BAB I PENDAHULUAN. timbul karena adanya hubungan antara organisasi dan masyarakat.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. kekurangan biaya dalam Gereja ketika melakukan kegiatan organisasi.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era reformasi yang diikuti dengan diberlakukannya kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntabilitas diperlukan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas sumber daya yang

BAB I PENDAHULUAN. kepemerintahan yang baik (good governance). Good governance adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Undang-Undang no 22 tahun 1999 dan Undang-Undang no 25

BAB I PENDAHULUAN. (1) pure-profit organization, (2) quasi-profit organization, (3) quasi-nonprofit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang. maka Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat yang perannya terasa menjadi penting sejak era reformasi, tanpa

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengawas utama kinerja pemerintahan. pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Terwujudnya akuntabilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia kini telah menerapkan otonomi daerah dengan tujuan demi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendasar terletak pada cara entitas nirlaba memperoleh sumber daya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat dengan cara memberikan pelayanan yang efektif,

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM DANA CADANGAN UNTUK PEMILIHAN LANGSUNG KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Berkaitan dengan akuntansi, organisasi dapat dibagi menjadi dua jenis

BAB1 PENDAHULUAN. Sebuah entitas organisasi dibentuk bukan untuk mencapai tujuan pribadi individuindividu

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

POKOK POKOK PERATURAN (P2P) MAMRE GBKP

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban, serta pengawasan yang benar-benar dapat dilaporkan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian

BAB I PENDAHULUAN. informasi keuangan yang dibutuhkan oleh suatu organisasi. Informasi tersebut

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB II DASAR TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. theory yaitu stewardship theory (Donaldson dan Davis, 1991), yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, banyak orang. yang menulis dan meneliti tentang sumber daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat

ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH. (Studi Kasus Kabupaten Klaten Tahun Anggaran )

BAB I PENDAHULUAN. satunya perbaikan terhadap pengelolaan keuangan pada instansi-instansi pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi telah memberikan peluang bagi perubahan cara-cara pandang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak dan penerimaan Negara lainnya, dimana kegiatannya banyak

I. PENDAHULUAN. keluar beberapa peraturan pemerintah yaitu undang undang 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah, Undang Undang 33 tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, permasalahan akuntabilitas publik menjadi sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah yang merupakan hak, wewenang dan kewajiban daerah

BAB I PENDAHULUAN. bentuk negara. Awalnya, para pendiri Negara ini percaya bentuk terbaik untuk masyarakat

GARIS-GARIS BESAR PELAYANAN (GBP) KAKR GBKP

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

IMPLEMENTASI AKUNTANSI KEUANGAN DESA

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. reformasi yang semakin luas dan menguat dalam satu dekade terakhir. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN. dan Belanja Daerah (APBD). Wujud dari akuntabilitas, transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Khususnya reformasi pada pemerintahan yang mengarahkan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang menitikberatkan pada Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. governance) ditandai dengan diterbitkannya Undang undang Nomor 28 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih meningkatkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik merupakan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

ANALISIS IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH DALAM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN. menumbangkan kekuasaan rezim Orde Baru yang sentralistik digantikan. arti yang sebenarnya didukung dan dipasung sekian lama mulai

BAB I PENDAHULUAN. Daerah yang berkaitan dengan kedudukan, fungsi dan hak-hak DPRD, menangkap aspirasi yang berkembang di masyarakat, yang kemudian

BAB 1 PENDAHULUAN. transparansi publik. Kedua aspek tersebut menjadi hal yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat

BAB II DASAR TEORI. 1. Pengertian Standar Akuntansi Keuangan. dikeluarkan oleh badan yang berwenang. Standar Akuntansi Keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manajemen keuangan daerah tidak terlepas dari perencanaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir ini merupakan bagian dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat sesuai dengan Undang-Undang Dasar dan Pancasila sila ke

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan nilai-nilai

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, baik organisasi privat maupun organisasi publik. Governance) yang berbasis pada aspek akuntabilitas, value for money,

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat

KISI-KISI PENULISAN SOAL ULANGAN SEMESTER GENAP (II) TAHUN PELAJARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. semua pihak. Keinginan untuk mewujudkan good government merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era

BABl PENDAHULUAN. Sebagai warga Kristiani gereja dibangun untuk tempat menyembah,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar pengambilan keputusan. Oleh karena itu pemerintah diharuskan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintah yang baik (Good Government Governance) merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

publik yang semua aktivitasnya harus dipertanggungjawabkan kepada publik.

BAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam

&DIKTI. Keuangan Negara DEPARTEMEN KAJIAN & AKSI STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. berlebih sehingga untuk mengembangkan dan merencanankan daerah yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1: Kesesuaian Pedoman Sistem Akuntansi PTN BLU X dengan. PMK No 76 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan kepada pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. lahirnya paket undang-undang di bidang keuangan negara, yaitu undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

BAB IV. Pandangan jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang diakonia

BAB 1 PENDAHULUAN. bergeser dari ketergantungan pada pemerintah pusat kepada kemampuan

EVALUASI KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENERAPKAN OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Kas merupakan objek yang mudah diselewengkan, untuk menghindari terjadinya

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntabilitas bagi setiap organisasi baik organisasi privat maupun organisasi publik non pemerintah termasuk organisasi Gereja sangat dibutuhkan. Setiap organisasi mempunyai keterkaitan dengan pihak internal dan eksternal. Akuntabilitas merupakan hak masyarakat atau kelompok dalam masyarakat yang timbul karena adanya hubungan antara organisasi dan masyarakat. Akuntabilitas adalah perwujudan pertanggungjawaban seseorang atau unit organisasi, dalam mengelola sumber daya yang telah diberikan dan dikuasai, dalam rangka pencapaian tujuan, melalui suatu media berupa laporan akuntabilitas kinerja secara periodik (Jasmin dan Luther 2010). Menurut Mursidi (2009) akuntabilitas adalah mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kepercayaan kepada entitas pelapor dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Akuntabilitas menjadi tanggung jawab individu maupun kelompok kepada para stakeholder (Jemaat Gereja, Majelis Gereja). Desakan dari para stakeholder akan pentingnya pelaksanaan di dalam setiap manajemen organisasi merupakan fenomena yang harus dicermati oleh setiap organisasi agar organisasi tersebut dipercaya oleh para stakeholder. Organisasi Gereja adalah salah satu organisasi publik non pemerintah pada bidang keagamaan. Era demokrasi sekarang ini akuntabilitas menjadi kebutuhan 1

2 dan keharusan dalam rangka pelaksanaan tugas Gereja yaitu Koinonia (Persekutuan), Marturia (Kesaksian), Diakonia (Pelayanan). Koinonia berarti persekutuan yang mengandung pengertian berbagi sesuatu dengan seseorang. Marturia adalah bentuk kesaksian yang dilakukan melalui Pekabaran Injil. Diakonia berorientasi dengan melakukan pelayanan kepada Jemaat Gereja (Moderamen GBKP 2010). Hal ini sejalan dengan perkembangan, kompleksitas dan dinamika organisasi GBKP serta tuntutan jemaat yang semakin kritis. Menurut Setiawan (2013) pertumbuhan gereja merupakan suatu kerinduan bagi setiap gereja. Setiap gereja memiliki keinginan agar gerejanya mengalami pertumbuhan yang sehat. Gereja secara organisasi didefinisikan sebagai badan atau organisasi umat Kristen yang sama kepercayaan, ajaran dan tata ibadahnya. Gereja dikatakan bersifat keagamaan karena secara jelas dan nyata menggunakan agama sebagai salah satu dasar sendirinya (Kabuhung, 2013). Dan gereja berdiri untuk kepentingan agama, sehingga gereja merupakan salah satu pusat keagamaan. Guna menjalankan fungsinya sebagai sarana ibadah, gereja harus menyediakan prasarana dan infrastuktur yang mendukung terciptanya ibadah yang khusyuk, sehingga komunikasi secara vertikal (komunikasi antaraumat dengan Tuhan) dapat berlangsung khidmat. Selain berfungsi sebagai sarana ibadah secara vertikal, gereja juga wajib menciptakan iklim yang kondusif bagi terselenggaranya komunikasi secara horizontal. Komunikasi horizontal yang dimaksud, menyangkut tentang hubungan kasih antar sesama umat manusia. 2

3 Untuk mendukung terbentuknya hubungan kasih antar umat kristiani dalam gereja, diperlukan penyelenggaraan aktivitas aktivitas dalam gereja yang melibatkan ke ikutsertaan umat. Aktivitas aktivitas tersebut misalnya : perayaannatal bersama, perayaan paskah, perayaan ulang tahun gereja, dan pelaksanaan sekolah minggu gereja. Pelaksanaan aktivitas gereja, baik yang terkait dengan aktivitas untuk menciptakan sarana ibadah yang kondusif, ataupun aktivitas untuk mempererat hubungan antar umat gereja. Pembiayaan operasional gereja ini dapat dilakukan ketika gereja memiliki pendapatan yang cukup. Pendapatan gereja dapat diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya : persembahan umat, persembahan, donatur, aksi sosial natal, aksisosial paskah. Karakteristik organisasi nirlaba berbeda dengan organisasi bisnis. Perbedaan utama yang mendasar terletak pada cara organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasinya. Organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut. Sebagai akibat dari karakteristik tersebut, dalam organisasi nirlaba timbul transaksi tertentu yang jarang atau bahkan tidak pernah terjadi dalam organisasi bisnis misalnya penerimaan sumbangan (Ribka, 2013). GBKP Perumnas Simalingkar termasuk salah satu Gereja yang besar di kota Medan. Letaknya yang strategis, mudah dijangkau, dan melakukan tiga kali ibadah (pagi, siang, malam) setiap Minggu. GBKP Perumnas Simalingkar termasuk gereja yang bentuk akuntabilitas keuangan sudah dilaksanakan secara transparan. Hal ini terbukti dengan sudah dipublis secara detail laporan 3

4 penerimaan dan pengeluaran setiap Minggu dan hasil laporan secara keseluruhan dimuat dalam laporan keuangan setiap tahun. Secara keseluruhan sebelum melaksanakan kegiatan untuk setiap harinya, sebelumya sudah ditetapkan anggaran penerimaan dan anggaran pengeluaran untuk masing-masing bidang. Anggaran yang ditetapkan berdasarkan persentase dari realisasi tahun sebelumnya sebesar 10%. Anggaran yang sudah ditetapkan belum seluruhnya mencapai target hal ini dapat terbukti dari jumlah penerimaan yang masih kecil di banding target dan jumlah pengeluaran yang besar dibandingkan dengan target yang sudah ditetapkan. Hal ini terlihat dalam tabel berikut. Tabel 1.1 Rencana Pedapatan dan Pengeluaran serta Realisasi No Rencana Realisasi Rencana Realisasi Pendapatan Pendapatan Pengeluaran Pengeluaran 1 912.620.000 858.033.142 912.620.000 982.194.269 Sumber: Olahan Data Laporan Keuangan GBKP Perumnas Simalingkar Pada tahun 2012 GBKP Perumnas Simalingkar sumber penerimaan dan pengeluaran kas defisit sebesar Rp. 124.161.127. Hal ini terjadi karena anggaran penerimaan yang besar namun realisasi kecil dan anggaran realisasi pengeluaran yang besar namun realisasi lebih besar dari anggaran. Namun secara nyata, kegiatan oprasional Gereja masih berlangsung secara lancar hal ini dibantu dengan penggunaan saldo kas umum di tahun sebelumnya. Majelis Gereja harus lebih memperhatikan kendala-kendala dalam pencapaian pendapatan yang besar dan meminimkan pengeluaran. 4

5 Sebagai organisasi nirlaba, gereja memiliki kewajiban untuk mengelola pendapatan sehingga operasional dapat berlangsung dengan baik. Pengelolaan pendapatan gereja dikatakan sukses apabila gereja mampu memanfaatkan pendapatannya untuk membiayai semua operasional sehingga akan diperoleh laporan penerimaan dan pengeluaran yang tidak defisit. Akan lebih baik ketika gereja mampu menciptakan laporan keuangan yang surplus. Keadaan keuangan surplus bagi gereja sangat penting, karena terkait dengan pengumpulan modal untuk melakukan perbaikan. Sebagai feedback dari penerimaan pendapatan, gereja berkewajiban melakukan pelaporan kepada umat sebagai bentuk akuntabilitas. Akuntabilitas secara financial merupakan bentuk pertanggungjawaban yang mengacu pada kepada siapa organisasi (individu) bertanggungjawab dan untuk apa organisasi (individu) bertanggungjawab (Mardiasmo, 2004). Dengan melihat pengertian tersebut, akuntabilitas dapat diartikan sebagai kewajiban pemegang amanat (gereja) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas atau kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (umat/donatur) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut, sehingga transparansi laporan keuangan tercapai. Menurut Mardiasmo (2004) akuntabilitas menyangkut pertanggungjawaban dalam melakukan pengelolaan transaksi keuangan dalam bentuk pelaporan. Laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban manajemen kepada pihak di luar perusahaan atas posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan selama suatu periode tertentu. Pelaporan keuangan ini perlu dilakukan 5

6 untuk menilai seberapa besar tanggungjawab bendahara dalam menciptakan informasi keuangan. Laporan pertanggungjawaban keuangan bisa menjadi sarana yang konkret untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan (Muslim dan Puryanto 2006).Laporan keuangan juga dapat membantu Jemaat untuk lebih mengetahui keadaan keuangan Gereja tersebut. Penelitian mengenai akuntabilitas gereja telah dilakukan sebelumnya oleh peneliti terdahulu yaitu: Jannet (2011) meneliti tentang akuntabilitas dalam perspektif gereja protestan. Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa akuntabilitas dalam pelaporan keuangan gereja bukanlah hal yang penting dikarenakan adanya konflik kepentingan diantara umat dan majelis serta adanya prinsip kepercayaan dari pemerintah kepada lembaga keagamaan sebagai penyambung tangan Tuhan. Penelitian Randa (2010) mencoba memahami Rekonstruksi Konsep Akuntabilitas Organisasi Gereja Katolik. Penelitian ini menemukan tiga konsep dalam akuntabilitas Gereja. Ditemukan bahwa terdapat praktik akuntabilitas yang meliputi Akuntabilitas Spiritual, Akuntabilitas Kepemimpinan, dan Akuntabilitas Keuangan. Berdasarkan obyek penelitian, maka penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam hal: Pertama, Penelitian ini dilakukan di Gereja Protestan yang mempunyai otonomi Gereja tersendiri sedangkan penelitian sebelumnya dilakukan di pada Gereja Katolik yang mempunyai struktur organisasi sentralik (Randa, 2010). Kedua, Penelitian ini menggunakan pendekatan Fenomenologi sedangkan penelitian terdahulu menggunakan pendekatan Etnografi. Pendekatan Etnografi adalah pendekatan yang berfungsi 6

7 untuk menemukan dan menggambarkan kondisi tertentu yang terus berkembang. Alasan peneliti menggunakan pendekatan fenomenologi yaitu untuk mengamati fenomena-fenomena konseptual subjek melalui tindakan dan pemikirannya guna memahami makna yang disusun oleh subjek. Ketiga, Penelitian ini dilakukan untuk melihat fenomena penerapan Akuntabilitas Keuangan di Gereja Protestan sedangkan penelitian sebelumnya dilakukan untuk menemukan konsep Akuntantabilitas Spiritual, Kepemimpinan, dan Keuangan (Randa, 2010). Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Gereja harus memiliki akuntabilitas sehingga transparan dan dapat dipertanggungjawabkan khususnya akuntabilitas keuangan oleh gereja kepada umat dalam melaporkan keadaan keuangan. Dengan adanya akuntabilitas yang jelas akan memberikan keuntungan kepada gereja, sebab ketika gereja transparan dalam melaporkan keadaan keuangan, ketika keuangan gereja memburuk umat akam melakukan perencanaan keuangan secara pribadi untuk meningkatkan keuangan gereja, dan ketika keadaaan keuangan membaik maka umat akan turut setra berpartisipasi untuk menciptakan ide atau gagasan penciptaan aktivitas-aktivitas berkualitas untuk gereja. Hal ini mendorong penulis untuk mengadakan penelitian yang berjudul: Akuntabilitas Keuangan Dalam Organisasi Gereja Protestan (Studi Fenomenologi di Gereja GBKP Perumnas Simalingkar). 7

8 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah akuntabilitas Majelis Jemaat terhadapaspek keuangan pada organisasi Gereja? 2. Apakah akuntabilitas keuangan dapat meningkatkan kepercayaan jemaat kepada pemegang keuangan Gereja? 3. Apakah organisasi gereja memiliki tim khusus untuk mengaudit Laporan Keuangan? 1.3 Fokus Penelitian Berdasarkan latarbelakang masalah yang telah ditetapkan maka penelitian difokuskan untuk melihat bagaimana akuntabilitas Majelis Jemaat Gereja terhadap aktivitas gereja dilihat dari aspek keuangan pada Gereja GBKP Perumnas Simalingkar Medan? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk menggambarkan akuntabilitas Majelis Jemaat terhadap aktivitas gereja dilihat dari aspek keuangan pada Gereja GBKP Perumnas Simalingkar Medan. 8

9 1.5 Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian tersebut diharapkan akan diperoleh manfaat sebagai berikut yaitu: 1. Bagi Gereja Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan akuntabilitas keuangan gereja sehingga dapat meningkatkan loyalitas umat dan meningkatkan partisipasi umat melalui keikutsertaan menyumbang ide atau gagasan untuk meningkatkan keuangan gereja dan menciptakan program-program gereja yang berkualitas sehingga fungsi gereja sebagai penyambung tangan Tuhan akan optimal. 2. Bagi Jemaat Penelitian ini dapat meningkatkan loyalitas umat kepada gereja dengan cara ikut berpartisipasi dalam meningkatkan keuangan gereja dan pengelolaan keuangan gereja melalui penciptaan program-program berkualitas. 3. Bagi Akademisi Penelitian ini dapat menjadi refrensi untuk penelitian akuntasi bidang keuangan gereja. 9