BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Target dan Realisasi Pajak Air Permukaan di Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ayat (3) pasal 33 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

PROGRES IMPLEMENTASI 5 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan pembiayaan. Ditinjau dari aspek kemandirian daerah, pelaksanaan otonomi

BERITA RESMI STATISTIK

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2011

KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN NUSA TENGGARA TIMUR AGUSTUS 2010

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. kapita Kota Kupang sangat tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya

RILIS HASIL PSPK2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2016 MENCAPAI 5,19 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2012 MENCAPAI 5,61 PERSEN

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN

BAB IV GAMBARAN UMUM

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh United Nations

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (ANGKA SEMENTARA)

BAB I PENDAHULUAN. Bajo, kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur. Perkembangan yang. sektor, salah satunya yang sangat pesat ialah pariwisata.

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2014

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. induknya dan membentuk daerah otonomi baru. Tujuan pemekaran daerah baru yaitu untuk

BAB III TUGAS DAN FUNGSI BALAI WILAYAH SUNGAI NUSA TENGGARA II

TUGAS, POKOK DAN FUNGSI BADAN PENDAPATAN DAERAH KAB. SERDANG BEDAGAI

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan tujuan penelitian. Angka 2009, Brosur No. 30 Tahun Dit. Agraria Prop. Dati I NTT, 2009):

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TAHUN 2016 HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakatnya. Pembangunan

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2015

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN. data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang meliputi Produk Domestik

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

PAPARAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR. Pada acara USULAN PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DALAM RANGKA REVISI RENCANA TATA RUANG

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

LEMBARAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 58 TAHUN 2001

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah

Lampiran 1: Data Faktor-Faktor Penentu Wilayah Rawan Penyakit Malaria di Provinsi NTT

Ringkasan Eksekutif Memuaskan

BAB I PENDAHULUAN. berketrampilan serta berdaya saing yang dibutuhkan dalam menghadapi

SISTEM BARU LISTRIK KEPULAUAN

DATA PENEMPATAN TKI DAERAH ASAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERIODE 2011 S.D 2015 (S.D 30 APRIL)

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Nomor : 2088/B14 /DN/ Mei 2017 Lampiran : 3 (tiga) lampiran H a l : Undangan Rakortek Persiapan Pelaksanaan Program PKB

NO INDIKATOR KINERJA KKP PENCAPAIAN % 1 Jumlah Seluruh Peserta KB Baru 109,050 79, I U D 9,540 6, M O W 5,010 3,

NO INDIKATOR KINERJA KKP PENCAPAIAN % 1 Jumlah Seluruh Peserta KB Baru 109,050 90, I U D 9,540 7, M O W 5,010 4,

BAB VI PENUTUP. 1. Hasil dari penelitian ini menunjukkan nilai R 2 = 0,328 berarti. pengangguran dan inflasi berkontribusi terhadap variabel terikat

PROFIL BALAI POM DI KUPANG

TENTANG TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN BUPATI MUSI RAWAS,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL KOMODO TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu tempat ke tempat lain, dari suatu rekening ke rekening perbankan,

NO INDIKATOR KINERJA KKP PENCAPAIAN % 1 Jumlah Seluruh Peserta KB Baru 109,050 70, I U D 9,540 6, M O W 5,010 3,

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

MARGARETHA BUNGA (KEPALA BIDANG KETENAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN)

PEMERINTAH KOTA BATU

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL KOMODO TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 44 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH DAN AIR PERMUKAAN

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

KATA PENGANTAR Bagian I :

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 8 TAHUN 1998 TENTANG PAJAK PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH DAN AIR PERMUKAAN

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini membahas tentang kebijakan mengenai Sistem Pengendalian

TENTANG PAJAK RESTORAN

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN KOTA BATU

IDENTIFIKASI TINGKAT PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG PENATAAN RUANG DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2012 SERI B.3 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 05 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAUBAU,

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 16 TAHUN 2012 SERI B.8

PROSES PENYUSUNAN RPI2-JM PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Disampaikan oleh : Ir. FRANSISKUS PANGALINAN, M.Si KASATKER RANDAL PIP PROVINSI NTT

SEBAGAI UPAYA PENURUNAN AKI & AKB PROVINSI NTT

BAB III JENIS STATISTIK DAN CARA PENGUMPULAN DATA. Bagian Pertama Jenis Statistik

SEKAPUR SIRIH. Kupang, Agustus 2010 Kepala BPS Kota Kupang. Ir. Adi H. Manafe, M.Si NIP

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 13 TAHUN 2012 SERI B.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN

BAB VI PENUTUP. 1. Dari hasil pengujian statistik deskriptif, Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara yang

- 1 - BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMUNGUTAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

RENCANA REVIEW KAWASAN HUTAN MELALUI REVIEW RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

KEBERLANJUTAN DESA PASCA

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur

5. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Raperda (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) ;

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2012 SERI B.1 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN

PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 12 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENAGIHAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA NOMOR : 8 TAHUN 2004 SERI: A NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA NOMOR : 7 TAHUN 2004 T E N T A N G

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Target dan Realisasi Pajak Air Permukaan di Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT Pajak Air Permukaan adalah salah satu jenis penerimaan dan pendapatan yang dikelola oleh Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Nusa Tenggara Timur. Setiap pencapaian penerimaannya selalu dikontrol dan ditargetkan meningkat secara terus-menerus demi kelancaran pelaksanaan program kerja di Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT. Oleh karena itu, rencana penerimaan pajak air permukaan setiap tahunnya perlu direallisasi sesuai rencana agar memnuhi target. Target dan Realisasi penerimaan pajak air permukaan di Dinas Pertambangan dan Energi dari tahun 2011 sampai dengan 2014 yang didapat dari Sub Bagian Keuangan, target pajaknya selalu tetap dan realisasinya selalu mengalami peningkatan dan melebihi target yang ditetapkan. 2014 : Berikut ini adalah target dan realisasi penerimaan Pajak Air Permukaan dari tahun 2011- Tabel 5.1 Rekapitulasi Target dan Realisasi Pajak Air Permukaan Tahun Anggaran 2011-2014 No. Tahun Target Realisasi Presentase (%) 1 2011 200.000.000 349.649.448 174,82 2 2012 200.000.000 464.371.627 232,19 3 2013 200.000.000 651.933.420 325,97 4 2014 200.000.000 646.188.896 323,09 Sumber : Dinas Pertambangan Dan Energi Provinsi NTT Apabila target dan realisasi penerimaan tahun 2011-2014 disajikan dalam bentuk

grafik adalah sebagai berikut : Dari grafik 5.1 di atas dapat dilihat bahwa target pajak air permukaan yang tetap dari tahun 2011-2014, hal ini disebabkan karena potensi pajak air permukaan yang tetap, obyek/subyek pajak yang tidak bertambah, masih banyaknya jumlah tunggakan, dan adanya alih status obyek pajak dari losmen ke rumah tangga. Sedangkan perkembangan realisasi penerimaan Pajak Air Permukaan pada Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Nusa Tengara Timur sejak tahun 2011 2014 terus mengalami peningkatan, bahkan realisasi penerimaannya selalu melebihi target yang telah ditetapkan. Realisasi pajak air permukaan melebihi target karena pada saat melakukan penagihan, juru pungut penagihan juga melakukan survei untuk melihat objek-objek pajak air permukaan yang baru dan langsung ditetapkan jumlah pajaknya. Selain itu adanya tunggakan pajak pada tahun-tahun sebelumnya yang dibayarkan pada tahun berjalan juga menyebabkan peningkatan penerimaan pajak air permukaan.

5.2 Alur Proses Kegiatan Pajak Air Permukaan di Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT Alur Proses Kegiatan Pajak Air Permukaan Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Nusa Tenggara Timur berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 2 Tahun 2010 adalah sebagai berikut : a. Melakukan pendataan subyek/obyek Pajak Air Permukaan. b. Mengeluarkan Surat Pemberitahuan Tentang Pajak Daerah (SPTPD) kepada wajib pajak mengenai jumlah pajak tahun berjalan. c. Menetapkan pajak daerah tahun berjalan dengan mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD). d. Mengeluarkan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) sebagai bukti setoran pajak oleh wajib pajak. e. Membuat Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB) pada akhir tahun pajak. f. Mengeluarkan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) pada saat melakukan pengihan pajak beserta sanksi administrasi. g. Mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambah (SKPDKBT) pada saat wajib pajak belum melunasi pokok pajak beserta sanksi atau denda administrasi sebelum akhir tahun pajak. h. Mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Rampung (SKPDR) apabila dalam tahun pajak berjalan terdapat obyek/subyek baru atau kekurangan/kelebihan dalam perhitungan dan penetapannya. i. Mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB) apabila menjelang akhir tahun wajib pajak terbukti melakukan kelebihan pembayaran.

j. Mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN) apabila jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak (NIHIL). 5.3 Analisis Tunggakan Pajak Air Permukaan di Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT No. Penerimaan pajak air permukaan pada Dinas Pertambangan dan Energi pada tahun 2011-2014 selalu melebihi target yang ditetapkan, walaupun demikian masih saja ada tunggakan pajak air permukaan yang terjadi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu faktor yang mendasar adalah kurangnya kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak sehingga menimbulkan tunggakan pajak air permukaan. Dalam data tunggakan pajak di Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT disajikan keadaan laporan tunggakan penagihan pada tahun pajak 2011 dan sampai dengan tahun 2014 yang ditampilkan per tahun. Berikut adalah data tunggakan pajak air permukaan dari 21 kabupaten/kota di Provinsi NTT pada tahun 2011-2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Kabupaten/Kota Tabel 5.2 Data Jumlah Tunggakan Pajak Air Permukaan Di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2011 2014 Tahun 2011 2012 2013 1 Kota Kupang - - 1.610.816-2 Kab. Kupang - - - - 3 Timor Tengah Selatan - - - - 2014 4 Timor Tengah Utara 2.503.334 5.608.866 11.508.867 7.108.867 5 Belu 24.365.656 14.588.448 19.035.688 22.643.712 6 Alor 4.820.440 - - 17.776.768 7 Lembata - 787.500-787.500

8 Flores Timur - - - 525.420 9 Sikka 3.554.004 - - - 10 Ende 29.143.688 - - - 11 Ngada - - 48.189.904 50.173.452 12 Nagekeo - - - - 13 Manggarai - - - - 14 Manggarai Barat - - - - 15 Manggarai Timur - 2.419.160 - - 16 Sumba Timur - - - - 17 Sumba Tengah - - - - 18 Sumba Barat - - - - 19 Sumba Barat Daya 1.170.000 - - 588.000 20 Rote Ndao - - - - 21 Sabu Raijua - - - - JUMLAH 65.557.072 23.403.975 80.345.276 95.930.134 Sumber : Data Diolah No. Dari tabel 5.2 di atas dapat dilihat bahwa jumlah tunggakan pajak air permukaan mengalami penurunan pada tahun 2012, tetapi jumlah tunggakan pajak air permukaan kembali meningkat pesat pada tahun 2013 dan 2014. Sedangkan untuk melihat realisasi penerimaan tunggakan pajak air permukaan pada tahun 2011-2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 5.3 Data Realisasi Penerimaan Tunggakan Pajak Air Permukaan Di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2011 2014 Tahun Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 1 Kota Kupang - - 1.610.816-2 Kab. Kupang - - - - 3 Timor Tengah Selatan - - - - 2014 4 Timor Tengah Utara - 5.608.866 2.511.211 2.488.790 5 Belu 2.665.040 14.588.448 2.665.040 10.884.400

6 Alor - - - 5.000.000 7 Lembata - 787.500-787.500 8 Flores Timur - - - 213.800 9 Sikka - - - - 10 Ende 29.143.688 - - - 11 Ngada - - 48.239.904-12 Nagekeo - - - - 13 Manggarai - - - - 14 Manggarai Barat - - - - 15 Manggarai Timur - 2.419.160 - - 16 Sumba Timur - - - - 17 Sumba Tengah - - - - 18 Sumba Barat - - - - 19 Sumba Barat Daya - - - 360.000 20 Rote Ndao - - - - 21 Sabu Raijua - - - - JUMLAH 31.808.728 23.403.975 55.026.371 19.734.490 Sumber : Data Diolah Untuk melihat lebih jelas mengenai perbandingan antara jumlah tunggakan dan pencairan tunggakan pajak air permukaan tahun 2011-2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 5.4 Data Perbandingan Jumlah Tunggakan dan Realisasi Penerimaan Tunggakan Pajak Air Permukaan di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2011 2014 No. Tahun Tunggakan Penerimaan Sisa 1 2011 65.557.072 31.808.728 33.748.344 2 2012 23.403.975 23.403.975 0 3 2013 80.345.276 55.026.371 25.318.905 4 2014 95.930.134 19.734.490 76.195.644 Sumber : Data Diolah Apabila perbandingan data jumlah tunggakan dan realisasi penerimaan tunggakan Pajak Air Permukaan tahun 2011-2014 disajikan dalam bentuk grafik adalah sebagai berikut :

Dari grafik 5.2 di atas dapat dilihat bahwa pencairan tunggakan pajak air permukaan pada tahun 2011-2014 bersifat fluktuatif. Pencairan tunggakan pajak air permukaan yang mencapai target hanya pada tahun 2012 dengan persentase 100%, sedangkan pencairan tunggakan pajak air permukaan dengan angka yang paling tinggi adalah pada tahun 2013 dan pencairan tunggakan dengan angka yang terendah adalah pada tahun 2014. 5.4 Efektivitas Penagihan Pajak Aktif di Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT Perhitungan efektivitas pelaksanaan penagihan pajak aktif berdasarkan perbandingan target dan realisasi pencairan tunggakan pajak mempunyai rumus sebagai berikut : Efektivitas = Realisasi Percairan Tunggakan Pajak Target Pencairan Tunggakan Pajak X 100% Berikut adalah perhitungan efektivitas pelaksanaan penagihan pajak aktif pada tahun 2011 2014 : (a) Perhitungan efektivitas pelaksanaan penagihan pajak aktif tahun 2011 :

Realisasi Percairan Tunggakan Pajak Efektivitas = Target Pencairan Tunggakan Pajak Efektivitas = 31.808.728 65.557.072 = 48,51 % (b) Perhitungan efektivitas pelaksanaan penagihan pajak aktif tahun 2012 : Realisasi Percairan Tunggakan Pajak Efektivitas = Target Pencairan Tunggakan Pajak Efektivitas = 23.403.975 23.403.975 = 100 % (c) Perhitungan efektivitas pelaksanaan penagihan pajak aktif tahun 2013 : Efektivitas = Efektivitas = Realisasi Percairan Tunggakan Pajak Target Pencairan Tunggakan Pajak 55.026.371 80.345.276 = 68,49 % (d) Perhitungan efektivitas pelaksanaan penagihan pajak aktif tahun 2014 : Realisasi Percairan Tunggakan Pajak Efektivitas = Target Pencairan Tunggakan Pajak 19.734.490 Efektivitas = 95.930.134 = 20,57 % Tahun Tabel 5.5 Hasil Perhitungan Efektivitas Pelaksanaan Penagihan Aktif Tahun 2011-2014 Tunggakan Pajak Air Permukaan Pencairan Tunggakan Pajak Air Permukaan Efektivitas Kriteria

2011 65.557.072 31.808.728 48,51% Tidak Efektif 2012 23.403.975 23.403.975 100% Efektif 2013 80.345.276 55.026.371 68,49% Kurang Efektif 2014 95.930.134 19.734.490 20,57% Tidak Efektif Sumber : Data diolah Berdasarkan Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa hasil Perhitungan tingkat efektivitas penagihan pajak aktif dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 berfluktuasi. Tingkat efektivitas penagihan pajak aktif pada tahun 2011 sebesar 48,51 % atau pada kriteria tidak efektif. Sedangkan tingkat efektivitas penagihan pajak aktif terbesar diperoleh pada tahun 2012 yaitu 100% atau pada kriteria efektif, hal ini terjadi karena jumlah tunggakan pajak yang tidak terlalu besar daripada tahun yang lain dan lokasi penagihan yang tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sulit dijangkau, sehingga memudahkan petugas dalam proses penagihan. Pada tahun 2013 persentase efektivitas penagihan pajak aktif menurun yaitu hanya sebesar 68,49% atau pada kriteria kurang efektif, dan efektivitas penagihan pajak aktif pada tahun 2014 merupakan yang terendah yaitu hanya dengan persentase sebesar 20,57 % atau pada kriteria tidak efektif. 5.5 Kontribusi Penagihan Pajak Aktif Terhadap Penerimaan Pajak Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT Kontribusi penagihan pajak aktif terhadap penerimaan pajak Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Nusa Tenggara Timur dihitung dengan membandingkan realisasi pencairan tunggakan dan jumlah penerimaan pajak total, atau pada rumus sebagai berikut : RPTP = Percairan Tunggakan Pajak X 100% Penerimaan Pajak Total

total : Berikut adalah perhitungan kontribusi penagihan pajak aktif terhadap penerimaan pajak (a) Kontribusi penerimaan pencairan tunggakan pajak terhadap penerimaan pajak tahun 2011 : RPTP = Percairan Tunggakan Pajak X 100% Penerimaan Pajak Total RPTP = 31.808.728 349.649.448 = 9,10% X 100% (b) Kontribusi penerimaan pencairan tunggakan pajak terhadap penerimaan pajak tahun 2012 : RPTP = Percairan Tunggakan Pajak Penerimaan Pajak Total X 100% 23.403.975 RPTP = 464.371.627 = 5,04% X 100% (c) Kontribusi penerimaan pencairan tunggakan pajak terhadap penerimaan pajak tahun 2013 : RPTP = Percairan Tunggakan Pajak X 100% Penerimaan Pajak Total RPTP = 55.026.371 651.933.420 = 8,44% X 100% (d) Kontribusi penerimaan pencairan tunggakan pajak terhadap penerimaan pajak tahun 2014 :

RPTP = Percairan Tunggakan Pajak X 100% Penerimaan Pajak Total RPTP = 19.734.490 646.188.896 X 100% = 3,05% Tahun Tabel 5.6 Kontribusi Penerimaan Pencairan Tunggakan Pajak Air Permukaan Terhadap Penerimaan Pajak Air Permukaan Tahun 2011-2014 Penerimaan Pajak Air Permukaan Pencairan Tunggakan Pajak Air Permukaan Tingkat Kontribusi Kriteria 2011 349.649.448 31.808.728 9,10% Sangat Kurang 2012 464.371.627 23.403.975 5,04% Sangat Kurang 2013 651.933.420 55.026.371 8,44% Sangat Kurang 2014 646.188.896 19.734.490 3,05% Sangat Kurang Sumber : Data diolah Berdasarkan Tabel 5.6 di atas, besarnya pencairan tunggakan pajak terhadap penerimaan pajak, tidak memiliki kontribusi yang cukup besar dan tergolong dalam kriteria sangat kurang yaitu di bawah 10% pada klasifikasi kriteria kontribusi. Pada tahun 2011, diperoleh kontribusi penerimaan pajak sebesar 9,10%, dan pada tahun 2012, diperoleh kontribusi penerimaan pajak sebesar 5,04%, hal ini disebabkan jumlah tunggakan yang paling rendah dibandingkan dengan tahun-tahun lain, sehingga walaupun tunggakan pajak tahun 2012 telah dipungut semuanya tetapi kontribusinya dikategorikan sangat kurang. Sedangkan pada tahun 2013 diperoleh kontribusi penerimaan pajak sebesar 8,44% dan pada tahun 2014 diperoleh kontribusi penerimaan pajak sebesar 3,05%.

Menyadari bahwa masih ada tunggakan yang belum mampu dicairkan, maka perlu adanya evaluasi agar dapat dilakukan perbaikan-perbaikan khususnya di bidang penagihan sehingga diharapkan mampu meningkatkan kontribusi penagihan pajak aktif di Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Nusa Tenggara Timur. 5.6 Kendala Yang Dihadapi Adapun beberapa kendala yang dihadapi oleh Dinas Pertambangan dan Energi dalam melaksanakan penagihan pajak aktif untuk pencairan tunggakan pajak air permukaan adalah sebagai berikut : (a) Kurangnya dukungan dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota se-ntt untuk pelaksanaan kegiatan penagihan tunggakan Pajak Air Permukaan, karena Pajak Air Permukaan merupakan Pajak Provinsi. (b) Terbatasnya tenaga operator komputer, sehingga dapat mengganggu kelancaran penyusunan laporan serta database Tunggakan Pajak Air Permukaan. (c) Kurangnya sarana dan prasaran dalam mendungkung kegiatan penagihan tunggakan pajak air permukaan. (d) Kurangnya waktu dan jumlah tenaga dalam proses penagihan, sehingga proses penagihan tunggakan pajak air permukaan menjadi tidak optimal. (e) Letak geografis dan topografi Provinsi NTT yang terdiri dari daerah kepulauan yang sangat sulit untuk dijangkau dalam waktu yang relatif singkat, mengingat subyek/obyek Pajak Air Permukaan berada dan tersebar di 21 Kabupaten/Kota se- NTT, sehingga pelaksanaan penagihan tunggakan Pajak Air Permukaan kurang optimal. (f) Kurangnya kesadaran para Wajib Pajak (WP) untuk membayar Pajak Air Permukaan

tepat waktu, sehingga dapat mengakibatkan tunggakan. (g) Terjadinya musim kemarau yang panjang, sehingga mengakibatkan turunnya debit air bahkan ada sumber air yang mengalami kekeringan, yang akan mengakibatkan turunnya atau hilangnya Pajak Air Permukaan yang telah ditetapkan sebelumnya. 5.7 Strategi Mengatasi Kendala Strategi yang dilakukan Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT dalam mengatasi kendala-kendala yang ada adalah sebagai berikut : a. Meningkatkan koordinasi antara Pemerintah Daerah Provinsi NTT dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota se-ntt, sehingga pelaksanaan tugas-tugas yang berkaitan dengan Pajak Air Permukaan dapat terlaksana secara optimal, mengingat dari hasil pungutan Pajak Air Permukaan tersebut terdapat pembagian berupa Dana Bagi Hasil (DBH) untuk Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sebesar 50%. b. Melakukan koordinasi pula dengan stakeholders pada unit-unit lingkup Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT untuk memanfaatkan tenaga operator komputer yang ada secara maksimal, sehingga pelaksanaan penagihan tunggakan pajak air permukaan dapat berjalan dengan lancar. c. Melakukan koordinasi dengan stakeholder pada unit-unit terkait lingkup Dinas Pertambangan dan Energi untuk dapat memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada secara optimal. d. Mengingat letak geografis dan topografi Provinsi NTT yang terdiri dari daerah kepulauan, maka untuk pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan Pajak Air Permukaan dapat diberikan waktu yang cukup, sehingga dapat tercapai hasil yang optimal.

e. Melakukan sosialisasi kepada Wajib Pajak secara terus menerus sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran Wajib Pajak untuk melakukan kewajibannya dengan benar dan tepat waktu. f. Akibat musim kemarau yang panjang terdapat turunnya/hilangnya Pajak Air Permukaan yang telah ditetapkan, akan diusulkan kepada Gubernur untuk melakukan pemutihan/penghapusan dengan alasan-alasan yang dapat diterima terhadap Pajak Air Permukaan tersebut.