BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

dokumen-dokumen yang mirip
maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. membangun sistem pemberian pelayanan yang efektif, termasuk kualitas pelayanan.

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN ADAPTASI PADA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan di Rumah sakit yang diberikan kepada pasien

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan yang lambat proses pelayananya. kepada pelanggan maka semakin besar pula waktu kerja yang harus disediakan

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN STRES KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. personil guna memudahkan pencapaian beberapa tujuan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat. keperawatan sebagai tuntunan utama. Peran perawat professional dalam

BAB I PENDAHULUAN. adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu rumah sakit sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus, tulus, ikhlas, peduli dengan masalah pasien yang di hadapi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2013), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyaknya jumlah rumah sakit pada saat ini dapat menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dan gawat darurat (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi stres kerja yang dihadapinya. Berdasarkan hasil penelitian yang

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut

BAB I PENDAHULUAN. menganggap dokumentasi sebagai bagian yang penting dari praktek. mencerminkan perubahan pada praktek keperawatan.

BAB I PENDAHULUAN. dan gawat darurat (Undang - Undang No 44 tahun 2009). Rumah sakit didirikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 340/MENKES/PER/III/2010, Rumah sakit adalah institusi pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu.

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan. Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bentuk pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. atau manajemen untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan perawatan pasien yaitu penanganan emergency, tidak. Penanganan pada pelayanan tersebut dilaksanakan oleh petugas

BAB I PENDAHULUAN. advokat klien, edukator, koordinator, kolaborator, peneliti/pembaharu

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi yang luas sehingga harus memiliki sumberdaya, baik modal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat banyak, maka peranan pemerintah dalam pelayanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan upaya pelayanan kesehatan dasar atau kesehatan rujukan dan atau

BAB I PENDAHULUAN. kesembuhan dan pemulihan status kesehatan. Bersama dengan itu klien sekarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini telah menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Sakit. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan bertujuan agar setiap penduduk mampu

BAB I PENDAHULUAN. penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan

PERBEDAAN TIME MOTION STUDY ANTARA RUANG AL-KAUTSAR DAN AL-FAJR PADA PASIEN MODERAT CARE DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang mengharuskan mereka dirawat di rumah sakit (Pieter, 2011). Berdasarkan survei dari Word Health Organization (WHO) pada tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan dengan fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Nursalam, Manajemen Keperawatan, Ed 3, Salemba Medika, Jakarta, Hal : 295

BAB I PENDAHULUAN. harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia (Potter & Perry, 2009). American Nurses Association

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menyebabkan stres kerja pada perawat antara lain pola dan beban kerja,

BAB I PENDAHULUAN. (Sumber: diakses pada 25/04/2014 pukul WIB)

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan


BAB I PENDAHULUAN. tidak dilepaskan dari kebijaksanaan pembangunan kesehatan. (1) pelayanan yang diberikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan maupun

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PERILAKU PERAWAT

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya. Keluarga berfungsi tinggi untuk membantu dalam menjaga

BAB I PENDAHULUAN. cukup menarik bagi investor. Meningkatnya pendidikan dan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Darurat (IGD) rumah sakit mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan

2 Sumber daya manusia medis dan non medis merupakan kunci keberhasilan rumah sakit, karena rumah sakit adalah suatu bentuk organisasi yang berfungsi s

BAB I PENDAHULUAN. yang paling dominan adalah sumber daya manusia (DepKes RI 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut permenkes no. 147 (2010), Rumah Sakit adalah institusi

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks. Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan jasa yang sama secara berulang dan membuat komitmen untuk. merekomendasikannya secara positif kepada orang terdekatnya.

dasar yang paling penting dalam prinsip manajemen mutu (Hidayat dkk, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang sehat, kualitas pelayanan kesehatan dan jumlah pasien yang datang untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yaitu bertekad untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan pada anak telah mengalami pergeseran dan kemajuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini Puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah

BAB I. Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

INTISARI. Kata Kunci : Kondisi Kerja, Beban Kerja, Tingkat Stres perawat.

BAB I PENDAHULUAN. Caring merupakan unsur sentral dalam keperawatan. Menurut Potter & Perry (2005),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap

ANALISIS EFISIENSI PELAYANAN RAWAT INAP BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON PADA BANGSAL KELAS III DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI PERIODE TRIWULAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dalam menangani pasien dengan berbagai macam tingkat. kegawatdaruratan (Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang profit maupun yang non profit, mempunyai tujuan yang ingin dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN. penting guna menunjang aktifitas sehari-hari. Demi terpenuhinya. kesehatan. Undang Undang Nomor 44 tahun 2009 mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya ditandai dengan adanya mutu pelayanan prima rumah. factor.adapun factor yang apling dominan adalah sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan. Tanpa perawat, kondisi pasien akan terabaikan. dengan pasien yang dimana pelayanan keperawatan berlangsung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dalam bidang keperawatan. Upaya ini dilakukan agar dapat menarik lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi dasar suatu rumah sakit adalah pemulihan kesehatan anggota

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan, dan pengawasan (Suarli dan Bahtiar, 2009). untuk mencapai tujuan organisasi (Hasibuan, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. jaringannya (DinKes Jawa Timur, 2013). Instalasi Gawat Darurat sebagai gerbang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit disamping penyembuhan dan pemulihan. segenap lapisan masyrakat. Sasaran dari program tersebut yakni tersedianya

BAB I PENDAHULUAN. upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas pelayanan yang baik bagi pasiennya. Keberhasilan suatu rumah sakit ditandai dengan adanya peningkatan kualitas pelayanan rumah sakit. Menurut Udang- Undang Nomer 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, menyediakan pelayanan gawat darurat, rawat intensif, rawat jalan dan rawat inap. Instalasi Rawat Inap merupakan salah satu bagian pelayanan yang memegang peranan penting dalam pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan di instalasi rawat inap merupakan pelayanan yang sangat kompleks dan memberikan kontribusi yang paling besar bagi kesembuhan dan keselamatan pasien rawat inap. Pelayanan rawat inap di pengaruhi oleh beberapa faktor, faktor yang dominan yaitu sumber daya manusia (DepKes RI, 2002). Sumber daya manusia yang terlibat langsung dalam pemberian pelayanan rawat pasien adalah dokter, perawat, bidan, serta tenaga kesehatan lainnya. Diantara tenaga kesehatan tersebut, keberadaan perawat menempati urutan terbanyak karena perawat bertugas selama 24 jam merawat pasien serta jumlah perawat yang mendominasi tenaga kesehatan di rumah sakit. Dalam hal ini,

perawat memiliki kontribusi yang besar dalam upaya pelayanan kesehatan yang optimal (DepKes RI, 2002). Nursalam (2013), menyatakan perawat merupakan salah satu profesi yang mempunyai tanggung jawab besar dan dituntut bekerja secara professional dalam memberikan pelayanan terhadap pasien. Peran perawat sangat penting dalam pelayanan rumah sakit, sehingga perawat di tuntut untuk bisa maksimal dalam pemberian pelayanan kesehatan supaya kepuasan pasien dan keluarga pasien dapat dicapai. Di sisi lain, keadaan psikologis perawat sendiri juga harus tetap terjaga. Kondisi seperti inilah yang dapat menimbulkan beban kerja pada perawat. Beban kerja merupakan frekuensi rata-rata dari masing-masing pekerjaan dalam waktu tertentu (Irwandi, 2007). Beban kerja perawat ditinjau dari total care dirumah sakit mengacu pada teori kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan oleh Henderson, yang terdiri atas 14 kebutuhan dasar manusia yaitu: memenuhi kebutuhan oksigen, memenuhi kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit, memenuhi kebutuhan eliminasi, memenuhi kebutuhan keamanan, memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik, memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur, memenuhi kebutuhan gerak dan kegiatan jasmani, memenuhi kebutuhan spiritual, memenuhi kebutuhan emosional, memenuhi kebutuhan komunikasi, mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis, memenuhi kebutuhan pengobatan dan membentuk proses penyumbatan, memenuhi kebutuhan pendidikan kesehatan/penyuluhan, memenuhi kebutuhan rehabilitasi (Nursalam, 2013).

Martini (2007), menyatakan beban kerja merupakan sekumpulan kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. Beban kerja perawat meliputi beban kerja mental dan beban kerja fisik. Beban kerja mental diantaranya mempersiapkan mental rohani pasien dan keluarga pasien, bertangguang jawab dalam melakukan ketrampilan khusus dalam merawat pasien serta harus selalu berkomunikasi dengan pasien dan keluarga pasien. Adapun beban kerja fisik meliputi memandikan pasien, mengangkat pasien, mendorong peralatan kesehatan dan mendorong brankar pasien. Beban kerja yang dilakukan secara terus menerus mengakibatkan penurunan kinerja perawat. Kinerja perawat tidak dilihat dari keterampilannya saja, tetapi banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerjanya, karena tugas pokok perawat mengharuskan perawat bertugas penuh dalam perawatan total care. Menurut Faizin dan Winarsih (2008) menyatakan bahwa kinerja perawat sebenarnya sama dengan prestasi kerja di suatu perusahaan. Kinerja perawat yang baik dan cakap akan membuat pelayanan semakin meningkat. Kepercayaan pasien dan keluarga pasien akan tumbuh bersaman dengan kinerja perawat yang semakin cakap dalam pemberian palayanan kesehatan. Adapun apabila kinerja buruk maka akan menyebabkan penurunan pelayanan. Dari hasil penelitian yang dilakukan Widodo dan Pratiwi (2008), diperoleh bahwa tidak ada hubungan antara beban kerja dengan waktu tanggap perawat di Instalasi Gawat Darurat RSU Pandan Arang Boyolali, namun secara deskriptif

terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut yakni semakin ringan beban kerja, semakin cepat waktu tanggap perawat, dan semakin berat beban kerja, semakin lambat waktu tanggap perawat gawat darurat. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. R. Goeteng Taroenadibrata merupakan salah satu Rumah Sakit negeri di Kabupaten Purbalingga. Terdapat beberapa ruang rawat inap diantaranya ruang Anggrek, Bougenvil, Cempaka, Dahlia, Flamboyan, Gardena, Kenanga, Lavender, Menur, dan lain-lain. Hasil survey data ruang rawat inap kelas III bulan September sampai Nopember 2015 didapatkan Bed Occupancy Rate (BOR) ruang Dahlia pada bulan September 64,49%, Oktober 67,62%, Nopember 69,17%. Kenanga pada bulan September 91,43%, Oktober 94,32%, Nopember 80,32%. Dan Lavender pada bulan September sebesar 84,44%, Oktober 90,73%, Nopember 72,63%. Jumlah pasien masuk di ruang Dahlia pada bulan September 542, Oktober 545, Nopember 581. Kenanga pada bulan September 576, Oktober 614, Nopember 506 pasien. Dan Lavender pada bulan September 604, Oktober 675, Nopember 523 pasien. Jumlah tenaga perawat yang bertugas di masing-masing ruangan yaitu Dahlia terdapat 17 orang yang bertugas pada sift pagi 6 orang, dan 3 orang pada sift siang dan malam dengan jumlah kapasitas tempat tidur 28. Kenanga terdapat 12 orang yang bertugas pada sift pagi 6 orang, 2 orang pada sift siang dan malam, dengan kapasitas tempat tidur 21. Lavender terdapat 14 orang yang bertugas pada sift pagi 6 orang, dan 3 orang pada sift siang dan malam dengan kapasitas tempat tidur 24. Dan Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada beberapa

orang perawat mengatakan beban kerja tinggi hal ini disebabkan karena pada shift sore dan shift malam hari setiap perawat bertanggung jawab terhadap 8-11 pasien sehingga tanggung jawab kerja semakin berat. Jumlah kunjungan tersebut tidak sebanding dengan jumlah perawat yang bertugas. Seluruh karyawan memiliki tugas masing-masing yang sudah ditentukan oleh pihak manajemen rumah sakit, tetapi implementasinya belum dilaksanakan secara maksimal. Ini dibuktikan dengan masih adanya komplain ketidakpuasan dari pasien dan keluarga pasien terkait pelayanan yang diberikan terutama di ruang rawat inap kelas III. Pasien dan keluarga pasien mengatakan merasa kecewa dan kurang puas dengan pelayanan yang diberikan oleh beberapa perawat misalnya perawat dalam pemberian informasi yang kurang jelas dan tidak mudah dimengerti, perawat kurang cepat dan tanggap dalam memberikan pelayanan kepada pasien, dan perawat terbelit-belit dalam prosedur pelayanan. Evaluasi yang dilakukan belum berlangsung secara rutin dan berkala juga menjadi kendala untuk mengukur tingkat implementasi kinerja perawat, karena evaluasi selama ini hanya sebatas sesuai kebutuhan manajemen. Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Beban kerja dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Purbalingga.

B. Rumusan Masalah Pada uraian latar belakang masalah diatas, rumusan masalah yang peneliti ajukan adalah Apakah ada Hubungan Beban kerja dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Purbalingga. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Hubungan Beban kerja dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Purbalingga. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui karakteristik responden b. Untuk mengetahui beban kerja perawat di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Purbalingga. c. Untuk mengetahui kinerja kerja perawat di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Purbalingga. d. Untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan kinerja perawat di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Purbalingga. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Memberikan masukan dan informasi tentang apakah ada Hubungan Beban kerja dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Purbalingga.

2. Manfaat Praktis a. Bagi rumah sakit Untuk memberikan masukan dan gambaran tentang beban kerja dan kinerja perawat sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak manajemen rumah sakit dalam pengambilan keputusan, serta membuat kebijakan yang terkait dengan pelayanan keperawatan sehingga meminimalkan terjadinya beban kerja dan meningkatkan kinerja perawat. b. Bagi Perawat Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi perawat agar dapat mengatasi beban kerja sehingga tidak akan menguragi kinerjanya. c. Bagi Institusi pendidikan Penelitian ini dapat dijadikan referensi peneliti selanjutnya dan sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang beban kerja dan kinerja kerja. E. Penelitian Terkait Beberapa peneliti lain yang berhubungan dengan beban kerja, dan kinerja kerja sebelumnya antara lain: 1. Widodo dan Pratiwi (2008), meneliti tentang hubungan beban kerja dengan waktu tanggap gawat darurat menurut persepsi pasien di instalansi gawat darurat RSU Pandan Arang Boyolali. Hasil penelitian yaitu mayoritas perawat IGD RSU Pandan Arang Boyolali yakni 11 orang (68,8%) menilai bahwa beban kerja total dalam kategori berat, dan hanya 5 orang (31,3%) yang

menilai beban kerja total dalam kategori ringan. Beban kerja tersebut meliputi beban kerja fisik, psikis, dan sosial. Adapun waktu tanggap perawat gawat darurat di IGD RSU Pandan Arang Boyolali yaitu 16 pasien, 8 orang (50%) mempunyai penilaian bahwa pelayanan di IGD cepat dan 8 orang (50%) mempunyai penilaian pelayanan di IGD lambat. Secara statistik tidak ada hubungan antara beban kerja dengan waktu tanggap perawat, namun secara deskriptif terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut yakni semakin ringan beban kerja, semakin cepat waktu tanggap perawat, dan semakin berat beban kerja, semakin lambat waktu tanggap perawat gawat darurat. Persamaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah pada variabel independent yaitu beban kerja dan desain penelitian menggunakan deskriptif kolerasi dengan pendekatan cross sectional. Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah tempat penelitian, waktu penelitian, dan pada variabel dependent. Jenis penelitian ini menggunakan teknik proposional random sampling sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan teknik total sampling. Variabel dependent penelitian sebelumnya adalah waktu tanggap gawat darurat sedangkan pada variabel dependent penelitian ini adalah kinerja perawat. 2. Manuho, dkk; (2015), meneliti tentang Hubungan beban kerja dengan kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan di Instalasi rawat inap C1 RSUP PROF. DR. R. D. Kandau Manado. Hasil penelitian diperoleh nilai ρ = 0,035 yang menunjukan bahwa nilai ρ lebih kecil dari nilai α = 0,05.

Kesimpulan penelitian ini yaitu terdapat hubungan beban kerja dengan kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan. Rekomendasi tetap mempertahankan kinerja yang baik sehingga dapat memberikan pelayanan yang berkualitas bagi pasien. Persamaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah pada variabel independent yaitu beban kerja dan variabel dependent yaitu kinerja perwat. Desain penelitian menggunakan deskriptif kolerasi dengan pendekatan cross sectional. Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah tempat penelitian dan waktu penelitian. Jenis penelitian ini menggunakan teknik proposional random sampling sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan teknik total sampling, 3. Zuhriana, dkk; (2012), meneliti tentang faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat di unit rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Bula Kabupaten Seram Bagian Timur. Hasil penelitian dari 34 responden, terdapat 31 orang (91,2%) yang memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan 3 orang (8,8%) memiliki pengetahuan kurang. Terdapat 27 orang (79,4%) memiliki motivasi tinggi dalam bekerja dan 7 orang (20,6%) memiliki motivasi kerja yang rendah. Untuk variable disiplin kerja perawat, terdapat 28 orang (82,4%) yang masuk dalam kategori kurang disiplin dan 6 orang (17,6%) masuk dalam kategori disiplin. Kinerja Perawat memperlihatkan bahwa terdapat 21 orang (61,8%) memiliki kinerja kurang dan 13 orang (38,2%) memiliki kinerja cukup.

Persamaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah pada variabel dependent yaitu kinerja perawat, desain penelitian menggunakan deskriptif kolerasi dengan pendekatan cross sectional, dan cara pengukuran menggunakan instrument kuesioner. Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah tempat penelitian, waktu penelitian, dan pada variabel independent. Jenis penelitian ini menggunakan teknik proposional random sampling sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan teknik total sampling. Variabel independent penelitian sebelumnya adalah faktor-faktor yang berhubungan sedangkan pada variabel independent penelitian ini adalah beban kerja.