I. PENDAHULUAN. ekonomi merosot hingga minus 20% mengakibatkan turunnya berbagai. jumlah masyarakat penyandang masalah sosial di daerah perkotaan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ekonomi penduduk merosot hingga minus 20% mengakibatkan turunnya berbagai

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 1. Sejarah Pembentukan Dinas Sosial Kota Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yakni melindungi

BAB I PENDAHULUAN. jalan maupun di berbagai tempat umum. Padahal dalam Pasal 34 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan permasalahan kesejahteraan sosial di Kota cenderung meningkat,

VI. KESIMPULAN DAN SARAN. Pengemis di Kota Bandar Lampung. peneliti menyimpulkan bahwa pelaksanaan

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya telah terpenuhi. Salah satu penghambat dari kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam

I. PENDAHULUAN. Tingkat pertambahan penduduk dari tahun ke tahun semakin tinggi yang. formal akan mencari pekerjaan di sektor informal.

7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Banyuasin di Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis di Kota

PEMBERDAYAAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KABUPATEN SIDOARJO (Studi Kasus di UPTD Liponsos Sidokare)

BAB I PENDAHULUAN. tengah masyarakat, khususnya di negara negara berkembang. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sosial, ekonomi, politik, budaya dan sebagainya. Salah satu masalah sosial yang

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan Negara Hukum. Pengaturan ini termuat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan. martabat kemanusiaan (Sinegar, UUD 1945: 31).

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Proses modernisasi menyisakan problematika yang tidak kunjung usai,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan oleh suatu negara pada

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 10 TAHUN 2013

ANAK YANG MEMBUTUHKAN PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS. (Materi kuliah diklat Anak Berkebutuhan Khusus Direktorat PLB Nopember - Desember 2006)

WALIKOTA PALANGKA RAYA

I. PENDAHULUAN. Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN ANAK JALANAN, GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KOTA MATARAM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

BIDANG SOSIAL BUDAYA. Oleh: Dr. Dra. Luluk Fauziah, M.Si Disampaikan saat pembekalan KKN Mahasiswa UMSIDA 9 Juli 2017

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Dinas Sosial Kota Bandar Lampung. Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Sosial Kota Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yakni melindungi

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum. dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin.

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga

I. PENDAHULUAN. dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil

I. PENDAHULUAN Sebagai ibukota negara, Jakarta telah mengalami

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk akan selalu diiringi oleh bertambahnya kebutuhan. Pertumbuhan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANGANAN PENGEMIS, GELANDANGAN, ORANG TERLANTAR DAN TUNA SUSILA

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri dan dapat melaksanakan fungsi sosialnya yang dapat

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengadaan Proyek

Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Sosial Kota Bandung A. Kepala Dinas B. Sekretariat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam suatu negara, pembangunan bertujuan untuk mewujudkan

KETENAGAKERJAAN DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI, DAN SOSIAL Jumlah (Rp) Anggaran Setelah Perubahan

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 10 TAHUN

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. diyakini telah membawa pengaruh terhadap munculnya masalah-masalah

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS SOSIAL KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Negara Republik Indonesia adalah: melindungi segenap bangsa

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

I. PENDAHULUAN. panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad, 2010).

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BAB I PENDAHULUAN. positif bagi kehidupan masyarakat. Perkembangan kota melahirkan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. sosial lainnya. Krisis global membawa dampak di berbagai sektor baik di bidang ekonomi

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU dan WALIKOTA BENGKULU MEMUTUSKAN:

PROGRAM KEGIATAN. Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial. a. Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

I. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia saat ini mudah dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari realitas kehidupan. masyarakat. Pengaturan tentang Fakir mskin dan anak-anak terlantar

BAB I PENDAHULUAN. Istilah gelandangan berasal dari kata nggelandang yang artinya selalu

PMKS YANG MENERIMA BANTUAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing lagi melihat anak-anak mengerumuni mobil-mobil dipersimpangan lampu

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Anak Jalanan Tahun

I. PENDAHULUAN. Konsep good governance adalah konsep yang diperkenalkan oleh Bank Dunia

VI. SIMPULAN DAN SARAN. pamong praja, maka penulis memberikan simpulan bahwa koordinasi yang

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli

I. PENDAHULUAN. Tolok ukur keberhasilan pembangunan ekonomi dapat dilihat dari

PERAN DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA KABUPATEN SIDOARJO DALAM PEMBERDAYAAN ANAK JALANAN. (Studi Pada Anak Jalanan Di Kecamatan Sidoarjo) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Anak jalanan merupakan salah satu fenomena sosial di perkotaan yang

BAB I PENDAHULUAN. daerah perkotaan membawa pengaruh pada semakin tingginya mobilitas

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan masalah sosial yang perlu segera diatasi, secara kualitas maupun

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. data-data keluarga sejahtera yang dikumpulkannya. Menurut BKKBN yang

IV.B.22. Urusan Wajib Sosial

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

BERITA DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 13 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS SOSIAL PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan YME, yang dalam dirinya

BAB I PENDAHULUAN. jalanan. Pasal 34 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi Fakir miskin dan anak-anak

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT` PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kesejahteraan (welfare state). Itulah konsep negara

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEMBINAAN ANAK JALANAN, GELANDANGAN, DAN PENGEMIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

FENOMENA ANAK JALANAN DI INDONESIA DAN PENDEKATAN SOLUSINYA Oleh : Budi H. Pirngadi

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. dampak negatif bagi pihak-pihak tertentu. adalah Yayasan Lembaga Pengkajian Sosial (YLPS) Humana Yogyakarta.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah membawa dampak yang luas bagi masyarakat sampai saat ini. Pertumbuhan ekonomi merosot hingga minus 20% mengakibatkan turunnya berbagai indikator kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikatornya adalah tingkat pendapatan perkapita yang tidak mengalami peningkatan bahkan cenderung menurun. Hal ini menimbulkan dampak kehampir seluruh sendi kehidupan, termasuk meningkatnya masalah sosial. Salah satunya adalah meningkatnya jumlah masyarakat penyandang masalah sosial di daerah perkotaan. Keadaan ini ditambah parah dengan munculnya permasalahan kependudukan. Tingginya tingkat perpindahan penduduk dari desa ke kota yang tidak dibekali oleh kemampuan dan potensi diri yang cukup akan tersisihkan dan harus mencari jalan keluar dari permasalahannya dengan melakukan berbagai cara. Hal itu juga yang memicu timbulnya salah satu permasalahan kependudukan di kota-kota besar, termasuk di Kota Bandar Lampung. Bagian dari kalangan masyarakat penyandang masalah sosial adalah anakanak. Berbagai macam klasifikasi telah ikut menempati posisi ini yakni anak

2 jalanan, anak balita terlantar, anak terlantar, gelandangan, dan pengemis. Melihat dari segi kehidupan anak penyandang permasalahna sosial ini, anak jalanan menempati posisi pertama yang layak diperhatikan bagi penulis. Dasarnya adalah anak jalanan merupakan anak penyandang masalah sosial yang paling mudah ditemukan dan ini berarti mereka lebih fenomenal serta berdampak langsung terhadap kepentingan umum. Anak jalanan merupakan anak-anak berumur 6-18 th yang beraktivitas dijalan minimal 4jam/hari. Jenis aktivitas yang dilakukan oleh anak jalanan ini berupa pedagang koran, mengemis, mengamen, pedagang plastik dipasar, pedagang asongan, penyemir sepatu, ojek payung, dan sebaginya. Adapun klasifikasi anak jalanan yaitu : 1. Tipe 1: anak jalanan bekerja dijalan, bersekolah, kembali kerumah, dan masih memiliki orang tua. 2. Tipe 2: anak jalanan bekerja dijalan, tidak bersekolah, jarang kembali kerumah dan masih punya orang tua. 3. Tipe 3: anak jalanan yang benar-benar hidup dijalan, sudah tidak punya orang tua dan tidak punya rumah. Kehidupan merekapun sering bersinggungan bahkan bertentangan dengan ketertiban. Kondisi ini sangat memperihatinkan, apalagi dilihat dari kehidupan yang dialami oleh anak jalanan yang identik dengan kekerasan, kumuh dan tidak sehat adalah sudut kehidupan mereka saat ini. Menurut Yusuf Rifda selaku staf rehabilitasi sosial Dinas Sosial Kota Bandar

3 Lampung keberadaan anak jalanan dengan kehidupannya berdampak bagi diri anak jalanan, masyarakat dan bangsa dan negara. Dampak bagi dirinya sendiri seperti anak jalanan sering mengalami eksploitasi baik oleh preman maupun orang tua anak jalanan tersebut, anak jalanan rawan terhadap tindak kekerasan, rawan terhadap pemerasan, rawan terhadap kecelakaan lalu lintas, rawan terhadap pelecehan seksual, rawan melakukan seks bebas yang berakibat kehamilan diluar nikah, rawan penyakit menular seksusal, rawan menggunakan narkoba, yang mengakibatkan tumbuh kembang anak tidak bisa berlangsung dengan wajar baik fisik maupun psikis. Dampak bagi masyarakat seperti mengganggu ketertiban dan keamanan masyarakat, merusak keindahan kota, dsb. Kemudian dampak bagi bangsa dan negara antara lain terhambatnya penerus bangsa generasi muda karena jawaban negara kita puluhan tahun kedepan adalah generasi muda saat ini, tingginya tingkat ekonomi yang digunakan untuk anggaran pembinaan rehabilitasi sosial bagi anak jalanan. Keberadaan anak penyandang masalah sosial ini sepantasnya mendapatkan perhatian baik dari pemerintah maupun non pemerintah. Hal ini tidak berlebihan mengingat masa depan mereka yang juga bagian dari masa depan bangsa sebab mereka bagian dari penerus bangsa. Menurut Fanggidae (1993:124) faktor pendorong munculnya fenomena anak jalanan juga dipengaruhi oleh potensi dan keterampilan anak pada umumnya tidak memadai ketimbang keahlian untuk tuntutan pekerjaan yang bergerak di

4 sektor modern, sedangkan anak dari kondisi keluarga yang kurang mampu sangat ingin mempunyai penghasilan, apapun jenis pekerjaannya sekalipun jumlah yang diperoleh tidak menentu. Ini tuntutan yang sangat logis, karena keterampilan teknis tertentu yang senantiasa dituntut dalam bidang pekerjaan, tidak dimiliki anak. Apalagi didukung dengan keluarga yang tidak mampu, dengan tanggungan jiwa banyak, sehingga distribusi pengeluaran kurang memperhitungkan kepentingan anak. Terbukti alokasi biaya pendidikan anak kurang diperhatikan. Bahkan orang tua menganjurkan anak menekuni pekerjaan sebagai anak jalanan dan membantu perekonomian keluarga dengan cara memberikan kepada anak modal awal berbentuk barang dagangan atau sejumlah uang kecil. Adapun faktor yang mempegaruhi munculnya anak jalanan menurut Saparinah (1977:86) dapat dibedakan menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor intern terdiri dari; sifat malas, tidak mau bekerja, mental yang tidak kuat, cacat fisik, dan cacat psikis. Sedangkan faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar diantaranya: 1. Faktor ekonomi, kurangnya lapangan pekerjaan. Kemiskinan merupakan faktor penyebab utama terlantarnya anak-anak akibat rendahnya pendapatan perkapita dan tidak tercukupnya kebutuhan hidup, ini akan menambah pengangguran dalam masyarakat yang menuntut anak-anak untuk ikut bekerja dalam mencari nafkah bagi keluarga. 2. Faktor geografis daerah asal tandus sehingga tidak memungkinkan pengolahan tanahnya dan ini mengakibatkan transmigrasi. 3. Faktor sosial, urbanisasi yang semakin meningkat dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam usaha kesejahteraan sosial. 4. Faktor pendidikan, relatif rendahnya pendidikan yang menyebabkan kurangnya bekal hidup karena pengetahuan yang dimiliki. 5. Faktor psikologis, perpecahan atau keretakan keutuhan persaudaraan dalam keluarga.

5 6. Faktor kultural, pasrah kepada nasib dan adat istiadat yang merupakan hambatan dan rintangan mental. 7. Faktor lingkungan, khususnya bagi gelandangan yang sudah berkeluarga atau mempunyai anak secara tidak langsung sudah nampak adanya pembibitan gelandangan. 8. Faktor agama, kurangnya dasar agama, sehingga menyebabkan tipisnya iman yang membuat mereka tidaj tahan menghadapi cobaan dan tidak mau berusaha. Jumlah anak jalanan di Kota Bandar Lampung, data terakhir sampai dengan tahun 2013, terdata sebanyak 100 anak jalanan, 201 anak balita terlantar, 535 anak terlantar, 25 gelandangan, dan 83 pengemis. Data tersebut merupakan data terakhir Pemerintah Kota Bandar Lampung sampai dengan tahun 2012 (Dinas Sosial Kota Bandar Lampung 2012). Tabel 1 Data Jumlah anak Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Kota Bandar Lampung Tahun 2013 No Kabupaten/ Kota Anak Jalanan Anak Balita Terlantar Anak Terlantar Gelandangan Pengemis 1. Bandar Lampung 100 201 535 25 83 2. Metro 113 310 599 7 5 3. Lampung Selatan 358 368 4.855 26 83 4. Lampung Tengah 134 621 9.947 51 46 5. Lampung Timur 21 513 3.028 19 23 6. Lampung Utara 128 1.090 2.480 29 23 7. Lampung Barat 6 597 1.328 17 9 8. Tanggamus 185 197 2.179 30 39 9. Tulang Bawang 548 940 10.595 51 32 10. Way Kanan - 523 12.808 - - 11. Pesawaran 119 142 4.710 2 18 12. Pringsewu 121 148 669 9 29 Jumlah 1.833 5.650 53.733 266 390 Sumber: Data Penyandang Masalah Sosial (PMKS) dan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PKS) Kota Bandar Lampung 2013. Ket : Data telah diolah oleh penulis guna mendapatkan kesesuaian dengan tema penelitian.

6 Hal yang sangat memperihatinkan di suatu negara yang berlandaskan Pancasila dengan salah satu butirnya adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebagai landasan hukum lainnya adalah UUD 1945 pasal 34 yang berbunyi: Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara. Akan tetapi landasan yang begitu mendasar, ternyata belum dapat berbuat banyak untuk mengatasi permasalahan anak jalanan ini. Hal yang sangat penting dalam permasalahan ini adalah bagaimana implementasi kedua dasar tersebut di lapangan. Dari sisi sosial masyarakatpun, tidak sedikit lembaga yang turut mengangkat permasalahan ini untuk diatasi. Adapun hambatan yang dihadapi Dinas Sosial Kota Bandar Lampung diantaranya; Dinas Sosial Kota Bandar Lampung tidak mempunyai panti terpadu, selama ini Dinas Sosial menjalin kerjasama dengan Yayasan Bina Laras dalam memberikan pembinaan kepada anak jalanan; anggaran yang diberikan kepada Dinas Sosial Kota Bandar Lampung dalam penyelasaian masalah anak jalanan dapat dikatakan kurang memenuhi target yang ingin dicapai; dan anak jalanan yang berpindah-pindah dari satu kota kekota lain. Pola pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Bandar Lampung selama ini mengacu pada Perda No. 3 Tahun 2010 tentang Pembinaan Anak Jalanan, Gelandangan, dan Pengemis namun masih pada tahap pembinaan. Tahap pembinaan yang dimaksud dalam hal ini adalah pemberian peringatan kepada anak jalanan dan orang tuanya berupa surat peringatan. Anak jalanan yang berasal dari Kota Bandar Lampung akan dikembalikan kepada orang

7 tuanya dengan menyertai surat pernyataan, sedangkan anak jalanan yang berasal dari luar Kota Bandar Lampung akan diberikan rehabilitasi panti di Yayasan Bina Laras berdasarkan MOU yang telah disepakati bersama. Peran Dinas Sosial dalam menanggulangi anak jalanan di Kota Bandar Lampung adalah menjalankan Perda No. 3 Tahun 2010 serta sebagai monitoring. Menjalankan Perda yang dimaksud adalah dengan mengadakan penjaringan (razia) terhadap anak jalanan dan apabila anak jalanan tersebut sudah mendapatkan bantuan maka bantuan tersebut akan dicabut. Monitoring dilakukan dengan patroli di tempat umum yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Bandar Lampung. Permasalahan anak jalanan merupakan masalah pemerintah daerah yang kewenangannya terdapat pada Dinas Sosial Kota Bandar lampung. Dikutip dari buku Otonomi Daerah oleh Yudhoyono Bambang (2003:19) yang menyatakan bahwa melalui pelimpahan wewenang pemerintah pada tingkat bawah diberi kesepakatan untuk mengambil inisiatif dan mengembangkan kreativitas, mencari solusi terbaik atas setiap permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas sehari-hari. Menurut Sembiring yang dikutip dalam bukunya Budaya dan Kinerja Organisasi (2012:3) mengatakan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan

8 kata lain disini Dinas Sosial memiliki wewenang dalam mengatasi permasalahan sosial di Kota Bandar Lampung. Lebih lanjut Pemerintah Daerah juga telah menetapkan Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2010 tentang Pembinaan Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis. Hal tersebut menunjukan keseriusan pemerintah daerah untuk mengatasi anak jalanan dan sejauh mana pemerintah dapat memberikan pembinaan terhadap anak yang bermasalah sebagai bagian dari masyarakat. Pembinaan yang dimaksudkan adalah segala upaya atau kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan/atau masyarakat untuk mengatasi masalah anak jalanan, gelandangan, pengemis, dan keluarganya supaya dapat hidup dan mencari nafkah dengan tetap mengutamakan hak-hak dasar bagi kemanusiaan. Pembinaan terhadap anak jalanan, pemerintah maupun pihak swasta harus benar-benar mampu memilih prioritas yang tepat. Hal ini penting karena anak jalanan cenderung memiliki kekurangan daripada masyarakat secara luas. Dilain pihak mereka adalah anak bangsa yang pasti akan ikut mengisi kehidupan bernegara seperti anak-anak yang lain. Begitupun dengan fenomena anak jalanan di Kota Bandar Lampung, anak jalanan telah menjadi hal yang mendapatkan perhatian khusus bagi pemerintah. Pemerintah bahkan telah mengadakan penjagaan khusus yang melibatkan Polisi Pamong Praja dan Dinas Sosial Kota Bandar Lampung di lokasi-lokasi tempat mangkal anak jalanan. Langkah pemerintah Kota ini tidak serta merta diadakkan tetapi menyikapi banyaknya masalah akibat ulah anak jalanan ini, mengganggu

9 ketertiban umum adalah kesalahan terbesar yang dilakukan (Radar Lampung edisi 5 Februari 2006 dalam skripsi Ahmad Irwan). Berdasarkan uraian diatas hubungan penelitian penulis dengan kajian Ilmu Pemerintahan adalah mengenai manajemen pemerintahan yaitu dalam fungsi pelayanan pemerintah terhadap masyarakat yang mengalami masalah sosial di Kota Bandar Lampung dan penulis tertarik untuk mengkaji tentang Pola Pembinaan Dinas Sosial Dalam Menaggulangi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan tersebut maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut Bagaimanakah pola pembinaan Dinas Sosial dalam menanggulangi anak jalanan di Kota Bandar Lampung? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Sosial dalam upaya menagulangi anak jalanan di Kota Bandar Lampung.

10 D. Manfaat Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang menejemen pemerintah khususnya dalam kajian tentang pola pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Sosial untuk mengatasi anak jalanan. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi Dinas Sosial Kota Bandar Lampung dalam melakukan pembinaan terhadap anak jalanan, dam sebagai pelengkap bagi proses penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kajian penelitian ini.