BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI. Pada bab ini akan diuraikan teori tentang kecemasan, GGT, HD dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini dijelaskan, Landasan teori mengenai konsep mahasiswa,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecemasan sangat berkaitan dengan tidak pasti dan tidak berdaya,

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab II ini peneliti akan menjelaskan mengenai teori-teori yang

PATOFISIOLOGI ANSIETAS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang bekerja sama dengan ikatan saling berbagi dan kedekatan emosi dan

PROSES TERJADINYA MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transfusi darah, prosedur invasif). (Potter & Perry, 2005). operasi dan prosedur-prosedur diagnostik yang besar, seperti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

1. Bab II Landasan Teori

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin. angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

kepentingan, pengalaman masa lalu dan harapan (Robbins, 2002).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien. Tehnik

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK SEBELUM TINDAKAN SIRKUMSISI DI BALAI PENGOBATAN ADHIA TUNGGUR SLOGOHIMO WONOGIRI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Gangguan Ansietas, Fobia, dan Obsesif kompulsif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERDUKA DAN KEHILANGAN. Niken Andalasari

mendalam (insight) (Suparyo, 2010) : (1) Identifikasi, anak mengidentifikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal ini

EMOSI, STRES DAN KESEHATAN. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., psi

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

2. Variabel terikat (dependent variable), yaitu koping orang tua yang. anaknya dirawat di RSUD kota Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. xiv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jelas dan menyebar, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kecemasan pada Mahasiswa Tingkat Pertama. Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. diagnosa menderita kanker leher rahim (Groom,2007). Kanker leher rahim ini menduduki

PSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM. ketakutan terbesar yang dialami oleh manusia. Kecemasan ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

EMOSI, STRES DAN KESEHATAN. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., psi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. emosional yang tidak baik dan penuh kekhawatiran. Suatu rasa yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. negara-negara maju penyebab kematian karena kanker menduduki urutan kedua

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang menakutkan karena berpotensi menyebabkan

MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memiliki objek yang spesifik. Cemas dialami secara subjektif dan

BAB 3 METODE PENELITIAN

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bagi sebagian besar pasien, masuk rumah sakit karena sakitnya dan harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

Adhyatman Prabowo, M.Psi

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum RSUD Salatiga

BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.

GAMBARAN KONSEP DIRI PADA PASIEN YANG MENGALAMI CIDERA TULANG BELAKANG DI BANGSAL DAHLIA RUMAH SAKIT ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perjalanan kehidupan manusia berada dalam rentang toleransi dan keseimbangan yang dinamis terhadap

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995).

Pengertian Kehilangan adalah perubahan dari sesuatu yang ada menjadi tidak ada atau situasi yang diharapkan terjadi tidak tercapai. Kehilangan dapat d

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan Cemas merupakan suatu reaksi emosional yang timbul oleh penyebab yang tidak pasti dan tidak spesifik yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan merasa terancam (Stuart, 2010). Cemas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. kecemasan merupakan sekolompok kondisi yang memberi gambaran penting tentang kecemasan yang berlebihan yang disertai respon perilaku, emosional dan fisiologis individu (Videbeck, 2011). Cemas adalah perasaan takut atau samar-samar yang timbul dari stres atau berubah dan sering berasal dari rasa takut. Cemas tidak dapat dihindari dalam hidup dan dapat melayani fungsi positif seperti memotivasi orang untuk mengambil tindakan untuk memecahkan masalahnya, atau untuk menyelesaikan krisis (Acaroglu, dkk., 2008) Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan gelisah, rasa takut dan tidak nyaman yang terhadap ancaman yang tidak jelas dan tidak spesifik yang dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. 2. Teori Stress Adaptasi Kecemasan Menurut Stuart (2010) kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor: a. Faktor predisposisi (pendukung). 1) Psikoanalitik Kecemasan merupakan konflik emosional antara id dan superego yang berfungsi untuk memperingatkan ego tentang suatu bahaya yang perlu diatasi. Id melambangkan dorongan impuls, primitif, superego mencerminkan hati nurani yang 8

9 dikendalikan oleh norma-norma budaya, sedangkan ego sebagai mediator antara tuntutan id dan superego. 2) Interpersonal Kecemasan terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga dihubungkan dengan trauma pada masa perkembangan atau pertumbuhan seperti kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya. Seseorang yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami kecemasan berat. 3) Perilaku. Kecemasan adalah hasil frustrasi yang disebabkan oleh apapun yang mengganggu mencapai tujuan yang diinginkan. Sebuah contoh dari frustrasi eksternal mungkin kehilangan pekerjaan, dalam hal ini pandangan akan dirinya merasa gagal dan kecemas meningkat. 4) Keluarga Gangguan kecemasan secara umum biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan cemas dengan depresi. Individu dengan riwayat keluarga penyakit jiwa tiga kali lebih mungkin untuk mengembangkan post traumatic stress disorder (PTSD) setelah peristiwa traumatis 5) Biologis Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur kecemasan. System penghambat asam gamma-aminobutyric neurotransmitter (GABA), sistem norepineprin, dan sistem serotonin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan.

10 b. Stressor presipitasi (pencetus) meliputi : 1) Ancaman terhadap integritas fisik, meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kemampuan untuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari. 2) Ancaman terhadap sistem diri, dapat membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial. c. Penilaian terhadap stressor Menurut Stuart dan Sundeen (2006) pada orang yang cemas akan muncul beberapa respon yang meliputi: 1) Respon fisiologis a) Sistem kardiovaskuler Palpitasi, jantung berdebar-debar, meningkatkan tekanan darah, rasa mau pingsan, pingsan, tekanan darah menurun, nadi menurun. b) Sistem pernafasan Nafas cepat, sesak nafas, nafas dangkal, Rasa tertekan pada dada, Perasaan tercekik, terengah-engah, pembengkakan pada Tenggorokan. c) Sistem gastrointestinal. Kehilangan nafsu makan, menolak makan, Rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, rasa terbakar pada jantung, diare d) Sistem neuromuskuler Reflek meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, mondar-mandir, wajah tegang, kelemahan umum,tungkai lemah. e) Sistem urinary Tidak dapat menahan kencing, sering berkemih.

11 f) Sistem integumen Wajah kemerahan, berkeringat setempat (telapak tangan), gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh. 2) Respon perilaku Kelelahan, ketegangan fisik, tremor, koordinasi kurang, dan sering terjadi kecelakaan 3) Respon kognitif Gangguan perhatian, konsentrasi kurang, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, penurunan produktifitas, bingung, penurunan kreatifitas, sangat waspada, kesadaran diri, takut kehilangan kendali, takut cedera atau kematian, mimpi buruk. 4) Respon afektif Gelisah, tegang, mudah terganggu, tidak sabar, ketakutan, kecemasan, rasa bersalah dan gugup. 5) Respon sosial Takut dengan penilaian orang lain, takut di ejek, takut tidak diterima oleh teman-temannya. d. Sumber koping Menurut Stuart (2010), cara individu menanggulangi stress dan cemas dengan mengatasi sumber koping dari dalam dan dari lingkungan. Sumber koping terdiri atas asset ekonomi, keyakinan positif, kemampuan memecahkan masalah, dan dukungan sosial. e. Mekanisme koping Mekanisme koping adalah distorsi kognitif yang digunakan oleh seseorang untuk mempertahankan rasa kendali terhadap situasi, mengurangi rasa tidak aman, dan menghadapi situasi yang menimbulkan stress (Videbeck, 2011) Ketika individu mengalami kecemasan ia akan menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya. Ketidakmampuan mengatasi cemas merupakan

12 penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Kecemasan ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang sadar. Kecemasan sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping : 1) Reaksi berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari untuk memenuhi tuntutan situasi stress secara realistis dengan perilaku menyerang yang digunakan untuk mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan, menarik diri dengan menjauhkan diri dari ancaman baik secara fisik maupun psikologis, perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara yang biasa dilakukan. 2) Mekanisme pertahanan ego dengan membantu mengatasi kecemasan ringan dan sedang (Stuart dan Sundeen, 2006). Sedangkan rentang respon kecemasan dapat dikonseptuasikan dalam rentang respon. Respon ini dapat digambarkan dalam rentang respon adaptif sampai maladaptif. Reaksi terhadap kecemasan dapat bersifat konstruktif dan destruktif. Konstruktif adalah motivasi seseorang untuk belajar memahami terhadap perubahan-perubahan terutama perubahan terhadap perasaan tidak nyaman dan berfokus pada kelangsungan hidup. Sedangkan reaksi destruktif adalah reaksi yang dapat menimbulkan tingkah laku maladaptif serta disfungsi yang menyangkut kecemasan berat atau panik Menurut Acaroglu (2008), mekanisme koping dikategorikan menjadi 2, yaitu: 1) Mengatasi fokus masalah adalah usaha sadar yang bertujuan mengubah situasi dan melibatkan pemecahan masalah kognitif, pengambilan keputusan, menyelesaikan antar konflik pribadi, mencari nasihat, mengidentifikasi tujuan, dan menggunakan waktu terbaik. 2) Mengatasi fokus emosi adalah upaya kognitif dan perilaku untuk mengatasi emosional kecemasan. Tujuannya untuk

13 merasa lebih baik dengan menghilangkan emosional kecemasan. RENTANG RESPONS KECEMASAN Respon adaptif Respons maladaptif Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik Bagan 2.1 Rentang Respon Kecemasan Sumber: Stuart dan Sundeen (2006) 3. Tingkat Kecemasan Kecemasan mempunyai berbagai tingkat, Videbeck (2011) menggolongkan sebagai berikut : 1) Kecemasan ringan Merupakan perasaan bahwa ada yang berbeda dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensory meningkat dan membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berfikir, bertindak, merasakan dan melindungi dirinya sendiri. Misalnya, kecemasan ringan membantu mahasiswa berfokus pada informasi baru yang diberikan di kelas atau klinik. 2) Kecemasan sedang Merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu yang benarbenar berbeda, individu menjadi gugup dan agitasi. masih dapat menyelesaikan masalah dan belajar sesuatu yang baru dengan assistance dari orang lain. 3) Kecemasan berat Kecemasan berat dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, ia memperlihatkan respons takut dan

14 distress. Pada kecemasan berat juga mengalami masalah dalam berfikir dan alasan,individu mengalami restless, irritable, dan pemarah. 4) Tingkat panik. Pada tingkat ini semua pemikiran rasional berhenti dan individu tersebut mengalami respon fight, flight, atau freze respons. Kebutuhan untuk pergi secepatnya, tetap di tempat dan berjuang, atau menjadi bekudan tidak dapat melakukan sesuatu. B. Dukungan Sosial 1. Pengertian Dukungan Sosial Menurut Friedman (1998), dukungan sosial mengacu pada sifat interaksi yang berlangsung dalam berbagai hubungan sosial sebagaimana yang dievaluasi oleh individu. Menurut Cohen & Syme dalam Setiadi (2008), dukungan sosial adalah suatu perhatian yang bermanfaat untuk individu yang diperoleh dari orang lain bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai dan bernilai dan merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan saling dibutuhkan yang didapat dari orang tua, suami atau orang yang dicintai, sanak keluarga, teman, hubungan sosial dan komunitas. Dukungan sosial lebih mengarah pada variabel tingkat individual, merupakan sesuatu yang dimiliki tiap orang. Tingkat dukungan sosial ini tergantung pada kebiasaan sosial atau kemampuan sosial seseorang. Asumsi pertama menyatakan bahwa dukungan sosial mengukur aspek eksternal dari komunitas seseorang. Asumsi kedua menganggap dukungan sosial sebagai aspek internal (Friedman, 1998). 2. Bentuk Dukungan Sosial Menurut House dalam Setiadi (2008) membedakan dukungan sosial atas empat bentuk mendasar, yaitu: a. Dukungan informasi, yaitu informasi yang diberikan kepada seseorang dalam menanggulangi masalah yang dihadapi, berupa nasehat,

15 pengarahan, ide-ide lain yang dibutuhkan dan jika orang lain mengalami persoalan yang sama bisa diberikan informasi ini. b. Dukungan perhatian emosional, yaitu kebutuhan akan dukungan simpati, empati, cinta, kepercayaan, dan penghargaan. Dengan demikian seseorang yang menghadapi masalah merasa diperhatikan,tidak menanggung beban sendiri, mau mendengarkan keluhannya, bersimpati dan empati terhadap masalahnya, mau membantu memecahkan masalah yang dihadapinya. c. Dukungan bantuan instrumental, yaitu memberi kemudahan seseorang dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, menolong secara langsung dengan menyediakan peralatan yang dibutuhkan oleh penderita, menyediakan obot-obatan yang dibutuhkan. d. Dukungan bantuan penilaian, yaitu penilaian yang mana sangat berpengaruh diberikan kepada penderita berdasarkan kondisinya baik positif maupun negatif. 3. Dukungan informasi Menurut Davis dalam Abdul Kadir (2003), informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang. Informasi merupakan kumpulan data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerima. Dukungan informasi, meliputi memberikan nasihat, arahan, saran atau umpan balik mengenai bagaimana orang tersebut bekerja, contohnya seorang yang sedang sakit mendapatkan informasi dari keluarga atau dokter bagaimana mengatasi penyakit, atau seorang yang menghadapi keputusan sulit dalam pekerjaanya, mendapat umpan balik atas idenya dari rekannya. Informasi yang diberikan sehari-hari untuk anggota keluarga dari semua pasien sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan yang sangat sulit bagi keluarga berhubungan dengan kondisi pasien yang buruk, tindakan paliatif atau perawatan untuk mengurangi penderitaan pasien

16 yang akan digunakan dan pemberian informasi mengenai perawatan selama di ICU (Azoulay, dkk., 2005). Kebutuhan keluarga yang menunggu keluarganya dengan perawatan ICU meliputi kebutuhan untuk mengambil keputusan bersama, bukan keputusan sepihak oleh dokter, kebutuhan meningkatkan komunikasi dan menggunakan istilah-istilah yang keluarga bisa mengerti pada saat berkomunikasi, kebutuhan dukungan spiritual, mendorong dan menghargai do'a dan kepatuhan terhadap tradisi budaya yang membantu banyak pasien dan keluarga untuk mengatasi penyakit dan kematian, kebutuhan akan hadirnya keluarga pada saat resusitasi yang mungkin membantu keluarga untuk mengatasi stress akibat kematian orang yang di cintai, kebutuhan akan waktu kunjungan yang fleksibel, kebutuhan tersedianya ruangan menunggu untuk keluarga yang dekat dengan ruangan pasien, dan kebutuhan keluarga agar dilibatkan dalam proses perawatan paliatif (Davidson, dkk., 2007). Menurut Leske (1992, dalam Bailey, 2009), kebutuhan anggota keluarga pasien di ICU adalah jaminan mendapat pelayanan yang baik, kedekatan keluarga dengan klien, memperoleh informasi, kenyamanan selama menunggu dan dukungan dari lingkungan. kebutuhan akan informasi, kebutuhan untuk kepastian dan dukungan serta kebutuhan untuk berada di dekat pasien. Jenis informasi yang keluarga butuhkan dari perawat berhubungan dengan keadaan pasien secara umum. Kebutuhan untuk kepastian dan dukungan dimana keluarga perlu tahu bahwa salah satu orang yang mereka cintai sedang di rawat dengan cara terbaik dan bahwa segala sesuatu yang dapat dilakukan sedang dilakukan. Kebutuhan untuk meyakinkan dan memberi dukungan tidak berarti bahwa keluarga butuh harapan palsu untuk pemulihan yang tidak akan terjadi. Cara yang paling efektif untuk memberikan jaminan dan dukungan sering tak ada hubungannya dengan kata-kata yang diucapkan, melainkan ditunjukkan kepada keluarga dengan pelayanan lembut dan kepedulian setiap staf di ruang ICU.

17 Kebutuhan keluarga lainnya mengenai pasien dengan perawatan ICU yaitu kebutuhan untuk dihubungi ke rumah bila terjadi perubahan pada kondisi pasien, kebutuhan untuk mengetahui prognosa penyakit, kebutuhan untuk mendapat jawaban yang jujur atas pertanyaan keluarga, kebutuhan untuk menerima informasi tentang pasien sekali sehari, kebutuhan untuk mendapat penjelasan terhadap sesuatu yang tidak dimengerti, dan kebutuhan untuk mendapat jaminan bahwa pasien mendapatkan kenyamanan (Bailey, dkk., 2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sawitri, E dan Agus S (2007), yaitu Pengaruh pemberian informasi pra bedah terhadap tingkat kecemasan pada pasien pra bedah mayor di bangsal orthopedic RSUI Kustati Surakarta. Adanya pengaruh yang signifikan dari pemberian informasi dengan kecemasan pasien pra bedah. Pemberian informasi ini merupakan salah satu bentuk dukungan informasional yang dilakukan oleh tenaga medis termasuk didalamnya adalah perawat kepada pasien mengenai tindakan operasi yang akan dilakukan. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Justam (2011) yang meneliti tentang Hubungan dukungan perawat dengan kecemasan pasien pra operasi di Rumah Sakit Tingkat III Bhakti Wira Tamtama Semarang. Menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara dukungan perawat dengan kecemasan pasien pre operasi di Rumah Sakit Tingkat III Bhakti Wira Tamtama Semarang. Apabila dukungan perawat meningkat maka kecemasan pasien akan berkurang.

18 C. Kerangka Teori Faktor predisposisi Psikoanalitik Interpersonal Perilaku Keluarga Bioligis Stressor prespitasi Ancaman terhadap integritas fisik Ancaman terhadap system diri Penilaian terhadap stressor Fisiologi Perilaku Kognitif Afektif Sosial Sumber koping Asset ekonomi Keyakinan positif Kemampuan memecahkan masalah Dukungan sosial 1. Informasi 2. Emosional 3. Instrumental 4. Penilaian Mekanisme koping Konstruktif mekanisme Destruktif Respon adaptif RENTANG RESPONS KECEMASAN Respon maladaptif Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik Bagan 2.2 Kerangka teori Sumber: Stuart (2010), Setiadi (2008)

19 D. Kerangka Konsep Variabel independent Dukungan Informasi Variabel dependen Tingkat Kecemasan Bagan 2.3. Kerangka konsep E. Variabel Penelitian Menurut Nursalam (2008) variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai karakteristik, ciri, dan ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tersebut. 1. Variabel Independent (bebas) Variabel independen dalam penelitian ini adalah dukungan informasi. 2. Variabel Dependent (terikat) Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan. F. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini yaitu Terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan informasi dengan tingkat kecemasan keluarga pasien yang di rawat di Ruang ICU RSUD Kota Semarang.