KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NO. KEP. 186/MEN/1999 TENTANG UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI TEMPAT KERJA

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA No. : KEP.186/MEN/1999 TENTANG UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI TEMPAT KERJA

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I No.KEP.186/MEN/1999 TENTANG UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN DITEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I No.KEP.186/MEN/1999 TENTANG UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN DITEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.

SILABUS PELATIHAN FIRE FIGHTING

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NOMOR : KEP. 187 / MEN /1999 T E N T A N G PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NOMOR : KEP. 187 / MEN /1999 T E N T A N G

PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO,

6 PEMBAHASAN. 6.1 Kelembagaan Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta. Bagian Tata Usaha. Bidang Tata Operasional

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NO.KEP. 187/MEN/1999 TENTANG PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.I.

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NO.PER-01/MEN/1998

BAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur.

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

BAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai

5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 16 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN DAN PEMERIKSAAN SARANA DAN PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN

128 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. maupun dunia industri, dapat menimbulkan kecelakaan bagi manusia dan

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DALAM WILAYAH KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sektor industri mengalami perkembangan pesat

BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000).

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya, hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan secara

TENTANG STANDAR KUALIFIKASI APARATUR PEMADAM KEBAKARAN DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

- Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko - Mencegah kecelakaan dan cidera, dan - Memelihara kondisi aman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 4 TAHUN TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/MEN/98 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PELAPORAN DAN PEMERIKSAAN KECELAKAAN

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PENGATURAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

KLASIFIKASI INDUSTRI A. Industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya 1. Aneka industri 2. Industri mesin dan logam dasar

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PENGELOLAAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN. (Kepala keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit)

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER.04/MEN/1995 T E N T A N G PERUSAHAAN JASA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MEN/1993 TAHUN 1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA

KONSEP DAN RENCANA PENANGANAN BANGUNAN GEDUNG DAN PROTEKSI KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER-02/MEN/1992 T E N T A N G TATA CARA PENUNJUKAN KEWAJIBAN DAN WEWENANG AHLI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN NO. : KEP. 311/BW/2002

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

WALI KOTA BALIKPAPAN, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.03/MEN/1998 T E N T A N G TATA CARA PELAPORAN DAN PEMERIKSAAN KECELAKAAN

JUDUL : Managemen Tanggap Darurat

WALIKOTA PALU PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TAHUN 2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DALAM PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR 04 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BUPATI BENGKULU SELATAN NOMOR : 10 TAHUN 2011 TENTANG

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

LOKASI PELATIHAN KEBAKARAN = ENERGY YANG TIDAK TERKENDALI

Pasal 9 ayat (3),mengatur kewajiban pengurus menyelenggarakan latihan penanggulangan kebakaran

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 16 TAHUN 2012 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

KEPMEN 226/MEN//VII/2003 Tentang TATA CARA PERIZINAN PENYELENGGARAAN PROGRAM

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERKANTORAN

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2004 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PROVINSI LAMPUNG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NO.PER-04/MEN/1995 TENTANG PERUSAHAAN JASA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.I.

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG GANTI KERUGIAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Perubahan Ketiga atas Organisasi dan Tata Kerja Badan SAR Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 684); 4. Peratur

GAMBARAN SISTEM PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI PT. PLN AREA PENGATUR DISTRIBUSI JATENG & DIY

BAB V PEMBAHASAN. PT Dan Liris Sukoharjo Divisi Garmen yaitu terjatuh, terjepit, tertimpa,

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang dibutuhkan untuk pengoperasian dan pemeliharaan. Teknologi yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA SANGGAR SENI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL

BAB 1 : PENDAHULUAN. sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Federal Emergency Management Agency (FEMA) dalam Emergency

PENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sebuah pemikiran dan upaya dalam menjamin keutuhan baik jasmani maupun

Pembangunan nasional diarahkan menuju terwujudnya masyarakat yang maju, adil, makmur dan mandiri dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri.

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

Menimbang : KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NO. KEP. 186/MEN/1999 TENTANG UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI TEMPAT KERJA a. bahwa di tempat kerja berakibat sangat merugikan baik bagi perusahaan, pekerja maupun kepentingan pembangunan nasional, oleh karena ituperlu ditanggulangi; b. bahwa untuk menanggulangi di tempat kerja, diperlukan adanya peralatan proteksi yang memadai, petugas penanggulangan yang ditunjuk khusus untuk itu, serta dilaksanakannya prosedur penanggulangan keadaaan darurat; c. bahwa agar petugas penanggulangan di tempat kerja dapat melaksanakan tugasnya secara efektif, perlu diatur ketentuan tentang unit penanggulangan di tempat kerja dengan Keputusan Menteri. Mengingat : 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 91);. Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Lembaran Negara R.I. Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 918); 3. Keputusan Presiden R.I. Nomor 1/M/1998 tentang Pembentukan Kabinet Reformasi Pembangunan;. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER-0/Men/199 tentang Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja; 5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER-0/Men/1995 tentang Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja; 6. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 8/199 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Departemen Tenaga Kerja. Menetapkan : MEMUTUSKAN : KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA TENTANG UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI TEMPAT KERJA

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan : a. Tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, di mana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan di mana terdapat sumber atau simber-sumber bahaya. b. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. c. Penanggulangan ialah segala upaya untuk mencegah timbulnya dengan berbagai upaya pengendalian setiap perwujudan energi, pengadaan sarana proteksi dan sarana penyelamatan serta pembentukan organisasi tanggap darurat untuk memberantas. d. Unit penanggulangan ialah unit kerja yang dibentuk dan ditugasi untuk menangangi masalah penanggulangan di tempat kerja yang meliputi kegiatan administrasi, identifikasi sumber-sumber bahaya, pemeriksaan, pemeliharaan dan perbaikan sistem proteksi. e. Petugas peran penanggulangan ialah petugas yang ditunjuk dan diserahi tugas tambahan untuk mengidentifikasi sumber bahaya dan melaksanakan upaya penanggulangan di unit kerjanya. f. Regu penanggulangan ialah satuan tugas yang mempunyai tugas khusus fungsional di bidang penanggulangan. g. Ahli keselamatan kerja ialah tenaga teknis yang berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja. h. Pegawai pengawas ialah pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja. i. Pengurus ialah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri. j. Pengusaha ialah : 1) Orang, perorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri; ) Orang, perorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya; 3) Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dan angka yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia. k. Menteri ialah Menteri yang membidangi ketenagakerjaan. Pasal

(1) Pengurus ataupengusaha wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan, latihan penanggulangan di tempat kerja. () Kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakarn di tempat kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. pengendalian setiap bentuk energi; b. penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam dan sarana evakuasi; c. pengendalian penyebaran asap, panas dan gas; d. pembentukan unit penanggulangan di tempat kerja; e. penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan secara berkala; f. memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat, bagi tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari 50 (lima puluh) orang tenaga kerja dan atau tempat kerja yang berpotensi bahaya sedang dan berat (3) Pengendalian setiap bentuk energi, penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam dan sarana evakuasi serta pengendalian penyebaran asap, panasdan gas sebagaimana dimaksud pada ayat () huruf a, huruf b dan huruf c dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. () Buku rencana penanggulangan keadaan darurat sebagaimana dimaksudkan pada ayat () huruf f, memuat antara lain : a. informasi tentang sumber potensi bahaya dan cara pencegahannya; b. jenis, cara pemeliharaan dan penggunaan sarana proteksi di tempat kerja; c. prosedur pelaksanaan pekerjaan berkaitan dengan pencegahan bahaya ; d. prosedur dalam menghadapi keadaan darurat bahaya. BAB II PENYEDIAAN DAN PENYAMPAIAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN DAN LABEL Pasal 3 Pembentukan unit penanggulangan sebagaimana dimaksud dalam pasal ayat (1) dengan memperhatikan jumlah tenaga kerja dan atau klasifikasi tingkat potensi bahaya.

Pasal (1) Klasifikasi tingkat potensi bahaya sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 terdiri dari : a. klasifikasi tingkat resiko bahaya ringan; b. klasifikasi tingkat resiko bahaya ringan sedang I; c. klasifikasi tingkat resiko bahaya ringan sedang II; d. klasifikasi tingkat resiko bahaya ringan sedang III; e. klasifikasi tingkat resiko bahaya berat. () Jenis tempat kerja menurut klasifikasi tingkat resiko bahaya sebagaimana dimaksud ayat (1) seperti tercantum dalam Lampiran I Keputusan Menteri ini. (3) Jenis tempat kerja yang belum ternasuk dalam klasifikasi tingakt resiko bahaya kabakaran sebagaimana dimaksud pada ayat (), ditetapkan tersendiri oleh menteri atau pejabat yang ditunjuk. Pasal 5 Unit penanggulangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 terdiri dari : a. Petugas peran ; b. Regu penanggulangan ; c. Koordinator unit penanggulangan ; d. Ahli K3 spesialis penanggulangan sebagai penanggungjawab teknis. Pasal 6 (1) Petugas peran sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf a, sekurang-kurangnya (dua) orang untuk setiap jumlah tenaga kerja 5 (dua puluh lima) orang. () Regu penanggulangan dan ahli K3 spesialis penanggulangan sebagaimana dimaksud daam pasal 5 huruf b dan huruf d, ditetapkan untuk tempat kerja tingakt resiko bahaya ringan dan sedang I yang mempekerjakan tenaga kerja 300 (tiga ratus) orang, atau lebih, atau setiap tempat kerja tingakt resiko bahaya sedang II, sedang III dan berat. (3) Koordinator unit penanggulangan sebagaimana dimaksud pasal 5 huruf c, ditetapkan sebagai berikut :

a. Untuk tempat kerja tingkat resiko bahaya ringan dan sedang sekurang-kurangnya 1 (satu) orang untuk setiap jumlah tenaga kerja 100 (seratus) orang; b. Untuk tempat kerja tingkat resiko bahaya sedang II dan sedang III dan berat, sekurang-kurangnya 1 (satu) orang untuk setiap unit kerja. BAB III TUGAS DAN SYARAT UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN Pasal 7 (1) Petugas peran sebagaimana dimaksud pasal 5 huruf a mempunyai tugas : a. mengidentifikasi dan melaporkan tentang adanya faktor yang dapat menimbulkan bahaya ; b. memadamkan pada tahap awal; c. mengarahkan evakuasi orang dan barang; d. mengadakan koordinasi dengan instansi terkait; e. mengamankan lokasi. () Untuk dapat ditunjuk menjadi petugas peran harus memenuhi syarat : a. sehat jasmani dan rohani; b. pendidikan minimal SLTP; c. telah mengikuti kursus teknis penanggulangan tingkat dasar I. Pasal 8 (1) Regu penanggulangan sebagaimanadimaksud dalam pasal 5 huruf b mempunyai tugas : a. mengidentifikasikan dan melaporkan tentang adanya faktro yang dapat menimbulkan bahaya ; b. melakukan pemeliharaan sarana proteksi ; c. memberikan penyuluhan tentang penanggulangan pada tahap awal; d. membantu menyusun buku rencana tanggap darurat penanggulangan ; e. memadamkan ; f. mengarahkan evakuasi orang dan barang;

g. mengadakan koordinasi dengan instansi terkait; h. memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan; i. mengamankan seluruh lokasi tempat kerja; j. melakukan koordinasi seluruh petugas peran. () Untuk dapat ditunjuk menjadi anggota regu penanggulangan harus memenuhi syarat : a. sehat jasmani dan rohani; b. usia miminal 5 tahun dan maksimal 5 tahun; c. pendidikan minimal SLTA; d. telah mengikuti kursusu teknis penanggulangan tingkat dasar I dan tingkat dasar II. Pasal 9 (1) Koordinator unit penanggulangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf c mempunyai tugas : a. memimpin penanggulangan sebelum mendapat bantuan dari instansi yang berwenang; b. menyusun program kerja dan kegiatan tentang cara penanggulangan ; c. mengusulkan anggaran, sarana dan fasilitas penanggulangan kepada pengurus. () Untuk dapat ditunjuk sebagai koordinator unit penanggulangan harus memenuhi syarat : a. sehat jasmani dan rohani; b. pendidikan minimal SLT; c. bekerja pada perusahaan yang bersangkutan dengan masa kerja minimal 5 tahun; d. telah mengikuti kursus teknis penanggulangan tingkat dasar I dan tingkat dasar II dan tingkat Ahli K3 Pratama. Pasal 10 (1) Ahli K3 sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (3) mempunyai tugas : a. membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundangundangan bidang penanggulangan ;

b. memberikan laporan kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. c. merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan atau instansi yang di dapat berhubungan dengan jabatannya. d. memimpin penanggulangan sebelum mendapat bantuan dari instansi yang berwenang. e. menyusun program kerja atau kegiatan penanggulangan ; f. mengusulkan anggaran, sarana dan fasilitas penanggulangan kepada pengurus. g. melakukan koordinasi dengan instansi terkait. () Syarat-syarat Ahli K3 spesialis penanggulangan adalah : a. Sehat jasmani dan rohani; b. Pendidikan minimal D3 tekik; c. Bekerja pada perusahaan yang bersangkutan dengan masa kerja minimal 5 tahun ; d. Telah mengikuti kursus teknis penanggulangan tingkat dasar 1, tingkat dasar II dan tingakt ahli K3 Pratama dan Tingkat Ahli Madya; e. Memiliki surat penunjukkan dari menteri atau pejabat yang ditunjuknya. (3) Dalam melaksanakan tugasnya Ahli K3 spesialis penanggulangan mempunyai wewenang : a. Memerintahkan menghentikan dan menolak pelaksanaan pekerjaan yangdapat menimbulkan atau peledakan; b. Meminta keterangan atau informasi mengenai pelaksanaan syaratsyarat K3 di bidang di tempat kerja. Pasal 11 d. Tata cara penunjukan Ahli K3 sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat () huruf c, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Pasal 1 Kursus teknik penanggulanagn sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (), pasal 8 ayat (), pasal 9 ayat (), dan pasal 10 ayat () harus sesuai kurikulum dan silabi sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Keputusan Mneteri ini.

Pasal 13 (1) Tenaga kerja yang telah mengikuti kursus teknik penanggulangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 berhak mendapat sertifikat. () Sertifikat sebagaimana dimaksud pasa ayat (1) ditanda tangani oleh menteri atau pejabat yang ditunjuk. Pasal 1 (1) Kursus teknik penanggulangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 diselenggarakan oleh Perusahaan Jasa Pembinaan K3 yang telah ditunjuk oleh menteri atau pejabat yang ditunjuk. () Penunjukan perusahaan jasa pembinaan K3 sebagaimana dimaksud ayat (1) didasarkan pada kualifikasi tenaga ahli, instruktur dan fasilitas penunjang yang dimilikinya. BAB IV PENGAWAS Pasal 15 Pegawai pengawas ketenagakerjaan melaksanakan pengawasan terhadap ditaatinya Keputusan Menteri ini. BAB V KETENTUAN PERALIHAN Pasal 16 Pengurus atau pengusaha yang telah membentuk unit penanggulangan sebelum keputusan ini ditetapkan, selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) tahun harus menyesuaikan dengan ketentuan-ketetuan dalam Keputusan Menteri ini. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 17 Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : J a k a r t a Pada tanggal 1999 : 9 September MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA

FAHMI IDRIS

Lampiran I : Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor : Kep. 186/MEN/1999 Tanggal : 9 September 1999 DAFTAR JENIS TEMPAT KERJA BERDASARKAN KLASIFIKASI POTENSI BAHAYA KEBAKARAN KLASIFIKASI Bahaya Kebakaran Ringan Tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar rendah, dan apabila terjadi melepaskan panas rendah, sehingga menjalarnya api lambat. JENIS TEMPAT KERJA - Tempat ibadah - Gedung/ruang Perkantoran - Gedung/ruang Pendidikan - Gedung/ruang Perumahan - Gedung/ruang Perawatan - Gedung/ruang Restoran - Gedung/ruang Perpustakaan - Gedung/ruang Perhotelan - Gedung/ruang Lembaga - Gedung/ruang Rumah Sakit - Gedung/ruang Museum - Gedung/ruang Penjara Bahaya Kebakaran Sedang I Tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang, menimbun bahan dengan tinggi tidak lebih dari,5 meter dan apabila terjadi melepaskan panas sedang, sehingga menjalarnya api sedang. - Tempat parkir - Pabrik elektronika - Pabrik Rori - Pabrik barang gelas - Pabrik minuman - Pabrik permata - Pabrik pengalengan

- Binatu - Pabrik susu Bahaya Kebakaran Sedang II Tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang, menimbun bahan dengan tinggi lebih dari meter dan apabila terjadi melepaskan panas sedang, sehingga menjalarnya api sedang. - Pabrik barang keramik - Pabrik tembakau - Pengolahan logam - Penyulingan - Pabrik barang kelontong - Pabrik barang kulit - Pabrik tekstil - Perakitan kendaraan bermotor - Pabrik kimia (bahan kimia dengan kemudahan terbakar sedang) - Pertokoan dengan pramuniaga kurang dari 50 orang. Bahaya Kebakaran Sedang III Tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi, apabila terjadi melepaskan panas tinggi, sehingga menjalarnya api cepat. - Ruang pameran - Pabrik permadani - Pabrik makanan - Pabrik sikat - Pabrik ban - Pabrik Karung - Bengkel mobil - Pabrik sabun - Pabrik tembakau - Pabrik lilin - Studio dan pemancar - Pabrik barang plastik - Pergudangan - Pabrik pesawat terbang - Pertokoan dengan pramuniaga lebih dari 50 orang. - Penggergajian dan pengolahan

kayu - Pabrik makanan kering dari bahan tepung - Pabrik minyak nabati - Pabrik tepung terigu - Pabrik pakaian Bahaya Kebakaran Berat Tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi, menyimpan bahan cair, serat atau bahan lainnya dan apabila terjadi dan apabila terjadi apinya cepat membesar dengan melepaskan panas tinggi, sehingga menjalarnya api cepat. - Pabrik kembang api - Pabrik korek api - Pabrik cat - Pabrik bahan peledak - Pemintalan benag atau kain - Penggergajian kayu dan penyelesaiannya menggunakan bahan mudah terbakar - Studio film dan televisi - Pabrik karet buatan - Hanggar pesawat terbang - Penyulingan minyak bumi - Pabrik karet busa dan plastik busa Ditetapkan di : J a k a r t a Pada tanggal 1999 : 9 September MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA FAHMI IDRIS

Lampiran II : Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor : Kep. 186/MEN/1999 Tanggal : 9 September 1999 KURIKULUM DAN SILABI KURSUS TEKNIS PENANGGULANGAN KEBAKARAN I. PAKET D (TINGKAT DASAR I) No. KURIKULUM SILABI JAM 1. Norma K3 Penanggulangan. Manajemen penanggulangan Dasar-dasar K3 dan Peraturan terkait dengan K3 penanggulangan Dasar-dasar manajemen pengamanan 3. Teori api dan anatomi I - Teori api dan anatomi,. Pengenalan sistem proteksi - Prinsip-prinsip pencegahan dan, - Teknik pemadaman - Sistem proteksi pasif (komprehensif dll.) - Sistem proteksi aktif (APAR, Hidran dll) 5. Prosedur darurat bahaya Pengetahuan prosedur menghadapi bahaya (Dasar-dasar Fire Emergency Plan) 6. Praktek Pemadaman dengan APAR/Hidrant 6 7. Evaluasi 3 Jumlah jam pelajaran @ 5 menit 5 II. PAKET C (TINGKAT DASAR II) No. KURIKULUM SILABI JAM 1. Peraturan Perundang-undangan K3 - Kebijakan K3 - Undang-undang No. 1 Tahun 1970 - Sistem Manajemen K3 - Norma-norma K3 Penanggulangan

. Pengetahuan teknik pencegahan 3. Sistem instalasi deteksi, alarm, dan pemadam. Kebakaran - Teori api dan anatomi, - Penyimpanan dan penanganan bahan mudah terbakar/meledak - Metode pengendalian proses pekerjaan/penggunaan peralatan, instalasi dan energi panas lainnya - Sistem deteksi & alarm - Alat pemadam api ringan - Hydran springkler - Sistem pemadam kimia - Fire safety equipment. Sarana evakuasi Jalan lintas, koridor, tangga, helipat, tempat berkumpul 5. Pemeliharaan, pemeriksaan, pengujian peralatan proteksi. Instalasi Alarm, APAR, Hydran, Springkler dan lainnya 6 6. Gire Emergency Respon Plan - Pengorganisasian sistem tanggap darurat - Prosedur tanggap darurat - Pertolongan penderita gawat darurat 7. Praktek pemadaman - APAR, Hydran, Penyelamatan 16 Jumlah jam pelajaran @ 5 menit 60 III. PAKET B (TINGKAT AHLI PRATAMA) No. KURIKULUM SILABI JAM 1. Sistem pengawas K3 Kebijaksanaan & program pengembangan pembinaan dan pengawasan K3. Sistem manajemen K3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Per.05/Men/1996 3. Konsep perencanaan sistem proteksi - Peraturan dan standar sistem proteksi - Penerapan 5R di tempat kerja 8. Teknis inspeksi - Evaluasi potensi bahaya 10 - Penanganan benda-benda dan pekerjaan berbahaya 5. Sistem pelaporan kecelakaan - Peraturan wajiblapor kecelakaan

- Sistem analisa kasus kecelakaan dan - Sistem pelaporan kecelakaan dan 6. Asuransi kecelakaan 7. Perilaku manusia dalam menghadapi 8. Manual tanggap darurat - Penyusunan buku penanganan keadaan darurat - Skenario latihan penanggulangan terpadu 9. Teknik pemeriksaan dan pengujian sistem proteksi 10. Praktek - Kunjungan ke tempat kerja 1 - Diskusi/perumusan 11. Evaluasi 6 Jumlah jam pelajaran @ 5 menit 60 IV. PAKET TINGKAT A (TINGKAT AHLI MADYA) No. KURIKULUM SILABI JAM 1. Development program of occupational Health and Safety. Industrial Communication Pattern 3. Fire risk Assesment. Cost and Benefit analysis of safety 5. Explosion protection 6. Smoke Control System 7. Building construction 8. Environmental impact of fire 9. Performance based design on fire safety 10. Fire modelling and simulation 11. Fire safety audit internal (ISO 9000) 1. Fire safety design & evaluation 13. Praktek Kunjunganke laboratorium uji api 10 1. Kertas kerja 10

15. Diskusi/ekspose 10 16. Evaluasi 6 Jumlah jam pelajaran @ 5 menit 60 Ditetapkan di : J a k a r t a Pada tanggal : 9 9 1999 MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA FAHMI IDRIS