BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah Eksperimen Kuasi Pretest-Posttest Design. 2. Rancangan Penelitian Kriteria Inklusi Populasi Subyek Penelitian Pre Test Cognitive Behavioral Therapy (CBT) Subyek Penelitian Post Test Kriteria Eksklusi Pengukuran Kadar Kortisol Skor Beck Depression Inventory Uji Statistik Gambar 2. Rancangan Penelitian B. Tempat dan Waktu Penelitian Bangsal dan Poliklinik Kebidanan dan Kandungan RSUD Dr. Moewardi Surakarta dan Laboratorium Prodia, dimulai dari bulan Maret - Mei 2015. 44
C. Populasi dan Subyek Penelitian 1. Populasi Populasi adalah subjek yang mempunyai karakteristik tertentu (Sastroasmoro, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien kanker serviks stadium lanjut (II B- IV) yang menjalani rawat jalan di poliklinik Obstetri dan Ginekologi serta pasien rawat inap di bangsal Obstetri dan Ginekologi RSUD Dr. Moewardi yang memenuhi kriteria restriksi untuk mendapatkan sampel yang homogen. 2. Subjek a. Kriteria inklusi: 1) Pasien dengan diagnosis kanker serviks stadium lanjut (IIB-IV) 2) Dapat berkomunikasi dengan baik 3) Bisa berbahasa Indonesia 4) Bersedia mengikuti penelitian dan menandatangani surat persetujuan. 5) Memenuhi kriteria Beck Depression Inventory (dari ringan- sedang) b. Kriteria eksklusi 1) Menderita kanker pada organ lain selain seviks 2) Sedang dalam masa kehamilan 3) Mengalami gangguan mental berat (psikotik) / kriteria berat dari Beck Depression Inventory 4) Terdapat riwayat pengobatan depresi
3. Besar Sampel Studi tentang perbedaan kadar kortisol serum pasien kanker serviks stadium lanjut sebelum dan sesudah psikoterapi realitas sudah pernah dilakukan dengan menggunakan 15 subjek perlakuan dan 15 subjek dengan terapi standar (Nurinasari, 2015), maka untuk menaksir proporsi sebuah populasi dengan rumus (Murti, 2010) : n=z... k Keterangan : p= perkiraan proporsi variabel dependen pada populasi q= 1-p Z1-α/2 = statistik Z (Z= 1,96 untuk α =0,05) d = delta, presisi absolut atau margin of error yang diinginkan. n = (1,96) 2 x 0,01 x 0,99 (0,05) 2 = 0,03803 0,0025 retriksi. = 15,21 Dalam studi ini penulis membutuhkan sekitar 15 subjek yang memenuhi kriteria
Identifikasi Variabel Penelitian 4. Variabel bebas Cognitive Behavioral Therapy (CBT) 5. Variabel terikat Kadar hormon kortisol, Skor Beck Depression Inventory. D. Batasan Operasional Variabel Penelitian 1. Kanker serviks merupakan kanker primer dari serviks yang awalnya berasal dari sel epitel serviks yang mengalami mutasi genetik sehingga mengubah perilakunya kemudian melakukan pembelahan sel yang tidak terkendali, immortal, dan menginvasi jaringan stroma di bawahnya yang disebabkan oleh Human Papiloma Virus pada stadium II B-IV (Prawiroharjo, 2010). Kanker serviks stadium lanjut adalah kanker serviks stadium II B- IVB yang diterapi dengan kemoradiasi dan tidak dapat dilakukan operasi (Himpunan Onkologi dan Ginekologi, 2013). Diagnosis kanker serviks diperoleh melalui pemeriksaan histopatologi jaringan biopsi. Pada dasarnya bila dijumpai lesi seperti kanker secara kasat mata harus dilakukan biopsi walau hasil pemeriksaan pap smear masih dalam batas normal. Sementara itu biopsi lesi yang tidak kasat mata dilakukan dengan bantuan kolposkopi. Diagnosis kanker serviks hanya berdasarkan pada hasil pemeriksaan histopatologi jaringan biopsi. Biopsi dapat dilakukan secara langsung tanpa bantuan anestesia dan dapat dilakukan secara rawat jalan. Lokasi biopsi sebaiknya dapat diambil dari jaringan yang masih sehat dan hindari biopsi jaringan nekrosis pada lesi besar (Prawiroharjo, 2010).
2. Gangguan Depresi Mayor (GDM) merupakan gangguan suasana perasaan (mood) atau afek yang depresi dengan atau tanpa disertai anxietas (PDSKJI, 2013). Individu biasanya menderita suasana perasaan (mood) depresi, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktivitas. Gejala lazim lainnya adalah konsentrasi dan perhatian menurun, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan suram dan pesismistis, gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu dan nafsu makan berkurang. Ditandai oleh episode jelas selama sedikitnya dua minggu (umumnya berlangsung lebih lama) termasuk perubahan afek, kognisi, fungsi neurovegetatif dan ada remisi inter episode yang jelas (PDSKJI 2013). Beck Depression Inventory merupakan instrumen untuk mengukur derajat depresi dari Dr. Aaron T. Beck. Mengandung skala depresi yang terdiri dari 21 item yang menggambarkan 21 kategori, yaitu: (1) perasaan sedih, (2) perasaan pesimis, (3) perasaan gagal, (4) perasaan tak puas, (5) perasaan bersalah, (6) perasaan dihukum, (7) membenci diri sendiri, (8) menyalahkan diri, (9) keinginan bunuh diri, (10) mudah menangis, (11) mudah tersinggung, (12) menarik diri dari hubungan sosial, (13) tak mampu mengambil keputusan, (14) penyimpangan citra tubuh, (15) kemunduran pekerjaan, (16) gangguan tidur, (17) kelelahan, (18) kehilangan nafsu makan, (19) penurunan berat badan, (20) preokupa sisomatik, (21) kehilangan libido. Klasifikasi nilainya menurut Bumberry adalah sebagai berikut: 1) Nilai 0-9 menunjukkan gejala depresi minimal. 2) Nilai 10-16 menunjukkan adanya depresi ringan. 3) Nilai 17-29 menunjukkan adanya depresi sedang.
4) Nilai 30-63 menunjukkan adanya depresi berat. 3. Cognitif Behavioral Therapy (CBT) adalah suatu psikoterapi yang didasarkan atas kognisi, asumsi, kepercayaan dan perilaku dengan tujuan mempengaruhi emosi yang terganggu. Dimana terapi ini menggunakan tehnik pengkondisian untuk mempelajari perilaku baru, dimana stimulus yang menyebabkan kecemasan digantikan dengan yang menyenangkan (Young, 2005). Harapannya dengan penerapan metode psikososial ini, stress yang ada bisa berkurang sehingga diharapkan five year survival rate meningkat. Dalam terapi individual, terapis biasanya menemui klien sekali seminggu selama 45 menit. Pada permulan terapi, terapis bisa memberikan konsultasi kepada klien mengenai lamanya terapi (Corey, 2010). 4. Kortisol adalah hormon steroid yang dihasilkan oleh korteks adrenal yang terikat oleh Corticoid Binding Protein (CBP) dan albumin (Talbott, 2011). Pemeriksaan hormon kortisol menggunakan metode immulite kortisol (solid phase two side chemiluminescent enzyme immuno assay) dengan nilai normal 5-25µg/100 ml. E. Prosedur Penelitian 1. Memohon izin kepada direktur RSUD dr. Moewardi Surakarta untuk melakukan penelitian. 2. Membuat Ethical clearance. 3. Memilih kelompok penelitian yang merupakan pasien kanker serviks stadium lanjut (IIB-IV) yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang memeriksakan diri di RSUD Dr.Moewardi Surakarta.
4. Kelompok studi adalah kelompok yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang sudah ditetapkan yang akan diperiksa kadar kortisol dan skor Beck Depression Inventory sebelum dan sesudah diberikan psikoterapi realitas. 5. Pemeriksaan kadar kortisol serum pada pagi hari sesuai dengan ritme sirkadian dilaboratorium Prodia Surakarta. 6. Hasilnya kemudian dibandingkan melalui uji statistik. F. Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini data dikumpulkan dengan cara observasi dan data diperoleh dengan bantuan instrumen yaitu tes laboratorium, dan komputer. Data yang didapat dari hasil pengambilan sampel darah pasien kanker serviks stadium lanjut di uji di laboratorium kemudian diolah dengan bantuan komputer. G. Uji Statistik dan Analisis Data Uji variabel penelitian ini menggunakan uji T (T-test) dengan program SPSS Versi 19 For Windows. ( f o f e ) 2 Rumus chi square: x 2 = Di mana : f e x 2 = Nilai chi-square f o =Frekuensi yang diperoleh diamati f e = Frekuensi yang diharapkan
I. Analisis Data Program SPSS versi 19 for Windows digunakan untuk: 1. Uji asumsi yang terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas dengan menggunakan chi square test. 2. Uji hipotesis untuk menunjukkan adanya perbedaan peningkatan yang signifikan kortisol serum pada pasien kanker serviks stadium lanjut antara pasien yang diberikan Cognitif Behavioral Terapi dengan yang tidak. Dimana pada pasien yang mendapat Cognitif Behavioral Terapi kadar kortisol serumnya lebih rendah dibandingkan yang tidak mendapat Cognitif Behavioral Terapi dengan menggunakan uji t dan regresi logistic.