1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulpitis merupakan salah satu penyakit pulpa (Ingle dkk., 2008) yang cukup banyak terjadi di Indonesia. Data Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011 menunjukkan penyakit pulpa menduduki urutan keempat dari sepuluh penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kunjungan sebanyak 209.637 pasien (Kemenkes RI, 2012). Angka tersebut meningkat jika dibandingkan dengan Data Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2010 yang menunjukkan penyakit pulpa menduduki urutan ketujuh dengan jumlah kunjungan sebanyak 163.211 pasien (Kemenkes RI, 2011). Pulpitis merupakan peradangan pulpa sebagai reaksi jaringan ikat vaskuler terhadap cedera (Walton dan Torabinejad, 2008). Grossman mengklasifikasikan pulpitis sebagai pulpitis reversibel dan ireversibel (Garg dan Garg, 2014). Pulpitis reversibel adalah inflamasi pulpa yang ringan dan jika penyebabnya dihilangkan maka pulpa kembali normal (Ingle dkk., 2008). Pulpitis ireversibel merupakan inflamasi pulpa yang parah dan seringkali merupakan akibat atau perkembangan dari pulpitis reversibel (Walton dan Torabinejad, 2008). Kerusakan pulpa yang parah akibat pengambilan dentin yang luas selama prosedur operatif (Walton dan Torabinejad, 2008), karies yang dalam dan fraktur gigi dengan pulpa terbuka dapat menyebabkan pulpitis ireversibel (Glickman dan Schweitzer, 2013). Walton dan Torabinejad (2008) menyebutkan bahwa preparasi
2 kavitas yang dalam merupakan iritan fisik yang paling berperan terhadap jaringan pulpa. Semakin dalam preparasi maka inflamasi pada pulpa semakin parah (Ingle dkk., 2002). Menurut American Association of Endodontists, pulpitis ireversibel dapat simtomatik maupun asimtomatik (Glickman dan Schweitzer, 2013). Pulpitis ireversibel simtomatik ditandai dengan nyeri spontan (tanpa stimuli eksternal) yang intermiten atau terus-menerus. Nyeri pulpitis ireversibel dapat tajam, tumpul, setempat atau menyebar dan bisa berlangsung hanya beberapa menit atau berjam-jam (Walton dan Torabinejad, 2008). Menurut Radeva (2008), pulpitis ireversibel ditandai dengan nyeri akut dan intens yang sulit dikontrol dengan obat penghilang rasa sakit, sehingga membutuhkan perawatan segera. DepKes RI (2008) menyarankan bahwa penatalaksanaan pasien dengan pulpitis ireversibel berupa pembersihan pada lubang gigi dengan menggunakan ekskavator dan water syringe, lalu dikeringkan dengan kapas dan kavitas diberi pelet kapas yang ditetesi eugenol. Menurut Tronstad (2003), pemberian medikamen anodyne seperti eugenol dapat meringankan gejala pulpitis ireversibel hingga 92%. Penggunaan eugenol dilakukan sebagai perawatan sementara bagi pasien pulpitis ireversibel sebelum mendapatkan perawatan saluran akar dari dokter gigi. Eugenol merupakan bahan aktif minyak esensial yang diekstraksi dari cengkeh dan tanaman herbal lainnya. Menurut Chung dan Oh (2013), eugenol (4- allyl-2-methoxyphenol) merupakan bahan aktif beberapa tanaman herbal yang diketahui dan digunakan secara luas di dalam pengobatan tradisional, terutama untuk tujuan analgesik dan antiseptik pada perawatan sakit gigi.eugenol
3 digunakan secara luas di dalam bidang kedokteran gigi karena aktivitas antiinflamasi dan analgesiknya, serta kemampuannya meredakan sakit gigi yang berasal dari berbagai sumber, termasuk pulpitis (Javdani dan Nikousefat, 2012; Chung dan Oh, 2013). Penggunaan eugenol sebagai antiinflamasi di klinik gigi telah dilakukan sejak awal tahun 1873 yaitu eugenol dicampur dengan zinc oxide. Saat ini, eugenol secara luas digunakan dalam bidang kedokteran gigi sebagai bahan aktif tumpatan gigi, sealer endodontik, semen kedokteran gigi, bahan dressing periodontal, dan dressing dry socket. Respon inflamasi pada pulpitis mirip dengan respon inflamasi pada jaringan ikat di bagian tubuh lainnya. Sel-sel yang berhubungan dengan reaksi inflamasi adalah leukosit polimorfonuklear dan leukosit mononuklear termasuk makrofag dan limfosit (Mjör, 2002). Pada proses pulpitis beberapa neurotransmiter berperan dalam menginduksi rasa sakit dengan melepaskan bradikinin, histamin, dan prostaglandin. Siklooksigenase (COX) merupakan enzim yang bertanggung jawab dalam pembentukan prostanoid yaitu prostaglandin (PG), prostacyclin, dan thromboxane yang ketiganya terlibat dalam respon inflamasi. Enzim COX ada dua jenis yaitu COX-1 dan COX-2. Siklooksigenase-1 diketahui terdapat di sebagian besar jaringan. Pada saluran pencernaan, COX-1 menjaga lapisan normal lambung. Enzim tersebut juga terlibat dalam fungsi ginjal dan platelet. Siklooksigenase-2 terutama terdapat pada daerah inflamasi yang berfungsi mengubah asam arakhidonat menjadi prostaglandin yang menyebabkan nyeri dan inflamasi (Eustice, 2009).
4 B. Permasalahan Penelitian Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan permasalahan bagaimana pengaruh eugenol terhadap ekspresi siklooksigenase-2 dan jumlah sel inflamasi pada pulpa gigi terinflamasi? C. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai efek eugenol sebagai antiinflamasi telah banyak dilakukan, antara lain penelitian tentang aksi inflamasi eugenol pada makrofag tikus yang distimulasi LPS (Kim dkk., 2002), aktivitas antiinflamasi dan antinosiseptif minyak esensial eugenol pada model hewan coba (Daniel, 2009), aksi antiinflamasi eugenol secara in vivo pada paru-paru yang diinduksi LPS (Magalhães dkk., 2010), dan aksi antiinflamasi eugenol pada produksi sitokin oleh makrofag (Bachiega dkk., 2012). Dari beberapa penelitian tersebut, semua hasil penelitian menunjukkan kemampuan eugenol sebagai bahan antiinflamasi yaitu dengan menekan ekspresi gen siklooksigenase-2 (COX) pada sel makrofag paru-paru,menghambat sintesis prostaglandin, pelepasan TNF-, produksi IL-1β dan IL-6 oleh makrofag, dan menghambat aktivasi NF-κB. Sejauh peneliti ketahui, belum ada penelitian tentang efek eugenol terhadap ekspresi siklooksigenase-2 (COX-2) dan jumlah sel inflamasi pada pulpa gigi tikus Sprague dawley.
5 D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh eugenol terhadap ekspresi siklooksigenase-2 (COX-2) dan jumlah sel inflamasi pada pulpa gigi terinflamasi. E. Manfaat Penelitian a. Penelitian ini dapat menjadi sumbangsih ilmu pengetahuan khususnya mengenai penggunaan eugenol di bidang kedokteran gigi. b. Hasil penelitian ini dapat memberikan rekomendasi penggunaan eugenol sebagai alternatif pertolongan sementara bagi pasien pulpitis ireversibel sebelum mendapatkan perawatan saluran akar.