkan penyimpangan nilai rata-rata. 2. Perhitungan Signal To Noise Ratio Menggunakan Metode Taguchi Perhitungan signal to noise ratio digunakan untuk mengetahui tingkat sensitivitas dari karakteristik kualitas yang diukur terhadap faktor gangguan. Metode Taguchi adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengetahui setting optimal sebuah proses untuk kasus single response. Setelah diperoleh data hasil eksperimen kemudian dihitung S/N Ratio dari masing-masing karakteristik kualitas untuk semua perlakuan dalam eksperimen. S/N Ratio yang dipilih adalah larger the better untuk karakteristik kualitas nilai hambat panas, kekuatan bending dan densitas. 3. PCR-TOPSIS PCR-TOPSIS merupakan metode yang didasarkan pada kemampuan proses rasio (PCR) dan teknik performansi order berdasarkan kesamaan dengan solusi ideal (TOPSIS) untuk mengoptimalkan masalah multirespon. Tahapan penyelesaiannya antara lain : - Menghitung PCR-SNR untuk setiap eksperimen - Menghitung TOPSIS dari hasil PCR-SNR - Menentukan persentase kontribusi dari faktor-faktor yang signifikan dalam multirespon 4. Penentuan Setting Level Optimal dan Nilai Prediksi Dalam optimasi karakteristik kualitas, sangat penting untuk menggunakan dua tahap proses optimasi yaitu mengurangi variansi dan mengatur target sesuai dengan yang diinginkan. III - 17

5. Perhitungan Confidence Interval Setelah eksperimen dilakukan, kemudian menghitung rata-rata proses pada kondisi yang diramalkan. Perlu diketahui, bahwa 95% (level kepercayaan) dari hasil eksperimen konfirmasi harus berada dalam ± x (interval kepercayaan). Salah satu kegunaan perhitungan interval kepercayaan yaitu untuk eksperimen konfirmasi 3.8.2 Tahap Verifikasi Tahap verifikasi dilakukan dengan eksperimen konfirmasi dan perhitungan confidence interval. Adapun penjelasan selengkapnya, sebagai berikut : 1. Pelaksanaan Eksperimen Konfirmasi Eksperimen konfirmasi dilakukan berdasarkan level kondisi optimal yang telah dihasilkan pada proses optimasi 2. Perhitungan Confidence Interval Eksperimen Konfirmasi Rumus yang digunakan untuk perhitungan selang kepercayaan untuk eksperimen konfirmasi hampir sama dengan selang kepercayaan prediksi respon pada kondisi optimal, tetapi ditambahkan jumlah replikasi yang digunakan untuk eksperimen konfirmasi 3. Analisis Confidence Interval Kondisi Optimal dan Konfirmasi Penilaian diterima atau tidaknya hasil eksperimen konfirmasi dilakukan dengan perbandingan selang kepercayaan antara hasil prediksi respon pada kondisi optimal dengan hasil eksperimen konfirmasi. Jika prediksi respon dan hasil eksperimen konfirmasi bersinggungan, maka setting level optimal dapat diterima. 3.9 Prototype Prototype digunakan untuk memastikan bahwa komponen dan subsistem dari produk dapat bekerja seperti yang diharapkan. Pembuatan prototype berdasarkan nilai hambat panas, bending dan densitas yang optimal. Prototype papan partikel dibuat dengan bentuk ukuran 20 x 20 x 1,5 cm. III - 18

3.10 Analisis dan Intepretasi Hasil Pada bagian ini dijelaskan mengenai analisis hasil dari pelaksanaan eksperimen, hasil penentuan setting level optimal, analisis pengaruh dari setiap faktor, hasil foto makro dan foto Scanning Electron Microscope (SEM). Dari uraian yang diberikan diharapkan dapat memberikan gambaran secara menyeluruh sebagai bahan pertimbangan dalam rekomendasi desain komposit ampas tebu. 3.11 Kesimpulan dan Saran Tahap ini merupakan bagian akhir dari penelitian yang membahas kesimpulan berupa diperolehnya setting level optimal secara simultan pada kasus multirespon berupa nilai uji hambat panas, kekuatan bending dan nilai densitas pada papan partikel berbahan baku ampas tebu - tepung ketan. Sehingga didapatkan jenis papan partikel yang bukan hanya memiliki nilai hambat panas yang baik, melainkan juga memiliki nilai kekuatan bending dan densitas yang sesuai dengan standard dari ANSI A208-1 Particle Board. Tahap ini juga berisi saran-saran yang diberikan agar dapat bermanfaat untuk penelitian selanjutnya. III - 19