PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN LATIHAN TERBIMBING SISWA KELAS X.2 SMAN 6 PADANG

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN PEMBELAJARAN MENULIS ARGUMENTASI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BRAINSTORMING

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA APRESIATIF DENGAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA PEMBANGUNAN LABOLATORIUM UNP

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA SASTRA DENGAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 LUBUK BASUNG

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 12 SIJUNJUNG ARTIKEL ILMIAH

Oleh Delia Putri Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Rokania

PENINGKATAN MENULISKAN KEMBALI DONGENG DENGAN TEKNIK CIRC SISWA KELAS VII.D SMPN 1 TANJUNG EMAS KABUPATEN TANAH DATAR

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMAHAMI TEKS CERITA PENDEK DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK SISWA KELAS XI SMA SEMEN PADANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan

PERBEDAAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN TEKNIK KERANGKA TULISAN DAN TEKNIK MENYELESAIKAN CERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 15 PADANG

KONTRIBUSI KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERPEN TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS XI SMAN 16 PADANG

Ririn Budi U. K. Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen... Halaman Volume 1, No. 2, September 2016

PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DI SMPN 19 PADANG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL)

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

KEMAMPUAN SISWA KELAS VII.D SMP NEGERI 6 GUNUNG TALANG DALAM MENULIS PUISI DENGAN TEKNIK PEMODELAN; PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS DENGAN TEKNIK BRAINWRITING PADA SISWA KELAS X SMK MA ARIF 4 KEBUMEN

ABSTRACT. Kata kunci: membaca, membaca apresiatif cerpen, menulis teks cerpen

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARASI MENGGUNAKAN MODEL CONCEPT SENTENCE JURNAL. Oleh ENDANG SRI JAYANTI SUWARJO SITI RACHMAH S

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi. 3M (Meniru-Mengolah-Mengembangkan) dilakukan dengan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS BERBANTUAN MIND MAPPING SISWA KELAS VII.2 SMP NEGERI 2 KAMANG MAGEK KABUPATEN AGAM

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN STRATEGI BUKU BERGAMBAR MINIM KATA SISWA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 1 IMOGIRI, BANTUL

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN KETERAMPILAN MENULIS RANGKUMAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 11 PADANG

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 15 PADANG MENGGUNAKAN TEKNIK AUTOBIOGRAFI ARTIKEL ILMIAH MIZA ELVAYANTI NIM.

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERDISKUSI DENGAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER SISWA KELAS VIII F SMPN 1 PADANG PANJANG

PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS X.8 DENGAN METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 SIJUNJUNG DENGAN TEKNIK MENYELESAIKAN CERITA JURNAL ILMIAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MEDIA KATALOG MODEL PAKAIAN DAN TAS PADA SISWA KELAS X SMA CITRA MEDIKA MAGELANG

PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA MELALUI TEKNIK PERMAINAN TEKA-TEKI SILANG DI KELAS VII.A SMPN 2 SUNGAI PENUH

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR INSTRINSIK PADA CERPEN MELALUI MEDIA AUDIOVISUAL. Yuni Setiarini

Oleh: Angga Prastyo Nugroho Program Studi pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

III. PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. mengidentifikasi unsur intrinsik cerita anak melalui teknik discovery ini

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULISKAN KEMBALI CERITA YANG PERNAH DIBACA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 01 TUREN DENGAN MEDIA KOMIK

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MEDIA CERPEN PADA SISWA KELAS XI SMA N 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN NASKAH DRAMA DENGAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 PADANG

PENINGKATAN MOTIVASI DAN KETERAMPILAN MENULIS MELALUI TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUNGAI SARIAK KABUPATEN PADANG PARIAMAN.

Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama dengan Media Pembelajaran Video Stop Motion Untuk Siswa Kelas VIII A SMP N 1 Semanu

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DRAMA BERDASARKAN ANEKDOT MELALUI TEKNIK LATIHAN TERBIMBING. Wiji Lestari

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 PADANG BERDASARKAN KERANGKA KARANGAN ARTIKEL ILMIAH RIRIN SEPRIWINNI NPM

PENINGKATAN MENARASIKAN TEKS WAWANCARA DENGAN TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS VII.4 SMPN 6 BUKITTINGGI

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE I AM THE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA MAS

JURNAL PGSD INDONESIA P-ISSN E-ISSN Vol 3 No 1 Tahun 2017

HUBUNGAN KOMPETENSI SEMANTIS DAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMAN 1 LENGAYANG

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN DENGAN TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 PADANG

Briandika Doni Arnanda Dr. T.Sulistyono, M.Pd., MM. Universitas PGRI Yogyakarta ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

KEMAMPUAN MENULIS LAPORAN PERJALANAN DALAM BENTUK PARAGRAF DESKRIPSI SISWA KELAS VIII SEMESTER I SMPN 3 X KOTO SINGKARAK TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kehidupan manusia. Dengan

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER

MENGIDENTIFIKASI AMANAT PENGGALAN CERPEN MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL MANDATE OF IDENTIFYING CONTEXTUAL APPROACH THROUGH FRAGMENT OF THE SHORT STORY

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS DENGAN METODE MIND MAPPING

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SIAWA KELAS X5 DENGAN MENGGUNAKAN METODE SRT (SEARCH REWRITE AND TEST

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah X X X Total 88

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIOVISUAL TAYANGAN TELEVISI CERMIN KEHIDUPAN TRANS 7

KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SUGESTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MENYELESAIKAN CERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 SIJUNJUNG

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA MEMAHAMI ISI CERITA MELALUI METODE DISKUSI SISWA KELAS IV SDN NO. 2 TIBO KEC. SINDUE TOMBUSABORA

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK COPY THE MASTER TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SUNGAI TARAB E- JURNAL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan.

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DI SMP NEGERI 13 PONTIANAK

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI BERBANTUAN MEDIA GAMBAR

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN METODE COPY THE MASTER PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SRUWENG TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016

PENINGKATAN KREATIVITAS, EFEKTIVITAS, DAN MINAT SISWA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS X

BAB I PENDAHULUAN. Menulis cerpen merupakan kegiatan ekspresi sastra yang perlu diajarkan

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Abstrak. Kata Kunci : menyimak wawancara, model think pair share, penerapan model think pair share, peningkatan kemampuan menyimak wawancara.

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca, dan menulis. keempat keterampilan tersebut memegang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh: Dian Kartika Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa

JURNAL SKRIPSI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN PADA SISWA KELAS X SMA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA WIDYA KUTOARJO

BAB I PENDAHULUAAN. kaidah-kaidah tata bahasa kemudian menyusunnya dalam bentuk paragraf.

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN METODE PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN

KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 PADANG ARTIKEL ILMIAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penulis melaksanakan penelitian di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9

Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Matematika Dengan Strategi Think Talk Write

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA SEMEN PADANG DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN JURNAL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari (Dalman, 2015: 1). Dengan bahasa itulah manusia dapat

PENGGUNAAN MEDIA TEKS NASKAH DRAMA UNTUK PENINGKATAN MENULIS NARASI PADA SISWA KELAS X SMK PN 2 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS IX MTs. MIFTAHUSSALAM KABUPATEN PROBOLINGGO DENGAN MENGGUNAKAN METODE KARYA WISATA (FIELD TRIP)

APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODELS TYPE WRITE A ROUND TO IMPROVE THE CAPABILITIES OF WRITING STUDENTS CLASS V SD NEGERI 5 TANJUNG PUNAK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF MELALUI MEDIA PUZZLE PADA SISWA KELAS III SDN GRENDEN 02 PUGER JEMBER

Oleh Rita Arianti Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Rokania

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA SDN KEBUN BUNGA 6 BANJARMASIN

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS DENGAN KEMAMPUAN MENULIS ARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMAN 1 KINALI

Nuraini 1) 1) Staf Pengajar SMP Negeri 1 Kebonagung Kabupaten Demak

Oleh : Suparti Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo Pyo.Cute.yahoo.co.id

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI DI KELAS VI SD NEGERI 30 SUNGAI NANAM KABUPATEN SOLOK

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan penelitian ini adalah PTK (Penelitian

Transkripsi:

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN LATIHAN TERBIMBING SISWA KELAS X.2 SMAN 6 PADANG Oleh: Siska Suriyani 1, Nursaid 2, Zulfikarni 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang email: siskasuryani@rocketmail.com ABSTRACT The purposes of this article is to explain the process and the improvement ability to write a short story using guided exercises at X.2 SMAN 6 Padang student. This type of research finished by using descriptive method trough four stages in each cycle ie planning, action, observation and reflection. The research data in the form of short stories written tests, interviews, observations and field notes sheet student. Based on the results of the study concluded that the precycle average is 46,11% of the students qualified nearly enough, in cycle 1 is sufficiently increased to 65,29% in cycle 2 and the average value of student learning to write short stories increased to 89,61% with exelent qualifications. Kata kunci: menulis, cerpen,latihan terbimbing, PTK A. Pendahuluan Keterampilan menulis merupakan sebuah keterampilan yang penting dalam ilmu pendidikan. Jika seseorang yang tidak mampu untuk menulis, maka orang itu akan mengalami kesulitan untuk menuangkan ide atau gagasan dalam sebuah tulisan. Seperti yang kita ketahui bahwa semua komponen bahasa tersebut saling terintegrasi satu dengan yang lainnya. Begitu juga dengan kemampuan menulis cerpen. Bentuk keterampilan menulis fiksi yang diajarkan kepada siswa di sekolah, khususnya SMA adalah menulis cerpen. Hal ini tercantum dalam SK 16 dan KD 16.1. Pembelajaran menulis cerpen dalam standar isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA tertera pada standar kompetensi 16 berbunyi, Mengungkapkan pengalaman diri sendri dan orang lain ke dalam cerita pendek (cerpen). Kompetensi dasarnya 16.1 berbunyi, Menulis karangan berdasarkan kehidupan diri sendiri dalam cerpen (pelaku, peristiwa, latar). Sesuai dengan SK dan KD tersebut maka siswa diharapkan mampu menulis cerpen. Kemampuan menulis cerpen akan memperlihatkan apakah siswa memiliki pengetahuan dan terampil dalam menuangkan ide-ide ke dalam bentuk karangan yang mempunyai nilai sastra dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan menulis cerpen jika dilatih dan ditingkatkan melalui latihan terus menerus akan membuat siswa lebih terampil dan kreatif dalam menulis. Diharapkan, dengan meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerpen, siswa lebih kreatif dan terampil dalam mengungkapkan perasaan atau ide ke dalam bentuk tulisan yang bernilai 1 Mahasiswa penulis skripsi Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, wisuda periode Maret 2013 2 Pembimbing I, Dosen FBS Universitas Negeri Padang 3 Pembimbing II, Dosen FBS Universitas Negeri Padang 70

Peningkatan Menulis Cerpen dengan Latihan Terbimbing di SMAN 6 Padang Siska Suriani, Nursaid, dan Zulfikarni sastra. Akhirnya, pembelajaran akan mampu melahirkan sastrawan-sastrawan muda usia sekolah yang akan memperkaya khasanah sastra Indonesia. Menulis merupakan suatu kegiatan produktif dan ekspresif. Menulis cerpen, pada hakikatnya, merujuk pada kegiatan mengarang, dan mengarang termasuk tulisan kreatif yang penulisannya dipengaruhi oleh hasil rekaan atau imajinasi pengarang. Menulis cerpen merupakan cara menulis yang paling selektif dan ekonomis. Tiap bagiannya, tiap kalimatnya, tiap katanya, tiap tanda bacanya, tidak ada bagian yang sia-sia, semuanya memberi saham yang penting untuk menggerakkan jalan cerita, atau mengungkapkan watak tokoh, atau melukiskan suasana. Tidak ada bagian yang ompong, tidak ada bagian yang berlebihan (Diponegoro, 1994:6). Siregar (dalam Gie, 2002:197) menyatakan bahwa cerita adalah ekspresi yang menggunakan kata-kata atas suatu kejadian atau peristiwa yang dialami manusia. Cerita selamanya akan menyangkut manusia atau makhluk dan hal lain yang diperinsankan (dipersonifikasikan). Kejadian itu berlangsung pada saat seseorang tersebut berinteraksi dengan manusia lain dan alam sekelilingnya. Wujud dari interaksi itu dilahirkan dengan hal-hal yang dinyatakan dari pikiran dan perasaan dan hal-hal yang dinyatakan dengan perbuatan. Wiyanto (2005:96) mengemukakan bahwa menulis cerpen harus banyak berkhayal karena cerpen memang karya fiksi yang berbentuk prosa. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerpen hanya direkayasa pengarangnya. Demikian pula para pelaku yang terlibat dalam peristiwa itu. Waktu, tempat, dan suasana terjadinya peristiwa pun hanya direka-reka oleh pengarangnya. Oleh karena itu, cerpen dan semua cerita fiksi disebut cerita rekaan. Cerita dalam cerpen meskipun khayal, ceritanya masih masuk akal sehingga mungkin saja terjadi. Bahan baku cerpen memang bisa berasal dari kisah yang benar-benar terjadi dalam masyarakat. Bisa juga cerita itu berasal dari kisah yang benar-benar dialami sendiri oleh pengarangnya yang diolah sedemikian rupa dalam bentuk cerpen menjadi cerita fiksi, cerita khayal, atau cerita rekaan. Namun, ada beberapa cerpen yang ceritanya tidak masuk akal, ceritanya benar-benar hasil imajinasi pengarangnya yang jauh dari kenyataan. Sebuah cerpen ataupun karya fiksi lainnya dibentuk oleh unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur yang membangun cerita dari dalam seperti tokoh dan penokohan, alur, latar, gaya bahasa, sudut pandang, tema dan amanat, sedangkan unsur ekstrinsik merupakan unsur yang membangun cerita dari luar seperti keadaan ekonomi, sosial budaya, ataupun aspek lain yang ikut membangun cerita tersebut. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan menulis cerpen masih kurang memuaskan, terutama dalam aspek alur, latar, dan penokohan. Hal ini berdasarkan dari hasil wawancara informal dengan guru Bahasa dan Sastra Indonesia kelas X SMA Negeri 6 Padang yaitu Rosdawati, S.Pd. pada tanggal 15 November 2011 beliau mengatakan bahwa cerpen yang ditulis oleh siswa masih banyak yang belum memenuhi kriteria penilaian. Kriteria penilaian yang dimaksud peneliti adalah meliputi alur, latar, dan penokohan. Berdasarkan wawancara informal tersebut terdapat tiga permasalahan yang terkait dengan kemampuan menulis cerpen. Pertama, kurangnya pengetahuan siswa tentang menulis cerpen. Kedua, kurang menariknya pembelajaran menulis cerpen, sehingga siswa kesulitan untuk menulis cerpen. Ketiga, kemampuan menulis siswa masih kurang, khususnya kemampuan menulis cerpen. Untuk mengatasi masalah pembelajaran menulis cerpen di SMA Negeri 6 Padang, peneliti memberikan sebuah solusi dalam pembelajaran menulis cerpen yaitu dengan menggunakan metode latihan terbimbing. Hal ini bertujuan untuk membuat siswa termotivasi dalam menulis cerpen. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis akan melakukan suatu penelitian tindakan kelas yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Menggunakan Metode Latihan Terbimbing Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 6 Padang. Membuat sebuah cerpen harus mempunyai langkah-langkah tertentu agar cerpen yang dibuat terarah dan tidak lepas dari topik. Untuk itu, diperlukan kiat menulis cerpen yang tepat dalam membuat sebuah cerpen. Adapun kiat menulis cerpen menurut Thahar (2008:18-35) 71

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 1 No. 2 Maret 2013; Seri A 1-76 yaitu sebagai berikut. Pertama, memperhatikan paragraf pertama, paragraf pertama adalah etalase sebuah cerpen. Paragraf pertama merupakan kunci, sebagai kunci paragraf pertama harus dapat segera membuka pintu sehingga dapat ditelusuri benda yang menarik di dalamnya. Kedua, mempertimbangkan pembaca, pembaca sebagai konsumen dan pengarang sebagai produsen. Produsen harus mempertimbangkan produknya untuk dipasarkan. Pembaca sebagai konsumen jelas memerlukan bacaan yang baku, segar, unik, menarik, dan menyentuh rasa kemanusiawian. Paragraf demi paragraf tidak semata menyajikan informasi, akan tetapi sekaligus melukiskan suasana, baik lahir maupun batin. Kondisi latar dan kondisi kejiwaan yang muncul dari tokoh cerita, dari situlah pembaca dapat memahami cerita tersebut. Ketiga, menggali suasana, melukiskan suasana suatu latar terkadang memerlukan detail yang jeli. Suasana alam sebagai suatu latar cerita dapat lebih menarik ketimbang disaksikan sendiri. Begitulah pembaca, ingin sesuatu yang baru. Suasana juga dapat digali dari percakapan langsung/dialog. Menciptakan suasana dengan dialog memerlukan pengolahan imajinasi sehingga dialog menjadi hidup, seakan-akan betul-betul terjadi. Peran dialog adalah untuk meyakinkan pembaca bahwa suatu peristiwa betul terjadi. Dalam sebuah cerita dapat terjadi peralihan suasana yang berfungsi untuk memberi kejutan atau lingkungan yang membawa pembaca ke dalam suasana yang mungkin tidak pernah dapat ditebak sebelum membaca sampai tamat. Keempat, kalimat efektif, kalimat-kalimat dalam sebuah cerpen adalah kalimat berkategori kalimat efektif, maksudnya kalimat yang berdayaguna yang langsung memberikan kesan kepada pembaca. Kelima, bumbu-bumbu, maksudnya adalah adanya sentuhan lain yang menjadi daya pikat cerita tersebut, seperti dimasukkannya unsur seks dan humor. Keenam, menggerakkan tokoh (karakter), maksudnya adalah bagaimana seorang penulis memberikan sentuhan dalam ceritanya sehingga karakter tokoh dalam cerita tersebut menjadi hidup dan benar-benar terasa kehadirannya seperti adanya cerita binatang atau benda lainnya yang seolah-olah dapat berbicara dan bertingkah seperti manusia. Ketujuh, fokus cerita, maksudnya adalah adanya kejelasan pada satu topik cerita saja atau terfokus pada satu topik cerita saja, sedangkan peristiwa yang lain menjadi latar atau kilas balik yang sifatnya memperkuat persoalan pokok tadi. Kedelapan, sentakan akhir, maksudnya adalah adanya sentakan yang membuat pembaca terkesan terhadap cerpen tersebut. Sentakan terakhir terletak pada akhir kalimat terakhir dari paragraf terakhir. Kesembilan, menyunting maksudnya membenahi hasil pekerjaan yang baru saja selesai untuk melihat kesalahan-kesalahan yang terjadi pada tahap penulisan. Penyuntingan dapat dilakukan dengan cara membaca ulang secara keseluruhan dengan teliti apa yang telah dibuat tadi dan memperbaiki kalimat yang dirasa kurang tepat. Kesepuluh, memberi judul, judul merupakan cerminan dari isi sebuah cerpen, sebaiknya judul ditulis belakangan. Wicaksono (2011) (http://andriew.blogspot.com/2011/03/model-pembelajaran-menuliscerpen_2534.html) menyatakan bahwa metode latihan terbimbing adalah suatu cara mengajar yang baik digunakan untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu, sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik, selain itu digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, kesempatan dan keterampilan dengan proses pemberian bantuan yang terusmenerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya agar tercapai keterampilan untuk dapat memahami dirinya, keterampilan untuk menerima dirinya, keterampilan untuk mengarahkan dirinya, dan keterampilan untuk merealisasikan dirinya sesuai dengan keterampilannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Bimbingan dan arahan dilakukan oleh seseorang yang ahli dan berkompetensi di bidangnya. Metode latihan terbimbing yang digunakan dalam proses pembelajaran akan menciptakan kondisi siswa yang aktif. Dalam menggunakan metode tersebut guru harus berhati-hati karena hasil dari suatu latihan terbimbing akan tertanam dan kemudian menjadi kebiasaan. Selain untuk menanamkan kebiasaan metode, latihan terbimbing ini juga dapat menambah kecepatan, 72

Peningkatan Menulis Cerpen dengan Latihan Terbimbing di SMAN 6 Padang Siska Suriani, Nursaid, dan Zulfikarni ketepatan dan kesempurnaan dalam melakukan sesuatu, serta dapat pula dipakai sebagai suatu cara untuk mengulangi bahan yang telah dikaji. Berdasarkan uraian di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, mendeskripsikan proses peningkatan kemampuan menulis cerpen dengan menggunakan metode latihan terbimbing bagi Siswa Kelas X.2 SMAN 6 Padang. Kedua, mendeskripsikan hasil peningkatan kemampuan menulis cerpen dengan menggunakan metode latihan terbimbing bagi Siswa Kelas X.2 SMA N 6 Padang. B. Metode Penelitian Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan metode deskriptif. Pada prinsipnya PTK terdiri dari empat unsur, yaitu (1) rencana, (2) tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi yang merupakan dasar untuk suatu rancangan pemecahan masalah. Empat unsur tersebut harus ada dalam satu siklus karena unsur yang satu berhubungan dengan unsur yang lainnya. Arikunto, dkk (2006:3) menyatakan, Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan guru yang dilakukan oleh siswa. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan minimal dalam dua siklus, satu siklus tiga kali dua jam pelajaran. Pada setiap siklus dilakukan analisis untuk melihat keberhasilan, dan kelemahan tindakan kelas yang telah dilaksanakan. Hasilnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pelaksanaan siklus selanjutnya. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X..2 SMA Negeri 6 Padang. Jumlah siswanya sebanyak 30 orang yang terdiri dari 16 perempuan dan 14 laki-laki. Dalam hal ini penulis berkolaborasi dengan guru bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri 6 Padang. Menurut Arikunto (2007:16), ada empat langkah utama dalam penelitian tindakan yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Penelitian Tindakan Kelas merupakan sebuah tindakan analisis, yang diawali dari upaya menemukan fakta melalui pengamatan, merencanakan, melakukan tindakan, kemudian menemukan dan mengevaluasi temuan. Jika temuan belum meyakinkan, akan dilakukan daur ulang sebagaimana semula. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam bentuk siklus (daur ulang) yang menyeluruh dan bertujuan untuk memperbaiki praktik kependidikan. Siklus ini dimulai dengan pengamatan dan perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (actions), pengobservasian hasil tindakan (observation), dan pelaksanaan refleksi (reflection). Keempat tahap itu terus diulang sampai peneliti meyakini sudah ada perubahan positif pada aspek yang diberi tindakan tersebut. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, yang juga berperan sebagai pelaksana pembelajaran di kelas, dibantu oleh guru bahasa Indonesia sebagai kolaborator dan juga sebagai perencana. Dalam penelitian ini instrumen tambahan dalam pengumpulan data adalah tes unjuk kerja siswa, lembaran observasi pembelajaran, catatan lapangan dan instrumen wawancara. Secara umum, dari data perencanaan, data pelaksanaan, dan data hasil dapat terbentuk data verbal tulis. Peneliti akan menggunakan teknik observasi langsung melalui pengamatan sumber data dan teknik dokumentasi untuk memperoleh data. C. Pembahasan Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Masing-masing siklus dilakukan melalui empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan (tindakan), pengamatan (observasi), dan refleksi. Sebelum melakukan tindakan pada siklus I, peneliti terlebih dahulu melaksanakan kegiatan prasiklus (studi pendahuluan). Berdasarkan data diperoleh gambaran bahwa pembelajaran menulis cerpen siswa pada seluruh indikator terdapat 3 orang siswa yang mencapai kualifikasi lebih dari cukup, 5 orang siswa yang mencapai kualifikasi cukup, 8 orang siswa yang mencapai kualifikasi hampir cukup, 5 73

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 1 No. 2 Maret 2013; Seri A 1-76 orang siswa yang mencapai kualifikasi kurang, 4 orang siswa yang mencapai kualifikasi kurang sekali, dan 5 orang siswa yang mencapai kualifikasi buruk. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada masing-masing indikator, pembelajaran menulis cerpen pada prasiklus secara umum adalah 27 orang siswa yang berarti belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) 75%. Merespon keadaan tersebut, peneliti mencoba mengatasi permasalahan dengan rangkaian tahapan pembelajaran yang memiliki tujuan untuk meningkatkan pembelajaran menulis cerpen siswa serta mengembangkan minat siswa. Untuk itu metode latihan terbimbing dianggap sebagai jalan keluar yang layak dicoba untuk mewujudkan peningkatan hasil belajar menulis cerpen. 1. Peningkatan Proses dan Hasil Keterampilan Menulis Cerpen dengan Menggunakan Metode Latihan Terbimbing Siswa Kelas X.2 pada Siklus 1 Penelitian tindakan kelas siklus I ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 1 Mei sampai 3 Mei 2012. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan RPP yang dirancang dengan fokus pelaksanaan PTK. Secara rinci langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a) guru menerangkan tentang materi menulis cerpen beserta unsur-unsur yang membangun cerpen; b) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang diterangkan; c) guru mendemonstrasikan pembelajaran; d) guru memberikan tema cerpen kepada siswa; e) siswa menulis latihan menulis cerpen dengan tema yang telah ditentukan; f) guru membimbing latihan; g) guru mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik; h) guru dan siswa bersama-sama membahas latihan menulis cerpen; i) guru mengumpulkan tugas siswa; j) guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran; k) guru meminta siswa mengisi angket mengenai metode pembelajaran tersebut; l) guru menilai hasil kerja siswa; m) guru (peneliti) dan guru Bahasa Indonesia menganalisis hasil observasi kegiatan pembelajaran, angket respon siswa, dan merancang perbaikan pembelajaran yang perlu ditempuh pada siklus berikutnya. Berdasarkan data diperoleh gambaran bahwa pembelajaran menulis cerpen siswa pada seluruh indikator yaitu, 3 orang siswa yang mencapai kualifikasi baik, 14 orang siswa mencapai kualifikasi lebih dari cukup, 9 orang siswa mencapai kualifikasi cukup, 3 orang siswa mencapai kualifikasi hampir cukup, dan 1 orang siswa mencapai kualifikasi kurang. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pembelajaran menulis cerpen siswa dengan metode latihan terbimbing pada siklus 1 secara umum berada pada kualifikasi cukup. Hal ini dapat dilihat dari 9 siswa yang telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75% SMA Negeri 6 Padang. Berdasarkan hasil tes yang dilakukan, diperoleh gambaran bahwa rata-rata keterampilan menulis cerpen siswa kelas X.2 SMA Negeri 6 Padang dalam, ( a) indikator alur adalah 1950/30 yaitu 64,2%, (b) indikator latar adalah 2000/30 yaitu 66,67%, (c) indikator penokohan adalah 1950/30 yaitu 65%. Dengan demikian, nilai keterampilan menulis cerpen dengan menggunakan metode latihan terbimbing siswa kelas X.2 SMA Negeri 6 Padang pada siklus 1 belum mencapai ketuntasan belajar minimal (KKM) yaitu 75. Berdasarkan hasil data siklus 1 inilah dilaksanakan siklus 2. 2. Peningkatan Proses dan Hasil Keterampilan Menulis Cerpen dengan Menggunakan Metode Latihan Terbimbing Siswa Kelas X.2 pada Siklus 2 Siklus 2 dilakukan dalam dua kali pertemuan dilaksanakan pada hari Selasa, 8 Mei 2012 yang dilanjutkan dengan pelaksanaan tes akhir siklus 2 pada hari Selasa, 15 Mei 2012. Langkahlangkah yang dilakukan pada siklus kedua ini pada dasarnya sama dengan siklus pertama, yaitu terdiri dari atas empat tahap yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi hasil pengamatan. Langkah perbaikan yang di lakukan pada siklus kedua ini adalah merubah skenario pembelajaran dengan tetap berpedoman pada metode latihan terbimbing. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan RPP yang dirancang dengan fokus pelaksanaan PTK. Secara rinci langkah-langkahnya adalah sebagai berikut, a) guru memantapkan materi tentang menulis cerpen; b)guru memberikan kesempatan kepada siswa 74

Peningkatan Menulis Cerpen dengan Latihan Terbimbing di SMAN 6 Padang Siska Suriani, Nursaid, dan Zulfikarni untuk bertanya tentang materi yang telah disampaikan; c) guru dan siswa membahas secara bersama-sama lembaran latihan menulis cerpen pada siklus 1 sebagai contoh tambahan menguatkan pemahaman siswa; d) guru meminta siswa mengemukakan kesulitan kesulitan dan kemudahan dalam menulis cerpen dengan menggunakan metode latihan terbimbing mendiskusikan dan mencari solusinya; e) guru (peneliti) memberikan latihan menulis cerpen pada siklus 2; f) siswa membaca dan memahami latihan tersebut; g) guru mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik; h) guru memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan; i)guru mengumpulkan pekerjaan siswa; j) guru dan siswa membahas hasil latihan pada siklus 2; k) guru bersama siswa mengadakan kegiatan pengukuhan terhadap pembelajaran kemampuan menulis cerpen dengan menggunakan metode latihan terbimbing; k) guru meminta siswa mengisi angket mengenai respon siswa terhadap proses pembelajaran; dan l) guru menilai hasil kerja siswa. Pengamatan terhadap pembelajaran menulis cerpen menggunakan metode latihan terbimbing dilaksanakan untuk mendapatkan informasi bagaimana respon siswa dan guru dalam melaksanakan pembelajaran siklus 2. Pengamatan dilakukan dengan objektif dan sistematis. Pengamatan dilakukan pada waktu pelaksanaan tindakan pembelajaran. Dalam kegiatan ini peneliti berusaha mengenal dan mengkombinasikan semua indikator dari proses hasil perubahan terjadi, keseluruhan hasil pengamatan dalam bentuk lembar observasi. Peningkatan hasil keterampilan menulis cerpen dengan metode latihan terbimbing ditandai dengan pemerolehan nilai siswa yang menunjukkan peningkatan dari siklus sebelumnya. Nilai rata-rata siswa pada siklus 2 ini mencapai 88,61% (2659/30), berada pada kualifikasi baik sekali. Berdasarkan hasil tes yang dilakukan, diperoleh gambaran bahwa rata-rata keterampilan menulis cerpen dengan menggunakan metode latihan terbimbing siswa Kelas X.2 SMA Negeri 6 Padang dalam, (a) indikator alur adalah 2725/30 yaitu 90,83% (b) indikator latar adalah 2675/30 yaitu 89,17% (c) indikator penokohan adalah 2575/30 yaitu 85,83. Dengan demikian, nilai keterampilan menulis cerpen dengan menggunakan metode latihan terbimbing siswa kelas X.2 SMA Negeri 6 Padang pada siklus 2 sudah mencapai ketuntasan belajar minimal (KKM) yaitu 75. Dengan demikian, penelitian ini dicukupkan pada siklus 2. Agar lebih jelas berikut tabel perbandingan rata-rata nilai keterampilan menulis cerpen dengan menggunakan metode latihan terbimbing siswa kelas X.2 SMA Negeri 6 Padang, pada prasiklus, siklus I, dan siklus 2. Rata-rata Keterampilan Menulis Cerpen dengan Menggunakan Metode Latihan Terbimbing pada Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 6 Padang pada Prasiklus, Siklus 1, dan Siklus 2 untuk Tiga Indikator No Indikator Prasiklus Siklus 1 Siklus 2 Keterangan 1. Alur 43,33% 64,2% 90,83% Naik 26,63% 2. Latar 47,5% 66,67% 89,17% Naik 22,5% 3. Penokohan 47,5% 65% 85,83% Naik 20,83% Jumlah 138,33/3 =46,11% D. Simpulan dan Saran 195,87/3=6 5,29% 265,83/3 =88,61 Naik 23,32% Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan, dapat ditarik simpulan sebagai berikut. Pertama, metode latihan terbimbing dalam pembelajaran menulis cerpen ternyata sangat baik 75

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 1 No. 2 Maret 2013; Seri A 1-76 diterapkan dalam PBM. Terlihat dalam aktivitas siswa selama PBM berlangsung. Aktivitas siswa tersebut terdiri atas perhatian siswa terhadap berbagai aktifitas PBM, keaktifan siswa dalam diskusi kelompok, keaktifan siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat, keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan, dan rasa senang siswa dalam PBM. Dengan demikian, berdampak positif pada peningkatan kemampuan menulis cerpen. Kedua, metode latihan terbimbing dapat meningkatakan sikap dan perilaku positif siswa dalam PBM serta prestasi siswa dibidang menulis cerpen. Ketiga, metode latihan terbimbing dapat meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X 2 SMA Negeri 6 Padang. Peningkatan ini dapat dilihat pada nilai rata-rata tes prasiklus 46,11, nilai rata-rata siklus 1 adalah 65,29, dan nilai rata-rata siklus 2 adalah 88,61. Keempat, setelah dilakukan pengujian, ternyata peningkatan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X 2 S MA Negeri 6 Padang adalah signifikan. Berdasarkan simpulan tersebut, maka dapat dikemukakan saran-saran yang dapat diupayakan dalam meningkatkan pembelajaran menulis cerpen siswa, yaitu (1) untuk meningkatkan pembelajaran menulis (khususnya menulis cerpen), guru dapat menggunakan metode latihan terbimbing, (2) dalam pemilihan contoh cerpen guru harus menyesuaikan dengan tingkat pemahaman siswa, (3) guru diharapkan mampu memberikan dan menggunakan metode yang dapat memotivasi siswa dalam menulis, agar siswa tidak menganggap menulis adalah hal yang membosankan. Catatan: artikel ini disusun berdasarkan hasil penelitian untuk penulisan skripsi penulis dengan Pembimbing I Drs. Nursaid, M.Pd. dan pembimbing II Zulfikarni, M.Pd. Daftar Rujukan Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rineka Cipta. Diponegoro, Mohammad. 1994. Yuk, Nulis Cerpen Yuk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: ANDI. Thahar, Harris Efendi. 2008. Kiat Menulis Cerita Pendek: Bandung: Angkasa. Wicaksono, Andri. 2011. Model Pembelajaran Menulis Cerpen. (http://andriew.blogspot.com/ 2011/03/model-pembelajaran-menulis-cerpen_2534.html). Diunduh tanggal15 Februari 2012. Wiyanto, Asul. 2005. Kesastraan Sekolah Penunjang Pembelajaran Bahasa Indonesia SMP dan SMA. Jakarta: Grasindo. 76