BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) 1, mendapat pengaruh yang cukup besar

dokumen-dokumen yang mirip
UKDW BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan. 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kehidupan individu dan masyarakat, bahkan terhadap segala gejala alam.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena,

BAB IV PEMAHAMAN SUKU ATONI MENGENAI: TRADISI BAKAR LILIN DI MAKAM DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah sebagai upacara peniadaan jenazah secara terhormat.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain, manusia mempunyai

BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT. Nusak Dengka, dan makna perayaan Limbe dalam masyarakat tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah Ngadha adalah wilayah di Flores Tengah. Kabupaten Ngadha terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan alasan atau dilakukannya penelitian ini serta

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN Kematian

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB IV MAKNA LIMBE BAGI MASYARAKAT DENGKA MASA KINI. masyarakat Nusak Dengka telah menganut agama Kristen, namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1 Y, Wartaya Winangun, Tanah Sumber Nilai Hidup, Yogyakarta: Kanisius, 2004, hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Do Tenu Hatu. Ada pula yang menyebutnya dengan nama Nes Do Male atau

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

BAB IV BENTUK KERUKUNAN UMAT BERGAMA ISLAM DAN KRISTEN DI DESAMIAGAN. A. Bentuk Kerukunan Beragama Islam Dan Kristen Pada Hari Besar

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan pada abad ke-16. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

BAB I PENDAHULUAN. kenal dengan istilah agama primitif, agama asli, agama sederhana. 1 Agama suku adalah

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia terdiri dari beranekaragam suku bangsa dan memiliki berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang

BAB V PENUTUP. penting yang menjadi pokok atau inti dari tulisan ini, yaitu sebagai berikut :

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGIS. Seperti yang telah dipaparkan dalam Bab I, maka dalam Bab IV ini akan dipaparkan

@UKDW BAB I. Latar Belakang Masalah. Tradisi sebagai Pembimbing Manusia

PENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,

MAKNA PERAYAAN LIMBE DALAM MASYARAKAT DENGKA DULU DAN SEKARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Penelitian oleh Ahmad Fauzi yang berjudul Pemahaman Masyarakat Tentang

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut

BAB IV ANALISIS DATA DAN REFLEKSI TEOLOGIS. Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia

BAB IV ANALISIS DAN REFLEKSI TRADISI PENGUBURAN MASYARAKAT TRUNYAN DAN CARA MEMPERLAKUKAN JENAZAH

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA

BAB II TEORI PENGHORMATAN BAGI PARA LELUHUR

BAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan

Bab I. Pendahuluan. muncul adalah orang yang beragama Hindu. Dan identitasnya seringkali terhubung

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang. 1.1 Identifikasi Masalah. Maluku dengan Ibukota Ambon adalah salah satu provinsi yang terletak di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap budaya dari suatu kelompok masyarakat, pada dasarnya memiliki cara untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) 1, mendapat pengaruh yang cukup besar dari kebudayaan yang dimiliki oleh warga jemaatnya. Kebudayaan yang dimaksud adalah kebudayaan atau kepercayaan asli yang sebelumnya dianut oleh masyarakat suku Atoni 2 di pulau Timor. Kepercayaan dalam agama suku adalah kepercayaan kepada arwah leluhur yang telah meninggal. Arwah leluhur dipercayai oleh masyarakat suku Atoni dapat memberikan berkat jika disembah dan dihormati, tetapi sebaliknya akan memberikan malapetaka dan cobaan atau kutuk jika tidak dipedulikan atau tidak dihormati. Secara umum, pengaruh tersebut adalah wajar dan biasa, sebab suku bangsa manapun yang telah beralih dari agama suku menjadi agama Kristen masih terus dipengaruhi oleh kebudayaan, kepercayaan atau agama asli yang dianut sebelumnya. Tidak dapat disangkal bahwa dengan adanya pengaruh tersebut sering muncul berbagai persoalan dan ketegangan dalam persentuhannya dengan iman Kristen. Dalam pada itu di satu pihak gereja ingin mengembangkan misinya sesuai dengan panggilannya secara murni, tetapi di lain pihak gereja tidak bisa melepaskan diri dari nilai-nilai kebudayaan anggota jemaat yang membawa kebudayaan agama suku dalam kehidupan bergereja. Kabupaten Timor Tengah Utara dengan ibukota Kefamenanu, merupakan sebuah Kabupaten yang letaknya di bagian timur pulau Timor, yang berbatasan 1 Secara kelembagaan GMIT berdiri sendiri lepas dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) pada tanggal 31 Oktober 1947. Frank L.Cooley, Benih Yang Tumbuh 11 (Jakarta: Lembaga Penelitian dan Studi DGI,1976), 57. 2 Pieter.Middelkoop, Atoni Pah Meto, (Jakarta:BPK Gunung Mulia,1982), 233. Menjelaskan bahwa Suku Atoni yaitu orang Timor; kata Atoni dalam bahasa Timor berarti orang laki-laki. Orang Timor biasa menyebut diri Atoni Pah Meto, yaitu orang dari tanah kering. 1

langsung dengan Negara Demokratik Timor Leste, dengan mayoritas penduduknya beragama Katolik. Sebagaimana halnya yang dilakukan di berbagai tempat di Indonesia, juga dilakukan di kota Kefamenanu, yaitu tradisi penghormatan terhadap leluhur dengan cara yang unik, di katakan unik karena: Pertama, menjelang akhir musim panas atau awal musim hujan tepatnya tanggal 1 dan 2 Nopember setiap tahun dinyatakan sebagai hari libur daerah, dimana semua instansi baik pemerintah maupun swasta diliburkan untuk mengikuti tradisi bakar lilin di makam. Tradisi ini diawali dengan pawai dan perarakan masyarakat atau umat dari kota Kefamenanu menuju lokasi pemakaman umum kota Kefamenanu yakni Bijae Sunan Setibanya disana ada ritus pembakaran lilin 3, tabur bunga dimakam dan dilanjutkan dengan doa. Masyarakat suku Atoni di Timor percaya bahwa tradisi ini merupakan penghormatan bagi para leluhur yang telah menolong mereka di sepanjang tahun berjalan. Kedua, pada tanggal 24 Desember sebelum kebaktian malam natal, tradisi yang sama kembali digelar di tempat pemakaman umum kota Kefamenanu yakni Bijae Sunan, dengan tujuan sebagai wujud penghormatan bagi para leluhur sebelum memasuki perayaan natal dan tahun baru, karena diyakini bila tradisi ini tidak digelar, maka akan mendatangkan malapetaka, kutuk atau bencana bagi keluarga mereka. Dalam tradisi ini ditemukandua hal yang menarik yakni: Pertama, masyarakat yang melakukan tradisi ini berasal dari semua golongan suku dan agama yang menetap di sekitar kota Kefamenanu, Hal ini menunjukan bahwa tradisi ini telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat yang ada disekitar kota Kefamenanu, walaupun dalam data sensus penduduk dikota Kefamenanu adalah daerah berpenduduk dengan mayoritas beragama Katolik. Kedua, yang menjadi pertanyaan penulis adalah, mengapa lilin yang 3 Pembakaran lilin dimaksud adalah: penyalaan lilin, hal ini ditulis dalam cara pembahasaan yang lasim di kalangan masyarakat Timor di Kefamenanu. 2

dipakai sebagi media utama dalam ritus ini, sementara itu diduga kuat bahwa tradisi lilin ini merupakan tradisi barat yang konon dibawa ke tanah Timor-Indonesia oleh para penjajah (Portugis, Belanda, Cina dll) yang datang ke pulau Timor guna membeli rempah-rempah dan kayu cendana sambil menyebarkan ajaran agamanya. Dalam perkembangan selanjutnya dapat diketahui adanya daerah penyebaran agama yang dipisahkan berdasarkan daerah jajahan atau wilayah perdagangan negara-negara diatas. Pertanyaannya adalah apakah benar bahwa ritus ini merupakan bawaan dari budaya barat yang dibawa oleh para penjajah?. Dalam beberapa kesempatan berdiskusi dengan masyarakat adat di wilayah penelitian, diketahui bahwa tradisi ini sudah berlangsung sejak nenek moyang mereka, bahkan jauh sebelum para penjajah datang ke tanah Timor, akan tetapi untuk mengetahui secara persis tahun dan pada masa pemerintahan siapa tradisi ini mulai digelar sangat sulit oleh karena keterbatasan dukumen-dukumen tertulis umumnya dukumen yang ada ialah bentuk tuturan lisan yang diturunkan dari satu generasi kepada generasi selanjutnya secara lisan, hal mana dapat saja menimbulkan beragam tafsiran dan berbagai kekurangan dalam penuturannya. B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah Mengingat sangat luasnya tema yang berkaitan erat dengan tradisi ini diantaranya percampuran budaya local dan budaya asing dan juga adanya tradisi gereja Katolik yang dibawa oleh para misionaris asing dalam kaitan dengan tradisi bakar lilin di makam yang dilakukan oleh masyarakat suku Atoni di kota Kefamenanu, maka penelitian ini dibatasi pada: 3

1. Adanya kepercayaan masyarakat suku Atoni di Timor bahwa ritus bakar lilin di makam, adalah cara untuk membangun hubungan antara manusia dan arwah leluhur untuk memperoleh berkat. 2. Adanya pemahaman bahwa bilamana ritus tersebut tidak dilakukan maka akan mendatangkan berbagai persoalan atau kutuk dalam kehidupan mereka. C. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penulis mencoba merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pemahaman suku Atoni di kota Kefamenanu mengenai ritus bakar lilin di makam? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemahaman suku Atoni di kota Kefamenanu mengenai makna ritus bakar lilin di makam? D. Tujuan Penelitian 1. Menjelaskan pemahaman suku Atoni di kota Kefamenanu mengenai makna ritus bakar lilin di makam? 2. Menjelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemahaman suku Atoni di kota Kefamenanu mengenai makna ritus bakar lilin di makam? 4

E. Manfaat Penelitian praktis yaitu: Dari tujuan penelitian diatas, diharapkan dapat membawa manfaat teoritis dan 1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan teori Ancestor Whorship, yang sudah banyak ditulis oleh antropolog dan sosiolog, diantaranya: Penghormatan Kepada Leluhur karya Herbert Spencer, Jiwa Manusia menurut teori Animisme karya E.B Tylor, Ritus Peralihan karya Arnold Van Gennep. 2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menolong masyarakat suku Atoni di Timor untuk memahami makna dari ritus tersebut dengan benar dari kacamata kristiani dan selanjutnya dapat diterapkan dalam kehidupan mereka. F. Konsep-Konsep. Tradisi. Dahlan menulis bahwa adat adalah kebiasaan turun-temurun yang masih terus dilestarikan dalam masyarakat 4, seterusnya dalam pengertian lain disebutkan bahwa tradisi merupakan penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan satu-satunya cara yang paling baik dan paling benar. Dalam pemahaman seperti inilah maka dapat disimpulkan bahwa tradisi sebagaimana kebudayaan bersifat dinamis. Tradisi juga mencakup: nilai-nilai, pola pikir dan pemahaman, yang berlaku dalam sebuah masyarakat yang kemudian dinampakkan melalui ritus-ritus. 4 Yacub Al-Barry Dahlan, Kamus Sosiologi Antropologi, (Surabaya: Indah, 2001), 336. 5

Upacara atau ritus. Dalam kamus besar bahasa Indonesia upacara berarti tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan tertentu menurut adat atau agama. Sementara itu upacara dalam bahasa Inggris dinamakan rites, yang berarti tindakan atau upacara keagamaan, seperti upacara penguburan mayat, upacara pembaptisan, sakramen, jamuan suci dan lain-lain 5. Koentjaraningrat, menyebutkan upacara adalah kesatuan rangkaian berbagai bentuk dan unsur berkomunikasi atau berelasi dengan ilah-ilah hiyang, roh alam, atau roh nenek moyang 6. Sementara itu menurut Dhavamony upacara-upacara dapat digolongkan sebagai bersifat musiman dan bukan musiman. Ritual musiman adalah cara yang sudah ditentukan kesempatannya dan selalu merupakan peristiwa dalam siklus lingkaran alam-siang dan malam, musim-musim, gerhana dan sebagainya. Sedangkan ritual bukan musiman dilaksanakan pada saat-saat krisis dan mengikuti kalender lingkaran hidup manusia 7. Dari beberapa uraian diatas dapat diketahui bahwa upacara ini sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Selama manusia masih mempercayai adanya kekuatan gaib dan adanya alam lain diluar alam manusia maka upacara atau ritus tersebut tidak akan hilang dari kehidupan manusia. Leluhur. Leluhur adalah orang-orang yang telah meninggal pada waktu yang lampau. Berbeda dengan pemahaman umum, Gereja Kristen, memahami bahwa leluhur hanyalah manusia dan karena itu mereka tidak pernah berubah menjadi Allah atau 5 Bustanuddin, Agus, Agama Dalam Kehidupan Manusia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), 96. 6 Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, (Jakarta: Dian Rakyat, 1981), 251. 7 Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), P.178. 6

menjadi pribadi yang ilahi setelah kematian, dan konsekuensinya mereka tidak dapat disembah seperti Tuhan, hanya dikenang, dicintai dan dihormati. Spencer, dalam bukunya The Veneration of Ancestor in General menyatakan bahwa hampir semua umat manusia mempunyai iman yang kuat akan kebangkitan dari Aku yang lain (the other I ) dari manusia setelah kematiannya, karena itu manusia melaksakan ritus-ritus pendamaian tertentu pada saat penguburan dan juga pada saatsaat tertentu setelah penguburan. Hal ini menunjukan bahwa adanya kultus penghormatan kepada para leluhur didasarkan pada pemahaman bahwa penghormatan kepada para leluhur merupakan akar dari semua agama 8. Bakar lilin di makam. Bakar lilin dalam pemahaman masyarakat suku Atoni di kota Kefamenanu adalah sebagai upaya untuk membangun hubungan atau komunikasi yang harmonis antara manusia dengan leluhur dan dengan Wujut Tertinggi atau Allah. Tindakan tersebut didasarkan atas pemahaman adat di kalangan masyarakat suku Atoni bahwa leluhur merupakan perantara antara manusia dengan Uis Neno atau Uis Pah sebagai penguasa langit dan penguasa bumi. G. Definisi Operasional. Berkaitan dengan judul tesis diatas, perlu dijelaskan bahwa bakar lilin di makam adalah: suatu proses ritus yang diadakan oleh masyarakat suku Atoni di kota Kefamenanu pada waktu-waktu tertentu dengan maksud sebagai penghormatan bagi arwah para leluhur yang telah meninggal. Prosesi tersebut, biasanya diawali dengan 8 Alex Jebadu, Bukan Berhala! Penghormatan Kepada Para Leluhur, (Maumere: Penerbit Ledalero,2009), P.13-14 7

perkumpulan keluarga pada makam para leluhur kemudian diadakan pembakaran atau penyalaan lilin yang di letakan di tempat yang disediakan di sekitar makam, dilanjutkan dengan tabur bunga, dan doa bersama. Masyarakat suku Atoni di Kefamenanu meyakini bahwa setelah mencium aroma bunga yang ditabur, maka nyala lilin akan menuntun arwah para leluhur yang berada dalam dunia kegelapan untuk mencari sumber aroma bunga dan berjumpa dengan manusia, karena itu pada waktu berdoa di makam, seakanakan mereka sedang bercakap-cakap dengan para leluhur. H. Metode Penelitian Metode Yang Digunakan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif-kualitatif yaitu metode yang digunakan untuk melihat setting tertentu dalam kehidupan yang riil dengan maksud untuk menginvestigasi dan memahami fenomena tertentu. 9 Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi yang sistematis, faktual dan akurat mengenai fenomena yang diteliti itu. Dengan metode ini diharapkan ada gambaran yang jelas dan terperinci untuk menganalisa apa yang dilihat atau didengar sebagai hasil penelitian. Metode penulisan deskriptif adalah metode yang biasa digunakan untuk meneliti status kelompok manusia, suatu objek, kondisi dan sistem pemikiran manusia atau suatu peristiwa yang bersifat deskriptif. Penelitiannya bersifat penggambaran karena memaparkan semua bentuk perubahan yang membentuk suatu gejala atau memberikan uraian yang deskriptif mengenai suatu realitas sosial yang kompleks hingga diperoleh pemahaman atas realitas tersebut. 10 9 Norman K. Densin dan Yvonna Lincoln, Tha Sage Handbook of Qualitative Research 1, Edisi Ketiga (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), P. xviii. 10 Sumardi Suryabrata, Metode Penelitian (Jakarta: Rajawali Press, 1990), P.20. 8

Pengumpulan data dalam penulisan ini akan dilakukan dengan menggunakan beberapa cara yakni: Wawancara Wawancara merupakan teknik pengambilan data melalui pertanyaan yang diajukan secara lisan kepada responden yang memiliki keahlian dengan topik penelitian. Penulis mengadakan wawancara dengan orang-orang yang memiliki kaitan dengan tradisi bakar lilin di makam kota Kefamenanu dan Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Utara, khususnya Kepala Kelurahan, Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat dan Masyarakat Kecamatan Kota Kefamananu. Wawancara ini dimaksudkan agar mendapatkan data yang akurat dan fakual. Observasi Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang tingkah laku manusia seperti yang terjadi dalam kenyataan. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala yang diteliti 11. Studi Pustaka Studi pustaka adalah teknik mengumpulkan data dengan membaca buku-buku, majalah, artikel, literature dan bahan-bahan kuliah yang berhubungan dengan pokok penelitian, kemudian dipergunakan dalam penelitian dan penulisan karya ilmiah. Lokasi Penelitian dan Sampel Penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Kota Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara Provinsi NTT. Pemilihan tempat ini didasarkan pada besarnya 11 Usman Husadi, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 1998), P.54. 9

partisipasi masyarakat suku Atoni yang melakukan tradisi bakar lilin di makam dan juga kota Kefamenanu merupakan salah satu daerah di pulau Timor yang masih mempertahankan tradisi ini hingga kini. Disamping itu penulis penah melayani dan bergumul dengan permasalahan tesis ini selama kurang lebih tujuh tahun ketika melayani sebagai pelayan jemaat. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap yang pertama; pra-penelitian dalam bulan 06 April - 04 Mei 2013 selama kurang lebih satu bulan. Sedangkan tahap kedua; penelitian lapangan terhitung tanggal 22 Juli s/d 18 Agustus 2013. Berdasarkan hal ini maka yang menjadi obyek amatan, atau sampel adalah Tokoh Adat, Tokoh Agama, Pemerintah Kecamatan Kota Kefamenanu, dan Masyarakat di Kecamatan Kota Kefamenanu yang melalukan tradisi ini maupun yang tidak melakukannya, berkaitan dengan luasnya wilayah Kecamatan Kota Kefamenanu dengan sepuluh Kelurahan, maka akan diambil secara acak beberapa informan dari delapan Kelurahan di Kecamatan Kota Kefamenanu. I. Sistematika Penulisan Tulisan ini akan di bagi dalam lima bab. Bab I Pendahuluan, meliputi: Latar Belakang Masalah, Identifikasi dan Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Konsep-Konsep, Definisi Operasional, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. Bab II Pendekatan Teoritis, meliputi: uraian teori Ancestor Worship, yang akan digunakan untuk menganalisa topik penelitian ini. Bab III Pendekatan Lapangan atau Empiris, meliputi: gambaran hasil penelitian mengenai ritus bakar lilin di makam dengan menguraikan data-data yang menjadi hasil temuan di lapangan. Bab IV Analisis atau Kajian, meliputi: analisa terhadap hasil 10

penelitian yang menjadi temuan di lapangan, dengan mengunakan teori Ancestor Worship, sebagai alat analisis. Bab V Kesimpulan, merupakan refleksi toritis dan praktis mengenai tema tradisi bakar lilin di makam. 11