BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

dokumen-dokumen yang mirip
Audio/Video. Metode Evaluasi dan Penilaian. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam.skor:0-100(pan)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL MODUL 3 - PENGUJIAN IMPAK DELIANA RAMDANIAWATI KELOMPOK: 7

Uji impak. Proses penyerapan energi ini akan diubah menjadi berbagai respon material, yaitu. Deformasi plastis Efek Hysteresis Efek Inersia

PERANCANGAN ALAT UJI IMPAK METODE CHARPY KAPASITAS 100 JOULE. Yopi Handoyo 1)

KEKUATAN IMPAK BAJA ST 60 DI BAWAH TEMPERATUR EKSTRIM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PRAKTIKUM UJI KETANGGUHAN BAHAN

Impact Toughness Test. Sigit Ngalambang

DAFTAR ISI. I. Identitas Diri 2. II. Daftar Isi 3. i. Tujuan Percobaan 5. ii. Dasar Teori 5. Alat dan Bahan 9. Flowchart Proses Pengujian 11

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen,

BAB I PENDAHULUAN. Suhu mempengaruhi sifat mekanik material, yaitu ketangguhan material

BAB II LANDASAN TEORI. ketika itu banyak terjadi fenomena patah getas pada daerah lasan kapal kapal

ANALISIS SIMULASI UJI IMPAK BAJA KARBON SEDANG (AISI 1045) dan BAJA KARBON TINGGI (AISI D2) HASIL PERLAKUAN PANAS. R. Bagus Suryasa Majanasastra 1)

Alasan pengujian. Jenis Pengujian merusak (destructive test) pada las. Pengujian merusak (DT) pada las 08/01/2012

Sifat Sifat Material

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Material, Laboratorium

TINGKAT KETELITIAN PADA REDESIGN ALAT UJI IMPAK TERHADAP SKALA LABORATORIUM METALURGI FISIK Agus Suyatno 1), Suriansyah S 2) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. perlu dapat perhatian khusus baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya karena

Pengujian Impak (Hentakan) Pengujian Metalografi Pengujian Korosi Parameter pada Lambung Kapal...

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg

BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL

III. METODE PENELITIAN. waktu pada bulan September 2015 hingga bulan November Adapun material yang digunakan pada penelitian ini adalah:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat perkakas, alat-alat pertanian, komponen-komponen otomotif, kebutuhan

ANALISA QUENCHING PADA BAJA KARBON RENDAH DENGAN MEDIA SOLAR

UJI KETANGGUHAN MATERIAL BAJA A36 BERDASARKAN METODE PENGUJIAN IMPAK ASTM E23

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

Perpatahan Rapuh Keramik (1)

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan pelaksanaan percobaan serta analisis sebagai berikut:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Bulan September 2012 sampai dengan November

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

MODUL PRAKTIKUM METALURGI (LOGAM)

Rancang Bangun Alat Uji Impak Metode Charpy

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan sifat-sifat logam yang diinginkan. Perubahan sifat logam akibat

MECHANICAL FAILURE (KERUSAKAN MEKANIS) #2

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan

RPKPS (RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER)

KETANGGUHAN BEBAN IMPAK DAN BEBAN TARIK MAKSIMUM PADA PELAT BAJA BERLAPIS AKIBAT QUENCHING DAN NORMALIZING

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

Pengaruh Temperatur Pemanasan dan Holding Time pada Proses Tempering terhadap Sifat Mekanik dan Laju Korosi Baja Pegas SUP 9A

HARGA IMPACT ALUMINIUM JENIS 7075 T351 DENGAN METODE CHARPY. Rofarsyam 1, Sukarman 2

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

PENGARUH VARIASI WAKTU PENAHANAN TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

PENGARUH VARIASI MEDIA PENDINGIN HASIL SAMBUNGAN LAS BAJA PADUAN TERHADAP NILAI KETANGGUHAN. Abstract

KEKUATAN MATERIAL. Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KETANGGUHAN DENGAN PROSES HEAT TREATMENT PADA BAJA KARBON AISI 4140H

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )

Pengaruh Perlakuan Panas Dengan Air Dan Oli Terhadap Kekuatan Impact (Benturan) Bahan Piston Dan Cylinder Liner ABSTRAK

Kategori Sifat Material

dislokasi pada satu butir terjadi pada bidang yang lebih disukai (τ r max).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketika itu banyak terjadi fenomena patah getas pada daerah lasan kapal kapal

PENGARUH PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 1029 DENGAN METODA QUENCHING DAN MEDIA PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MAKRO STRUKTUR

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

04 05 : DEFORMASI DAN REKRISTALISASI

PENGARUH KEKUATAN BENDING DAN TARIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI DENGAN MATRIK UREA FORMALDEHIDE

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MEDAN AREA

DESIGN UNTUK KEKUATAN LELAH

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS LAS LISTRIK PADA SUDUT KAMPUH V GANDA TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN IMPACT DARI MATERIAL ST 37

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Asyari D. Yunus - Struktur dan Sifat Material Universitas Darma Persada - Jakarta

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH TEMPERATUR TEMPERING PADA PROSES QUENCHING TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA AISI 4140

BAB I PENGUJIAN TARIK

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan 1

V. UJI TARIK BAJA TULANGAN

Proses Annealing terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut :

PENGARUH PRESTRAIN BERTINGKAT TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN TARIK BAJA KARBON SEDANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Adapun tempat pengerjaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. untuk diperkirakan kapan terjadinya, dan tidak dapat dilihat secara kasat mata

RANCANG BANGUN MESIN UJI IMPACT DENGAN BERAT PENDULUM 8 Kg PROYEK AKHIR. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan. mencapai derajat Ahli Madya

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

ANALISA UJI IMPAK CHARPY DENGAN PENDULUM YANG DIPASANG SENSOR STRAIN GAUGE

Konsep Dislokasi. Pengertian dislokasi

PENELITIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN LOW TEMPERING

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PENGARUH TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA LAS SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING) DENGAN METODE EKSPERIMEN

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

BAB II KERANGKA TEORI

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

Audio/Video. Metode Evaluasi dan Penilaian. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam skor:0-100 (PAN).

EFEK PERLAKUAN PANAS AGING TERHADAP KEKERASAN DAN KETANGGUHAN IMPAK PADUAN ALUMINIUM AA ABSTRAK

BAB 1. PERLAKUAN PANAS

I. PENDAHULUAN. Definisi baja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu benda

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah logam. Seiring dengan jaman yang semakin maju, kebutuhan akan logam menjadi semakin tinggi. Telah kita pelajari bahwa logam diperoleh dari unsur logam dengan cara mereduksi mineral-mineral logam. Logam merupakan unsur kimia yang mempunyai sifat kuat, liat, keras, penghantar listrik dan panas, serta mempunyai titik cair tinggi. Keistimewaan dari logam yaitu dengan satu batang logam yang komposisinya sama, dapat menyebabkan perbedaan sifat. Sifat tersebut adalah sifat mekanik. Sifat mekanik dari logam, terdiri dari mampu tempa, mampu bentuk, keuletan, kekerasan, ketangguhan, mampu mesin, mampu las, serta tahan korosi. Diantara sifat mekanik di atas, salah satu sifat yang penting adalah ketangguhan. Sifat ketangguhan adalah kemampuan suatu logam untuk menahan beban kejut atau menyerap energi yang diberikan. Ketangguhan suatu logam merupakan gabungan antara kekuatan dan keuletan logam tersebut. Pengujian impak merupakan suatu pengujian yang mengukur ketahanan bahan terhadap beban kejut. Inilah yang membedakan pengujian impak dengan pengujian tarik dan kekerasan dimana pembebanan dilakukan secara perlahanlahan. Karena pentingnya melakukan pengujian impak untuk mengetahui nilai

2 ketangguhan suatu logam, maka dilakukanlah praktikum pengujian impak terhadap suatu logam. Hal ini dimaksudkan agar praktikan mengetahui tentang cara melakukan pengujian impak yang baik terhadap suatu logam, dan diharapkan mampu menganalisa hasil dari pengujian impak yang telah didapatkan. 1.2 Tujuan Percobaan Adapun tujuan dari praktikum uji impak ini adalah untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap HI (harga impak) dan sifat perpatahan berdasarkan % (persen) patahan. 1.3 Batasan Masalah Pada praktikum uji impak ini terdapat batasan masalah yang terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan terikat. Adapun variabel terikatnya adalah harga impak (HI), energi, serta persen (%) patahan, sedangkan untuk variabel bebasnya adalah bahan material yang akan diuji serta temperatur pengujian. 1.4 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan ini terdiri dari lima bab. Bab I menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan percobaan, batasan masalah, dan sistematika penulisan. Bab II menjelaskan mengenai tinjauan pustaka yang berisi mengenai teori singkat dari percobaan yang dilakukan. Bab III menjelaskan mengenai metode percobaan, alat dan bahan yang digunakan, serta prosedur percobaan. Bab IV menjelaskan mengenai hasil percobaan dan pembahasan. Bab V menjelaskan

3 mengenai kesimpulan dan saran dari percobaan. Selain itu diakhir laporan juga terdapat lampiran yang memuat contoh perhitungan, jawaban pertanyaan dan tugas khusus serta blanko percobaan.

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengujian Impak Kekuatan impak merupakan salah satu kriteria penting dalam ilmu metalurgi. Pengujian ini dilakukan untuk menentukan sifat perpatahan suatu logam, keuletan, maupun kegetasannya. Pada umumnya pengujian impak menggunakan batang bertakik. Berbagai jenis pengujian impak batang bertakik telah digunakan untuk menentukan kecenderungan bahan untuk bersifat getas. Dengan jenis uji ini dapat diketahui perbedaan sifat bahan yang tidak teramati dalam uji tarik. Beberapa kasus laju pembebanan tidak dapat ditetapkan dengan baik, oleh karena itu perlu hati-hati dalam membandingkan hasil satu sama lain. Hasil yang diperoleh dari uji batang bertakik tidak langsung sekaligus memberikan besaran rancangan yang dibutuhkan, karena tidak mungkin mengukur komponen tegangan tiga sumbu pada takik. Para peneliti perpatahan getas logam telah menggunakan berbagai bentuk benda uji untuk pengujian impak bertakik. Secara umum harga impak (HI) didefinisikan sebagai perbandingan antara energi yang digunakan untuk mematahkan bahan (U) dengan luas penampang sisa setelah diberi takikan [1]. Pada proses pengujian impak umumnya terdapat dua metode percobaan, yaitu:

5 1. Metode Charpy Sampel uji memiliki dimensi ukuran yaitu 10x10x55 mm. Dengan posisi takik (notch) berada di tengah, kedalaman takik 2 mm dari permukaan benda uji, dan sudut takik 45 derajat. Bentuk takik berupa huruf U, V, key hole (seperti lubang kecil). Benda diletakkan pada tumpuan dengan posisi horizontal dan tidak dijepit. Hal ini meneybabkan pengujian berlangsung lebih cepat, sehingga memudahkan untuk melakukan pengujian pada temperatur transisinya. Sedangkan ayunan bandul dari arah belakang takik dengan pembebanan dilakukan dari arah punggung takik. Gambar 2.1 merupakan ilustrasi pengujian impak dengan metode charpy. Gambar 2.1 Ilustrasi Pengujian Impak Metode Charpy 2. Metode Izod Metode izod dilakukan dengan menggunakan batang impak kontiveler. Benda uji izod lazim digunakan di Inggris, namun saat ini jarang digunakan. Sampel uji izod memiliki dimensi ukuran yaitu 10x10x75.

6 Dengan posisi takik berada pada jarak 28 mm dari ujung benda uji, kedalaman takik 2 mm dari permukaan benda uji, dengan sudut takik 45. Bentuk takik berupa huruf U, V, key hole (seperti lubang kecil). Benda diletakkan dengan tumpuan posisi vertikal dan dijepit menyebabkan pengujian berlangsung lama, sehingga tidak cocok digunakan pada pengujian dengan temperatur yang bervariasi. Sedangkan ayunan bandul dari arah depan takik dengan pembebanan dilakukan dari arah muka takik. Gambar 2.2 Ilustrasi Pengujian Impak Metode Izod Pada uji impak kita mengukur energi yang diserap untuk mematahkan benda uji. Setelah benda uji patah, bandul berayun kembali. Makin besar energi yang diserap, makin rendah ayunan kembali dari bandul. Energi perpatahan yang diserap biasanya dinyatakan dalam joule atau foot-pound dan dibaca langsung pada skala petunjuk (dial) yang telah dikalibrasi yang terdapat pada mesin penguji.

7 Energi yang diperlukan untuk mematahkan benda uji Charpy sering kali diberi tanda C V 25 ft-lb. Di Eropa hasil uji impak seringkali dinyatakan sebagai energi yang diserap tiap satuan luas penampang lintang benda uji. Perlu diingat bahwa energi perpatahan yang diukur dengan uji charpy hanyalah energi relatif dan tidak bisa digunakan secara langsung dalam persamaan perancangan. Pengukuran lain dari uji charpy yang biasanya dilakukan adalah penelaahan permukaan patahan untuk menentukan jenis patahan yang terjadi; patahan berserat (patahan geser), granular (patahan belah), atau campuran dari keduanya. Bentuk patahan yang berbeda-beda ini dapat ditentukan dengan mudah, walaupun pengamatan permukaan patahan tidak menggunakan perbesaran. 2.2 Pengujian Impak Charpy Pengujian impak charpy mengukur energi yang diserap oleh laju regangan tinggi perpatahan dari sebuah benda uji bertakik standar. Benda uji dipatahkan dengan benturan dari sebuah palu pendulum yang berat, yang jatuh dari jarak tetap (energi potensial yang konstan) untuk membentur benda uji dengan kecepatan yang tetap (energi kinetik yang konstan). Bahan-bahan yang tangguh (tough) menyerap banyak energi ketika dipatahkan dan bahan-bahan yang getas (brittle) menyerap energi sangat sedikit [3]. Energi impak yang diukur dengan pengujian charpy adalah usaha yang dilakukan untuk mematahkan benda uji. Pada impak, spesimen berubah bentuk secara elastis sampai peluluhan tercapai (deformasi plastis) dan sebuah zona plastis berkembang pada takikan. Ketika pengujian dilanjutkan, perubahan spesimen oleh impak menyebabkan usaha pada

8 zona plastis mengeras. Hal ini meningkatkan tegangan dan regangan pada zona plastis sampai spesimen patah. Energi impak total tergantung pada ukuran dari benda uji, dan standar ukuran benda uji yang digunakan untuk dibandingkan diantara bahan-bahan yang berbeda. Energi impak dipengaruhi oleh sejumlah faktor, seperti: 1. Kekuatan peluluhan dan keuletan 2. Takikan 3. Suhu dan laju regangan 4. Mekanisme perpatahan 2.3 Kegagalan Material pada Pengujian Impak Faktor yang mempengaruhi kegagalan material pada pengujian impak antara lain ialah sebagai berikut. 1. Notch Notch pada material akan menyebabkan terjadinya konsentrasi tegangan pada daerah yang lancip sehingga material lebih mudah patah. Selain itu notch juga akan menimbulkan triaxial stress. Triaxialstress ini sangat berbahaya karena tidak akan terjadi deformasi plastis dan menyebabkan material menjadi getas sehingga tidak ada tanda-tanda bahwa material akan mengalami kegagalan. 2. Temperatur Pada temperatur tinggi material akan getas karena pengaruh vibrasi elektronnya yang semakin rendah, begitupun sebaliknya.

9 3. Strain rate Jika pembebanan diberikan pada strain rate yang biasa-biasa saja, maka material akan sempat mengalami deformasi plastis, karena pergerakan atomnya (dislokasi). Dislokasi akan bergerak menuju ke batas butir lalu kemudian patah. Namun pada uji impak, strain rate yang diberikan sangat tinggi sehingga dislokasi tidak sempat bergerak apalagi terjadi deformasi plastis, sehingga material akan mengalami patah transgranular dengan struktur patahan ditengah-tengah atom atau bagian bulan di batas butir karena dislokasi tidak sempat gerak ke batas butir. Pada baja dan aluminium terdapat perbedaan harga impak. Harga impak baja lebih tinggi daripada aluminium menunjukkan bahwa ketangguhan baja lebih tinggi jika dibandingkan dengan aluminium. Selain temperatur, hal lain yang mempengaruhi harga impak suatu material adalah kadar karbonnya. Material yang memiliki kadar karbon yang tinggi akan lebih getas. Hal ini akan mempengaruhi harga impaknya dan temperature transisi. Material yang memiliki kadar karbon tinggi akan memiliki temperatur transisi yang lebih panjang jika dibandingkan dengan material yang memiliki kadar karbon rendah. Temperatur transisi yang berbeda-beda ini akan mempengaruhi ketahanan material terhadap perubahan suhu. Material yang memiliki temperatur transisi rendah maka material tersebut tidak akan tehan terhadap perubahan suhu.

10 Beberapa bahan dapat tiba-tiba menjadi getas dan patah karena perubahan temperatur dan laju regangan, walaupun pada dasarnya logam tersebut liat.gejala ini biasa disebut transisi liat getas yang merupakan hal penting ditinjau dari penggunaan praktis bahan.patahan patah getas bersifat getas sempurna, yaitu tanpa adanya deformasi plastis samasekali, jadi berbeda dengan bidang slip biasa, patah terjadi pada bidang kristalografi spesifik pada bidang pecahan. Permukaan patah dari bidang pecahan mempunyai kilapan yang menunjukkan pola chevron secara makrokospik pada arah yang menuju titik permulaan patah.berikut adalah gambar ilustrasi dari patahan yang terjadi pada benda uji impak. Gambar 2.3 Gambaran Patahan pada Benda Uji Impak 2.4 Kurva Suhu Peralihan Manfaat utama hasil uji charpy dalam rekayasa adalah untuk memilih bahan yang tahan terhadap patah getas dengan menggunakan kurva suhu peralihan. Dasar pemikiran perancangan adalah memilih bahan yang mempunyai ketangguhan takik yang memadai untuk berbagai kondisi pembebanan yang berat sedemikian hingga kemampuan dukung beban bagian konstruksi dapat dihitung dengan menggunakan metode kekuatan standar, tanpa memperlihatkan sifat-sifat patah dari bahan atau efek konsentrasi tegangan retak atau cacat.

11 Suhu peralihan bahan dapat digolongkan menjadi 3 kategori, seperti tampak pada gambar 2.4. Logam kps (FCC) berkekuatan menengah dan rendah dan sebagian besar logam heksagonal tumpukan padat mempunyai ketangguhan takik yang demikian tingginya sehingga kepatahan getas tidak merupakan persoalan, terkecuali dalam lingkungan kimiawi khusus yang reaktif. Bahan berkekuatan tinggi, mempunyai ketangguhan takik demikian rendahnya, sehingga patah getas dapat terjadi akibat beban nominal di baja berkekuatan tinggi, paduanpaduan titanium, dan alumunium termasuk dalam kategori ini. Pada suhu rendah, terjadi pembelahan getas, sedangkan pada suhu yang lebih tinggi terjadi perpatahan energi rendah. Gambar 2.4 Pengaruh Temperatur terhadap Ketangguhan Material Dasar pemikiran penggunaan kurva suhu peralihan terpusatkan pada penentuan suhu, patah getas terendah untuk level tegangan elastis. Makin rendah suhu peralihan, maka makin besar ketangguhan patah suatu bahan.

12

13 BAB III PROSEDUR PERCOBAAN 3.1 Diagram Alir Percobaan berikut: Berikut merupakan diagram alir dari percobaan uji impak adalah sebagai Sampel Baja LRA 3 buah Mengukur luas penampang dan kedalaman takik benda uji Mendinginkan sampel selama beberapa menit Mengukur temperatur sampel dengan menggunanakan termometer Mengatur bandul pada posisi skala 300 joule Melepaskan bandul Mencatat energi yang dibutuhkan untuk mematahkan benda uji Data

14 Pembahasan Literatur Kesimpulan Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan Uji Impak 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat 1. Alat uji impak charpy 2. Termometer 3. Gelas Beker 4. Jangka sorong 3.2.2 Bahan 1. Spesimen uji baja LRA 2. Es batu 3.3 Prosedur Percobaaan 1. Menyiapkan benda uji sesuai ukuran standar. 2. Mengukur luas penampang dan kedalaman takik benda uji. 3. Mengatur bandul pada posisi skala 300 joule. 4. Meletakkan benda uji pada mesin uji impak charpy. 5. Melepaskan bandul dan mencatat energy yang diserap untuk mematahkan benda uji. 6. Melakukan percobaan pada kondisi temperature yang berbeda sesuai yang ditentukan oleh asisten.

7. Mengamati dan mengukur bentuk patahan yang terjadi. 15

16 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Percobaan Berdasarkan percobaan uji impak yang telah dilakukan, maka diperoleh data data sebagai berikut. Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Pengujian Impak N o Baha n Luas Penampan g (mm 2 ) Suh u ( o C) Energi (Joule ) Harga Impak (J/mm 2 ) Persen Patahan (%) Bentuk Patahan Baja 1 Kapal LRA 80 4 26 0.325 74 Getas 2 Baja Kapal LRA 80 25 91 1.137 10 Ulet 3 Baja Kapal LRA 80 100 75 0.937 16 Ulet

17 4.2 Pembahasan Pada percobaan kali ini praktikan melakukan pengujian untuk menentukan tingkat ketangguhan dari sebuah sampel baja LRA untuk kapal dengan menghitung seberapa besar penyerapan energi yang berasal dari pembebanan dinamis pendulum mesin uji impak charpy. Pada praktikum kali ini beban impak bergantung dari skala energi pendulum yang ditetapkan, dalam hal ini digunakan skala energi hingga 300 Joule. Luas penampang benda uji dihitung dengan mengalikan panjang antara ujung sampel dengan sisi ujung takikan kemudian hasilnya dikalikan dengan tebal sampel uji, proses pengukuran menggunakan jangka sorong. Lewat pengujian ini akan dicari tahu seberapa tinggi ketangguhan baja untuk kapal terhadap pembebanan impak pada temperatur rendah yaitu 4 o C. Selain untuk mengetahui seberapa besar energi impak yang akan dihasilkan, dapat diketahui pula jenis perpatahan apa yang terjadi pada sampel uji apakah patah ulet atau patah getas. Pada sampel uji sendiri terdapat takikan (notch) yang berfungsi sebagai upaya untuk membuat konsentrasi tegangan di daerah takikan. Sehingga saat sampel uji diberikan pembebanan impak, maka konsentrasi tegangan yang terjadi dapat menjadi lebih terpusat pada daerah yang lancip sehingga material lebih mudah patah. Jika pada sampel uji tidak terdapat takik, maka tumbukan yang diberikan akan menyebabkan perpatahan sampel uji dapat terjadi secara tidak beraturan sehingga dalam hal ini profil ketangguhan yang sesungguhnya pada sampel tidak akan dapat ditentukan [2].

18 Pada percobaan pertama proses pengujian untuk baja kapal LRA dilakukan pada temperatur 4 o C, didapatkan hasil energi yang diserap yaitu sebesar 26 Joule dengan harga impak 0,325 J/mm 2 dengan persen patahan 74%. Pada percobaan kedua dilakukan pada temperatur 25 o C, didapatkan hasil energi yang diserap yaitu sebesar 91 Joule dengan harga impak 1,137 J/mm 2 dengan persen patahan 10%. Pada percobaan ketiga dilakukan pada temperatur 100 o C, didapatkan hasil energi yang diserap yaitu sebesar 75 Joule dengan harga impak 0.937 J/mm 2 dengan persen patahan 16%. 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 4 25 100 Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Temperatur Terhadap Harga Impak Diketahui bahwa semakin rendah temperatur, maka harga impak juga akan semakin rendah dan energi yang diserap akan semakin rendah namun bentuk patahan akan semakin tinggi [2]. Pada gambar 4.1 dapat terlihat bahwa sampel yang kedua memiliki harga impak tertinggi yaitu sebesar 1.137 J/mm 2 sedangkan yang memiliki harga impak terendah adalah sampel pertama yaitu sebesar 0.325 J/mm 2. Terlihat bahwa pada sampel pertama dengan suhu rendah (4 o C), energi yang

19 diserap rendah (26 Joule), dan memiliki harga impak yang rendah (0.325 J/mm 2 ) sudah sesuai dengan literatur yang ada. Pada sampel kedua dengan suhu kamar (25 o C), energi yang diserap sebesar 91 Joule, dan memiliki harga impak yang tinggi (1.137 J/mm 2 ) sudah sesuai dengan literatur yang ada. Pada sampel ketiga dengan suhu tinggi (100 o C), energi yang diserap sebesar 75 Joule, dan memiliki harga impak yang lebih rendah dibandingkan dengan sampel 2 (0.937 J/mm 2 ) tidak sesuai dengan literatur yang ada. Untuk fenomena yang terjadi pada sampel ketiga, hal tersebut dapat terjadi karena pada saat setelah pemanasan diberikan pada sampel, tidak langsung dilakukan pengujian sehingga suhu pada sampel sudah menurun dan hasil yang didapat pun jadi tidak sesuai dengan literatur yang ada yang menyatakan semakin rendah temperatur, maka harga impak juga akan semakin rendah dan energi yang diserap akan semakin rendah namun bentuk patahan akan semakin tinggi. Bentuk Patahan (%) 80 70 60 50 40 30 20 10 0 4 C 25 C 100 C Gambar 4.2 Diagram Batang % Patahan Baja Kapal LRA

20 Diketahui bahwa semakin rendah temperatur, maka harga impak juga akan semakin rendah dan energi yang diserap akan semakin rendah namun persen patahan akan semakin tinggi [2]. Pada gambar 4.2 dapat terlihat bahwa sampel yang kedua memiliki % patahan tertinggi yaitu sebesar 74 % sedangkan yang memiliki % patahan terendah adalah sampel kedua yaitu sebesar 10 %. Terlihat bahwa pada sampel pertama dengan suhu rendah (4 o C), energi yang diserap rendah (26 J), dan memiliki % bentuk patahan yang tinggi (74%) sudah sesuai dengan literatur yang ada. Pada sampel kedua dengan suhu kamar (25 o C), energi yang diserap sebesar 91 Joule, dan memiliki % patahan rendah (10%). Pada sampel ketiga dengan suhu tinggi (100 o C), energi yang diserap sebesar 75 J, dan memiliki % patahan rendah 16%. Untuk fenomena yang terjadi pada sampel ketiga, % bentuk patahan yang didapat sudah benar namun energi yang diserap tidak sesuai dengan yang diharapkan yaitu seharusnya tinggi. Hal tersebut dapat terjadi karena pada saat setelah pemanasan diberikan pada sampel, tidak langsung dilakukan pengujian sehingga suhu pada sampel sudah menurun dan hasil yang didapat pun jadi tidak sesuai. Selain pengaruh temperatur, harga impak juga dipengaruhi oleh kadar karbon. Material yang memiliki kadar karbon yang tinggi memiliki sifat yang kuat dan getas sehingga membutuhkan energi yang tidak besar sedangkan material yang kadar karbonnya rendah memiliki sifat yang ulet dan lunak sehingga membutuhkan energy yang besar dalam perpatahannya. Semakin kecil kadar karbon yang terdapat pada suatu bahan, maka energi impak yang dibutuhkan untuk mematahkan semakin besar, karena ikatan molekul bahan tinggi. Sedangkan

21 apabila kadar karbon meningkat hingga melebihi batas kritisnya, maka energi impact yang dibutuhkan semakin rendah pula, karena ikatan molekul bahan melemah [4]. Gambar 4.3 Bentuk Patahan Baja Kapal LRA Sampel I Dapat dilihat pada gambar 4.3 bahwa sampel I dengan temperatur 4 o C dan % perpatahan sebesar 74%, bentuk patahan yang terjadi merupakan tipe patah getas yang memiliki ciri-ciri permukaan cenderung halus dan mengkilap. Perpatahan getas dihasilkan oleh mekanisme pembelahan (cleavage) pada butirbutir dari bahan (logam) yang rapuh (brittle). Penyebab material menjadi getas adalah tidak terjadinya deformasi plastis pada saat proses pemberian beban secara tiba-tiba terjadi dan akhirnya patah [2].

22 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan percobaan uji impak yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1 Pada percobaan pertama proses pengujian untuk baja kapal LRA dilakukan pada temperatur 4 o C, didapatkan hasil energi yang diserap yaitu sebesar 74 Joule dengan harga impak 0.325 J/mm 2 dengan persen patahan 74% dan bentuk patahan getas. Pada percobaan kedua dilakukan pada temperatur 25 o C, didapatkan hasil energi yang diserap yaitu sebesar 91 Joule dengan harga impak 1.137 J/mm 2 dengan 5.2 Saran persen patahan 10% dan bentuk patahan ulet. Pada percobaan ketiga dilakukan pada temperatur 100 o C, didapatkan hasil energi yang diserap yaitu sebesar 75 Joule dengan harga impak 0.937 J/mm 2 dengan bentuk patahan 16% dan bentuk patahan ulet. 2 Pada sampel yang kedua memiliki harga impak tertinggi yaitu sebesar 1.137 J/mm 2 sedangkan yang memiliki harga impak terendah adalah sampel pertama yaitu sebesar 0.325 J/mm 2. 3 Pada sampel yang kedua memiliki persen patahan tertinggi yaitu sebesar 74% sedangkan yang memiliki persen patahan terendah adalah sampel kedua yaitu sebesar 10%.

23 Adapun saran dari praktikan untuk praktikum selanjutnya yang akan dilakukan yaitu: 1. Kepada praktikan diharapkan untuk meningkatkan ketelitian dalam melakukan percobaan. 2. Kepada praktikan diharapkan untuk teliti dalam melihat hasil dari alat maupun perhitungan yang dilakukan pada saat praktikum berlangsung.