Reisma Wulandari. Masyarakat Universitas Diponegoro. Masyarakat Universitas Diponegoro PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Saat ini pembangunan industri menjadi salah satu andalan dalam

BAB V PEMBAHASAN. yang cukup kuat untuk menyebabkan peningkatan resiko keluhan low back

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN POSISI KERJA DAN KELUHAN GANGGUAN MUSCULOSKELETAL PADA PETANI PADI DI DESA KIAWA 1 BARAT KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA

ANALISIS POSTUR KERJA PADA MEKANIK BENGKEL SEPEDA MOTOR HIDROLIK X DAN NON-HIDROLIK Y KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

terjadi karena kerja berlebihan (ougkverexertion) atau gerakan yang berulang

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

NASKAH PUBLIKASI ADI OKANANTO J Disusun oleh :

Disusun Oleh : FREDYLA J PROGRAM FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

BAB I PENDAHULUAN. sakit akibat pekerjaanya itu, baik itu berupa cedera, luka-luka atau bahkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan. Posisi duduk adalah posisi istirahat didukung oleh bokong atau paha di

Hubungan Tingkat Risiko Ergonomi Dan Masa Kerja Dengan Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Pemecah Batu

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel,

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

ABSTRACT


BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada

BAB V PEMBAHASAN. Sehingga jenis kelamin, merokok dan trauma tidak memiliki kontribusi terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan ilmu dan

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN MASA KERJA DENGAN KELUHAN MUSCULOSKELETAL

BAB I PENDAHULUAN. Health Association) adalah beberapa kondisi atau gangguan abnormal

BAB I PENDAHULUAN. Laundry dikenal sebagai kegiatan binatu atau pencucian pakaian dengan. mencucikan pakaian-pakaian (Samsudin, 2009).

HUBUNGAN ANTARA SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI PASAR 45 MANADO Victoria P. Pinatik*,,A. J. M. Rattu*, Paul A. T.

Penentuan Faktor Resiko Musculetal Disorder (MSDs) Bagi Pekerja Pengglasir Keramik

HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN PRESS DRYER UD. ABIOSO, BOYOLALI

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengenai sistem muskuloskeletal. Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari jenis produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang digunakan,

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Dalam Undang Undang

PENGARUH PELATIHAN PATIENT HANDLING TERHADAP PENURUNAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG AKIBAT KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG


BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

BAB V PEMBAHASAN. lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. berbagai situasi dan keadaan, yang memberikan intervensi untuk. pada perawat sebesar 45,8% dengan rasa nyeri yang meliputi

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas yang sering dilakukan oleh manusia Peter Vi, (2000) dalam Tarwaka

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Khususnya bagi industri pembuatan canopy, tralis, pintu besi lipat,

BAB I PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada. muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDS) Pada Aktivitas Manual Handling Pekerja Jasa Pengiriman Barang

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas

HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA PEMBUATAN BATU BATA

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan perangkat komputer dalam menyelesaikan pekerjaan di

STUDI PERBEDAAN KELELAHAN KERJA BERDASARKAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (EXTRA FOODING) (Studi di PT. Besmindo Materi Sewatama, Pekopen Tambun Bekasi)

HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN TINGKAT KELUHAN SUBYEKTIF MUSKULOSKELETAL PADA PENJAGA PINTU TOL TEMBALANG SEMARANG

KOMPRES HANGAT ATASI NYERI PADA PETANI PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH DI KELURAHAN CANDI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. mendukung satu sama lain dari tiap-tiap bagian yang ada di dalamnya. Sistem

Putri AS, Saftarina F, Wintoko R Faculty of Medicine of Lampung University

BAB I PENDAHULUAN. negara. Industri sepenuhnya terintegrasi ke dalam rantai pasokan secara

Kata kunci : Sikap Kerja, Keluhan Muskuloskeletal Disorder

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN UMUR DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA BURUH BAGASI DI PELABUHAN SAMUDERA BITUNG

ERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN. ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan usaha mikro, kecil dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : ADI OKANANTO J

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Transkripsi:

PERBEDAAN TINGKAT NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEKERJA PEMBUAT TERALIS SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN EDUKASI PEREGANGAN DI KECAMATAN CILACAP TENGAH KABUPATEN CILACAP Reisma Wulandari 1. Mahasiswa Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro 2. Staf Pengajar Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro ABSTRACT One of the informal job which were many in Indonesia was trellis maker. One of the ergonomic problems occurred to informal sector workers was low back pain. Based on early survey, workers had the pains at their back, neck, arms and legs. The purpose of this research was to analyze the differences of low back pain levels using education giving about stretching to trellis maker in Cilacap city. This research was an explanatory research and used quasi experiment method with one group pretest postest design research plan. Total populations of this research were 30 workers and the samples were 21 workers which were taken by using purposive sampling criteria. Low back pain measurements used Visual Analogue Scale (VAS). The result of this research indicated that there were some differences of low back pain levels before and after giving education about stretching to trellis maker in Cilacap city (p=0.001). Keywords : low back pain, stretching, trellis maker PENDAHULUAN Keselamatan dan kesehatan kerja yang telah popular dengan sebutan K3, dewasa ini implementasinya telah menyebar secara luas di hampir setiap sektor industri. Namun, penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di sektor informal seringkali tidak diperhatikan oleh pemilik usaha. (Tarwaka, 2008). Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran ergonomi, karena ergonomi berkaitan kenyamanan dalam bekerja, selain dalam rangka efektivitas dan efisiensi kerja. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara faktor manusia, faktor pekerjaan dan faktor lingkungan yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan segala kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia baik secara fisik maupun mental sehingga dicapai suatu kualitas hidup secara keseluruhan yang lebih baik. Dengan bekerja secara ergonomis maka diperoleh rasa nyaman dalam bekerja sehingga tercipta kualitas kerja dan produktivitas yang tinggi.(tarwaka, 2011) Sektor informal saat ini mengalami proses pertumbuhan yang lebih pesat dibandingkan dengan sektor

formal, sehingga menjadi salah satu penopang perekonomian di Indonesia. Dari jumlah total tenaga kerja Indonesia menurut BPS sebesar 116 juta orang pada tahun 2010, lebih dari 73 juta orang terserap ke sektor informal. Namun sektor ini memiliki standar kesejahteraan yang jauh dari memuaskan. Namun sektor ini memiliki standar kesejahteraan yang jauh dari memuaskan. Umumnya pekerja sektor informal memiliki beban dan waktu kerja yang berlebih serta tidak diperhatikannya kaidah keselamatan dan kesehatan kerja oleh pengusaha sektor informal tersebut. (BPS 2010). Salah satu masalah ergonomi yang sering terjadi pada pekerja sektor informal adalah keluhan musculoskeletal. Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian otot-otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligament dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya disebut dengan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem musculoskeletal. (Tarwaka, 2011). Bagian otot yang sering dikeluhkan meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, punggung dan pinggang dan otot-otot bagian bawah. Faktor risiko timbulnya keluhan muskuloskletal antara lain adalah beban kerja yang tinggi, repetitive work (pekerjaan berulang), sikap kerja yang salah serta stress. (Attwood, 2004). Berdasarkan penelitian Adi Subiantoro di Semarang terhadap 52 responden buruh angkut secara cross sectional melaporkan adanya hubungan antara teknik mengangkat beban dengan terjadinya nyeri punggung bawah pada pekerja pengangkut barang. (Subiantoro, 2005). Rachel dan Sulvana melaporkan adanya hubungan antara pekerja perawatan lapangan golf yang banyak membungkuk dengan keluhan nyeri punggung bawah. (Rachel, 2006). Strategi utama untuk mengatasi keluhan muskuloskletal adalah tindakan pencegahan, pencegahan dapat dilakukan antara lain dengan exercise, postur tubuh yang baik, dan diet. (Bridger, 1995). Para pakar kesehatan telah banyak menemukan metode metode yang sederhana dan mudah dilakukan di rumah tanpa membutuhkan peralatan latihan atau fasilitas fitness dalam upaya untuk mengurangi nyeri punggung bawah. (Robert, 2005). Pekerjaan pembuatan teralis di bengkel tersebut memiliki beberapa proses kerja yang terdiri dari pemotongan dan penghalusan, menyambung/merakit besi yang didalamnya terdapat proses pengelasan, mendempul, dan mengecat besi. Dalam beberapa proses tersebut terdapat adanya postur tubuh duduk membungkuk yang sangat berisiko menyebabkan keluhan pada punggung. Duduk lama dengan posisi yang salah dapat menyebabkan otot-otot punggung menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak sekitarnya. Salah satu posisi tubuh statis adalah posisi tubuh duduk. (Harnoto, 2009). Proses pembuatan teralis berawal dari pemotongan besi besi bekas atau baru sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Setelah dipotong, potongan besi dihaluskan sisinya agar tidak melukai pekerja maupun

konsumen dilanjutkan dengan proses penyambungan sesuai bentuk rancangan. Setelah bentuk teralis terbentuk, dilakukan proses pendempulan dan selanjutnya dilakukan pengecatan lalu diakhiri dengan pemasangan teralis. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti pada sebuah bengkel pembuat teralis di Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap dengan cara wawancara, dari kesembilan pekerja yang diwawancarai didapatkan 4 orang mengalami keluhan nyeri pada leher, 7 orang mengalami keluhan nyeri pada punggung, 4 orang mengalami keluhan nyeri pada kaki, 1 orang mengalami keluhan nyeri pada lengan atas, 3 orang mengalami keluhan nyeri pada lengan bawah, dan 2 orang mengalami keluhan nyeri pada pergelangan tangan. Pekerja mengungkapkan posisi kerja yang paling menimbulkan keluhan nyeri adalah posisi jongkok saat memotong. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan tingkat nyeri punggung bawah dengan menggunakan perlakuan pemberian edukasi peregangan pada pekerja pembuat teralis di Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan jaminan kesehatan kerja dengan mengambil kebijakan yang sesuai. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilakukan di 5 buah bengkel pebuatan teralis di Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2012. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian explanatory research dan metode quasi experiment (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian one group pretest posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua tenaga kerja di 5 bengkel pembuatan teralis yang bekerja selama 8 jam per hari dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 30 orang, yang keseluruhan berjenis kelamin laki-laki. Penentuan sampel dengan menggunakan purposive sampling dengan kriteria inklusi-eksklusi sehingga diperoleh jumlah sampel sebesar 21 orang. Proses penelitian dilakukan dengan dua tahapan yaitu pengukuran nyeri punggung bawah sebelum pekerja diberi edukasi peregangan dan pengukuran nyeri punggung bawah sesudah pekerja mendapatkan edukasi peregangan. Jeda waktu antara pre-test dan post-test adalah satu minggu. Data yang diperoleh kemudian dikumpulkan dan dianalisis dengan analisis univariat dengan menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat, dengan jenis uji statistic meliputi Shapiro Wilk dengan nilai p- value < 0,05 untuk variabel terikat (nyeri punggung bawah). Variabel merupakan data interval. Variabel berdistribusi normal sehingga uji beda menggunakan T-Paired Test. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Distribusi Frekuensi Umur Pekerja Pembuat Teralis Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap Tahun 2012 No Umur (Tahun) F (%) 1 21-25 2 9,5 2 26-30 4 19 3 31-35 9 42,9 4 36-40 6 28,6 Total 21 100

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa mayoritas responden pekerja bengkel pembuatan teralis berumur 31-35 tahun dengan frekuensi sebanyak 9 responden (42,9%). Tabel 2 Distribusi Frekuensi Masa Kerja Pekerja Pembuat Teralis Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap Tahun 2012 No Masa Kerja (Tahun) F (%) 1 >2-5 11 52,4 2 6-10 8 38,1 3 11-15 1 4,8 4 16-20 1 4,8 Total 21 100 Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa kebanyakan responden pada kelima bengkel pembuatan teralis tersebut memiliki masa kerja antara >2-5 tahun dengan jumlah responden sebanyak 11 orang (52,4%). Masa kerja terlama adalah 20 tahun dan terbaru adalah 2,5 tahun dengan rerata 6 tahun. Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Pekerja Pembuat Teralis Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap Tahun 2012 No Pendidikan F (%) 1 SD 1 4,8 2 SMP 7 33,3 3 SMA 13 61,9 Total 21 100.0 Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden di bengkel pembuatan teralis tersebut lulusan SMA sebanyak 13 responden (61,9%) dan hanya 1 orang yang merupakan lulusan SD (4,8%). Tabel 4 Distribusi Frekuensi Keluhan yang Dirasakan Pekerja Pembuat Teralis Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap Tahun 2012 No Keluhan F (%) 1 Kadangkadang 14 66,7 2 Sering 7 33,3 Total 21 100.0 Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa kebanyakan responden mengeluh kadang-kadang merasakan nyeri punggung bawah (66,7%). Tabel 5 Distribusi Frekuensi Hasil Pengukuran Nyeri Sebelum Pemberian Edukasi Peregangan pada Pekerja Pembuat Teralis Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap Tahun 2012 No Pengawasan F (%) 1 Ringan 17 40,8 2 Sedang 4 59,2 Total 21 100.0 Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa 17 responden mengalami keluhan nyeri pada tingkat ringan (81%) dan 4 responden mengalami keluhan nyeri sedang (19%) sebelum diberikannnya edukasi mengenai peregangan. Berdasarkan hasil pengukuran VAS yang dilakukan setelah responden diberi edukasi peregangan didapatkan hasil seluruh responden mengalami keluhan nyeri punggung bawah pada tingkat ringan dan sudah tidak terdapat responden yang mengalami keluhan nyeri pada tingkat sedang. Analisis Data Berdasarkan tabel 6 setelah dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji statistic Shapiro Wilk didapatkan hasil bahwa p-value nilai VAS sebelum edukasi adalah 0,252 sedangkan hasil p-value nilai VAS

sesudah edukasi adalah 0,755. Seluruh data memiliki p-value >0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh data berdistribusi normal. Karena seluruh data berdistribusi normal maka uji statistik yang digunakan untuk mengetahui perebedaan tingkat nyeri punggung bawah pada pekerja pembuat teralis sebelum dan sesudah edukasi peregangan adalah dengan menggunakan uji beda T-Paired Test Tabel 6. Normalitas Dengan Menggunakan Uji Shapiro Wilk Test Variabel Nilap p Keterangan Nilai VAS sebelum edukai 0,252 Distribusi Data Normal Nilai VAS sesudah 0,755 Distribusi Data Normal edukasi Berdasarkan analisis uji beda dengan menggunakan T-Paired Test antara nilai pengukuran tingkat nyeri punggung bawah dengan menggunakan VAS sebelum dan sesudah edukasi diperoleh nilai p-value 0,001. Menunjukkan adanya perbedaan karena nilai p-value <0,05. Umur dengan Nyeri Punggung Bawah Pada umumnya tingkat keluhan nyeri punggung bawah akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Hal ini terjadi karena pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot akan mulai menurun sehingga risiko terjadinya keluhan otot semakin meningkat. (Tarwaka, 2004). Pengaruh umur terhadap nyeri punggung bawah berkaitan dengan proses penuaan seiring bertambahnya umur, termasuk degenerasi tulang yang berdampak pada peningkatan risiko nyeri punggung bawah. (Budiono, 2003). Tabel 7 Hasil Analisis Bivariat Perbedaan Tingkat Nyeri Punggung Bawah Sebelum dan Sesudah Pemberian Edukasi Peregangan Variabel Nilai p Hasil Tingkat Nyeri Sebelum dan Sesudah Pemberian Edukasi Peregangan 0.001 Ada perbedaan tingkat nyeri punggung bawah sesudah dan sebelum edukasi peregangan Pada penelitian ini, pekerja pembuat teralis di beberapa bengkel tersebut berusia 21-40 tahun. Umur termuda adalah 21 tahun sedangkan umur tertua adalah 40 tahun dengan rata-rata berumur 33 tahun sehingga sudah muncul adanya beberapa keluhan muskuloskeletal yang dirasakan responden seperti nyeri pada leher, bahu, punggung bawah dalam hal ini adalah keluhan-keluhan akibat sudah semakin menurunnya kekuatan dan ketahanan otot di daerah tersebut.

Masa Kerja dengan Nyeri Punggung Bawah Pada pekerja pembuat teralis di beberapa bengkel tersebut mayoritas pekerja memiliki masa kerja antara >2-5 tahun dengan masa kerja terendah 2,5 tahun dan tertinggi 20 tahun dengan rerata 6 tahun. Dengan semakin lama masa kerja dari responden berarti gerakan, posisi serta sikap kerja monoton dan tidak alamiah akan terus berlangsung. Rohmet, dkk, dalam ILO menyatakan masa kerja dengan periode dekade menimbulkan kelelahan yang dapat dipulihkan dengan pensiun, sedangkan untuk masa kerja yang masih dalam periode tahun, kelelahan berasal dari kelebihan usaha selama beberapa tahun yang dapat dipulihkan dengan liburan. (Budiono, 2003) Masa kerja yang lama dapat berpengaruh terhadap nyeri punggung bawah karena merupakan akumulasi pembebanan pada tulang belakang akibat aktivitas sehari-hari. (Budiono, 2003).Gerakan monoton yang berlangsung lama dan terus-menerus dalam posisi duduk akan menyebabkan kontraksi otot yang statis diikuti dengan besarnya konsumsi energi yang berlebih. Denyut nadi meningkat, dan diperlukan waktu pemulihan yang lebih lama. (Tarwaka, 2004) Pendidikan dengan Nyeri Punggung Bawah Pendidikan responden dalam penelitian ini mayoritas merupakan lulusan SMA/STM sebanyak 13 orang atau sekitar 61,9%. Pendidikan formal merupakan sarana mempersiapkan tenaga kerja yang akan memasuki dunia kerja. Keberhasilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan yang dibebankan kepadanya ditentukan oleh tingkat pengetahuan, pendidikan dan latihan yang pernah diperolehnya. Pendidikan pekerja akan mempengaruhi nilai risiko karena tingkat pengetahuan seseorang tentang segala sesuatu yang dihadapi tidak lepas dari status pendidikannya, dimana seseorang mempunyai pengaruh dalam berfikir dan bertindak dalam menghadapi pekerjaannya, tenaga kerja yang dasar pendidikan dan pengetahuan sangat terbatas akan berpengaruh terhadap produktivitasnya (Budiono, 2003). Dengan mayoritas responden yang memiliki riwayat pendidikan lulusan SMA/STM sehingga diharapkan responden dapat dengan mudah memahami materi yang diberikan oleh peneliti mengenai peregangan dalam upaya untuk mengurangi nyeri punggung bawah sehingga dapat mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-harinya secara benar untuk mengurangi keluhan nyeri punggung bawah. Keluhan Nyeri Punggung Bawah yang Dialami Responden Pada penelitian ini, sepertiga responden mengatakan sering mengalami keluhan nyeri punggung bawah sebesar 33,3% sedangkan sisanya mengatakan kadang-kadang. Nyeri punggung bawah merupakan suatu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik serta mengakibatkan spasme otot dan kekakuan punggung. Nyeri punggung bawah bisa disebabkan oleh berbagai kelainan atau perubahan patologik yang mengenai berbagai macam organ atau jaringan tubuh. (OSHA 1995). Perbedaan frekuensi keluhan pada responden dikarenakan perbedaan umur, masa kerja, dan lama posisi

responden dalam keadaan statis saat bekerja. Secara fisiologis ada yang dilahirkan dengan struktur otot yang mempunyai kekuatan fisik lebih kuat dibanding dengan yang lainnya. Beda Tingkat Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Pembuat Teralis Sebelum dab Sesudah Edukasi Peregangan Hasil uji statistik beda tingkat nyeri punggung bawah sebelum dan sesudah edukasi diperoleh nilai p-value sebesar 0,001 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat nyeri punggung bawah sebelum dan sesudah pemberian edukasi. Edukasi adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat fakta atau kondisi nyata, dengan cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri (self direction), aktif memberikan informasiinformasi atau ide baru. (Suliha, 2002). Pemberian edukasi dalam penelitian ini bertujuan untuk menambah pengetahuan mengenai metode peregangan untuk mengurangi nyeri punggung bawah sehingga diharapkan dapat melakukan teknik praktik belajar sesuai dengan petunjuk yang ada. Setelah diberi leaflet yang berisi mengenai metode peregangan guna mengurangi keluhan nyeri pada punggung bawah, didapat dari hasil wawancara responden paling sedikit membaca leaflet tersebut paling tidak 1 kali sesaat setelah pemberian leaflet sehingga responden telah mendapat pengetahuan mengenai metode peregangan untuk mengurangi nyeri punggung bawah dari edukasi tersebut. Menurut WHO, pengetahuan dapat diartikan sebagai sekumpulan informasi yang dipahami, yang diperoleh dari proses belajar selama hidup dan dapat digunakan sewaktuwaktu sebagai alat penyesuaian diri dengan lingkungannya. Pengetahuan seseorang terhadap suatu objek dapat berubah dan berkembang sesuai dengan kemampuan. Kebutuhan pengalaman dan tinggi rendahnya mobilitas informasi tentang objek tersebut di lingkungannya. Ciri pokok dalam taraf pengetahuan adalah ingatan tentang sesuatu yang diketahuinya baik melalui pengalaman, belajar, ataupun informasi yang diterima dari orang lain. (Notoatmodjo, 2009) KESIMPULAN Hasil analisis uji beda T-Paired Test tingkat nyeri punggung bawah sebelum dan sesudah pemberian edukasi peregangan memiliki nilai p- value 0,001. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan tingkat nyeri punggung bawah pada pekerja pembuat teralis sebelum dan sesudah pemberian edukasi peregangan. Dimana pendidikan memiliki pengaruh dalam mempengaruhi keyakinan dan intensitas perilaku seseorang serta mempengaruhi pola berfikir dab bertindak seorang pekerja terhadap pekerjaannya agar terhindar dari kecelakaan kerja yang ada di tempat kerjanya. Dari hasil penelitian maka bagi pekerja diharapkan untuk meningkatkan frekuensi peregangan yang telah diberikan dan melakukannya di jam-jam yang sama setiap harinya agar menjadi sebuah kebiasaan, dan melakukan peregangan saat waktu luang pada jam kerja untuk menghindari posisi kerja statis dalam waktu lama.

DAFTAR PUSTAKA Tarwaka. Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Manajemen Dan Implementasi K3 Di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press. 2008 Tarwaka. Ergonomi Industri, Dasar- Dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press. 2011 BPS. Data Tenaga Kerja dan Angkatan Kerja. Jakarta : Badan Pusat Statistik. 2010 Attwood, Dennis A. Deeb, Joseph M. Danz-Reece, Mary E. Ergonomic Solutions for Process industries. Elsevier inc. 2004 Subiantoro, Adi. Hubungan Teknik Mengangkat Beban Dengankeluhan Nyeri Pinggang Padapekerja Pengangkut Barang Di Jalan Beteng Semarang Tahun 2005. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Universitas Negeri Semarang. 2005. Rachel, Sulvana. Nyeri Punggung Bawah Pada Pekerja Perawatan Lapangan Golf Di Perusahaan X Dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan. (Tesis). Jakarta: Universitas Indonesia. 2006 Bridger, R.S (1995). Introduction to Ergonomics. Singapore: McGraw-Hill Comparison of Methods RULA and REBA for Evaluation of Postural Stress in Odontological. Services International Conference on Productin Research. 2006. Robert Daul. Easy Exercise Program for Low Back Pain Relief. 2005 (http://www.spinehealth.com/wellness/exercise/easyexercise-program-low-back-pain-relief diakses pada tanggal 13 Oktober 2012). Harnoto, Hendro. Hubungan Posisi Duduk Dengan Timbulnya Nyeri Punggung Bawah pada Pengemudi Mobil. 2009. (http://etd.eprints.ums.ac.id/3940/1/j11 0070059.pdf diakses pada tanggal 27 Juni 2012). Notoatmodjo, Soekijo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2009. Tarwaka, Solichul HA. Bakri, Lilik S. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA Press. 2004. Budiono, Sugeng. Jusuf, RMS. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Semarang: Badan penerbit Universitas Diponegoro. 2003 Public Education Section. Introduction to Ergonomics. Business And Consumer Business Oregon OSHA.1995. Suliha. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Jakarta: EGC. 2002