KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT

KEPALA DESA CINTAKARYA KECAMATAN SINDANGKERTA KABUPATEN BANDUNG BARAT

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 25 TAHUN 2015 SERI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BUPATI KUDUS,

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI REMBANG NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAHKABUPATEN BREBES NOMOR 004 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR,

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8 TAHUN TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BLORA

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN NAGARI

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 08 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 65 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

B U P A T I S I M A L U N G U N PAMATANG RAYA SUMATERA UTARA Kode Pos 21162

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN BUPATI FLORES TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI FLORES TIMUR,

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ADMINISTRASI KEUANGAN DESA

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 47 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI ROKAN HILIR PROVINSI RIAU

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN GAMPONG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG SUMBER-SUMBER PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI KAMPAR PROPINSI RIAU PERATURAN BUPATI KAMPAR NOMOR 8 TAHUN 2016

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

BUPATI GROBOGAN PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR 2 0 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BATANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

PENGELOLAAN KEUANGAN DESA. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BUPATI SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUKABUMI NOMOR 98 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR X8 TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA SEKOLAH

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 10 Tahun : 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2006 NOMOR : 9 SERI : E.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PINRANG NOMOR : 6 TAHUN 2008

BAGIAN II PELAKSANAAN

PERDES APBDes DESA MARGAHAYU TENGAH TAHUN ANGGARAN 2017

15. Peraturan Daerah Kabupaten Banjar Nomor 1 Tahun 2017 tentang Pemerintahan Desa ( Lembaran Daerah Kabupaten Banjar Tahun 2017 Nomor 1);

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 7 TAHUN 2015 TENTANG

BUKU PINTAR PENYUSUNAN RANCANGAN APBDESA TAHUN ANGGARAN 2016 DI KECAMATAN BUAYAN

SIMULASI PEMBUKUAN BENDAHARA DESA Oleh: Sutiono (Widyaiswara Muda Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan)

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR : 19 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

PEMERINTAH DESA... KECAMATAN... KABUPATEN...

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR X9 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2017

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 37 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA MENTERI DALAM NEGERI,

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN FAKFAK NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN KAMPUNG BUPATI FAKFAK,

PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DESA SIMPANG NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN KATINGAN

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 7 TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Transkripsi:

1 KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT PERATURAN KEPALA DESA CINTAKARYA NOMOR: 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DESA CINTAKARYA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDESA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA CINTAKARYA, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung terselenggaranya kegiatan pemerintahan, pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat dibutuhkan anggaran biaya, baik untuk belanja barang dan jasa maupun untuk belanja modal; b. bahwa anggaran biaya sebagaimana dimaksud pada huruf a harus disusun dalam suatu dokumen publik mengenai anggaran pendapatan dan belanja desa dan harus dilaksanakan sesuai dengan kaidah, prinsip dan ketentuan Pasal 71 sampai dengan Pasal 75 Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa menjadi Peraturan Desa Cintakarya tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) Tahun Anggaran 2015; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7; Tambahan Lembara Negara Republik Indonesia Nomor 5495); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5558), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5694) sebagaimana telah dirubah untuk kedua kalinya dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumbebr dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 57);; 4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan Di Desa (Berita Negara RI Tahun 2014 Nomor 2091); 5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Negara RI Tahun 2014 Nomor 2093);

2 6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa (Berita Negara RI Tahun 2014 Nomor 2094); 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2015 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa (Berita Negara RI Tahun 2016 Nomor 6); 8. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa (Berita Negara RI Tahun 2015 Nomor 158); 9. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2016 (Berita Negara RI Tahun 2015 Nomor 1934); 10. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 478); 11. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 2 Tahun 2015 tentang Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 Nomor 2 Seri E); 12. Peraturan Bupati Bandung Barat Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa di Desa (Berita Daerah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 Nomor 3 Seri E); 13. Peraturan Bupati Bandung Barat Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kedudukan Keuangan Desa Kepala Desa, Perangkat Desa, dan Badan Permusyawaratan Desa (Berita Daerah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 Nomor 15 Seri E); 14. Peraturan Bupati Bandung Barat Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Desa (Berita Daerah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2016 Nomor 8 Seri E); 15. Peraturan Desa Cintakarya Nomor 3 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP-Desa) Cintakarya Tahun 2015 (Lembaran Desa Cintakarya Tahun 2016 Nomor 3); 16. Peraturan Desa Cintakarya Nomor 4 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) Tahun Anggaran 2016 (Lembaran Desa Cintakarya Tahun 2016 Nomor 4); 17. Peraturan Desa Cintakarya Nomor 5 Tahun 2016 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa (Lembaran Desa Cintakarya Tahun 2016 Nomor 5); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA DESA CINTAKARYA TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DESA NOMOR 4 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDESA) TA 2016 Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan: BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Desa Cintakarya, selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 2. Kepala Desa adalah pimpinan Pemerintah Desa. 3. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. 4. Perangkat Desa adalah unsur-unsur pembantu Kepala Desa yang terdiri dari unsur pelaksana teknis dan pelaksana kewilayahan dalam melaksanakan tugas dan wewenang Kepala Desa. 5. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 6. Badan Permusyawaratan Desa, selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis. 7. Peraturan Desa yang selanjutnya disebut Perdes adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa. 8. Peraturan Kepala Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa yang bersifat mengatur secara teknis pelaksanaan Perdes dan/atau peraturan-perundang-undangan yang lebih tinggi. 9. Keputusan Kepala Desa adalah keputusan yang ditetapkan oleh Kepala Desa yang bersifat menetapkan dalam rangka melaksanakan Perdes maupun Peraturan Kepala Desa.

3 10. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, yang selanjutnya disebut APBDesa adalah rencana keuangan tahunan Pemerintah Desa yang dibahas dan disepakati bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD yang ditetapkan dengan Perdes. 11. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa. 12. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang diperuntukan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota (APBD kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. 13. Alokasi Dana Desa yang selanjutnya disingkat ADD, adalah dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam APBD kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus. 14. Kelompok Transfer adalah dana yang bersumber dari APBN, APBD Provinsi, dan APBD kabupaten/kota. 15. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa adalah Kepala Desa yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan desa. 16. Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa yang selanjutnya disebut PTPKD adalah unsur Perangkat Desa yang membantu Kepala Desa untuk melaksanakan pengelolaan keuangan Desa. 17. Sekretaris Desa adalah bertindak selaku koordinator pelaksanaan pengelolaan keuangan Desa. 18. Kepala Seksi dan atau Kepala Urusan adalah unsur dari pelaksana teknis kegiatan pengelolaan keuangan Desa sesuai dengan bidangnya yang selanjutnya disingkat PTK. 19. Bendahara adalah unsur staf sekretariat desa yang membidangi urusan administrasi keuangan untuk menatausahakan keuangan Desa. 20. Rekening Kas Desa adalah rekening tempat menyimpan uang Pemerintahan Desa yang menampung seluruh penerimaan Desa dan digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran Desa pada bank yang ditetapkan. 21. Penerimaan Desa adalah uang yang berasal dari seluruh pendapatan Desa yang masuk ke APBDesa melalui rekening kas Desa. 22. Pengeluaran Desa adalah uang yang dikeluarkan dari APBDesa melalui rekening kas Desa. 23. Surplus Anggaran Desa adalah selisih lebih antara pendapatan desa dan belanja desa. 24. Defisit Anggaran Desa adalah selisih kurang antara pendapatan desa dan belanja desa. 25. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran yang selanjutnya disebut SiLPA adalah selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran. 26. Pendapatan Desa adalah meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening Kas Desa yang merupakan hak Desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh Desa. 27. Pendapatan Asli Desa adalah penerimaan desa yang diperoleh atas usaha desa sendiri sebagai pelaksanaan otonomi asli desa, baik dalam bentuk hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah. 28. Hasil Usaha Desa adalah seluruh hasil usaha perekonomian desa yang dikelola dalam bentuk badan hukum publik atau secara swakelola oleh Pemerintah Desa, yang menimbulkan penerimaan bagi pendapatan desa (seperti Badan Usaha Milik Desa/BUM-Desa, Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam/UED-SP, Lumbung Pangan Masyarakat Desa/LPMD, hasil usaha melalui kerjasama desa dengan pihak ketiga dan/atau lain-lain usaha desa yang sah). 29. Hasil kekayaan Desa adalah seluruh hasil dari pengelolaan kekayaan desa yang dilakukan secara swakelola oleh Pemerintah Desa yang menimbulkan penerimaan bagi pendapatan desa. 30. Hasil swadaya, partisipasi, dan gotong royong masyarakat adalah seluruh bentuk kontribusi masyarakat Desa, baik dalam bentuk barang dan tenaga (yang dapat dinilai dengan uang) maupun dalam bentuk uang yang menimbulkan penerimaan bagi pendapatan desa. 31. Dana Desa (DD) adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang diperuntukan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kabupaten/kota. 32. Alokasi Dana Desa (ADD) adalah bagian dari Dana Perimbangan (Dana Alokasi Umum) yang diterima pemerintah kabupaten/kota paling sedikit 10 % (sepuluh perseratus) setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus. 33. Lain-lain Pendapatan Asli Desa yang Sah adalah penerimaan desa (yang tidak diperoleh dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong masyarakat), seperti hasil penjualan kekayaan desa. 34. Lain-lain pendapatan desa yang sah berupa hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat berupa uang dari pihak ketiga, hasil kerjasama dengan pihak ketiga atau bantuan perusahaan yang berlokasi di Desa. 35. Belanja Desa adalah meliputi semua pengeluaran dari rekening Desa yang merupakan kewajiban Desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Desa.

4 36. Pembiayaan Desa adalah meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang berjalan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. 37. Kekayaan Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas beban APBDesa atau perolehan hak lainnya yang diakui dan sah menurut peraturan perundang-undangan. 38. Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan dalam rangka mengelola pendapatan dan belanja desa secara efektif dan efisien, yang meliputi perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan Desa. 39. Pengawasan adalah kontrol yang dilakukan oleh dinas/instansi yang berwenang dan seluruh unsur masyarakat Desa terhadap kebijakan Pemerintah Desa berkaitan dengan pengelolaan APBDesa sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Azas pengelolaan APBDesa adalah sebagai berikut: BAB II ASAS DAN PRINSIP PELAKSANAAN APBDesa Pasal 2 a. tertib dan disiplin, prinsip pengelolaan keuangan desa yang taat pada aturan atau pedoman yang melandasinya; b. akuntabel, prinsip perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian keuangan desa yang dipercayakan dalam rangka pencapaian tujuan yang ditetapkan; c. taat pada peraturan perundang-undangan, prinsip pelaksanaan APBDesa harus berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku; d. efektif, bahwa penggunaan anggaran dalam APBDesa memiliki kesesuaian antara pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil; e. efisien, bahwa penggunaan anggaran dalam APBDesa berindikasi pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu; f. ekonomis, bahwa pengunaan anggaran dalam APBDesa harus memperoleh masukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat harga terendah; g. transparan, bahwa prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang pelaksanaan APBDesa; h. partisipatif, bahwa pengelolaan APBDesa harus melibatkan masyarakat desa dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelaksanaan APBDesa; i. bertanggungjawab merupakan perwujudan kewajiban seseorang untuk mempertanggungjawabkan yang dipercayakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui pelaksanaan dan penatausahaan APBDesa; j. kepatutan, bahwa dalam pengelolaan APBDesa diwajibkan adanya suatu tindakan atau suatu sikap yang wajar dan proporsional; dan k. bermanfaat untuk masyarakat, bahwa APBDesa diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat miskin di Desa. Pasal 3 Asas dan prinsip akuntabel sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf (b) adalah ketentuan yang wajib dilaksanakan bahwa setiap proses kegiatan dan hasil akhir kegiatan pengelolaan APBdesa harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat Desa sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 4 Asas dan prinsip transparansi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf (g) adalah ketentuan yang wajib dilaksanakan bahwa semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan keuangan desa harus membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif mengenai pelaksanaan kegiatan pengelolaan keuangan desa. BAB III STRUKTUR ORGANISASI DAN KEKUASAAN PENGELOLAAN APBDESA Pasal 5 (1) Kepala Desa sebagai kepala pemerintahan Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan mewakili Pemerintah Desa dalam kepemilikan kekayaan milik desa yang dipisahkan. (2) Kepala Desa sebagai pemegang kekuasaan keuangan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkedudukan sebagai pengguna APBDesa. (3) Kepala Desa memiliki kewenangan antara lain: a. menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBDesa; b. menetapkan PTPKD; c. menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan desa;

5 d. menyetujui pengeluaran atas kegiatan yang ditetapkan dalam APBDesa; dan e. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APBDesa. Pasal 6 (1) Dalam melaksanakan kekuasaan pengelolaan APBDesa Kepala Desa melimpahkan sebagian kewenangan, tugas dan kewajiban pengelolaan APBDesa kepada PTPKD. (2) PTPKD sebagaimana dimkasud pada ayat (1) terdiri atas: a. Sekretaris Desa; b. Kepala Seksi dan Kepala Urusan; dan c. Bendahara Desa. Pasal 7 Pelimpahan sebagaian tugas Kepala Desa kepada PTPKD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) didasarkan pada prinsip pemisahan kewenangan antara yang memerintah, menguji, dan yang menerima dan atau mengeluarkan uang untuk kepentingan belanja Desa. Pasal 8 Pemisahan kewenangan dalam pelaksanaan dan penatausahaan APBDesa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 harus memberikan kejelasan dalam pembagian wewenang dan tanggung jawab, terlaksananya check and balances serta mendorong upaya peningkatan profesionalisme dalam pengelolaan APBDesa. Pasal 9 PTPKD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. Pasal 10 (1) Sekretaris Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf a bertindak selaku koordinator pelaksanaan teknis pengelolaan APBDesa dan bertanggungjawab kepada Kepala Desa. (2) Sekretaris Desa selaku koordinator pelaksana teknis APBDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut: a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBDesa; b. menyusun Rancangan Peraturan Desa mengenai APBDesa dan Perubahan APBDesa; c. melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan dalam APBDesa; d. menyusun pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa; e. melakukan verifikasi terhadap pengajuan permohonan pengeluaran keuangan Desa; dan f. melakukan verifikasi terhadap bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran APBDesa. (3) Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sekretaris Desa dibantu oleh Kepala Urusan Keuangan. Pasal 11 (1) Kepala Seksi dan Kepala Urusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf b bertindak selaku PTK sesuai dengan bidangnya dan bertanggung jawab kepada Kepala Desa dan melaporkan perkembangan pelaksanaan setiap kegiatan yang didanai dari APB-Desa melalui Sekretaris Desa. (2) PTK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut: a. menyusun program, rencana pelaksanaan, rencana anggaran biaya kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya; b. melaksanakan kegiatan dan/atau bersama Lembaga Kemasyarakatan Desa; c. melakukan tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran belanja kegiatan; d. mengendalikan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan dan/atau bersama Lembaga Kemasyarakatan Desa atau kelompok masyarakat lainnya; e. melaporkan perkembangan pelaksanaan setiap kegiatan kepada Kepala Desa; dan f. menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan. Pasal 12 (1) Bendahara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf c dijabat oleh staf pada Urusan Keuangan. (2) Bendahara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas dan kewajiban antara lain sebagai berikut: a. menerima; b. menyimpan; c. menyetorkan/membayar; d. menatausahakan; e. memungut dan menyetorkan pajak; dan f. melaporkan dan mempertanggungjawabkan penerimaan pendapatan Desa dan pengeluaran Desa dalam rangka pelaksanaan APBDesa.

6 BAB IV PENATAUSAHAAN APBDESA Pasal 13 (1) Penatausahaan APBDesa adalah kegiatan pencatatan yang khususnya dilakukan oleh Bendahara Desa. (2) Bendahara Desa wajib melakukan pencatatan terhadap seluruh transaksi yang terjadi berupa penerimaan dan pengeluaran secara sistematis dan kronologis. (3) Penatausahaan APBDesa dilakukan oleh Bendahara Desa secara sederhana, yaitu pembukuan tanpa menggunakan jurnal akuntansi. (4) Dalam penatausahaan penerimaan dan pengeluaran kas, Bendahara Desa menggunakan: a. Buku Kas Umum; b. Buku Kas Pembantu Pajak; dan c. Buku Bank. (5) Bendahara Desa melakukan pencatatan atas seluruh penerimaan dan pengeluaran dalam Buku Kas Umum untuk yang bersifat tunai. (6) Transaksi penerimaan dan pengeluaran yang melalui bank/transfer dicatat dalam Buku Bank. (7) Bendahara Desa melakukan pencatatan atas penerimaan uang yang berasal dari pungutan pajak dan pencatatan pengeluaran berupa penyetoran pajak ke Kas Negara dalam Buku Kas Pembantu Pajak. (8) Bendahara Desa melakukan pencatatan atas penerimaan dan pengeluaran pembiayaan dalam Buku Rincian Pembiayaan Bagian Pertama Penatausahaan Pendapatan Desa Pasal 14 Prinsip-prinsip pelaksanaan dan penatausahaan Pendapatan Desa yang harus dipenuhi, adalah sebagai berikut: (1) semua penerimaan Desa dari berbagai sumber yang sah dalam bentuk uang tunai (cash money) dilaksanakan melalui Rekening Kas Desa dan dicatat sebagai Pendapatan Desa; (2) Penyetoran Pendapatan Desa dilakukan dengan uang tunai ke Rekening Kas Desa; (3) Setiap penerimaan Desa harus didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan sah secara hukum; (4) Petugas pemungut dilarang melakukan pungutan selain dari yang ditetapkan dalam Peraturan Desa; (5) Bendahara Desa wajib menyelenggarakan pembukuan terhadap seluruh penerimaan dan penyetoran atas penerimaan yang menjadi tanggungjawabnya; (6) Komisi, rabat, potongan dan atau pendapatan lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dapat dinilai dengan uang, baik secara langsung sebagai akibat penjualan, tukar-menukar, hibah, asuransi dan atau pengadaan barang dan jasa termasuk pendapatan bunga, jasa giro atau pendapatan lain sebagai hasil penyimpanan dana APBDesa pada bank serta pendapatan dari hasil pemanfaatan barang milik Desa atas kegiatan lainnya merupakan Pendapatan Desa. Pasal 15 (1) Target setiap Pendapatan Desa merupakan target terendah (minimal) yang harus diupayakan dalam pengelolaan APBDesa, sehingga harus diusahakan agar terjadi peningkatan realisasi pendapatan Desa dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan. (2) Seluruh penerimaan Desa harus disetor secara bruto (disetor seluruhnya) oleh petugas pemungut penerimaan Desa ke dalam Rekening Kas Desa. (3) Penyetoran penerimaan Desa tidak dibenarkan dilakukan pemotongan langsung oleh petugas pemungut, seperti untuk upah pungut dan atau dalam bentuk lainnya. (4) Penerimaan kembali upah pungut atas penerimaan Desa bagi pelaksana pemungutan harus dilakukan melalui mekanisme pelaksanaan dan penatausahaan pengeluaran keuangan Desa. Bagian Kedua Penatausahaan Belanja Desa Pasal 16 Belanja Desa diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan desa, pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat Desa sesuai dengan prioritas yang disepakati dalam Musyawarah Desa dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 17 (1) Semua pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan kewenangan Desa dilaksanakan melalui Rekening Kas Desa. (2) Target Belanja Desa merupakan target tertinggi (maksimal) yang dapat digunakan untuk mendanai kegiatan bidang pemerintahan, pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.

7 (3) PTPKD harus mengupayakan terjadi efisiensi pencapaian realisasi Belanja Desa dibandingkan dengan target pengeluaran atau Belanja Desa yang telah ditetapkan. (4) Pemerintah Desa berkewajiban untuk menghemat Belanja Desa agar terdapat Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) yang rasional sebagai bentuk penerimaan untuk tahun berikutnya. (5) Pengeluaran Keuangan Desa atas beban APBDesa dapat dilakukan setelah ditetapkan Peraturan Desa mengenai APB-Desa, kecuali untuk belanja pegawai yang bersifat mengikat dan operasional perkantoran yang diatur dalam Peraturan Kepala Desa dan besarannya ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. Pasal 18 Prinsip-prinsip pelaksanaan dan penataushaan Belanja Desa yang harus dipatuhi, yaitu sebagai berikut: a. setiap pengeluaran belanja atas beban APBDesa harus melalui Rekening Kas Desa; b. setiap pengeluaran belanja atas beban APBDesa harus didukung dengan bukti-bukti yang lengkap dan sah; c. bukti yang sah selain disahkan oleh yang pihak penerima pengeluaran atas beban APBDesa, juga harus mendapat pengesahan oleh Sekretaris Desa sebagai pejabat yang bertanggungjawab atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti dimaksud; d. pengeluaran dan pemberian subsidi, hibah, bantuan sosial, dan bantuan keuangan dari Pemerintah Desa tidak dapat dibenarkan dalam bentuk uang (cash money); e. pengeluaran dan pemberian subsidi, hibah, bantuan sosial, dan bantuan keuangan dari Pemerintah Desa kepada Lembaga Kemasyarakatan Desa atau kelompok masyarakat lain warga Desa dapat dilaksanakan bila dialokasikan di dalam APBDesa dalam bentuk kegiatan dan atau barang; f. khusus untuk pengeluaran Anggaran Belanja Tidak Terduga, pelaksanaannya harus dibuat Rincian Anggaran Biaya yang disetujui secara langsung dan disahkan oleh Kepala Desa dengan Keputusan Kepala Desa; g. Bendahara Desa sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh), pajak penambahan nilai (PPn) dan pajak lainnya dalam pelaksanaan dan penatausahaan Belanja Desa; dan h. Bendahara Desa wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungut ke rekening Kas Negara pada bank yang ditetapkan oleh Pemerintah/Menteri Keuangan. Pasal 19 (1) Dalam rangka peningkatan pertanggungjawaban dan akuntabilitas pengelolaan Belanja Desa, maka penatausahaan pengeluaran atas beban APBDesa wajib dilakukan secara tertib, rasional dan sesuai dengan kronologis tarnsaksi yang menjadi beban APBDesa oleh Bendahara Desa. Paragraf 1 Mekanisme Pengeluaran Keuangan Desa Pasal 20 (1) Dalam penatausahaan pengeluaran keuangan Desa atau Belanja Desa yang harus dilaksanakan adalah: a. pembayaran dilakukan melalui penerbitan Surat Perintah Pembayaran (SPP) yang ditandatangani oleh PTK, Kepala Urusan Keuangan, Sekretaris Desa, dan Bendahara Desa; b. SPP sebagaimana dimaksud pada huruf a diterbitkan atas dasar persetujuan Kepala Desa dan permohonan yang diajukan oleh PTK; c. PTK sebagaimana dimaksud pada huruf b mengajukan permohonan pembayaran dengan mengunakan formulir Surat Permohonan Membayarkan (SPM); d. PTK mengajukan SPM sebagaimana dimaksud pada huruf c disampaikan kepada Kepala Desa melalui Kaur Keuangan dan Sekretaris Desa paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah diterimanya tagihan dan atau permohonan pencairan anggaran dari pihak ketiga; (2) Pengajuan SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dan huruf d, dilampiri dengan kelengkapan dokumen persyaratan yang wajib dipenuhi, yaitu antara lain: a. copy dokumen Rencana Anggaran Biaya Kegiatan yang telah disetujui oleh Kepala Desa dan dijadikan dasar penyusunan Perdes APBDesa; b. copy jadwal dan tahapan kegiatan; c. copy dokumen Perjanjian Kontrak Kerja (SPK), bila penyediaan barang dan jasa dengan pihak ketiga; d. faktur penerimaan barang/jasa yang resmi dan sah dari pihak yang akan menerima pembayaran; e. bukti-bukti target tahapan (progress) kegiatan yang telah/akan/belum diselesaikan; f. copy Buku Kas Pembantu Kegiatan, yang dibuat khusus untuk pengelolaan uang kegiatan; g. fakta integritas atas penggunaan dana yang telah ditandatangani di atas materai yang cukup; h. pernyataan kesiapan berswadaya dari calon penerima manfaat; i. pernyataan tanggung jawab belanja; j. daftar calon pekerja dari warga Desa; dan k. persyaratan lainnya yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Sekretaris Desa dibantu Kaur Keuangan melaksanakan verifikasi atas SPM yang diajukan, apabila memenuhi persyaratan dan ada dana tersedia, maka Sekretaris Desa atau Kaur Keuangan menerbitkan SPP. (4) Dalam melaksanakan verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Sekretaris Desa berkewajiban untuk:

8 a. meneliti kelengkapan persyaratan permintaan pembayaran yang diajukan oleh PTK; b. menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBDesa yang tercantum dalam SPM; c. menguji ketersediaan dana untuk kegiatan dimaksud; d. menolak pengajuan permintaan pembayaran, apabila tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan; dan e. menolak pengajuan permintaan pembayaran, apabila tidak sesuai dengan jadwal dan target tahapan kegiatan (progress). (5) Berdasarkan SPP yang telah ditandatangani oleh Sekretaris Desa dan atas persetujuan Kepala Desa, maka Bendahara Desa dapat melakukan pembayaran dan pengeluaran dari Rekening Kas Desa sesuai dengan jumlah uang yang disetujui oleh Kepala Desa untuk dibayarkan. (6) Bendahara Desa wajib melakukan pencatatan setelah melaksanakan pengeluaran dan pembayaran atas beban APBDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (5). Pasal 21 Pengeluaran keuangan Desa untuk pembayaran pelaksanaan kegiatan teknis pembangunan infrastruktur desa dengan total pagu anggaran lebih dari Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), dilakukan sebagai berikut: a. Tahap I untuk Perencanaan Konstruksi sebesar 30% (tiga puluh perseratus) dari total pagu anggaran; b. Tahap II untuk Pelaksanaan Konstruksi sebesar 60% (enam puluh perseratus) dari total pagu anggaran; dan c. Tahap III untuk Penyelesaian Kosntruksi dan atau penyusunan Dokumen Pelaporan sebesar 10% (sepuluh perseratus) dari total pagu anggaran. Pasal 22 Persyaratan untuk setiap tahap pengeluaran keuangan desa sebagaima dimaksud dalam Pasal 21, harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Pasal 20 ayat (2). Paragraf 2 Mekanisme Pembayaran Atas Beban APBDesa Pasal 23 Dalam proses belanja desa, terdapat 2 (dua) cara bagi Bendahara Desa dalam melakukan pembayaran kepada pelaksana kegiatan dan atau pihak ketiga, yaitu: a. pembayaran tanpa melalui panjar; dan b. pembayaran melalui panjar. Pasal 24 (1) Pembayaran tanpa melalui panjar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf a adalah pengeluaran keuangan dari Rekening Kas Desa yang dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan dapat diselesaikan sebagian atau seluruhnya dan atau setelah pengadaan barang/jasa diterima sebagian atau seluruhnya oleh pelaksana kegiatan. (2) Khusus untuk pemgadaan barang/jasa, pembayaran tanpa melalui panjar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan melalui transfer langsung ke rekening bank pihak ketiga apabila jumlah uang yang harus dibayarkan lebih dari Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah). Pasal 25 (1) Pembayaran melalui panjar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf b adalah pengeluaran keuangan dari rekening kas Desa yang dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan dimulai atau diselesaikan sebagian atau seluruhnya dan atau sebelum pengadaan barang/jasa diterima oleh pelaksana kegiatan. (2) Pembayaran melalui panjar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara tunai apabila jumlah uang yang harus dibayarkan kurang dari Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah). Pasal 26 Pembayaran melalui panjar secara tunai dengan jumlah uang yang harus dibayarkan lebih dari Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) dapat dilakukan hanya untuk: a. penghasilan tetap Kepala Desa dan Perangkat Desa; b. tunjangan kehormatan BPD; c. tunjangan-tunjangan lainnya untuk unsur Pemerintah Desa dan atau BPD; d. operasional perkantoran; e. operasional BPD; f. operasional RT/RW; dan g. belanja modal kelengkapan sarana perkantoran seperti komputer, meja/kursi kerja, lemari arsip/filling cabinet, dan barang-barang sejenis untuk penunjang kelancaran kerja lainnya; dan h. biaya umum/biaya operasional pelaksana kegiatan. Pasal 27 (1) Mekanisme pemberian panjar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dan Pasal 26 dilakukan setelah PTK mengajukan Surat Pengajuan Panjar Kegiatan (SPPK) kepada Kepala Desa melalui Sekretaris Desa.

9 (2) Pemberian panjar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilampiri dokumen persyaratan pengeluaran keuangan desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2). (3) Batas waktu penyelesaian pertanggungjawaban adalah 7 (tujuh) hari kerja sejak diterima panjar. (4) Apabila belanja lebih kecil dari panjar yang diberikan, maka sisa uang panjar segera disetorkan kepada Bendahara Desa sebagai bagian dari pertanggungjawaban. (5) Panjar tidak dapat diberikan untuk kegiatan yang sama, jika panjar sebelumnya belum dipertanggungjawabkan. (6) Atas panjar kegiatan yang diterima dari Bendahara Desa, PTK mencatat dalam Buku Kas Pembantu Kegiatan dan membayarkan kepada pihak ketiga setelah barang/jasa diterima. (7) Atas kuitansi pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (6), selanjutnya dipertanggungjawabkan melalui pengajuan SPP. (8) Pengajuan SPP sebagaimana dimaksud pada ayat (7) merupakan pengesahan belanja oleh Kepala Desa setelah melalui verifikasi Sekretaris Desa. Bagian Ketiga Pelaksanaan dan Penatausahaan Pembiayaan Desa Pasal 28 (1) Target penerimaan Pembiayaan Desa merupakan rencana penerimaan minimal yang realistis, yaitu sesuai dengan kebijakan Pemerintah Desa yang akan diperoleh pada tahun anggaran berjalan. (2) Target pengeluaran Pembiayaan Desa merupakan rencana pengeluaran tertinggi yang realistis, yaitu sesuai dengan kebijakan Pemerintah Desa yang akan diperoleh pada tahun anggaran berjalan. Pasal 29 (1) Penatausahaan Pembiayaan Desa terdiri atas: a. penatausahaan penerimaan pembiayaan desa; dan b. pelaksanaan dan penatausahaan pengeluaran pembiayaan desa. (2) Pelaksanaan dan penatausahaan Penerimaan Pembiayaan Desa sama dengan pelaksanaan dan penatausahaan Pendapatan Desa, sedangkan tatacara pelaksanaan dan penatausahaan Pengeluaran Pembiayaan Desa sama dengan tatacara pelaksanaan dan penatausahaan Belanja Desa. Pasal 30 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) tahun sebelumnya, merupakan penerimaan pembiayaan yang dapat digunakan untuk: a. menutup defisit anggaran apabila realisasi Pendapatan Desa lebih kecil dari realisasi Belanja Desa; b. mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan; dan c. mendanai kewajiban lainnya yang sampai akhir tahun anggaran belum diselesaikan. Pasal 31 Pelaksanaan dan penatausahaan Dana Cadangan Desa dilakukan dengan tatacara sebagai berikut: a. dibukukan dalam rekening tersendiri atau disimpan pada Rekening Kas Desa tersendiri atas nama dana cadangan Pemerintah Desa; b. dana cadangan tidak dapat digunakan untuk mebiayai kegiatan lain di luar yang telah ditetapkan dalam Perdes tentang pembentukan dana cadangan; c. kegiatan yang ditetapkan berdasarkan Perdes sebagaimana dimaksud pada huruf b dilaksanakan apabila dana cadangan tersebut mencukupi untuk melaksanakan kegiatan. BAB V LAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBDESA Bagian Pertama Laporan dan Pertanggungjawaban Bendahara Desa Pasal 32 (1) Sesuai dengan Pasal 35 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, Bendahara Desa wajib mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban. (2) Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Kepala Desa melalui Sekretaris Desa untuk diverifikasi pada setiap bulan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) pada bulan berikutnya. (3) Sebelum menyampaikan laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bendahara Desa wajib melakukan tutup buku pada setiap akhir bulan secara tertib, meliputi Buku Kas Umum, Buku Bank, Buku Pajak dan Buku Rincian Pendapatan. (4) Penutupan buku sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan bersama dengan Kepala Desa.

10 Bagian Kedua Laporan dan Pertanggungjawaban Pelaksana Teknis Kegiatan (PTK) Pasal 33 (1) Setiap PTK wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban perkembangan pelaksanaan kegiatan pada setiap pengajuan SPP yang dilampiri dengan Buku Kas Pembantu Kegiatan dan bukti-bukti belanja barang/jasa kepada Kepala Desa melalui Sekretaris Desa untuk diverifikasi. (2) Setiap PTK wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban penyelesaian pelaksanaan kegiatan disertai laporan secara lengkap pencapaian target/sasaran kegiatan yang dilampiri dengan Buku Kas Pembantu Kegiatan dan bukti-bukti belanja barang/jasa kepada Kepala Desa melalui Sekretaris Desa untuk diverifikasi. Bagian Ketiga Laporan dan Pertanggungjawaban Pengelola APBDesa Pasal 34 (1) Penetapan pertanggungjawaban pelaksanaan dan penatausahaan APBDesa dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Sekretaris Desa menyusun rancangan Perdes tentang Pertanggungjawaban Pelaksnaan APBDesa dan rancangan Keputusan Kepala Desa tentang Keterangan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDesa; b. Sekretaris Desa menyampaikan kedua rancangan kebijakan Desa sebagaimana dimaksud pada huruf a kepada Kepala Desa untuk dibahas bersama BPD; c. berdasarkan kesepakatan Kepala Desa dengan BPD, maka rancangan Perdes dan Keputusan Kepala Desa tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDesa dapat ditetapkan menjadi Peraturan Desa; dan d. jangka waktu penyampaian kepada Kepala Desa untuk dibahas bersama BPD, dilakukan paling lambat satu bulan setelah tahun anggaran berakhir. (2) Tatacara penyampaian laporan pertanggungjawaban pelaksanaan dan penatausahaan APBDesa dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Perdes tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDesa dan Keputusan Kepala Desa tentang Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Desa disampaikan kepada Bupati melalui Camat; dan b. Waktu penyampaian sebagaimana dimaksud pada huruf a paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah Perdes dan Keputusan Kepala Desa ditetapkan. BAB VI KETENTUAN TAMBAHAN Pasal 35 Seluruh unsur PTPKD wajib mempertanggungjawabkan penggunaan uang yang dikelola sesuai bidang masingmasing kepada Kepala Desa melalui Sekretaris Desa selaku koordinator pengelolaan keuangan Desa/APBDesa. Pasal 36 (1) Bendahara Desa wajib mempertanggungjawabkan penggunaan seluruh fisik uang dan administrasi Belanja Desa yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya. (2) Bendahara Desa dilarang menyimpan uang lebih dari Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupia), cek, atau surat berharga yang dalam pengusaannya lebih dari 1 (satu) hari kerja dan/atau atas nama pribadi pada bank atau Giro Pos. Pasal 37 Seluruh pengelola dan pelaksana kegiatan pemerintahan desa, pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat berhak mendapatkan honorarium atas beban APBDesa. Pasal 38 Besarnya honorarium sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 sesuai dengan beban tugas, kewajiban, pangkat/jabatan masing-masing dan standar harga barang/jasa yang ditetapkan dalam Keputusan Kepala Desa. Pasal 39 Honorarium sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 dan Pasal 38 adalah bagian dari Biaya Umum atau Biaya Operasional Kegiatan yang besarnya tidak lebih dari 5% (lima perseratus) dari total rencana anggaran biaya kegiatan dan ditetapkan melalui Keputusan Kepala Desa. Pasal 40 Sumber dana Biaya Umum/Biaya Opersional Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 tidak dapat dialokasikan/mengambil dari Dana Desa. Pasal 41 Perubahan APBDesa dilakukan sebagaimana diatur dalam Pasal 33 dan Pasal 34 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

11 Pasal 42 PTK dapat menyusun Tim Pelaksana Kegiatan (TPK), menetukan dan mengundang Nara Sumber sesuai dengan kebutuhan kegiatan bidang tugas masing-masing, baik dari unsur lembaga kemasyarakatan yang ada di Desa atau kelompok masyarakat lainnya dan atau akademisi/praktisi. Pasal 43 Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) dan/atau Nara Sumber sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, harus sudah ditetapkan melalui Surat Keputusan Kepala Desa sebelum penetapan Perdes APBDesa. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 44 Dengan diberlakukannya Peraturan Kepala Desa ini, maka semua ketentuan yang mengatur pelaksanaan APBDesa serta turunannya dinyatakan dicabut dan tidak berlaku. Pasal 45 Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Desa. Pasal 46 Peraturan Kepala Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan mengundangkan Peraturan Kepala Desa ini dengan menempatkan dalam Berita Desa Cintakarya. DITETAPKAN DI DESA CINTAKARYA PADA TANGGAL 12 MEI 2016 KEPALA DESA CINTAKARYA DIUNDANGKAN DI DESA CINTAKARYA PADA TANGGAL 12 MEI 2016 SEKRETARIS DESA CINTAKARYA WAWAN SETIAWAN KARTIWA BERITA DESA CINTAKARYA TAHUN 2016 NOMOR 5

12 1) Format Buku Kas Umum BUKU KAS UMUM PEMERINTAH DESA CINTAKARYA KECAMATAN SINDANGKERTA KABUPATEN BANDUNG BARAT TAHUN ANGGARAN: NO. TANGGAL KODE REKENING URAIAN PENERIMAAN (Rp.) PENGELUARAN (Rp.) NOMOR BUKTI JUMLAH PENGELURAN SALDO KOMULATIF 1 2 3 4 5 6 7 8 9 JUMLAH Mengetahui, KEPALA DESA CINTAKARYA Cintakarya, tanggal. BENDAHARA DESA (nama lengkap) Cara Pengisian: - Kolom 1: diisi dengan nomor urut penerimaan kas atau pengeluaran kas - Kolom 2: diisi dengan tanggal penerimaan kas atau pengeluaran kas - Kolom 3: diisi dengan kode rekening penerimaan kas atau pengeluaran kas - Kolom 4: diisi dengan uraian transaksi penerimaan kas atau pengeluaran kas - Kolom 5: diisi dengan jumlah rupiah penerimaan kas - Kolom 6: diisi dengan jumlah rupiah pengeluaran kas - Kolom 7: diisi dengan nomor bukti transaksi - Kolom 8: diisi dengan penjumlahan komulatif pengeluaran kas - Kolom 9: diisi dengan saldo kas. (nama lengkap) Catatan: sebelum ditandatangi Kepala Desa wajib diperiksa dan diparaf oleh Sekretaris Desa dan Kaur. Keuangan.

13 2) Format Buku Kas Pembantu Kegiatan BUKU KAS PEMBANTU KEGIATAN PEMERINTAH DESA CINTAKARYA KECAMATAN SINDANGKERTA KABUPATEN BANDUNG BARAT TAHUN ANGGARAN: Bidang/Kode Rekening : /. Kegiatan/Kode Rekening : /. Sumber Dana/Kode Rekening : /. Anggaran : Rp (...) Output :... Penerimaan Pengeluaran Jumlah Saldo Kas No. Tanggal URAIAN Swadaya Nomor Bukti Pengembalian ke Dari Bendahara Belanja Barang/ Jasa Belanja Modal Masyarakat Bendahara 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pindahan Jumlah dari halaman sebelumnya Jumlah Cintakarya,.. Pelaksana Teknis Kegiatan (PTK) Cara Pengisian: Bidang diisi berdasarkan klasifikasi kelompok dan kode rekening sesuai dengan yang ditetapkan dalam rincian APBDesa Kegiatan dan kode rekening diisi sesuai dengan yang ditetapkan dalam rincian APBDesa Kolom 1 diisi dengan nomor urut Kolom 2 diisi dengan tanggal transaksi Kolom 3 diisi dengan uraian transaksi Kolom 4 diisi dengan jumlah rupiah yang diterima dari bendahara Kolom 5 diisi dengan jumlah rupiah yang diterima dari masyarakat Kolom 6 diisi dengan nomor bukti transaksi Kolom 7 diisi dengan jenis pengeluaran belanja barang dan jasa Kolom 8 diisi dengan jenis pengeluaran belanja modal Kolom 9 diisi dengan jumlah rupiah yang dikembalikan kepada bendahara Kolom 10 diisi dengan jumlah saldo kas dalam rupiah.... Kaur/Kasi

14 3) Format Buku Kas Pembantu Kegiatan BUKU KAS KEGIATAN PEMERINTAH DESA CINTAKARYA KECAMATAN SINDANGKERTA KABUPATEN BANDUNG BARAT TAHUN ANGGARAN: Bidang/Kode Rekening : /. Output :... No. Tgl. Kode Rekening Kegiatan URAIAN KEGIATAN Penerimaan Dari Bendahara Swadaya Masyarakat Nomor Bukti Pengeluaran Belanja Barang/ Jasa Jumlah Pengembalia n ke Bendahara 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Pindahan Jumlah dari halaman sebelumnya Belanja Modal Saldo Kas Jumlah Cara Pengisian: Bidang diisi berdasarkan klasifikasi kelompok dan kode rekening sesuai dengan yang ditetapkan dalam rincian APBDesa Kolom 1 diisi dengan nomor urut Kolom 2 diisi dengan tanggal transaksi Kolom 3 diisi kode rekening setiap kegiatan Kolom 4 diisi dengan uraian seluruh kegiatan yang dilaksanakan pada tahun anggaran bersangkutan Kolom 5 diisi dengan jumlah rupiah yang diterima dari bendahara Kolom 5 diisi dengan jumlah rupiah yang diterima dari masyarakat Kolom 6 diisi dengan nomor bukti transaksi Kolom 7 diisi dengan jenis pengeluaran belanja barang dan jasa Kolom 8 diisi dengan jenis pengeluaran belanja modal Kolom 9 diisi dengan jumlah rupiah yang dikembalikan kepada bendahara Kolom 10 diisi dengan jumlah saldo kas dalam rupiah.

15 4) Format Buku Bank Desa Bulan Bank Cabang Rekening Nomor : : : BUKU BANK DESA PEMERINTAH DESA CINTAKARYA KECAMATAN SINDANGKERTA KABUPATEN BANDUNG BARAT TAHUN ANGGARAN: Pemasukan Pengeluaran No. Tanggal Transaksi Uraian Transaksi Bukti Transaksi Saldo Setoran Bunga Bank Penarikan Pajak Biaya Adm. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total transaksi bulan ini Toral transaksi komulatif MENGETAHUI, KEPALA DESA CINTAKARYA Cintakarya,. BENDAHARA DESA, CARA PENGISIAN: Kolom 1 diisi dengan nomor urut pemasukan dan pengeluaran dengan bank Kolom 2 diisi dengan tanggal transaksi bank Kolom 3 diisi dengan uraian transaksi pemasukan dan pengeluaran Kolom 4 diisi dengan jenis dan nomor bukti transaksi Kolom 5 diisi dengan pemasukan jumlah setoran Kolom 6 diisi dengan pemasukan jumlah bunga bank Kolom 7 diisi dengan pengeluaran jumlah penarikan Kolom 8 diisi dengan pengeluaran jumlah pajak Kolom 9 diisi dengan pengeluaran biaya administrasi Kolom 10 diisi dengan saldo bank Catatan: sebelum ditandatangi Kepala Desa wajib diperiksa dan diparaf oleh Sekretaris Desa dan Kaur. Keuangan

16 5) Format Pernyataan Tanggungjawab Belanja PERNYATAAN TANGGUNGJAWAB BELANJA PEMERINTAH DESA CINTAKARYA KECAMATAN SINDANGKERTA KABUPATEN BANDUNG BARAT TAHUN ANGGARAN: Bidang/Kode Rekening : /. Kegiatan/Kode Rekening : /. Sumber Dana/Kode Rekening : /. Anggaran : Rp (...) Output :... NO. PENERIMA Nomor dan Nama Rekening Bank URAIAN JUMLAH (Rp.) 1 2 3 4 5 JUMLAH Bukti-bukti pengeluaran atau belanja tersebut diatas sebagai terlampir, untuk kelengkapan persyaratan administrasi dan pemeriksaan sesuai peraturan perundang-undangan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya. Cintakarya, Pelaksana Teknis Kegiatan (PTK) Kaur/Kasi... Cara pengisian: 1) Bidang diisi dengan kode rekening berdasarkan klasifikasi kelompok belanja desa. 2) Kegiatan diisi dengan kode rekening sesuai dengan urutan kegiatan dalam APBDesa. 3) Kolom 1 diisi dengan nomor urut. 4) Kolom 2 diisi dengan penerima pembayaran yang ada di bukti belanja. 5) Kolom 3 diisi dengan uraian keperluan belanja. 6) Kolom 4 diisi dengan jumlah belanja. 7) Baris jumlah diisi jumlah keseluruhan kebutuhan belanja.

17 6) Format Buku Kas Pembantu Perincian Obyek Penerimaan BUKU KAS PEMBANTU PERINCIAN OBYEK PENERIMAAN PEMERINTAH DESA CINTAKARYA KECAMATAN SINDANGKERTA KABUPATEN BANDUNG BARAT TAHUN ANGGARAN: NOMOR BKU TANGGAL NOMOR STS & BUKTI JUMLAH NO. PENERIMAAN SETOR PENERIMAAN LAINNYA (Rp.) 1 2 3 4 5 Cintakarya, tanggal. Mengetahui, KEPALA DESA CINTAKARYA BENDAHARA DESA (nama lengkap) (nama lengkap) 7) Format : Buku Kas Harian Pembantu Penerimaan dan Pengeluaran BUKU KAS HARIAN PEMBANTU PENERIMAAN DAN PENGELUARAN PEMERINTAH DESA CINTAKARYA KECAMATAN SINDANGKERTA KABUPATEN BANDUNG BARAT TAHUN ANGGARAN: NO PENERIMAAN PENGELUARA TANGGAL URAIAN. (Rp.) N (Rp.) 1 2 3 4 5 SALDO (Rp.) JUMLAH Cintakarya, tanggal. Mengetahui, KEPALA DESA CINTAKARYA BENDAHARA DESA (nama lengkap) (nama lengkap)

18 8) Format Buku Kas Pembantu Pajak PPN/PPH BUKU KAS PEMBANTU PAJAK PPN/PPH PEMERINTAH DESA CINTAKARYA KECAMATAN SINDANGKERTA KABUPATEN BANDUNG BARAT TAHUN ANGGARAN: NO. TANGGAL URAIAN PEMOTONGAN (Rp.) PENYETORAN (Rp.) SALDO (Rp.) 1 2 3 4 5 JUMLAH Cintakarya, tanggal. Mengetahui, KEPALA DESA CINTAKARYA BENDAHARA DESA (nama lengkap) (nama lengkap) Cara pengisian: 1) Kolom 1 diisi dengan nomor urut penerimaan atau pengeluaran kas pengeluaran 2) Kolom 2 diisi dengan tanggal penerimaan atau pengeluaran kas pengeluaran 3) Kolom 3 diisi dengan uraian penerimaan kas atau peneluaran kas 4) Kolom 4 diisi dengan jumlah rupiah penerimaan kas 5) Kolom 5 diisi dengan jumlah rupiah pengeluaran kas 6) Kolom 6 diisi dengan saldo buku kas bendahara

19 9) Format Surat Permohonan Membayarkan (SPM); SURAT PERMOHONAN MEMBAYARKAN PEMERINTAH DESA CINTAKARYA KECAMATAN SINDANGKERTA Bidang/Kode Rekening : Kegiatan/Kode Rekening : Volume kegiatan : KABUPATEN BANDUNG BARAT Nomor:... Waktu Kegiatan : Triwulan ke.. Tanggal, bulan, tahun: Lokasi kegiatan : Pelaksana Kegiatan : Formulir SPM Jumlah uang yang dibutuhkan saat ini : Rp. (..) NO. URAIAN Pagu Anggaran Jumlah pencairan sebelumnya Permintaan sekarang (RP) Jumlah sd. Saat ini Sisa Dana JUMLAH Indikator Tolak Ukur Kinerja Target Kinerja Capaian Program % Keluaran Hasil Sasaran Kegiatan Volume: Cintakarya, tanggal.. Pemohon, PELAKSANA TEKNIS KEGIATAN (PTK) CATATAN HASIL PEMERIKSAAN/VERIFIKASI: 1) 2) 3) 4) 5) ----------------------------------------- (Kaur/Kasi.) Atas dasar catatan hasil penelitian secara seksama, maka permohonan DIKABULKAN / DITOLAK SEKRETARIS DESA Diverifikasi oleh; KEPALA URUSAN KEUANGAN.. Catatan: dibuat 2 (dua) rangkap 1 rangkap untuk Sekdes/Kaur. Keu (asli) dan 1 rangkap arsip pelaksana kegiatan format ini digunakan untuk mekanisme pembayaran tanpa melalui panjar.

20 10) Format Surat Perintah Pembayaran (SPP); Bidang/Kode Rekening Kegiatan/Kode Rekening Volume kegiatan SURAT PERINTAH PEMBAYARAN PEMERINTAH DESA CINTAKARYA KECAMATAN SINDANGKERTA KABUPATEN BANDUNG BARAT Nomor: Formulir SPP :./.. :./.. :.. Lokasi kegiatan :... Waktu Kegiatan : Triwulan ke.. Tanggal, bulan, tahun:... Pelaksana Kegiatan :... Sumber Dana :... Jumlah uang yang harus dibayarkan : Rp. (... ) No. Uraian Pagu Anggaran Pencaiaran sd. Bulan lalu Permintaan sekarang Jumlah sd. Saat ini Sisa dana JUMLAH Catatan Panjar 1) Panjar kegiatan yang telah dibayarkan sebelumnya Rp... 2) Sisa yang dimohon/dikembalikan oleh pelaksana kegiatan Rp... Berdasarkan hasil verifikasi terhadap dokumen persyaratan pengeluaran keuangan Desa, maka SPM dari PTK dinyatakan MEMENUHI PERSYARATAN, selanjutnya memerintahkan kepada Bendahara Desa untuk membayarkan atas beban APBDesa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Telah diverifikasi oleh: SEKRETARIS DESA Cintakarya, Pelaksana Teknis (PTK) KASI/KAUR..... Setuju untuk dibayarkan, KEPALA DESA CINTAKARYA Telah dibayarkan, BENDAHARA DESA WAWAN SETIWAN... Catatan: dibuat 4 (empat) rangkap 1 rangkap untuk Sekdes, 2 rangkap Bendahara Desa (asli), dan 1 rangkap arsip untuk pelaksana kegiatan (PTK)

21 11) Format Surat Pengajuan Panjar Kegiatan (SPPK) SURAT PENGAJUAN PANJAR KEGIATAN Yth. Kepala Desa Cintakarya Melalui Sekretaris Desa di Tempat Sehubungan dengan kegiatan yang akan segera dilaksanakan, kami mengajukan panjar kegiatan sebesar : Rp... (...) Dengan ini pula kami menyatakan dengan sebenarnya bahwa uang sejumlah tersebut akan digunakan untuk keperluan sebagai berikut: Bidang :... Kegiatan :... Volume :... Lokasi kegiatan :... Sumber Dana :... Pelakasana :... No. Kode Rekening URAIAN Jumlah Keterangan 1 3 4 1. 2. 3. Total Panjar tersebut akan segera dipertanggungjawabkan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak diterima panjar. Demikian surat pengajuan ini dibuat. Cintakarya,... Disetujui/mengesahkan KEPALA DESA CINTAKARYA Telah diverifikasi, Sekretaris Desa Pelaksana Kegiatan Kasi/Kaur............ Catatan: dibuat 3 (tiga) rangkap 1 rangkap untuk Sekdes, 1 rangkap Bendahara Desa (asli), dan 1 rangkap arsip untuk pelaksana kegiatan (PTK)