TRIAD OF CONCERN KELOMPOK 3.B. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Sumatera Utara. Jalan Alumni No. 2 Kampus USU Medan PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEKNIK ORANG KETIGA DENGAN EKSPLORASI PERASAAN ANAK USIA SEKOLAH SELAMA DIRAWAT DI RSUD Dr.PIRNGADI MEDAN

KOMUNIKASI MANAJEMEN. Oleh : Elisabeth Herwanti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 HASIL PENELITIAN Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 6 Tahun

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI BANGSAL MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. efek yang buruk pada kesehatan pada umumnya, sehingga kesehatan mulut yang. baik dapat dicapai dengan kebersihan mulut yang baik.

TINGKAH LAKU ANAK DAN PENGELOLAAN PADA PERAWATAN GIGI DEPARTEMEN PEDODONSIA FKG USU

KOMUNIKASI DAN WAWANCARA KLINIS

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia seutuhnya yang dapat dilakukan melalui berbagai. dimasa yang akan datang, maka anak perlu dipersiapkan agar dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan sejak usia dini yaitu dengan mencegah, merawat dan

Oleh : Yuyun Wahyu Indah Indriyani ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT kepada setiap orangtua. Setiap orangtua akan merasa bahagia jika

BAB I PENDAHULUAN. akan menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya (Turner et al, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik yang menentukan gaya personal individu serta mempengaruhi

A. Mata Kuliah Nursing Theorist

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses

MENANGANI KELUHAN CUSTOMER (RUMAH SAKIT)

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

BAB 1 PENDAHULUAN. praktek dokter gigi memiliki suasana dan peralatan yang asing, dan terlebih lagi

KARAKTERISTIK INFORMAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. masa estetik. Pada masa vital anak menggunakan fungsi-fungsi biologisnya untuk

PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King

BAB II TINJAUAN TEORI. suatu rumah tangga. Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya. deteksi dan intervensi dini (Soetjiningsih, 2014).

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa usia Taman Kanak-kanak (TK) atau masa usia dini merupakan masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan aset berharga, tidak hanya bagi individu tetapi juga

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas hidupnya harus berkembang dengan baik terutama anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku dimana. individu tidak mampu mencapai tujuan, putus asa, gelisah,

BAB I PENDAHULUAN. anak (Undang-Undang Perlindungan Anak, 2002).

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh

PANDUAN PENYELESAIAN KOMPLAIN, KELUHAN ATAU PERBEDAAN PENDAPAT PASIEN DAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT DENGAN TINDAKAN TERHADAP PERLINDUNGAN HAK ATAS PRIVASI KLIEN TAHUN 2015

B A B 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perasaan khawatir adalah sesuatu yang normal dan dapat berkisar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

SATUAN ACARA PENYULUHAN

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peranan komunikasi menjadi lebih penting dalam pemberian asuhan

KUESIONER ORANG TUA EFEK PSIKOSOSIAL PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN YANG MEMILIKI KARIES TINGGI DAN KARIES RENDAH. Tanggal Lahir :...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PEDOMAN PELAYANAN REKAM MEDIS

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengirim pesan kepada penerima. Komunikasi merupakan aspek. pencapaian kesembuhan pasien (Siti Fatmawati, 2009:1)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi di masyarakat masih menjadi sebuah masalah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. landasan teoretis yang melandasi penelitian ini. Kemudian, definisi operasional

Cinta Kedua. Majalah Parents Desember Sepenggal kisah tentang kekuatiran untuk jatuh cinta lagi.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hospitalisasi merupakan kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya

Isian Form 1 INFORMASI PERKEMBANGAN ANAK (Diisi oleh Orang tua)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

A. PENGERTIAN KOMUNIKASI


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan dengan berbagai kesempurnaan.

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung singkat dan dapat dikendalikan. Kecemasan berfungsi sebagai suatu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2000). Untuk hasil r hitung pada penelitian dapat dilihat pada kolom Corrected

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan di depan anak-anak apalagi untuk mengajarkannya kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang. Kesehatan menjelaskan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang

HUBUNGAN KOMUNIKASI TEURAPETIK BIDAN DENGAN KECEMASAN IBU BERSALIN DI RUANG KEBIDANAN DAN BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PIDIE

Mahasiswa S-1 Prodi Keperawatan, STIKes CHMK, Kupang Jurusan DIII Keperawatan, Poltekes Kemenkes Kupang, Kupang c

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Masa ini dapat disebut juga sebagai The Golden Age atau masa. pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh menjadi dewasa. Menurut Hurlock (2002:108) bahwa remaja. mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatankegiatan tertentu dalam rangka mencapai tujuan optimal, baik komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan stres karena terdapat ancaman

BAB 1 PENDAHULUAN. yang unik pada bayi, balita, dan anak prasekolah. Dahulu Early Childhood Caries (ECC) dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia sejak anak dilahirkan

BAB IV ANALISIS DATA. peneliti, maka peneliti menganalisis dengan analisis deskriptif komparatif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu

PANDUAN MENGATASI HAMBATAN DALAM POPULASI PASIEN

MEDIA AUDIO VISUAL DAN MEDIA KARTU BERGAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK PRA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

Transkripsi:

1 TRIAD OF CONCERN KELOMPOK 3.B Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Jalan Alumni No. 2 Kampus USU Medan 20155 PENDAHULUAN Perawatan gigi anak secara dini sangat berguna bagi anak yang sedang mengalami tumbuh kembang. Kerusakan gigi merupakan masalah yang paling umum terjadi pada anak. Perawatan di bidang kesehatan gigi berhasil apabila adanya bimbingan orang tua terhadap anak dengan memberi si anak motivasi dalam berperilaku sehat. Selain itu, diperlukan kerja sama antara dokter gigi dengan orang tua dalam keberhasilan perawatan anak. Orang tua tidak boleh beranggapan bahwa masalah penanganan kesehatan gigi dan mulut anak merupakan tanggung jawab dokter gigi dan hanya berperan sebatas pengantar ke tempat praktik tanpa ingin terlibat lebih jauh dalam edukasi kesehatan gigi anak. Perlunya peran serta orang tua dalam membimbing, memberikan perhatian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak dapat memelihara kebersihan gigi dan mulut. Pengetahuan orang tua merupakan modal penting dalam membentuk perilaku yang mendukung atau tidak mendukung perawatan gigi dan mulut pada anak. Perilaku merupakan suatu aktivitas manusia yang sangat mempengaruhi pola hidup yang akan dijalaninya. Proses pembentukan perilaku yang diharapkan memerlukan waktu serta kemampuan dari orang tua dalam mengajarkan pada anak. Rasa takut merupakan penyebab

2 utama perilaku nonkooperatif anak terhadap perawatan gigi. Faktor penyebabnya bisa berasal atau ditimbulkan dari anak itu sendiri, keluarga, atau dokter gigi. Williams dkk. (1985) menunjukkan relevansi dari karakteristik ini dengan kedokteran gigi, yaitu dengan membandingkan anak-anak yang dirujuk ke rumah sakit karena adanya riwayat penolakan perawatan, dengan anak-anak yang secara umum dapat bekerja sama. Anak-anak yang dirujuk terlihat cenderung menarik diri dari lingkungan sekitar, dan sulit beradaptasi. Ini menunjukkan bahwa anak-anak seperti itu akan mendatangkan lebih banyak masalah pada kunjungan ke praktik dokter gigi, meskipun tidak ada pengalaman negative, dan memerlukan pengenalan yang lebih bertahap. 1 Komunikasi merupakan kunci utama dalam keberhasilan dokter gigi dalam melakukan perawatan gigi. Komunikasi yang baik akan menimbulkan respon yang baik dari pasien sehingga mengakibatkan kelancaran dalam perawatan serta dalam kunjungan-kunjungan berikutnya. Untuk dapat mencapai keberhasilan tersebut, dokter gigi hendaknya memahami konsep Triad of Concern. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah mengetahui bagaimana hubungan antara dokter gigi, orang tua dan pasien anak sebagai pendekatan tingkah laku pada anak. A. Pengertian Triad of concern merupakan tiga komponen dalam penanggulangan tingkah laku anak. Tiga komponen tersebut adalah anak, orang tua, dan dokter gigi. Triad of concern ini dibutuhkan untuk menangani segala tindakan dan tingkah laku yang ditunjukkan anak saat sebelum, dalam proses, dan setelah proses perawatan gigi anak. Anak merupakan puncak dari triad of concern, sehingga segala perhatian orang tua dan dokter gigi tertuju pada anak yang menjadi pasien. Oleh karena itu, orang tua dalam triad of concern bertindak sebagai pihak yang memotivasi anak agar mau menjalani perawatan gigi. Sedangkan dokter gigi bertindak sebagai pengarah agar ketiga komponen dapat bekerja sama dalam proses perawatan gigi anak. Triad of concern juga menyangkut segala cara berkomunikasi antara anak dengan orang tua, anak dengan dokter gigi, dan antara dokter gigi dan orang tua. Selain itu dibutuhkan juga informasi-informasi mengenai perkembangan dan pertumbuhan anak yang dapat membantu cara berkomunikasi yang baik antara ketiga komponen triad of concern. Dengan berkomunikasi yang

3 baik, perawatan gigi anak dapat terlaksana dengan baik. Tindakan dan tingkah laku anak yang dapat mengganggu jalannya perawatan gigi juga dapat tertangani dengan baik dan tepat. B. Komponen a) Anak Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Sebagai pasien, anak adalah objek atau sasaran utama perawatan. Kunjungan pertama anak ke dokter gigi dapat dilakukan di saat mereka berumur 1 atau 2 tahun atau bisa juga diatas 2 tahun. Caranya adalah dengan memahami perkembangan anak tersebut sesuai dengan usianya. Adapun perkembangan anak berdasarkan usia, terbagi atas : - Di bawah 2 tahun (Toddlerhood) Anak yang baru belajar menggabung-gabungkan objek-objek dengan cara-cara baru untuk menciptakan hal-hal yang menarik seperti menumpuk balok-balok. Meniru orang tua dan anak-anak yang lebih dewasa. Perkembangan emosi anak usia ini relatif mudah marah, mereka masih berpusat kepada orang tua khususnya ibu. Pada usia ini, anak ingin memegang alat-alat yang ada di sekitarnya. Anak juga senang terhadap suara yang lembut dan digendong dengan cara yang halus. - Usia prasekolah (2-6 tahun) Periode prasekolah dapat disamakan dengan stadium praoperasional, ditandai oleh pemikiran ajaib, egosentris dan pemikiran yang didominasi oleh kesadaran. Pada usia ini, anak-anak lebih aktif dan bermain dengan teman sebayanya. Pada tahap ini, anak sering bingung antara penyebab dan akibat dan lebih fokus pada persepsi daripada logika. Seorang anak mengira bahwa suntikan yang diberikan kepada gusinya akan menimbulkan lubang. - Usia sekolah (6-14 tahun) Pada anak usia ini, mereka semakin mempraktekkan aturan-aturan yang didasarkan pada fenomena yang dapat diamati, faktor pada banyak dimensi dan pandangan serta menginterpretasi persepsinya berdasarkan teori-teori.

4 Anak mulai mengerti tentang gunanya kunjungan ke dokter. Tapi ia masih terfokus pada aspek konkret dari suatu situasi. Pada usia ini, kita beri kesempatan pada anak tentang hal-hal yang ia pikirkan. b) Orang Tua Orang tua harus mampu memberikan pengertian juga kepercayaan kepada anaknya. Tindakan orang tua yang tepat dan terarah akan sangat membantu berhasilnya suatu perawatan gigi. 3 Terkadang beberapa orang tua tidak menyadari bahwa mereka mempunyai peranan dalam mewujudkan tingkah laku anak agar mau datang ke dokter gigi. Orangtua dapat mencoba cara mengenalkan dokter gigi kepada anak, yaitu dengan mengajak anak ikut serta saat ibu atau ayahnya memeriksakan gigi. Peran orang tua sangatlah penting dalam suatu perawatan gigi anak. Dalam praktek terkadang orangtua ragu-ragu atau cemas apabila anaknya hendak melakukan perawatan gigi. c) Dokter Gigi Dokter gigi merupakan petugas kesehatan yang bertugas untuk merawat pasien (anak). 3 Dokter gigi anak bekerja dengan tujuan pencegahan masalah-masalah kesehatan gigi sebelum timbul suatu masalah dalam mulut dan melakukan perawatan apabila terdapat kelainan pada rongga mulut. Dalam hal ini, ia bekerja sama dengan orang tua anak untuk merawat kesehatan mulut anak. Dalam berkomunikasi dengan anak, seorang dokter gigi harus memperhatikan kematangan kognitif anak, membuat situasi yang kondusif dan berkomunikasi sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Salah satu strategi melakukan wawancara medis dengan anak yaitu dengan metode : 5 Trust : Elicit : Agenda: Membangun kepercayaan dan membangun hubungan dengan anak. dengan bertanya sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan sakitnya. Mengorek informasi dari orang tua dan anak tentang keluhan mereka dan pengertian anak tentang alasan ia dibawa ke dokter. Membuat agenda pada awal kunjungan untuk meyakinkan orang tua bahwa keluhannya ditanggapi.

5 Control: Membuat anak merasa diperhatikan selama kunjungan (misalnya memberi tahu makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan selama anak sakit). Membantu mengurangi rasa khawatir dan meningkatkan kerja sama. Health plan : Membuat rencana kesehatan bersama anak dan orang tuanya, dengan memerhatikan kebutuhan anak dan keterbatasannya. Explain: Rehearse : Menjelaskan rencana tersebut kepada anak dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak. Anak diminta mengulang rencana yang telah dibuatnya untuk mengetahui pengertian anak. Tekankan mengenai tugas anak terkait dengan perawatannya. Cari barangkali ada masalah dalam melaksanakan rencana tersebut. C. Komunikasi antar unsur-unsur 1. Komunikasi dokter gigi dengan anak Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan dengan anak, melalui komunikasi pula dokter gigi mudah mengambil berbagai data yang terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau tindakan keperawatan. Dalam berkomunikasi dokter gigi juga perlu menunjukkan sikap terbuka dan rileks saat berbicara pada anak. Beberapa cara yang dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan anak, antara lain: 2 1. Melalui orang lain atau pihak ketiga 2. Bercerita 3. Menfasilitasi 4. Biblioterapi 5. Meminta untuk menyebutkan keinginan 6. Pilihan pro dan kontra 7. Menulis 8. Menggambar 9. Bermain

6 Adapun cara berkomunikasi dengan anak menurut usia, yaitu: - Di bawah 2 tahun (Toddlerhood) Pada usia ini, sebaiknya dokter gigi memberikan alat bermain saat wawancara maupun pemeriksaan karena anak pastinya akan senang seperti membebaskannya memegang alat-alat yang ada pada ruang praktek. Pada usia ini, anak sangat bergantung dengan orang tuanya. Untuk itu, sebaiknya dokter gigi mengarahkan agar orang tuanya memangku anaknya selama masa pemeriksaan dan perlakukanlah anak dengan suara yang lembut dan perlakuan yang halus. - Usia prasekolah (2-6 tahun) Untuk menciptakan kepercayaan pada anak pada usia ini, anak dapat dilibatkan langsung dalam proses wawancara dengan menggunakan kata-kata yang sederhana. Berilah penjelasan terlebih dahulu kepada anak mengenai perawatan apa yang akan dilakukan. Tunjukkanlah pada mereka alat-alat yang akan digunakan dalam perawatan gigi. Di samping itu, bantuan orang tua juga dibutuhkan agar orang tua memiliki kepercayaan terhadap dokter gigi. Jangan lupa libatkan juga si anak dalam setiap diskusi. - Usia sekolah (6-14 tahun) Pada usia ini, dokter gigi memberi kesempatan kepada anak untuk bertanya tentang hal-hal yang dipikirkannya. Untuk menciptakan kepercayaan anak, tanyakan tentang kegiatannya dan berikanlah komentar yang positif. Tanyakan pada anak hal-hal yang sederhana dan konkret. Bila anak memberi respon yang positif, teruskanlah. Namun jika anak malu dan tidak mau menjawab, lanjutkan pertanyaan pada orang tua. Setelah melakukan perawatan, buatlah agenda bersama orang tua dan anak. Beri tanggung jawab pada anak terhadap tugas yang kita berikan. Misal Kamu jangan makan yang manis-manis ya. Yakinkan bahwa ia mengerti dengan apa yang kita katakan. Jelaskan juga perawatan lanjutan yang akan dijalani. 2. Komunikasi dokter gigi dengan orang tua anak Komunikasi dengan orang tua adalah salah satu hal yang penting dalam perawatan anak, mengingat pemberian asuhan keperawatan pada anak selalu melibatkan peran orang tua yang memiliki peranan penting dalam mempertahankan komunikasi dengan anak.

7 Untuk mendapatkan informasi tentang anak sering kita mengobservasi secara langsung atau berkomunikasi dengan orang tua. Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dalam komunikasi dengan orang tua, yaitu : 2 a. Anjurkan Orang Tua untuk Berbicara Sebagai seorang dokter gigi, kita tidak hanya berperan sebagai pemberi informasi tetapi juga bagaimana merespons atau mengajak agar orang tua yang kita ajak komunikasi mampu untuk memberikan suatu pesan atau informasi yang dimiliki. b. Arahkan ke focus Arahkan pokok pembicaraan kita ke focus sambil memberi kesempatan pada orang tua untuk mengekspresikan perasaannya secara bebas sehingga tujuan komunikasi dapat mencapai sasaran. c. Mendengarkan Kemampuan mendengarkan dapat ditunjukkan dengan ekspresi yang sungguhsungguh saat berkomunikasi dengan tujuan untuk mengerti klien. Selain itu kita juga akan mendapatkan seluruh informasi yang didapatkan sehingga tidak ada yang hilang atau tertinggal informasi yang akan disampaian. d. Diam Diam adalah cara yang dapat digunakan dalam komunikasi dengan diam sebentar dapat memberi kesempatan kepada seseorang yang kita ajak komunikasi untuk memberikan kebebasan dalam mengekspresikan perasaannya dan memberikan kesempatan berpikir terhadap sesuatu yang hendak disampaikan. e. Empati Cara ini dilakukan dengan mencoba merasakan apa yang dirasakan oleh orang tua anak, dengan demikian orang tua anak akan merasa aman dan diperhatikan. Cara komunikasi ini juga sangat terkait dengan sikap saat komunikasi.

8 f. Meyakinkan kembali Merupakan cara yang dapat diberikan agar proses dan hasil komunikasi dapat diterima pada klien hal ini adalah orang tua. g. Merumuskan kembali Dengan merumuskan kembali beberapa permasalahan dan cara pemecahan bersama akan memberikan dampak dalam mengurangi kecemasan atau kekhawatiran. h. Memberi petunjuk kemungkinan apa yang terjadi. Melalui cara komunikasi berupa petunjuk kemungkinan masalah apa yang terjadi kita dapat mengantisipasi tentang kemungkinan hal yang terjadi sehingga orang tua tahu dan siap bila masalah itu muncul. i. Menghindari hambatan dalam komunikasi Menghindari hambatan dalam komunikasi seperti melakukan komunikasi secara asertif dengan orang tua merupakan salah satu cara efektif dalam komunikasi, karena hambatan selama komunikasi akan memberikan dampak tidak berjalannya suatu proses komunikasi seperti terlalu banyak memberi saran, cepat mengambil keputusan, mengubah pokok pembicaraan, membatasi pertanyaan atau terlalu banyak memberikan pertanyaan tertutup dan menyela pembicaraan sebelum pembicaraan selesai. D. Pembahasan E. Referensi 1. Kent G.G., A.S. Blinkhorn. Pengolahan Tingkah Laku Pasien pada Praktik Dokter Gigi Edisi 2. Jakarta: EGC, 2005 : 84 2. Hidayat, Azis Alimul. Pengantar Ilmu Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika,2005: 7, 75-79 3. Paradipta Aditya. 10 Februari 2011. http://paradipta.blogspot.com/2011/02/tigakomponen-yang-harus.html (28 November 2013)

9 4. Specialist Dental Group. http://www.specialistdentalgroup.com/id/pelayanan/kedokteran_gigi_anak.php (28 November 2013) 5. Sukardi E, Soetjiningsih, Kandera W, dkk, ed. Modul Komunikasi Pasien-Dokter: Suatu Pendekatan Holistik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007: 97-100. 6.