BAB I PENDAHULUAN. dan mengancam pemukiman dan lingkungan, sehingga pemerintah membuat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kegiatan industri adalah limbah bahan berbahaya dan beracun. Penanganan dan

BAB I PENDAHULUAN. buangan sebagai limbah yang dapat mencemari lingkungan (Fahruddin, 2010). Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 85 tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan industri (Singh, 2001). Hal ini juga menyebabkan limbah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kurva Standar dan Kurva Pertumbuhan Campuran Bakteri (Pseudomonas pseudomallei dan Pseudomonas aeruginosa)

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, hewan maupun tumbuhan. Pencemaran terhadap lingkungan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2004). Menurut Palar (1994) pencemaran adalah suatu kondisi yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran logam berat yang berlebihan di lingkungan akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh tumpahan minyak bumi akibat. kecerobohan manusia telah mengalami peningkatan dan

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam arti (toksisitas) yang tinggi, biasanya senyawa kimia yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. halnya peristiwa menyemburnya lumpur Lapindo yang menyebabkan kerusakan

I. PENDAHULUAN. Pada saat ini masyarakat modem tengah menghadapi banyak masalah. lingkungan dan pendekatan secara biologi mulai banyak dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Bali dengan banyak aktivitas manusia seperti tempat singgah kapal-kapal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data-data yang dihasilkan selama penelitian adalah sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. berbagai sektor seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya. Momentum pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

TEKNOLOGI BIOREMEDIASI LIMBAH MINYAK BUMI

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

I. PENDAHULUAN. manusia, akan tetapi pembangunan di bidang industri ini juga memberikan. berat dalam proses produksinya (Palar, 1994).

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan

I. PENDAHULUAN. masalah yang sangat krusial bagi negara maju dan sedang berkembang. Terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi sehingga disebut

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber pencemar bagi lingkungan (air, udara dan tanah). Bahan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas kehidupan manusia yang dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

Bioremediasi Lahan Terkontaminasi Minyak Bumi Dengan Menggunakan Bakteri Bacillus cereus Pada Slurry Bioreaktor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Beberapa waktu yang lalu kita mendengar berita dari koran ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Laut dan kehidupan di dalamnya merupakan bagian apa yang disebut

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan

BAB I PENDAHULUAN. maupun gas dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Lingkungan

ANALISIS KADAR MERKURI (Hg) Gracilaria sp. DI TAMBAK DESA KUPANG SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa meluapnya lumpur panas di lokasi pengeboran PT Lapindo Brantas di

Bioremediasi Logam Berat Timbal (Pb) dalam Lumpur Lapindo Menggunakan Campuran Bakteri (Pseudomonas pseudomallei dan Pseudomonas aeruginosa)

2016 BIOREMEDIASI LOGAM KROMIUM (VI) PADA LIMBAH MODEL PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN BAKTERI PSEUDOMONAS AERUGINOSA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (2014) minyak bumi merupakan salah satu sumber energi utama dan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan sehingga tidak sama lagi

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia

LIMBAH CAIR PENYAMAKAN KULIT DENGAN TANAMAN

PENDAHULUAN. sumber protein hewani. Kandungan protein kerang yaitu 8 gr/100 gr. Selain itu,

PENDAHULUAN. laut, walaupun jumlahnya sangat terbatas. Dalam kondisi normal, beberapa macam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya industri-industri yang berkembang, baik dalam skala besar

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran air dimana suatu keadaan air tersebut telah mengalami penyimpangan

BAB I PENDAHULUAN. air yang cukup. Bagi manusia, kebutuhan akan air ini amat mutlak, karena

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. ekosistem di dalamnya. Perkembangan industri yang sangat pesat seperti

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi

I. PENDAHULUAN. bidang preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif maupun

I. PENDAHULUAN. 2014). Badan Pusat Statistik (2013) menyebutkan, di provinsi Daerah Istimewa. satunya adalah limbah minyak pelumas bekas.

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan di beberapa negara seperti di Indonesia telah

I. PENDAHULUAN. akibatnya air mengalami penurunan akan kualitasnya. maka batas pencemaran untuk berbagai jenis air juga berbeda-beda.

dari tumpahan minyak-minyak kapal.akibatnya, populasi ikan yang merupakan salah satu primadona mata pencaharian masyarakat akan semakin langka (Medan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EFEKTIFITAS DEPURASI UNTUK MENURUNKAN KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb dan Cd DALAM DAGING KERANG DARAH (Anadara granossa)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan

I. PENDAHULUAN. dalam limbah, antara lain dari instalasi kimia, bengkel logam, rumah sakit (Lee

PENDAHULUAN. adalah Timbal (Pb). Timbal merupakan logam berat yang banyak digunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian juga memiliki dampak meningkatkan pencemaran oleh limbah cair

PENDAHULUAN. Kemajuan sektor perindustrian di Indonesia yang semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pesatnya perkembangan industri di berbagai daerah di tanah air

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.1

PENDAHULUAN BAB Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pesisir pantai kota Bandar Lampung merupakan salah satu lokasi yang telah

barang tentu akan semakin beraneka ragam pula hasil buangan sampingnya. Dari

I. PENDAHULUAN. Kondisi lingkungan perairan Kota Bandar Lampung yang merupakan ibukota

BAB I. Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang

lingkungan terutama perairan banyak disumbangkan oleh usaha-usaha seperti pertambangan, pertanian, perkebunan, industri dan kegiatan domestik yang men

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan bahan persediaan bahan bakar fosil berkurang. Seiring menipisnya

BAB I PENDAHULUAN. pemiliknya, setiap hari industri tersebut memproduksi sebanyak liter

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor industri menyebabkan peningkatan berbagai kasus

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Makanan pinggir jalan adalah salah satu contoh bahan yang beresiko

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS. Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed)

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perindustrian kini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peristiwa meluapnya lumpur panas yang terjadi di lokasi pengeboran PT Lapindo Brantas di Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, menyebabkan tergenangnya kawasan pemukiman, pertanian, dan perindustrian di sekitarnya. Sejumlah upaya telah dilakukan untuk menanggulangi luapan lumpur, diantaranya dengan membuat tanggul untuk membendung genangan lumpur. Namun, jumlah lumpur yang terus bertambah setiap hari, telah merusak tanggul dan mengancam pemukiman dan lingkungan, sehingga pemerintah membuat kebijakan untuk menjadikan sungai Porong sebagai satu-satunya saluran pembuangan lumpur (Kholidiyah, 2010). Lumpur panas ini dialirkan melalui pipa-pipa menuju sungai Porong yang bermuara ke laut. Pembuangan lumpur ke laut tentu akan menimbulkan dampak terhadap ekosistem air. Apabila ada bahan pencemar yang masuk ke aliran sungai dapat membahayakan kehidupan biota, sumber daya dan kenyamanan ekosistem perairan serta kesehatan manusia di sepanjang aliran sungai dan laut. Menurut Dahuri dan Arumsyah (1994) masuknya bahan pencemar ke dalam perairan dapat mempengaruhi kualitas perairan. Apabila bahan yang masuk ke perairan melebihi ambang batas, maka daya dukung lingkungan akan menurun. Penurunan daya dukung lingkungan ini juga dapat menyebabkan kerusakan baik lingkungan daratan maupun laut. Kerusakan ini tidak lepas dari peranan tangan manusia yang mengalirkan luapan lumpur Lapindo melalui sungai 1

2 Porong menuju ke laut. Seperti yang telah dijelaskan Allah SWT dalam Al-Qur an surat Ar-Ruum ayat 41 yang berbunyi : Artinya : Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Qs. Ar-Ruum(30): 41). Dalam tafsir Ibnu Katsir (Ghoffar, 2004) ayat tersebut menjelaskan bahwa telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia yaitu kekurangan tanam-tanaman dan buah-buahan yang disebabkan oleh kemaksiatan. Adanya peristiwa luapan lumpur Lapindo telah menenggelamkan atau kota-kota dan kampung-kampung, tidak lain disebabkan karena maksiat البحر yang dilakukan manusia. Abul Aliyah berkata : Barang siapa berlaku maksiat kepada Allah di muka bumi, berarti dia telah berbuat kerusakan di dalamnya. Karena kebaikan bumi dan langit adalah sebab ketaatan. Luapan lumpur Lapindo mengandung banyak zat-zat yang dapat mencemari lingkungan, diantaranya : fenol, kadmium (Cd), tembaga (Cu) dan timbal (Pb). Data dari Bapedal Prop Jatim (2006) dalam Herawati (2007) menyebutkan kadar fenol dari pusat semburan sebesar 5,9 ppm, sedangkan baku mutu fenol dari limbah cair bagi kegiatan minyak dan gas serta panas bumi sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup 42/96 adalah 2,0 ppm.

3 Selain mengandung fenol lumpur Lapindo juga mengandung logam berat seperti kadmium (Cd) dan timbal (Pb). Kadar kadmium (Cd) pada sedimen sungai Porong mencapai 0,2571 ppm, dan pada air sungai Porong mencapai 0,0271 ppm. Kandungan timbal (Pb) pada sedimen sungai Porong mencapai 3,1018 ppm dan 0,6949 ppm pada air sungai Porong, sedangkan menurut Keputusan Menteri Kesehatan no 907/2002, ambang batas kadmium dalam perairan adalah 0,003 ppm, dan untuk timbal adalah 0,05 ppm (Kholidiyah, 2010). Hasil uji pendahuluan menunjukkan, kandungan logam berat tembaga (Cu) pada lumpur Lapindo sebesar 3,394 ppm sedangkan logam berat timbal (Pb) sebesar 3,50 ppm. Adanya logam berat berbahaya dari luapan lumpur Lapindo yang dibuang ke laut melalui sungai Porong tanpa diolah terlebih dahulu tentunya dapat mencemari lingkungan, khususnya ekosistem laut. Berdasarkan laporan UNDAC Tahun 2006 dalam Samsundari (2011), di daerah sekitar luapan lumpur Lapindo, disebutkan bahwa pelepasan lumpur ke perairan akan menyebabkan kematian hewan air dan akibat serius bagi manusia yang tergantung pada perairan tersebut. Salah satu bahan pencemar beracun dan berbahaya (B3) dari lumpur Lapindo yang perlu diperhatikan adalah logam berat timbal (Pb). Timbal merupakan salah satu logam berat non essensial yang sangat berbahaya dan dapat menyebabkan keracunan (toksisitas) pada makhuk hidup. Racun ini bersifat kumulatif, artinya sifat racunnya akan timbul apabila terakumulasi dalam jumlah yang cukup besar dalam tubuh makhluk hidup. Timbal terdapat dalam air karena adanya kontak antara air dengan tanah atau udara tercemar timbal, air yang tercemar oleh limbah industri atau akibat korosi pipa (Ulfin, 1995).

4 Logam Pb bersifat toksik pada manusia dan dapat menyebabkan keracunan akut dan kronis. Keracunan akut biasanya ditandai dengan rasa terbakar pada mulut, adanya rangsangan pada sistem gastrointestinal yang disertai dengan diare, sedangkan gejala kronis umumnya ditandai dengan mual, anemia, sakit di sekitar mulut, dan dapat menyebabkan kelumpuhan (Darmono, 2001). Fardiaz (1992) menyatakan bahwa daya racun dari logam ini menyebabkan terjadinya penghambatan proses kerja enzim. Penghambatan tersebut menyebabkan terganggunya pembentukan hemoglobin darah, sehingga terbentuk ikatan yang kuat (ikatan kovalen) antara ion-ion Pb 2+ dengan gugus sulfur di dalam asamasam amino. Logam timbal (Pb) yang masuk ke dalam tubuh akan beredar dalam darah dan berikatan dengan eritrosit, tertimbun di dalam ginjal dan hati kemudian di ekskresikan melalui usus besar dan ginjal (Mutschler, 1991). Untuk mencegah pencemaran logam Pb dari lumpur Lapindo yang dibuang ke sungai Porong dan bermuara ke laut, perlu dilakukan upaya penurunan logam tersebut melalui bioremediasi. Bioremediasi adalah penggunaan agen-agen biologik untuk menetralkan tanah dan air tercemar menjadi zat-zat yang tidak berbahaya bagi lingkungan atau kesehatan manusia. Agen-agen biologi yang dipakai dapat berupa enzim, sel-sel mikroba atau tanaman (Waluyo, 2005). Pada saat proses bioremediasi berlangsung, enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi struktur polutan beracun menjadi metabolit yang tidak beracun dan berbahaya (Priadie, 2012). Tujuan akhir bioremediasi adalah meminimalisasi kontaminan, yaitu mengubah senyawa kimia berbahaya menjadi kurang berbahaya seperti karbondioksida atau beberapa gas lain, senyawa

5 anorganik, air, dan materi yang dibutuhkan oleh mikroba pendegradasi (Eweis et al., 1998). Proses bioremediasi memiliki keunggulan dibandingkan dengan teknik pengolahan lahan tercemar yang menggunakan proses kimia maupun fisika, diantaranya adalah ramah lingkungan karena umumnya tanah yang sudah dilakukan proses remidiasi dapat digunakan kembali, selain itu bioremediasi juga relatif lebh murah dibandingkan dengan pengolahan secara kimia maupun fisika (Munawar, 2012). Keberhasilan proses bioremediasi ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya lama inkubasi, konsentrasi mikroba dan nilai ph. Lama inkubasi bergantung pada besar konsentrasi cemaran, semakin besar konsentrasi cemaran maka semakin lama waktu yang dibutuhkan mikroba untuk mendegrasi bahan pencemar. Konsentrasi mikroba juga mempengaruhi proses bioremediasi logam timbal, semakin tinggi konsentrasi cemaran, maka semakin banyak konsentrasi mikroba yang dibutuhkan (Yulia, 2013). Derajat keasaman (ph) mempunyai pengaruh yang besar pada aktivitas mikroba untuk mengatasi limbah logam berat. Aktivitas mikroba dalam mengakumulasi logam cenderung membutuhkan suasana netral (Ariono, 1996). Bioremediasi menggunakan mikroorganisme dapat dilakukan dengan menggunakan mikroba indigen dan juga mikroba eksogen. Mikroba indigen adalah mikroba yang berasal dari lingkungan itu sendiri (Arief, 2010), sedangkan mikroba eksogen adalah mikroba yang didatangkan dari luar media yang tercemar. Dalam bioremediasi, penggunaan mikroorganisme indigenous (indigen)

6 saja masih belum maksimum sehingga diperlukan inokulasi mikroorganisme exogenous (eksogen) yang merupakan kultur campuran (konsorsium) beberapa jenis bakteri atau jamur yang potensial dalam mendegradasi pencemar tersebut (Udiharto dan Sudaryono, 1999). Proses bioremediasi dengan bantuan mikroorganisme dapat dilakukan menggunakan isolat tunggal maupun campuran. Bakteri tunggal memiliki kemampuan yang terbatas dalam mendegradasi senyawa hidrokarbon, sedangkan konsorsium bakteri memiliki tingkat degradasi yang tinggi untuk mendegradasi senyawa hidrokarbon. Bakteri konsorsium bekerja secara sinergis dalam mendegradasi senyawa hidrokarbon yang kemudian dimanfaatkan sebagai sumber karbon dan energi (Charlena, 2010). Bakteri sering digunakan dalam proses bioremediasi karena memiliki kemampuan adaptasi dan reproduksi yang tinggi (Atlas, 1992). Kombinasi isolat bakteri diketahui mempunyai kemampuan lebih baik dalam mendegradasi hidrokarbon dibandingkan dengan isolat tunggalnya (Yani, 2009). Penggunaan bakteri dalam bidang bioremediasi lebih luas dibandingkan dengan kapang atau mikroorganisme lainnya, hal ini ini karena bakteri adalah golongan mikroorganisme yang paling sering terisolasi pada lahan atau air yang terkontaminasi pencemar. Seperti hasil penelitian Nugroho (2007) yang mengisolasi mikroorganisme pada minyak bumi dari Benakat diperoleh beberapa spesies mikroorganisme yaitu Pseudomonas aeruginosa, Aeromonas hidrophyla, Agrobacterium radiobacter. Potensi bakteri Pseudomonas aeruginosa dalam mendegradasi minyak bumi sebesar 90%, Aeromonas hidrophyla 88%, dan

7 Agrobacterium radiobacter sebesar 79%. Sedangkan degradasi minyak bumi dari mikroba konsorsiumnya sebesar 92%. Connel dan Miller (1995) menyatakan mikroorganisme seperti bakteri dapat menggunakan hidrokarbon dari minyak mentah dan fraksi-fraksinya baik secara utuh maupun sebagian. Mikroorganisme yang pada umumnya berkembang di lingkungan yang terkontaminasi hidrokarbon sebagian besar adalah bakteri (Kadarwati et al, 1994). Golongan bakteri yang diketahui mempunyai kemampuan sebagai biosorben logam timbal adalah golongan bakteri Pseudomonas. Pada penelitian ini digunakan campuran bakteri yaitu Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas pseudomallei. Berdasarkan penelitian Yani (2008), bakteri Pseudomonas aeruginosa mempunyai kemampuan biodegradasi minyak diesel pada konsentrasi 10% selama satu minggu dengan pertumbuhan jumlah sel mencapai 5,6 x 10 13 CFU/ml sedangkan bakteri Pseudomonas pseudomallei pada perlakuan yang sama mampu tumbuh mencapai 1,2 x 10 11 CFU/ml. Nagashetti (2013) menambahkan, Pseudomonas aeruginosa mampu mengakumulasi berbagai logam berat diantaranya, merkuri (Hg), copper (Cu), kromium (Cr), dan timbal (Pb) yang mencemari tanah dan menjadi masalah besar dalam kesehatan publik. Bakteri Pseudomonas aeruginosa pada penelitian Yulia (2013) digunakan dalam bioremediasi air laut terkontaminasi minyak bumi dengan konsentrasi 3% mampu menurunkan TPH (Total Petroleum Hidrokarbon) hingga 100% dalam waktu 21 hari. Sedangkan bakteri Pseudomonas pseudomallei pada penelitian Mariam (2013) yang ditumbuhkan dalam media yang

8 mengandung logam timbal dengan konsentrasi 5% mampu menurunkan kadar logam timbal mencapai 98,2%. Berdasarkan hal tersebut maka, penelitian ini penting untuk dilaksanakan agar kadar logam timbal (Pb) pada lumpur Lapindo yang dibuang ke laut dapat diminimalisasi menggunakan campuran bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas pseudomallei sehingga tidak mencemari lingkungan. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana pengaruh lama inkubasi dan konsentrasi campuran bakteri (Pseudomonas pseudomallei dan Pseudomonas aeruginosa) terhadap jumlah total sel bakteri dan kadar logam berat timbal (Pb) dalam bioremediasi logam berat timbal pada lumpur Lapindo? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama inkubasi dan konsentrasi campuran bakteri (Pseudomonas pseudomallei dan Pseudomonas aeruginosa) terhadap jumlah total sel bakteri dan kadar logam berat timbal (Pb) dalam bioremediasi logam berat timbal pada lumpur Lapindo. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya memberikan informasi solusi penanggulangan pencemaran logam berat Pb dalam lumpur Lapindo melalui bioremediasi menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas pseudomallei dan Pseudomonas aeruginosa).

9 1.5 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Obyek penelitian adalah lumpur Lapindo dengan kadar timbal tinggi melebihi ambang batas 2. Bakteri Pseudomonas pseudomallei yang digunakan berasal dari koleksi laboratorium mikrobiologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang sedangkan bakteri Pseudomonas aeruginosa berasal dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. 3. ph yang digunakan dalam penelitian ini adalah ph alami lumpur Lapindo yaitu sebesar 7,84. 4. Parameter dalam penelitian ini meliputi : kadar logam berat timbal (Pb), lama inkubasi, konsentrasi bakteri untuk proses bioremediasi dan jumlah total sel campuran bakteri (Pseudomonas pseudomallei dan Pseudomonas aeruginosa) yang dihitung menggunakan metode TPC (Total Plate Count).