1 Universitas Bhayangkara Jaya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. UU No. 28 Tahun 2009 mulai 1 Januari 2010 Pajak Bumi dan Bangunan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat dan pembangunan (Siahaan, 2010:9). Sedangkan pajak

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dengan adanya sistem desentralisasi maka pemerintah pusat

BAB I PENDAHULUAN. Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 ayat 1 mendefinisikan pajak dengan

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN LINPERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu PAD. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD, adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak negara yang dikenakan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan adanya sistem yang berlaku baik dari adat, budaya, agama,

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 124 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah pajak yang dikenakan terhadap objek pajak berupa bumi dan/atau

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat mengartikan pajak sebagai pungutan yang dilakukan pemerintah secara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal bukan konsep baru di Indonesia.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BAB I PENDAHULUAN. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia termasuk negara yang berkembang yang memiliki pendapatan

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. wilayah sebesar km². Dari total luas keseluruhan tersebut, sebesar

PERATURAN BUPATI BREBES NOMOR 001 TAHUN 2018 TENTANG TENTANG TATA CARA PEMBERIAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DI KABUPATEN BREBES

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi besar terhadap pembangunan negara. Pajak. digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah bagi

Peraturan pelaksanaan Pasal 159 Peraturan Menteri Keuangan. 11/PMK.07/ Januari 2010 Mulai berlaku : 25 Januari 2010

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGGUNAAN BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

TENTANG PENDAFTARAN, PENDATAAN DAN PENILAIAN OBJEK DAN SUBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN WALIKOTA SURABAYA,

BUPATI ACEH BARAT DAYA PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH BARAT DAYA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Undang Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pembangunan. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian. sumber dana yang berasal dari negeri, yaitu berupa pajak.

2 6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Le

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdirinya DPPKAD Karanganyar. Karanganyar yang berkedudukan sebagai Dinas Daerah. DPPKAD

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 12 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 43

PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 31 TAHUN 2013

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dipungut oleh daerah, Pajak Daerah menjadi salah satu sumber penerimaan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,

DANA BAGI HASIL YANG BERSUMBER DARI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. digolongkan menjadi penerimaan pajak dan penerimaan bukan pajak.

PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk dikembalikan ke masyarakat walaupun tidak dapat dirasakan

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 10 TAHUN 2012 T E N T A N G

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

2 6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Le

PERATURAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN DAN MENTERI NOMOR : 213/PMK.07/2010 NOMOR : 58 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG KLASIFIKASI NILAI JUAL OBJEK PAJAK BUPATI MALANG,

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENDAPATAN DAERAH

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. (Diana Sari, 2013:40). Selanjutnya Diana Sari menyatakan, sebagai sumber

BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA KEPUTUSAN BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA NOMOR 286 TAHUN 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 104 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. pada meningkatnya dana yang dibutuhkan untuk membiayai pengeluaranpengeluaran. pemerintah di bidang pembangunan dan kemasyarakatan.

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.07/2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN. kenegaraan maupun di bidang sosial dan ekonomi. Pada mulanya pajak belum

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. merupakan faktor yang paling penting agar pendapatan negara dari sektor

11/PMK.07/2010 TATA CARA PENGENAAN SANKSI TERHADAP PELANGGARAN KETENTUAN DI BIDANG PAJAK DAERAH DAN

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN. A. Ketentuan Umum Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperkuat pelaksanaan desentralisasi fiskal dan otonomi daerah.

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PENGURANGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penerimaan negara yang saat ini sedang gencar-gencarnya

PEMERINTAH ACEH PERATURAN BUPATI SIMEULUE NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak. Pajak merupakan alat bagi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan masyarakatnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap hal yang terdapat dalam suatu Negara terdapat Undang-Undang yang mengaturnya. Sebagai masyarakat yang hidup di suatu Negara wajib mentaati Undang-Undang yang telah dibuat oleh Pemerintah, karena Undang-Undang tersebut dibuat untuk menjadi tujuan utama agar kehidupan menjadi lebih baik. Begitu pula dengan perpajakan, didalam perpajakan terdapat peraturan-peraturan yang menjelaskan keadaan, perbuatan dan peristiwa yang harus dikenakan pajak, serta siapa dan berapa besarnya pajak kemudian menjalankan peraturan-peraturan tersebut. Undang-Undang perpajakan itu sendiri bersifat dinamis, dinamis dalam hal tersebut mengandung arti bahwa Undang-Undang selalu mengalami perubahan disesuaikan dengan keadaan saat ini. Adanya perubahan Undang- Undang perpajakan dapat diharapkan bermanfaat untuk meningkatan kesejahteraan hidup seluruh masyarakat. Adapun salah satu contoh perubahan Undang-Undang yang terjadi adalah Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) yang di alihkan dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah yang merupakan bentuk tindak lanjut kebijakan otonomi daerah untuk meningkatkan pajak daerah. Pemberlakuan kebijakan otonomi daerah menjadikan kekuasaan daerah terletak pada Pemerintah Daerah sepenuhnya. Di dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 menjelaskan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) telah menjadi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) yang merupakan sumber pendapatan daerah. Dengan adanya kebijakan tersebut maka kegiatan proses pendataan, penilaian, penetapan, pengadministrasian, pemungutan atau penagihan dan pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) merupakan salah satu penerimaan negara yang kemudian 1

2 dikembalikan kepada daerah dalam bentuk Dana Bagi Hasil (DBH). Dana Bagi Hasil (DBH) dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebesar 90% (sembilan puluh persen) untuk daerah dan 10% (sepuluh persen) bagian pemerintah. Dana Bagi Hasil tersebut dijelaskan dalam Pasal 11 ayat (2) dan (3) dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Secara garis besar tujuan pengalihan pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) untuk meningkatkan akuntabilitas pemerintah daerah, serta mendorong pemerintah daerah untuk lebih berhati-hati dalam pengeluarannya, karena sebagian besar anggaran didanai dari sumber-sumber penerimaan asli daerah, masyarakat pun mendorong pemerintah daerah untuk lebih transparan. Namun pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) pada pemerintah daerah menimbulkan pro dan kontra pada berbagai kalangan, bagi kalangan yang mendukung pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2), transparansi dan akuntabilitas dinilai akan dapat lebih diwujudkan jika pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) diserahkan kepada masing-masing daerah. Sebaliknya bagi kalangan yang kontra terhadap pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2), berpendapat bahwa kemajuan teknologi informasi membuat semua pihak dapat dengan mudah mengawasi dan mengontrol pengelolaan tersebut meskipun dikelola sebagai pajak pusat. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan (UU No. 28/2009). Kemudian Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan dapat digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Perda No.02/2012). Pengalihan pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) untuk seluruh Pemerintah Kabupaten/Kota dimulai paling

3 lambat 1 Januari 2014. Dengan kata lain, maka mulai tahun 2014 Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) menjadi Pajak Kabupaten/Kota. Apabila terdapat daerah yang belum siap menjalankan pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) pada akhir tahun 2013, maka daerah tersebut akan berpotensi kehilangan salah satu sumber penerimaan pendapatan asli daerah karena pada saat itu pemerintah tidak boleh melakukan pemungutan pajak tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pada Pasal 180. Kota Surabaya merupakan kota pertama yang menerima pengalihan pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) yang kemudian diikuti oleh Kabupaten/Kota lainnya di Indonesia. Pada Kota Bekasi Penerapan Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) dilakukan pada Tahun 2013, pelaksanaan pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) tersebut dilaksanakan pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi (DISPENDA) dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah (PERDA) Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan. Penerimaan pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2), selama penerapan pengalihan selalu mengalami peningkatan, Data penerimaan pengalihan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1.1 Penerimaan PBB-P2 NO. TAHUN TARGET REALISASI % 1. 2013 Rp. 158.945.151.148 Rp. 160.956.416.567 101,27% 2. 2014 Rp. 185.036.573.394 Rp. 170.914.146.321 92,36% 3. 2015 Rp. 219.020.010.150 Rp. 225.435.317.103 102,93% Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi, 2016.

4 Dari data Tabel 1.1 diatas, terlihat bahwa realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) di Kota Bekasi setiap tahunnya mengalami peningkatan. Meskipun pada tahun 2014 target penerimaan Pajak Bumi dan Banguna Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) hanya mencapai 92,36% (Sembilan puluh dua koma tiga enam persen), namun pencapaian realisasi penerimaan meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi dengan judul penelitian ANALISIS PENERAPAN PERDA NO. 02 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB- P2) PADA PEMERINTAH KOTA BEKASI. 1.2 Perumusan Masalah Berdasrkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana tahapan-tahapan yang dilakukan Pemerintah Kota Bekasi dalam Pelaksanaan Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)? 2. Bagaimana penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sebelum dan sesudah dilakukan pengalihan? 3. Apakah pelaksanaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) pada Pemerintah Kota Bekasi sudah sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah penelitian yang dirumuskan diatas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui bagaimana tahapan-tahapan yang dilakukan Pemerintah Kota Bekasi dalam Pelaksanaan Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)? 2. Untuk mengetahui bagaimana penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sebelum dan sesudah dilakukan pengalihan?

5 3. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) pada Pemerintah Kota Bekasi sudah sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku? 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian adalah : 1. Bagi Instansi Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai masukan bagi Instansi terkait mengenai Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2). 2. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai pengembangan ilmu mengenai Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2). 3. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti mengenai Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2). 4. Bagi Pihak lain Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi, bacaan yang bermanfaat, dan sumber informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya. 1.5 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini bertujuan agar penelitian ini tidak melebar, maka di fokuskan yaitu sejauh mana tahapan-tahapan pemungutan Pajakn Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) atas Penerapan Peraturan Daerah (PERDA) No. 02 Tahun 2012 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) pada Pemerintah Kota Bekasi. Kemudian membandingkan sebelum dan sesudah dilakukan pengalihan serta melihat apakah pelaksanaan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6 1.6 Sistematika Penulisan Penelitian ini ditulis dengan sistematika sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan. BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini dibahas mengenai teori yang mendasari penelitian ini. Tinjauan teori tersebut mencakup teori tentang Pajak, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2), Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2). BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN pada bab ini diuraikan mengenai metodologi penelitian yang terdiri dari desain penelitian, tahapan penelitian, jenis data, metode analisis data, serta analisis data yang digunakan. BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini peneliti akan menganalisis mengenai Penerapan Paraturan Daerah (PERDA) Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) sebelum dan sesudah pengalihan. BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang penulis lakukan dan memberikan saran berupa masukan kepada pihak instansi untuk menuju arah yang lebih baik lagi.