12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah Latosol, curah hujan rata-rata 1500-3000 mm/tahun, dan ketinggian tempat 250 m dpl. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Tanah, Bogor dan uji kandungan antosianin tanaman dilakukan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB, Dramaga. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih rosela dari dua aksesi, yaitu rosela merah dan rosela ungu. Pupuk tunggal (urea, SP-18, dan KCl), pupuk kandang kambing, dan kapur tanah. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah peralatan budidaya pertanian, meteran, hand tally counter, timbangan, oven, spektrofotometer dan alat tulis. Metode Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) dengan dua faktor perlakuan dan tiga ulangan. Petak utama adalah aksesi rosela : rosela merah dan rosela ungu. Anak petaknya adalah dosis pupuk fosfor (dalam bentuk SP-18) yaitu : 0, 18, 36, dan 54 kg P 2 O 5 /ha. Hasil kombinasi perlakuan dengan ulangan terdapat 24 satuan percobaan. Luas tiap petak percobaan adalah 20 m 2, kemudian dikalikan dengan banyaknya satuan percobaan sehingga luas total adalah 480 m 2. Denah petak percobaan dapat dilihat pada Gambar 6. Model rancangan linier yang digunakan adalah sebagai berikut : Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk Keterangan : Yijk = nilai pengamatan pada ulangan ke-i, faktor aksesi taraf ke-j, dan faktor dosis pupuk taraf ke-k.
13 µ = nilai rataan umum. U i V j ε ij D k (VD) jk ε ijk = Pengaruh ulangan ke-i (i:1,2,3). = Pengaruh faktor aksesi ke-j (j:1,2). = Pengaruh galat untuk petak utama aksesi ke-j pada kelompok ke-i = Pengaruh dosis pupuk ke-k (k:0,1,2,3). = Pengaruh interaksi antara aksesi ke-j dan pupuk ke-k = Pengaruh galat untuk anak petak karena pengaruh faktor aksesi ke-j dan faktor pupuk ke-k pada kelompok ke-i. Untuk mengetahui pengaruh dari seluruh perlakuan digunakan uji analisis ragam, apabila terdapat F hitung > F tabel terhadap parameter yang diamati maka akan diuji lanjut dengan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5%. V1D2 V1D3 V2D2 V2D0 V2D1 V2D0 V2D1 V1D1 V1D0 V2D1 V1D1 V1D3 V2D0 V2D2 V2D3 V1D1 V1D2 V1D0 V2D3 V1D0 V1D2 V1D3 V2D3 V2D2 U I U II U III Gambar 6. Denah Rancangan Percobaan Keterangan : V1 : Aksesi Rosela Merah V2 : Aksesi Rosela Ungu D0 : Dosis pupuk fosfor : 0 kg P 2 O 5 /ha D1 : Dosis pupuk fosfor : 18 kg P 2 O 5 /ha D2 : Dosis pupuk fosfor : 36 kg P 2 O 5 /ha D3 : Dosis pupuk fosfor : 54 kg P 2 O 5 /ha Pelaksanaan Penelitian Persiapan Benih Bahan tanaman kedua aksesi rosela adalah benih yang didapat dari pemasok rosela di daerah Malang. Sebelum disemai, benih rosela direndam dalam air selama 24 jam. Setelah itu benih dipilih yang bagus dengan ciri benih utuh dan tenggelam di dasar air.
14 Persiapan Lahan Sebelum penanaman dilakukan persiapan tanam dengan pembersihan gulma, pemberian kapur tanah (1 ton/ha) saat 3 minggu sebelum penanaman, pemberian pupuk kandang dan pembuatan guludan pada lahan. Pengolahan tanah dilakukan dua kali dengan menggunakan cangkul. Lahan dibuat petakan-petakan kecil berukuran 5 m x 4 m sebanyak 24 petakan. Penanaman Penanaman benih dilakukan secara langsung ke lahan yang telah diolah. Benih ditanam dengan jarak 1 m x 1 m sebanyak 3-4 benih per lubang dan diharapkan terdapat satu rosela dalam satu lubang sehingga penjarangan dapat dilakukan jika tanaman yang tumbuh dalam satu lubang tidak seperti yang diharapkan. Pemupukan Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk kandang kambing sebanyak 15 ton/ha. Pemberian pupuk dasar dilakukan saat persiapan lahan (2 minggu sebelum penanaman). Pada saat 2 MST (Minggu Setelah Tanam) diberikan pupuk urea, KCl dan pupuk fosfor (dalam bentuk SP-18). Dosis urea yang digunakan sebanyak 400 kg/ha, namun hanya diaplikasikan setengahnya pada penanaman (200 kg/ha), KCl yang diberikan sebanyak 200 kg/ha (Arief, 2008), dan SP-18 diaplikasikan dengan dosis yang berbeda sebagai perlakuan yaitu 0, 18, 36 dan 54 kg P 2 O 5 /ha. Sisa pupuk urea diaplikasikan saat 8 MST. Pemeliharaan Kegiatan-kegiatan dalam pemeliharaan tanaman meliputi: 1) Penjarangan tanaman yang dilakukan saat tanaman berusia 1 MST (Minggu Setelah Tanam) untuk mempertahankan populasi, 2) Pembumbunan dilakukan pada setiap pengamatan agar tanaman tidak rebah, 3) Penyiangan gulma dilakukan jika lahan terdapat tumbuhan pengganggu, 4) Pemberantasan hama dan penyakit tanaman dilakukan jika terlihat adanya serangan.
15 Pemanenan Pemanenan dilakukan saat tanaman berumur 14 MST. Panen dilakukan secara berkala setiap 2 minggu selama empat kali berturut-turut. Hasil panen dipisahkan antara kaliks dan buah kemudian masing-masing ditimbang bobot basah dan bobot keringnya. Selain itu, diamati pula kadar antosianin yang terkandung dalam kaliks rosela dengan bantuan spektrofotometer dengan metode Sims dan Gamon (2002). Pengamatan Pengamatan meliputi pengamatan pertumbuhan vegetatif, generatif, korelasi dan interaksi antara pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Analisis tanah dilakukan sebelum dan sesudah penelitian yang digunakan sebagai data penunjang. Pertumbuhan vegetatif diamati setiap 2 minggu mulai dari 5 MST. Pertumbuhan vegetatif yang diamati yaitu: 1. Tinggi per tanaman. Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang utama terdapat kulit kayu hingga titik tumbuh batang utama tanaman. 2. Jumlah cabang primer per tanaman. Jumlah cabang primer dihitung dari cabang yang muncul dari batang utama pada tiap tanaman. 3. Jumlah cabang sekunder per tanaman. Jumlah cabang sekunder dihitung dari cabang yang muncul dari cabang primer pada tiap tanaman. 4. Jumlah buku per tanaman. Jumlah buku dihitung dari banyaknya buku yang ada di batang utama, cabang primer dan cabang sekunder pada tiap tanaman. 5. Jumlah daun per tanaman. Jumlah daun yang telah membuka sempurna dari keseluruhan daun pada tiap tanaman dari setiap perlakuan. Jumlah daun dihitung menggunakan hand tally counter.
16 6. Luas per daun. Luas per daun ditentukan dengan metode gravimetri. Perhitungan dilakukan di akhir penelitian dengan merata-ratakan luas tiga daun yang berbentuk menjari dan membuka sempurna pada setiap tanaman. 7. Bobot basah dan bobot kering tajuk serta akar per tanaman. Bobot kering diukur setelah tajuk maupun akar per tanaman dikeringkan menggunakan oven bersuhu 105 o C selama 2 hari. 8. Bobot basah dan bobot kering tajuk per petak. Bobot basah dan bobot kering tajuk per petak dihitung dari setiap petak saat panen terakhir dengan luas per petak 20 m 2 9. Rasio bobot kering tajuk dan kaliks per tanaman. Pertumbuhan generatif diamati sejak tanaman mulai berbunga 75 % yaitu saat 14 MST. Pertumbuhan generatif yang diamati yaitu : 1. Jumlah kaliks per tanaman. Jumlah kaliks dihitung dari keseluruhan kaliks yang dapat dipanen pada tiap tanaman saat panen mulai umur 14 MST kemudian berselang selama 2 minggu. 2. Bobot basah dan bobot kering kaliks per tanaman. Bobot basah dan bobot kering kaliks dihitung dari jumlah kaliks pada tiap tanaman saat panen. Bobot kering kaliks diukur setelah kaliks dipisahkan dari buahnya, lalu dioven pada suhu 80 o C selama 3 hari. 3. Bobot basah dan bobot kering kaliks per petak. Kaliks per petak dihitung dengan menjumlahkan bobot basah dan bobot kering kaliks tiap tanaman pada satu petak (20 m 2 ). 4. Bobot basah dan bobot kering buah per tanaman. Bobot basah dan bobot kering buah dihitung dari jumlah buah segar yang telah dipisahkan dari kaliks pada tiap tanaman saat panen. 5. Bobot basah dan bobot kering per kaliks atau per buah. Bobot basah dan bobot kering per kaliks atau per buah dihitung dari bobot basah dan bobot kering kaliks atau buah per tanaman dibagi jumlah kaliks atau jumlah buah per tanaman.
17 6. Kandungan antosianin per kaliks. Kandungan antosianin yang terkandung pada kaliks diukur dengan spektrofotometer. Kaliks yang diambil berasal dari buku ke-5 dari bagian atas tanaman saat berumur 16 MST. Pengukuran menggunakan metode Sims dan Gamon (2002). Metode disajikan pada gambar 7. 7. Produksi antosianin per tanaman. Produksi antosianin per tanaman dihitung berdasarkan hasil kali antara bobot basah kaliks per tanaman dengan kandungan antosianin per kaliksnya. Pelarut yang digunakan untuk analisis antosianin adalah asetris (aseton dan tris 1% ph 8 dengan perbandingan 85 : 15). Tahapan kerja yang dilakukan sebagai berikut : Gambar 7. Bagan Pengukuran Kandungan Antosianin Metode Sims dan Gamon (2002) Perhitungan kandungan antosianin dapat dilakukan dengan menghitung rumus berikut: Antosianin : (0.08173 x A537) - (0.00697 x A647) - (0.002228 x A663) Keterangan :, adalah nilai absorban pada panjang gelombang masing-masing 537 nm, 647 nm, dan 663 nm.