BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewi Melati, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan orang lain, baik itu keluarga, sekolah, maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan oleh seluruh mahasiswa baru di perguruan tinggi. Rata-rata usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa dewasa awal adalah suatu masa dimana individu telah

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial, individu di dalam menjalin hubungan dengan individu lain perlu

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja lainnya yang menyebabkan terhambatnya kreatifitas siswa.

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Sita Aulia Rosya, 2014

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI SISWA KELAS VIII SMPN 1 PRAMBON KABUPATEN NGANJUK TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keberadaan orang lain dalam hidupnya. Dorongan atau motif sosial pada manusia,

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, keluarga, masyarakat dan Negara. khususnya bagi masyarakat Indonesia. Kualitas pendidikan di Indonesia saat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN. hingga masa awal dewasa, dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual.

BAB III METODE PENELITIAN. dan Effendi (1995) penelitian eksplanatory yaitu tipe penelitian untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk pertama kalinya belajar berinteraksi atau melakukan kontak sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perbaikan perilaku emosional. Kematangan emosi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar tahun dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa perpindahan dari anak-anak ke remaja

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PACE KABUPATEN NGANJUK TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PENGEDALIAN PERILAKU AGRESIF PESERTA DIDIK KELAS X SMK PGRI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional dengan pendekatan ex post facto dan survey. Metode asosiatif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB III METODE PENELITIAN

Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI

JURNAL RELATIONSHIP BETWEEN SOCIAL INTERACTION WITH INDEPENDENCE PEERS TEENS ON STUDENTS CLASS X IN SMK MUHAMMADIYAH 2 KEDIRI LESSON YEAR 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai

HUBUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN KENAKALAN REMAJA DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang harus dilalui yang dimulai sejak lahir sampai meninggal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peristiwa merosotnya moral di kalangan remaja, akhir-akhir ini

HUBUNGAN ANTARA GEGAR BUDAYA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA BERSUKU MINANG DI UNIVERSITAS DIPONEGORO

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

HUBUNGAN KECERDASAN INTERPERSONAL DENGAN KONSEP DIRI SISWA KELAS XI SMA ADHYAKSA I JAMBI TAHUN AJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekolah, mengontrol diri dan bertanggungjawab serta berperilaku sesuai dengan

Titis Fitri Putri Astuti ( ) Pembimbing : Dra. Sri Hartini, M.Pd. Prodi BK FKIP UNISRI ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan

//HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP IKLIM SEKOLAH DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA SMP. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. untuk pembentukan konsep diri anak menurut (Burns, 1993). bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA. NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ahli psikologi. Karena permasalahan remaja merupakan masalah yang harus di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Siswa SMA pada umumnya berusia 16 sampai 19 tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA KELAS XI DI SMK MUHAMMADIYAH 4 KECAMATAN LAMONGAN KABUPATEN LAMONGAN. Ida Safitri * Sulistiyowati **

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

PROFIL PERMASALAHAN SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI DI KOTA BOGOR. Weni Nur Wendari 1 Aip Badrujaman 2 Atiek Sismiati S.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

Perkembangan Sepanjang Hayat

JURNAL PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 MOJO KABUPATEN KEDIRI TAHUN AJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. Pencarian identitas merupakan isu yang paling sentral dalam masa remaja.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi dalam hidupnya. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, manusia harus dapat melakukan penyesuaian terhadap lingkungan di sekitarnya. Menurut Gerungan (2004) penyesuaian diri merupakan kebutuhan untuk bertahan hidup. Penyesuaian diri dalam istilah psikologi disebut dengan adjustment. Menurut Schneiders (1964) terdapat dua bentuk penyesuaian diri yaitu penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial (social adjustment). Penyesuaian pribadi merupakan penyusunan kembali sikap dan tingkah laku individu untuk berespon secara adekuat terhadap keadaan dirinya sendiri yang meliputi keadaan fisik, mental dan emosional. Sedangkan penyesuaian sosial (social adjustment) merupakan kapasitas untuk bereaksi secara efektif terhadap kenyataan yang ada di lingkungannya, sehingga seseorang mampu untuk memenuhi tuntutan sosial dengan cara yang dapat diterima dan memuaskan bagi dirinya maupun lingkungannya (Schneiders, 1964). Proses penyesuaian diri pada manusia tidaklah mudah, karena didalam kehidupan manusia dihadapkan pada pola-pola kehidupan baru dan harapan sosial yang baru (Hurlock, 1980). Ketidakmampuan dalam melakukan penyesuaian menimbulkan sikap yang tidak realistis, tidak relevan, dan tidak logis. Dalam konsep pergaulan sosial, sikap ini disebut sebagai maladjustment (Dewi, 2010). 1

Maladjustment atau penyesuaian yang menyimpang cenderung sering dilakukan oleh kalangan remaja (Dewi, 2010). Erikson (Santrock, 2003) mengungkapkan bahwa pada masa ini individu berada pada tahap identitas versus kebingungan identitas (identity versus identity confusion). Pada masa ini remaja mengalami kebingungan dalam perannya di masyarakat. Remaja dituntut untuk dapat menentukan sikap pilihannya dan kemampuannya dalam menyesuaikan diri terhadap tuntutan lingkungannya agar partisipasinya selalu relevan dalam kegiatan masyarakat (Setianingsih dkk, 2006). Menurut Willis (2005), jika terjadi terus menerus konflik pada diri anak remaja yakni antara keinginannya dengan tuntutan masyarakat, maka akan timbul tingkah laku maladjustment yang menimbulkan tingkah laku negatif. Perilaku yang tidak sesuai ini didorong oleh keinginan mencari jalan pintas dalam menyelesaikan sesuatu tanpa mendefinisikan secara cermat akibatnya (Setianingsih dkk, 2006). Penyesuaian menyimpang (maladjustment) tersebut hampir setiap hari kita temukan beberapa diantaranya adalah kasus kenakalan pada remaja seperti penggunaan narkoba, seks bebas di lingkungan pelajar, dan tawuran antar pelajar yang sudah mencapai ambang yang sangat memprihatinkan. Berdasarkan hasil survey Badan Narkotika Nasional (BNN) menyebutkan jumlah pengguna narkoba di lingkungan pelajar pada tahun 2011 mencapai 4,7% (wartapedia.com). Hartinah (2008) menyatakan bahwa berdasarkan hasil angket, sekitar 20 sampai 30% pelajar di kota-kota besar mengaku pernah melakukan hubungan seksual. Sedangkan dalam hal tawuran antar pelajar, data dari Pusat Pengendalian Gangguan Sosial DKI Jakarta pada tahun 2009 menunjukkan bahwa pelajar SD, 2

SMP, dan SMA yang terlibat tawuran mencapai angka 1.318 siswa dari total 1.647.835 siswa di DKI Jakarta. Bahkan, 26 siswa diantaranya meninggal dunia (beritajakarta.com). Adapun bentuk-bentuk maladjustment pada pelajar yang sering ditemukan khususnya di lingkungan sekolah yaitu pelanggaran peraturan sekolah seperti merokok di lingkungan sekolah, siswa yang bolos, perkelahian antar teman dan lain sebagainya (Dewi, 2010). Demikian juga di SMK Sukamandi Kabupaten Subang, berdasarkan hasil observasi di sekolah yang siswanya berjumlah kurang lebih 850 orang ditemukan beberapa penyesuaian menyimpang yang dilakukan siswa yaitu berbicara kurang sopan, bicara kasar terhadap teman dan guru, nongkrong di tepi jalan pada saat jam sekolah, merokok di lingkungan sekolah, perselisihan dan perkelahian antar teman. Kondisi tersebut sangat memprihatinkan karena remaja sebagai harapan bangsa serta pemimpin dimasa depan sangat diharapkan dapat mencapai perkembangan sosial yang matang, dalam arti dia memiliki penyesuaian sosial (social adjustment) yang tepat (Yusuf, 2010). Tugas perkembangan utama remaja sebagai seorang peserta didik adalah belajar dan mencari tahu banyak hal (Hartinah, 2008). Belajar merupakan proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman (Ahmadi dan Widodo, 2004). Belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya penilaian atau yang disebut prestasi belajar (Ahmadi dan Widodo, 2004). Setiap siswa diharapkan dapat mencapai prestasi belajar yang memuaskan 3

namun pada kenyataannya banyak siswa yang memiliki prestasi belajar yang tidak memuaskan atau rendah (Safura, 2006). Rendahnya prestasi belajar yang terjadi pada siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya ada faktor internal dan eksternal (Tu u, 2004). Faktor internal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu penyesuaian diri (Ahmadi dan Widodo, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Chen, dkk (1992) pada siswa Sekolah Dasar di Shanghai Cina menunjukkan hubungan yang signifikan antara prestasi akademik dengan penyesuaian sosial. Oleh karena itu dapat diartikan kemampuaan penyesuaian siswa yang rendah akan diikuti dengan prestasi belajarnya yang rendah juga, demikian sebaliknya. Penyesuaian sosial sangat diperlukan oleh semua orang khususnya remaja dalam hal ini siswa, karena menurut Hurlock (1980), pada usia ini remaja banyak mengalami kegoncangan dan perubahan dalam diri. Kegagalan siswa dalam melakukan penyesuaian sosial mengakibatkan pola perilaku yang tidak matang, sehingga sulit diterima oleh lingkungan teman sebaya (Willis, 2005). Dimana hal tersebut akan mengakibatkan siswa memiliki perasaan terisolir, rendah diri, tidak percaya diri, yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Hal tersebut dikuatkan oleh pendapat dari Schneiders (1964), yang mengatakan bahwa:...seorang siswa (pelajar) yang mengalami kegagalan dalam mencapai kepuasan dalam penyesuaian sosial akan mengalami kesulitan di sekolah. Ketidakmampuan penyesuaian diri dalam area ini menyebabkan banyak gejolak emosi, juga konflik dan frustasi. Kemampuan penyesuaian sosial dapat mempengaruhi konsentrasi, upaya intelektual, kebiasaan dan kesungguhan dalam belajar. Sehingga semakin tinggi kemampuan penyesuaian sosial siswa akan semakin membuka kesempatan siswa tersebut untuk dapat berprestasi. 4

Penelitian ini berangkat dari fenomena penyesuaian sosial di sekolah siswa SMK Sukamandi Kabupaten Subang yang cenderung ke arah maladjustment. Fenomena tersebut sudah terjadi selama beberapa tahun kebelakang bahkan sampai sekarang masih terjadi pada siswa. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SMK Sukamandi Kabupaten Subang pada tanggal 28 November 2010, diketahui terdapat siswa SMK Sukamandi Kabupaten Subang mengindikasikan adanya ketidakmampuan siswa dalam melakukan penyesuaian sosial di sekolah, diantaranya yaitu terdapat siswa yang datang terlambat datang ke sekolah, berbicara kurang sopan dan kasar terhadap teman dan guru, nongkrong di tepi jalan pada saat jam sekolah, merokok di lingkungan sekolah, tidak menggunakan seragam lengkap dan lain sebagainya. Hasil wawancara di sekolah dengan guru BK SMK Sukamandi Kabupaten Subang pada tanggal 14 Februari 2011, didapatkan informasi bahwa siswa yang mengalami kesulitan menyesuaikan diri di lingkungan sekolahnya, cenderung memiliki data prestasi belajar yang rendah pula begitupun sebaliknya. Hal tersebut sesuai dengan wawancara pada kepala sekolah SMK Sukamandi Kabupaten Subang yang dilakukan pada tempat dan waktu yang sama, yang mengatakan bahwa siswa yang memiliki prestasi belajar yang rendah yaitu siswasiswi yang sering memiliki masalah penyesuaian sosial di sekolah. Data tersebut belum teruji secara empiris. Untuk itu penelitian bertujuan untuk menguji apakah terdapat hubungan antara penyesuaian sosial dengan prestasi belajar. Oleh karena itu, fokus penelitian ini yaitu hubungan antara 5

penyesuaian sosial (social adjustment) di sekolah dengan prestasi belajar pada siswa kelas XI SMK Sukamandi Kabupaten Subang tahun ajaran 2010/2011. 1.2 Rumusan Masalah Proses penyesuaian diri pada manusia tidaklah mudah. Ketidakmampuan seseorang dalam melakukan penyesuaian akan menimbulkan maladjustment, yang cenderung dilakukan oleh kalangan remaja. Adjustment terhadap diri sendiri dan sosial juga mempunyai peranan yang cukup berarti bagi tercapainya prestasi akademis para siswa. Untuk lebih memfokuskan penelitian, maka permasalahan tersebut dirumuskan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah gambaran umum penyesuaian sosial (social adjustment) di sekolah pada kelas XI SMK Sukamandi Kabupaten Subang tahun ajaran 2010/2011? 2. Bagaimanakah gambaran umum prestasi belajar pada kelas XI SMK Sukamandi Kabupaten Subang tahun ajaran 2010/2011? 3. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara penyesuaian sosial (social adjustment) di sekolah dengan prestasi belajar siswa kelas XI SMK Sukamandi Kabupaten Subang tahun ajaran 2010/2011? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan penyesuaian sosial di lingkungan sekolah terhadap prestasi belajar (siswa kelas XI SMK Sukamandi Kabupaten Subang tahun ajaran 2010/2011). Adapun tujuan khusus dari penelitian ini, antara lain: 6

1. Mengetahui gambaran umum tentang penyesuaian sosial (social adjustment) di sekolah pada siswa kelas XI SMK Sukamandi Kabupaten Subang tahun ajaran 2010/2011. 2. Mengetahui gambaran umum prestasi belajar pada siswa kelas XI SMK Sukamandi Kabupaten Subang tahun ajaran 2010/2011. 3. Mengetahui apakah terdapat hubungan antara penyesuaian sosial (social adjustment) di sekolah dengan prestasi belajar pada siswa kelas XI SMK Sukamandi Kabupaten Subang tahun ajaran 2010/2011. 1.4 Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Penelitian Teoritis Bagi ilmu pengetahuan khususnya bidang psikologi sosial dan psikologi pendidikan, hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi ilmiah, sumbangan wacana pemikiran dan informasi serta menambah wawasan pengetahuan psikologi khususnya hubungan antara penyesuaian sosial di sekolah dengan prestasi belajar. 2. Kegunaan Penelitian Praktis Studi penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat dalam perspektif tujuan-tujuan khusus sebagai berikut. a. Bagi guru, orangtua, dan pihak lainnya, hasil kajian penelitian ini diharapkan lebih mengenal dan memahami faktor-faktor mengenai perkembangan sosial siswa khsusunya dalam penyesuaian sosial dan lebih mengetahui strategi belajar yang efektif sebagai upaya untuk membantu meningkatkan prestasi belajar siswa. 7

b. Bagi sekolah, dapat memberikan masukan dan bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan sekolah dengan menciptakan iklim kondusif, sehingga akan mampu mengupayakan perkembangan siswa secara optimal baik dari segi akademis, fisik, psikis maupun perkembangan sosialnya. c. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan masukan untuk mengembangkan penelitian lebih intensif mengenai perilaku sosial dan kontribusinya terhadap prestasi belajar siswa. 1.5 Asumsi Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan atas beberapa asumsi dasar yaitu: 1. Manusia dituntut untuk melakukan penyesuaian diri, khususnya remaja yang menjadi bunga harapan bangsa dan pemimpin di masa yang akan datang diharapakan memiliki penyesuaian sosial yang tepat (Yusuf, 2010). 2. Penyesuaian sosial merupakan tugas perkembangan yang paling sulit dilakukan oleh remaja (Hurlock, 1980), karena masa remaja merupakan masa pencarian jati diri dan mengalami kebingungan dalam perannya di masyarakat (Desmita, 2005). 3. Remaja adalah masa yang penting dalam hal prestasi (Henderson & Dweck dalam Santrock, 2003). Tugas remaja sebagai siswa yaitu belajar dan memperoleh prestasi belajar yang memuaskan (Hartinah, 2008). 4. Kemampuan penyesuaian sosial siswa akan berpengaruh terhadap konsentrasi, upaya intelektual, dan kesungguhan belajarnya sehingga membuka kesempatan siswa untuk berprestasi (Schneiders, 1964). 8

5. Tekanan sosial dan akademik memaksa remaja untuk berprestasi dalam cara-cara yang baru. Sanggup tidaknya remaja beradaptasi secara efektif pada tekanan akademik dan sosial yang baru ini (Santrock, 2003). Sehingga semakin remaja dapat beradaptasi atau memiliki kemampuan penyesuaian sosial yang baik, maka akan semakin membuka kesempatan remaja tersebut untuk dapat berprestasi khususnya prestasi dalam akademik (Schneiders, 1964). 1.6 Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian yang diajukan adalah: 1. H 0 : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penyesuaian sosial (social adjustment) di sekolah dengan prestasi belajar pada siswa kelas XI SMK Sukamandi Kabupaten Subang tahun ajaran 2010/2011. H 0 : ρ = 0 2. H a : Terdapat hubungan yang signifikan antara penyesuaian sosial (social adjustment) di sekolah dengan prestasi belajar pada siswa kelas XI SMK Sukamandi Kabupaten Subang tahun ajaran 2010/2011. H a : ρ 0 Hipotesis Penelitian tersebut akan diuji dengan menggunakan α = 0,05 1.7 Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukannya pencatatan data hasil penelitian secara nyata dalam bentuk angka sehingga memudahkan proses analisis dan penafsirannya dengan menggunakan perhitungan-perhitungan statistik (Sugiyono, 2008). 9

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional. Menurut Nazir (2003:54) metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Teknik statistik korelasional digunakan untuk menguraikan dan mengukur ada tidaknya hubungan dan apabila ada, seberapa besar hubungan antara variabel penyesuaian sosial dengan variabel prestasi belajar (Arikunto, 2006). Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh data mengenai hubungan antara penyesuaian sosial (social adjustment) di sekolah dengan prestasi belajar pada siswa kelas XI SMK Sukamandi Kabupaten Subang tahun ajaran 2010/2011. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan alat ukur yang berupa kuesioner dan dokumen raport. Selanjutnya data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan analisis Korelasi Pearson Product Moment. Cara penghitungan menggunakan bantuan program SPSS Versi 17.00. 1.8 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK Sukamandi Kabupaten Subang tahun ajaran 2010/2011 yang seluruhnya berjumlah 305 siswa. Sedangkan sampel yang digunakan sebanyak 80 dari jumlah siswa dari siswa kelas XI SMK Sukamandi Kabupaten Subang tahun ajaran 2010/2011. Teknik sampling yang digunakan yaitu proporsional area random sampling (cluster sampling) yaitu pengambilan sampel dengan cara mengambil wakil dari setiap area atau wilayah yang ada (Riduwan, 2008). 10