BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang semakin meningkat mengandung resiko pencemaran dan. yang menjadi pendukung kehidupan manusia telah rusak.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Menurut isi dari Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun tentang Perindustrian, Industri adalah :

BAB I PENDAHULUAN. baik dari segi manfaat maupun penggunaannya. Hal ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan usaha pelestarian fungsi air terutama pemerintah pusat

Bab I. Pendahuluan. pencucian pakaian atau yang lebih dikenal dengan jasa laundry. Usaha

BAB I PENDAHULUAN. Untuk tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia maka

karena harus mengorbankan aspek lingkungan hidup.

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan mengolah sumber daya alam dengan sebaik-baiknya yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai

BAB I PARTISIPASI PELAKU USAHA RESTORAN DALAM PELESTARIAN FUNGSI LINGKUNGAN MENURUT UU NO.23 TAHUN 1997

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB III METODE PENELITIAN

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan utama pengelolaan lingkungan hidup adalah

PENDAHULUAN. Persoalan lingkungan hidup disebabkan berbagai hal, salah satunya pertumbuhan penduduk.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BAB III PENUTUP. penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN LINGKUNGAN HIDUP DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan bangsa Indonesia tidak bisa luput dari masalah hukum yang

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. barang maka semakin besar pula volume sampah yang dihasilkan. 1. dan volumenya akan berbanding lurus dengan jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari air merupakan salah satu

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan ini adalah penelitian hukum normatif empiris.penelitian hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan sampah tidak lepas dari adanya aktivitas manusia di

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

Kuliah 6 PENCEMARAN LINGKUNGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 63 TAHUN 2001 TENTANG

Kebijakan BLHD Kota Tangerang Selatan dalam Pengelolaan Limbah. Oleh : DR. RAHMAT SALAM, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang mempunyai potensi pertambangan

BAB I PENDAHULUAN. ada sehingga setiap manusia diharapkan mampu menghadapi tantangan sesuai

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 80 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI GORONTALO

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG JASA LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

Kerangka Hukum & Regulasi Kesehatan Lingkungan Yang Berorientasi Pada Pembangunan Berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan, karena

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURANDAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 5 TAHUN 2003

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI KABUPATEN GRESIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang).

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran masyarakat dan adanya hubungan timbal balik terhadap

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 066 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Disamping itu, pola konsumsi

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB III METODE PENELITIAN. normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional Indonesia yang diatur di dalam Sistem Kesehatan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN TASIKMALAYA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

Payung Hukum. 1. kewajiban memperhatikan perlindungan fungsi lingkungan hidup. Menurut UU. Mengawal Hukum Lingkungan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODE PENELITIAN. data dan membahas permasalahan adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pekerjaan. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia terdapat banyak sungai yang menjadi sumber kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

toko modern dan kontribusinya terhadap PAD kota Metro.

BAB I KETENTUAN UMUM

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

BAB I PENDAHULUAN. bisa dilakukan secara merata ke daerah-daerah, khususnya di bidang ekonomi

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;

WALIKOTA SURABAYA TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini masalah lingkungan hidup berupa pencemaran sudah banyak terjadi di kota-kota besar Indonesia dan salah satunya adalah kota Yogyakarta yang menghadapi persoalan pencemaran lingkungan hidup. Persoalan pencemaran lingkungan hidup disebabkan berbagai hal, antara lain adalah pertambahan penduduk yang semakin hari semakin tinggi menyebabkan aktifitas ekonomi juga meningkat pesat. Kegiatan ekonomi yang disertai pembangunan yang semakin meningkat mengandung resiko pencemaran dan perusakan lingkungan hidup sehingga struktur dan fungsi dasar ekosistem yang menjadi pendukung kehidupan manusia telah rusak. Pencemaran yang terjadi di kota Yogyakarta selain dari pertumbuhan penduduk juga dari hal-hal lainnya misalnya : a. Pencemaran tanah akibat dari limbah yang masuk ke dalam tanah dan menurunkan fungsi tanah menjadi keras dan tidak subur. Sumber-sumber pencemaran tanah dapat berasal dari domestik, industri, maupun dari pertanian. b. Pencemaran air akibat dari kegiatan manusia yang tidak hanya disebabkan oleh limbah rumah tangga, tetapi juga oleh limbah pertanian dan limbah industri. 1

2 c. Pencemaran udara yang terjadi di kota Yogyakarta adalah masuknya limbah ke dalam udara yang mengakibatkan fungsi udara turun, sehingga tidak mampu lagi mendukung aktifitas manusia. Pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh partikel debu, asap kendaraan dan dari cerobong asap industri dan gas kimia dari industri kimia. 1 Untuk mencegah terjadinya pencemaran atau perusakan lingkungan hidup maka dikeluarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan hidup namun undang-undang ini telah diganti dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan Hidup yang merupakan ketentuan undang-undang payung terhadap semua bentuk peraturan-peraturan mengenai di bidang lingkungan hidup. Banyak prinsip ataupun asas yang terkandung dalam undang-undang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tersebut yang sangat baik untuk tujuan perlindungan terhadap lingkungan hidup beserta isinya yang dapat melakukan pencegahan pencemaran terhadap lingkungan hidup. 2 Dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tersebut, juga dijelaskan peran pemerintah daerah dalam melaksanakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui dinas-dinas daerah yang terkait. Dinas-dinas daerah harus saling berkoordinasi supaya tujuan pencegahan pencemaran lingkungan 1 www.google.com, Andi Hamzah, Pencemaran Lingkungan di Kota Yogyakarta, 5 Juni 2010 2 www.google.com, M. R. Karliansyah, Presentasi Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan & Pengelolaan Lingkungan Hidup, 27 Mei 2010

3 hidup bisa tercapai dengan baik melalui perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Dari uraian masalah tersebut di atas, timbul pertanyaan, bagaimanakah kordinasi antar dinas daerah dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di kota Yogyakarta yang sebenarnya sudah dilaksanakan atau tidak, karena pada kenyataannya kota Yogyakarta masih mengalami banjir, polusi udara dan pencemaran lingkungan hidup. Berdasarkan permasalahan tersebut sudah seharusnya pemerintah daerah dan juga para pengelola lingkungan hidup sangat memperhatikan koordinasi antar dinas-dinas daerah dalam pencegahan pencemaran lingkungan hidup itu. Hal dimaksud agar pencegahan pencemaran lingkungan hidup di kota Yogyakarta dapat mencegah kerusakan lingkungan hidup, sehingga penulisan ini diberi judul : Koordinasi Antar Dinas Daerah Dalam Rangka Pencegahan Pencemaran Lingkungan Hidup di Kota Yogyakarta. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah koordinasi antar dinas daerah dalam rangka pencegahan pencemaran lingkungan hidup di kota Yogyakarta? 2. Hambatan-hambatan apa saja dalam koordinasi antar dinas daerah dalam rangka pencegahan pencemaran lingkungan hidup di kota Yogyakarta?

4 C. Tujuan penelitian Mengetahui koordinasi antar dinas daerah dalam rangka mencegah pencemaran lingkungan hidup di kota Yogyakarta. D. Manfaat penelitian 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan hukum lingkungan pada khususnya. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbang saran dan masukan bagi pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam mengatasi permasalahan lingkungan dilakukan dengan koordinasi antar dinas daerah di kota Yogyakarta. E. Keaslian penelitian Penulisan yang dilakukan dengan judul Koordinasi Antar Dinas Daerah Dalam Rangka Pencegahan Pencemaran Lingkungan Hidup di Kota Yogyakarta bukan merupakan duplikasi ataupun plagiat. Karya penulisan ini merupakan karya asli dari penulis. Jika penulisan ini terbukti merupakan duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya orang lain, maka penulis bersedia menerima sanksi akademik atau sanksi hukum yang berlaku. F. Batasan konsep 1. Koordinasi Koordinasi menurut George R. Terry adalah penyerasian yang teratur usaha-usaha untuk menyiapkan jumlah yang cocok menurut semestinya,

5 waktu dan pengarahan pelaksanaan hingga menghasilkan tindakantindakan harmonis dan terpadu menuju sasaran yang telah ditentukan. 2. Dinas Daerah Dinas Daerah menurut Pasal 1 butir 8 menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 adalah perangkat pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan pemerintahan yang telah menjadi wewenang otonomi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Pencegahan Pencemaran Lingkungan Hidup. a. Pengendalian Pencemaran. Pencemaran lingkungan hidup menurut Pasal 1 butir 14 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. 3 Pengendalian pencemaran lingkungan hidup menurut Pasal 13 ayat 1 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 adalah dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup. 4 Pengendalian pencemaran lingkungan dan/atau kerusakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menurut Pasal 13 ayat 2 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 meliputi : 1) Pencegahan; 3 Pasal 1 butir 14 UU No. 32 tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 4 Ibid, hlm 16

6 2) Penanggulangan; dan 3) Pemulihan. Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menurut Pasal 13 ayat 3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 adalah dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan kewenangan, peran, dan tanggung jawab masing-masing. 5 b. Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran. Penanggulangan pencemaran menurut Pasal 53 ayat 1 Undangundang Nomor 32 Tahun 2009 adalah setiap orang yang melakukan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup wajib melakukan penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. 6 Penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada butir (1) menurut Pasal 53 ayat 2 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 dilakukan dengan: 1) Pemberian informasi peringatan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup kepada masyarakat; 2) Pengisolasian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup; 5 Ibid, hlm 17 6 Ibid, hlm 30

7 3) Penghentian sumber pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup; dan/atau 4) Cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 7 Pemulihan menurut Pasal 54 ayat 1 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 adalah setiap orang yang melakukan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup wajib melakukan pemulihan fungsi lingkungan hidup. Pemulihan fungsi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menurut Pasal 54 ayat 2 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 dilakukan dengan tahapan : 1) Penghentian sumber pencemaran dan pembersihan unsur pencemaran; 2) Remediasi; 3) Rehabilitasi; 4) Restorasi; dan/atau 5) Cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemulihan fungsi lingkungan hidup menurut Pasal 54 ayat 3 Undang-undang nomor 32 tahun 2009 adalah diatur dalam Peraturan Pemerintah. 7 Ibid, hlm 30

8 G. Metode penelitian 1. Jenis peneltian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif, yang merupakan penelitian yang berfokus pada norma (law in the book) dan penelitian ini memerlukan data sekunder (bahan hukum) sebagai data utama. Penelitian kepustakaan yaitu penelitian yang dilakukan dengan membaca dan mempelajari literatur-literatur yang terdiri dari buku-buku hukum, Perundang-undangan dan bahan-bahan yang berkaitan dengan obyek yang akan diteliti. 2. Sumber data Agar penelitian yang dilakukan dapat memperoleh hasil yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka diperlukan adanya data sekunder yang meliputi: a. Bahan hukum primer adalah bahan yang diperoleh dari peraturan perundang-undangan yaitu: 1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. 2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah.

9 4) Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Dinas Daerah. 5) Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 100 Tahun 2009 Tentang Pola Koordinasi Perangkat Daerah / Instansi Vertikal Di Pemerintah Kota Yogyakarta. b. Data Sekunder adalah bahan yang diperoleh dari kepustakaan yang relevan dan memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti antara lain buku-buku literatur kepustakaan, Kamus Bahasa Indonesia, website, surat kabar, jurnal hukum dan media lainnya. 3. Metode Pengumpulan data Teknik dan alat pengumpulan data yang dipergunakan adalah teknik wawancara langsung dimana penulis berkomunikasi secara langsung dengan narasumber untuk mendapat data yang diperlukan, dengan menggunakan alat pengumpul data berupa wawancara terstruktur yaitu dengan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada narasumber dengan terlebih dahulu menyusun inti pertanyaan sehingga pertanyaan yang diajukan lebih terarah. 4. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Kantor Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, Kantor Dinas Pariwisata dan kebudayaan kota Yogyakarta,

10 Kantor Perindagkoptan kota Yogyakarta, Kantor Perizinan kota Yogyakarta. 5. Narasumber Nara sumber dalam penelitan ini adalah: a. Kepala Dinas Perindagkoptan Kota Yogyakarta b. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta. c. Kepala Dinas Perizinan Kota Yogykarta. d. Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta. 6. Metode analisis a. Data Primer Data yang diperoleh dari hasil penelitian di Kantor Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, Kantor Dinas Pariwisata dan kebudayaan kota Yogyakarta, Kantor Perindagkoptan kota Yogyakarta, Kantor Perizinan kota Yogyakarta dengan cara melakukan wawancara dan tinjauan langsung dibantu dengan narasumber diatas. b. Data Sekunder Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum seperti artikel-artikel ilmiah, majalah hasil penelitian, internet, pendapat para ahli dibidang hukum yang berkaitan dengan lingkungan hidup.

11 I. Sistematika penulisan Penulisan hukum ini disusun secara sistematis dalam tiga (3) bab yang merupakan suatu rangkaian dan saling berhubungan satu sama lain. Adapun ketiga bab tersebut adalah : BAB I : Pendahuluan. Permulaan bab ini berisi tentang latar belakang, tentang penelitian yang dilakukan oleh penulis, kemudian dirumuskan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan hukum. BAB II : Pembahasan. Dalam bab ini diuraikan tinjauan umum tentang dinas daerah dan tinjauan umum pencegahan pencemaran lingkungan hidup Koordinasi antar dinas daerah dalam rangka mencegah pencemaran lingkungan hidup di kota Yogyakarta dan hasil penelitian. BAB III : Penutup Bab ini berisi kesimpulan dan saran.