I. PENDAHULUAN. jenderal kebudayaan, Direktorat Permuseuman : 1998)Hal 1

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang

KRIYA BAMBU KARYA ALI SUBANA

2015 BATIK BERMOTIF ANGKLUNG PADA TIRAI PINTU (DOOR CURTAIN PORTIERE)

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN. permukaannya. Misalnya furniture sebagai tempat penyimpan biasanya

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

I. PENDAHULUAN A. Penjelasan Tema / Ide /Judul Perancangan B. Latar Belakang Perancangan

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Sejarah Layang-Layang Di Indonesia

APARTEMEN. LU 74 m 2

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. tradisional berbeda-beda. Makanan tradisional sendiri merupakan sebuah

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

ELEMEN PEMBENTUK RUANG INTERIOR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1. Pendahuluan. Negara Indonesia selain terkenal dengan Negara kepulauan, juga terkenal dengan keindahan alam dan kekayaan hutan.

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1

dari permainan egrang. Seperti yang kita ketahui permainan egrang kini sudah sangat

BAB I Pendahuluan. 1.1 Multimedia Interaktif Flash Flip Book Pakaian Adat Betawi

BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

2015 ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bhineka Tunggal Ika


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

Gambar 1 : Tempat Tidur Bayi Dari Kayu

sebuah kursi, sikap berdiri ketika didepan lemari, dan lainlain.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemilihan Studi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN TESA APRILIANI, 2015 APLIKASI TEKNIK SABLON DENGAN OBJEK SIMBOL NAVAJO SEBAGAI ELEMENT ESTETIK RUANGAN

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TEORI UMUM DAN KONSEP RUANG DALAM. A. Teori Perancangan Ruang Dalam.

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB V PAMERAN A. DESAIN FINAL 1. Lampu Belajar

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 6. Figure 6. 1 Denah Opened-Gallery. sumber: Analisis Penulis, 2016 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA


BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Motif Seni Ukir Jepara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MUSEUM BUDAYA DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

Menata Pola Ragam Hias Tekstil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

interior yang berperan sebagai perantara untuk menawarkan dan menunjukkan aktivitas pengguna. Desain mebel mengekspresikan pencitraan ruang dengan ber

BAB I PENDAHULUAN. mancanegara. Dapat dikatakan sebagai kerajinan tradisional. Baik sebagai bentuk

BAB II METODE PERANCANGAN

Briefing Desain. Analisa. Sketsa Awasl. penyelesaian

Bab 4 KONSEP PERANCANGAN INTERIOR

BAB I PENDAHULUAN. ketat, terutama dalam industri ritel yaitu perdagangan yang melayani konsumen akhir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PANDUAN PEMBELIAN STUVA. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB IV TINJAUAN KHUSUS

III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper).

Jawa Timur secara umum

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u

BAB I PENDAHULUAN. Rahmat Hidayat, 2015 Origami Maya Hirai Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB II METODE PERANCANGAN

diatas sebuah kursi, sikap berdiri ketika didepan lemari, dan lain-lain.

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh. Dengan berolahraga, maka hidup

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Desain mebel termasuk dalam kategori desain fungsional, yaitu desain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV PROSES BERKARYA

BAB IV. HASIL DAN ANALISIS

PANDUAN PEMBELIAN STUVA. Sistem

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia ini penuh dengan adat istiadat yang sangat beraneka ragam, terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Mengenal Jenis, Bentuk, dan Teknik Pembuatan Karya Seni Rupa Tradisional Daerah Setempat

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

IV. KONSEP PERANCANGAN

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki beraneka ragam kebudayaan karena Indonesia merupakan negara kepulauan. Dari sabang sampai merauke mempunyai ciri khasnya masingmasing. Begitu juga dengan jenis mainannya yang tentu sangat beragam jenisnya. Mainan dari kata dasar main, jadi arti kata main adalah melakukan perbuatan untuk bersenang-senang baik menggunakan alat tertentu atau tidak menggunakan alat. sesuatu barang yang digunakan untuk bermain. Jadi mainan adalah alat yang di gunakan untuk menyenangkan hati. Tradisional dari kata tradisi yang artinya adalah adat kebiasaan yang turun-temurun dan masih dijalankan di masyarakat. Adat adalah berupa ujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-nilai budaya, norma, hukuman dan aturan-aturan yang satu dengan yang lainnya berkaitan menjadi satu sistem. Mainan tradisional adalah sesuatu alat yang dibuat dan dimainkan dengan berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun-temurun dan dapat memberikan rasa puas atau senang 1. Salah satu permainan yang ada di Indonesia sejak dahulu adalah layang - layang. Banyak bukti peninggalan mengatakan bahwa layang-layang pertama kali ditemukan di China tetapi ditemukan sebuah lukisan purbakala di Goa Muna, Sulawesi yang umurnya diperkirakan lebih dari peninggalan-peninggalan yang ada di China. Hanya saja hal ini belum bisa dipastikan karena usia lukisan pada Goa Muna sangat sulit diprediksi tahunnya. Seperti yang dijelaskan oleh Ruhe, B pada bukunya yang berjudul Muna Cave Painting Is Hard To Date. Dahulu layang-layang terbuat hanya dari bahan seadanya yaitu dengan menggunakan bambu untuk rangkanya, rotan untuk tali pengikatnya dan juga daun yang kini diganti menggunakan kertas ataupun kain parasut. Seiring perkembangan jaman layang-layang berkembang baik dari segi bentuk maupun material. Cara memainkan layang-layang sangat mudah. Syaratnya adalah adanya angin, sebuah benda dengan bidang datar (layang-layang) yang tertahan dengan tali penahan. Layang-layang akan terbang tinggi apabila tali penahannya terus diulur dan akan turun jika talinya terus ditarik. 1 Hamzuri, Permainan Tradisional Indonesia (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat jenderal kebudayaan, Direktorat Permuseuman : 1998)Hal 1 1

Bedasarkan wawancara penulis dengan pemandu saat di Museum Layang- Layang Indonesia, Indonesia memiliki berbagai macam jenis layang-layang yang juga mempunyai fungsi yang berbeda pula. Contohnya adalah layang-layang Dandang Bini yang berasal dari Kalimantan. Layang-layang ini diterbangkan ketika ada upacara perkawinan di daerah tersebut. Kemudian ada layang-layang Tapean asal Banyuwangi yang diterbangkan setelah selasai panen padi. Ada juga layang-layang yang berasal dari daun Loko khas Lampung. Layang-layang ini biasa digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan di laut dan masih banyak lagi. Salah satu jenis layang-layang yang berasal dari Betawi dinamakan Koangan. Bentuknya cenderung lebih sederhana dibandingkan layang-layang dari daerah lain. Bentuk daun dan segitiga dihiasi dengan warna-warna dari kertas minyak yang warnawarni menjadi ciri khas dari layang-layang Koangan. Selain itu biasanya layang-layang Koangan diberi tambahan aksesoris yang berada di atas kepalanya yang bisa berbunyi ketika diterbangkan. Benda ini terbuat dari bambu dan pita yang akan bergetar dan mengeluarkan suara ketika terkena angin. Layang-layang Koangan saat ini sudah tidak banyak lagi dimainkan karena berbagai macam alasan. Mulai dari alasan kesibukan, perkembangan teknologi yang pesat dan lain sebagainya. Lalu dari sini penulis melihat suatu permasalahan, yaitu bagaimana membuat orang dapat mengenal layang-layang koangan atau bahkan bernostalgia tanpa harus memainkannya. Penulis memutuskan untuk membuat sebuah furniture yang mengambil esensi dari layang-layang Koangan khas Betawi tersebut yang memiliki nilai fungsi baru dari layang-layang Koangan itu sendiri. Selain kita dapat melihat layang-layang Koangan setiap hari untuk bernostalgia permainan masa kecil, kita juga dapat menggunakannya sebagai penghias ruangan rumah. Furniture adalah istilah yang digunakan untuk perabot rumah tangga yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang, tempat duduk, tempat tidur, tempat mengerjakan sesuatu dalam bentuk meja atau tempat menaruh barang di atas permukaannya. Misalnya furniture sebagai tempat penyimpanan biasanya dilengkapi pintu, laci dan rak, contoh lemari pakaian, lemari buku dan lain-lain. 1 Setelah membuat mind mapping, mencari sumber-sumber data maka penulis menemukan esensi-esensi dari layang-layang Koangan khas Betawi yang lebih memungkinkan jika diterapkan kepada rak buku dinding khusus untuk buku komik 2

dan novel. Selain itu rak buku ini juga bisa digunakan sebagai lampu tidur karena mempunyai lampu LED. B. Keaslian/Orisinalitas Dalam perancangan ini penulis ingin membuat rak buku dinding khusus untuk buku komik dan novel yang juga bisa sekaligus menjadi lampu tidur pada malam hari. Rak buku ini mengandung esensi-esensi dari layang-layang Koangan khas Betawi. Melalui mind mapping penulis menemukan beberapa guide line yang dapat menentukan bentuk, ukuran, warna, target pasar dan lain sebagainya. Sekarang ini rak buku bentuknya sudah beragam. Banyak sekali yang unik dan menarik. Dalam hal ini penulis terinspirasi dari rak buku yang menempel di dinding. Karena mengandung esensi layang-layang yang dimainkan di langit. Maka rak buku dinding sangat cocok untuk pengaplikasian dari layang-layang Koangan ini. Keunikan dari rak buku dinding yang beresensi layang-layang Koangan ini ada pada bentuknya yang menyerupai rangka layang-layang Koangan khas Betawi. Sehingga dapat kita nikmati untuk bernostalgia. Pada malam hari lampu LED dibelakangnya bisa dinyalahkan untuk kemudian menjadi lampu tidur. Warna lampu LED adalah warm white ini mengambil esensi layang-layang yang biasanya dimainkan pada sore hari. Nuansa sore hari timbul karena warna warm white ini. Selain itu cahaya lampu LED akan menimbulkan efek siluet pada rak buku ini. Selain itu detil kabel yang digunakan sengaja dibiarkan terlihat agar seperti tali pada layang-layang Koangan. C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Perancangan a. Membuat rak buku yang memiliki unsur layang-layang Koangan khas Betawi. b. Membuat rak buku yang menarik, memiliki fungsi lain sebagai lampu tidur dan berbeda dari rak buku kebanyakan. c. Membuat nuansa nostalgia pada saat melihat rak buku tersebut. d. Menambah nilai jual produk furniture berbahan multiplek dengan strategi komunikasi visual. 2. Manfaat Perancangan a. Bagi Penulis 3

1) Dapat menambah khasanah ilmu di bidang desain grafis dan desain produk. 2) Dapat meningkatkan citra furniture berbahan bambu dengan cara yang berbeda dan kekinian. b. Bagi Masyarakat Memberikan pemahaman tentang bagaimana bentuk baru sebuah rak buku berbahan multiplek. c. Bagi Universitas Mercubuana Mendapatkan metode perancangan, sistematika penulisan, dan konsep perancangan yang bermanfaat bagi pengembangan studi. D. Menggambarkan Peluang dan Tantangan Studi 1. Peluang Tantangan Studi Rak buku adalah salah satu jenis furniture yang berguna untuk tempat menaruh buku-buku agar lebih tertata rapi. Rak buku sering ditemukan di perpustakaan, ruang kerja, kamar, ruang bersantai dan diberbagai ruangan di dalam rumah. Rak buku umumnya terdiri dari beberapa tingkat dan beberapa sekat pembatas agar mempermudahkan pencarian buku. Seiring berkembangnya jaman, rak buku semakin beragam bentuk dan jenisnya, ada rak buku yang menempel pada dinding dengan menggunakan siku-siku atau penyangga khusus, ada rak buku yang menjadi satu dengan furniture lain dan lain sebagainya. Rak buku sekarang ini tidak hanya digunakan untuk menata buku agar rapi, tetapi juga digunakan untuk penghias ruangan. Karena itu penulis tertantang untuk membuat rak buku yang unik dan mempunyai esensi dari layang-layang Koangan khas Betawi. Penulis ingin membuat rak buku yang tidak hanya memiliki nilai fungsi tetapi juga memiliki nilai estetika dan mengandung unsur-unsur kebudayaan dari layang-layang Koangan khas Betawi. 2. Tantangan Studi di masa Datang Walaupun berbagai desain unik sudah banyak diterapkan pada desain rak buku sekarang ini, tetapi belum ada yang menyatukan unsur kebudayaan ke dalam sebuah rak buku. Selain itu penulis menambahkan 4

lampu LED sebagai tambahan hiasan pada rak buku ini. Selain berfungsi sebagai hiasan yang akan menampilkan siluet dari bentuk rak buku itu sendiri, lampu LED berwarna warm white ini juga sangat cocok untuk dijadikan lampu tidur. Maka desain rak buku yang penulis ciptakan ini mempunyai beberapa fungsi sekaligus yaitu fungsi utamanya sebagai rak buku khususnya untuk jenis buku komik dan novel, tetapi karena bidangnya yang datar maka bisa juga digunakan untuk menaruh pajangan rumah. Selain guna utamanya rak buku ini juga sebagai hiasan ruangan karena bentuknya yang unik menyerupai layang-layang Koangan khas Betawi. Selain itu rak buku ini juga dapat berfungsi sebagai lampu tidur yang sangat unik karena menampilkan siluet layang-layang Koangan khas Betawi yang seakan-akan berada di langit sore karena efek lampu LED berwarna warm white. E. Relevansi dan Konsekuensi Studi 1. Relevansi Studi Membuat masyarakat mengingat kembali permainan tradisional layanglayang khususnya jenis Koangan khas betawi. Memberikan tambahan nilai kearifan lokal dan nilai estetika pada sebuah rak buku. 2. Konsekuensi Studi Menimbulkan rasa ketertarikan dan minat masyarakat untuk bermain layang-layang. 5